PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI DAN KEMAMPUAN APLIKASI SAINS SISWA SD.

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL ... .. ix

DAFTAR GAMBAR ... ……… x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian……… 10

D. Manfaat Penelitian………. 10

E. Asumsi Penelitian……….. 11

F. Hipotesis Penelitian………. 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Paradigma Penelitian……… 14

BAB II. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT………. . . 15

A. Teori Belajar Konsrtuktivisme……….... 15

B. Model Pembelajaran dalam Sains……….. 19

C. Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat……… 21


(2)

ii

E. Aplikasi Konsep Sains ... 32

F. Model Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Energi…... 34

G. Deskripsi Materi Energi dan Perubahannya di Sekolah Dasar……... 37

BAB III. MOTODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Metode dan Desain Penelitian ... 53

B. Variabel Penelitian……… 54

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 54

D. Prosedur Penelitian ... 57

E. Alur Penelitian... 63

F. Instrumen Penelitian ... 64

G. Analisis Instrumen Penelitian ... 69

H. Teknik Pengumpulan Data………. 79

I. Analisis Data……….. 80

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Hasil Penelitian ... 83

1. Penguasaan Konsep Energi ... 83

a. Deskripsi Pretest, Posttest dan N-Gain yang Dinormalisasi .... 83

b. Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji Hipotesis Penguasaan Konsep ... 86

c. Penguasaan Siswa Terhadap Tiap Subkonsep Energi ... 91

2. Peningkatan Kemampuan Aplikasi Sains ... 93

a. Deskripsi Pretest, Posttest dan Gain yang Dinormalisasi ... 93

b. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Hipotesis Kemampuan Aplikasi Sains ... 96

c. Penguasaan Siswa Terhadap Indikator Kemampuan Aplikasi Sains……….. ……….... 100

3. Tanggapan Guru Terhadap Model Sains Teknologi Masyarakat 102


(3)

iii

B. Pembahasan ……… 106

1. Penguasaan Siswa Terhadap Konsep Energi……….. 106

2. Penguasaan Siswa Terhadap Kemampuan Aplikasi Sains…….. 117

3. Keterlaksanaan Model Sains Teknologi Masyarakat Dari Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran………. 123

4. Tanggapan Guru Terhadap Model Sains Teknologi Masyarakat……… 125

5. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ……….... 127

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 129

A. Kesimpulan ……… 129

B. Saran ……….. 130


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Energi Panas dan Pengaruhnya... 38

Tabel 2.2. Sumber Bunyi dan Sifatnya ... 39

Tabel 2.3. Energi Alternatif dan Sumbernya ... 40

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 53

Tabel 3.2. Jumlah Siswa Kelas IV yang Dijadikan Subjek Penelitian ... 56

Tabel 3.3. Profil Guru Kelas IV yang Dijadikan Subjek Penelitian ... 56

Tabel 3.4. Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep Energi………... 66

Tabel 3.5. Distrubusi Soal Tes Aplikasi Sains Siswa ... 67

Tabel 3.6. Distribusi Soal Tes Sikap Siswa ... 68

Tabel 3.7. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas.…...………. 72

Tabel 3.8. Interpretasi Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran……….. 73

Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda……….………. 74

Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Butir Soal Penguasaan Konsep Energi Siswa……… ……… 74

Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep Energi Siswa……… 76

Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Butir Soal Aplikasi.……… 78

Tabel 3.13. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal Tes Aplikasi Sains Siswa.…..….……….. 78

Tabel 3.14. Teknik Pengumpulan Data……… 80

Tabel 3.15. Kategori Tingkat N-Gain………... 81

Tabel 3.16. Teknik Pengumpulan Data………. 80

Tabel 3.17. Kategori Tingkat N-Gain……… 81

Tabel 4.1. Persentase Nilai rata-rata Pretest, posttest, dan rerata N-Gain Penguasaan Konsep Energi Siswa……… 84

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest, Posttest dan N-Gain yang Penguasaan Konsep Energil Siswa………. 87

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas NilaiPretest, Posttest dan N-Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Energi Kelas Eksperimen dan Kontrol………. 88 Tabel 4.4. Uji Beda Rata-rata Nilai Pretest dan N-Gain Penguasaan Konsep


(5)

v

Energi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……… 89 Tabel 4.5. Nilai Rerata N-Gain Penguasaan Konsep untuk Tiap Label

Konsep pada Kedua Kelas……… 91 Tabel 4.6. Persentase Nilai Rata-rata Pretest, Posttest dan N-Gain dan

Kemampuan Aplikasi Sains pada Kedua Kelas……… 93 Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest, Posttest dan N-Gain yang

Diuji Kemampuan Aplikasi Sains Siswa pada Kedua Kelas……. 97 Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest, Posttest dan N-Gain yang Diuji Kemampuan Aplikasi Sains Siswa pada Kedua Kelas……. 98 Tabel 4.9. Uji Beda Rata-rata Nilai Pretest dan N-Gain Kemampuan

Aplikasis Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…... 99 Tabel 4.10. Nilai Rerata N-Gain Kemampuan Aplikasi Sains Siswa pada

Kedua Kelas……… 100 Tabel 4.11. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Sains Teknologi

Masyarakat Setiap Indikator………. 103 Tabel 4.12. Sikap Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Sains


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Keterkaitan Sains Teknologi dan Masyarakat ... 14 Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 63 Gambar 4.1. Diagram Persentase Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest

dan Posttest Penguasaan Konsep Energi Siswa pada Kedua

Kelas... 84 Gambar 4.2. Diagram Nilai Rerata N-Gain Penguasaan Konsep Energi

Siswa pada Kedua Kelas ... 85 Gambar 4.3. Diagram Nilai Rerata N-Gain yang Diujikan Kelas

Eksperimen Dan Kelas Kontrol Tiap Label Konsep Energi… 92 Gambar 4.4. Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest, Posttest, dan

N-Gain yang Kemampuan Aplikasi Sains Siswa... 94 Gambar 4.5. Diagram Nilai Rerata N-Gain kemampuan pada Kelas

Eksperimen dan Kontrol Setiap Indikator Kemampuan

Aplikasi Sains Siswa... 95 Gambar 4.6. Diagram Rerata Nilai N-Gain yang Diujikan pada Kelas

Eksperimen dan Kontrol Tiap Indikator Kemampuan


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran………. 136

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 202

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 228

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket... 251

Lampiran E : Pengolahan Data ... 260


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu persoalan yang cukup mendasar dalam pendidikan di Indonesia adalah permasalahan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007) tidaklah berdiri sendiri, tetapi terkait dengan suatu sistem yang saling berpengaruh di mana mutu keluaran (out put) dipengaruhi oleh mutu masukan (in put) dan mutu proses (process). Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan meliputi: (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas dan kualitas, maupun kesejahteraannya; (2) prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran; dan (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan belum efektif.

Proses pembelajaran yang efektif dan efisien sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai inovasi dan perubahan di dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya mampu membantu siswa untuk mengembangkan potensinya, sehingga mereka bisa secara aktif membangun dan menginterpretasikan segala sesuatu baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungannya.


(9)

Menyikapi permasalahan dan tuntutan perubahan proses pembelajaran, perlu dilakukan perubahan dalam paradigma pembelajaran. Paradigma pembelajaran lama yang lebih mengunggulkan guru dalam proses pembelajaran atau biasa dikenal dengan pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher centered) perlu dirubah ke paradigma pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan idealnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.

Paradigma pembelajaran yang diduga mampu memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri adalah paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik menurut Dahar (dalam Riyanto, 2009) merupakan paradigma pembelajaran yang sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambattista Vico tahun 1710 bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksinya sendiri.

Menurut Sagala (2003) konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah-kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Akan tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu


(10)

yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Badan Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2007) mengemukakan bahwa mata pelajaran IPA/sains SD/MI dikembangkan dengan pandangan bahwa berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA/sains bukan hanya kumpulan pengetahuan (fakta, konsep, prinsip) saja, melainkan proses penemuan. Pandangan di atas berpengaruh pada isi dan proses IPA/sains di SD/MI, yakni pendidikan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta aplikasi pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pikiran-pikiran dasar tersebut di atas, tujuan, ruang lingkup, bahan kajian, serta standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA/sains SD/MI ditetapkan. Tujuan mata pelajaran IPA/sains di SD/MI adalah sebagai berikut:

(1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan masyarakat;

(4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;


(11)

(5) Menigkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam;

(6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan

(7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke SMP/MTS.

Inovasi dan perubahan paradigma pembelajaran harus dilakukan dalam setiap mata pelajaran di sekolah dasar, termasuk dalam mata pelajaran IPA/sains. Pembelajaran IPA/sains idealnya dipelajari dengan proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran IPA/sains. Salah satu tujuan pembelajaran IPA/sains di sekolah dasar adalah untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA/sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA/sains di atas, sebaiknya proses pembelajaran IPA/sains di sekolah dasar harus disesuaikan dengan kondisi nyata yang terjadi di masyarakat mengenai keterkaitan antara masyarakat, sains dan teknologi. Namun kenyataannya, guru dalam mengajarkan IPA/sains ternyata masih seperti memberi ulasan berita-berita dan kegiatan laboratorium yang dilakukan hanya untuk verifikasi. Pelajaran IPA/sains tetap membosankan bagi siswa yang belajar, sehingga berdampak kepada capaian pembelajaran yang diperoleh siswa setelah mempelajari IPA/sains. Siswa belum mampu mengaplikasikan suatu konsep IPA/sains jika dihadapkan kepada kondisi yang riil


(12)

dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA/sains.

Perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat saat ini siswa harus mampu mempelajari semua fakta dan konsep-konsep yang esensial dan melatih siswa untuk berpikir, menganalisis dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga dengan kreatif siswa dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep IPA/sains yang relevan baik secara mandiri ataupun dengan bimbingan guru. Untuk melaksanakan pendidikan sains dan teknologi dengan baik, seorang guru perlu menyadari bahwa kedua bidang tersebut berada secara terpisah tetapi memiliki kemampuan yang saling mendukung (Poedjiadi, 2006).

Peningkatan kemajuan teknologi diharapkan anak didik mampu untuk mengaplikasikan setiap produk teknologi. Teknologi merupakan hasil dari pengembangan konsep-konsep IPA/sains yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka sangat penting bagi guru untuk memperkenalkan teknologi pada anak didik, agar mereka mampu mengaplikasikan setiap teknologi-teknologi tersebut.

Kenyataannya dalam proses pembelajaran, keterkaitan antara sains, teknologi dan masyarakat sering diabaikan oleh guru. Sehingga siswa kurang mampu mengaplikasikan setiap teknologi yang diajarkan di sekolah ke dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu perlu penekanan terhadap suatu pembelajaran yang mengarahkan kepada keterkaitan antara sains, teknologi, dan


(13)

masyarakat sehingga konsep-konsep pembelajaran IPA/sains dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyikapi permasalahan di atas, salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Hartinawati et

al. (2006) menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan

mengapa Sains Teknologi Masyarakat (STM) perlu digunakan sebagai salah satu model dalam pembelajaran IPA/sains di sekolah, yaitu:

(1) Untuk membuat sains dapat dipahami oleh semua siswa.

(2) Pengajaran sains dengan pendekatan sains teknologi dan masyarakat akan mendekatkan siswa kepada objek yang dibahas.

(3) Dapat memberikan pengetahuan dan pengertian kepada generasi muda yang mereka butuhkan untuk memahami masalah-masalah sosial yang muncul akibat sains teknologi.

(4) Pengajaran sains dengan pendekatan sains teknologi dan masyarakat merupakan suatu konteks pengembangan pribadi dan sosial.

(5) Dapat memberikan keparcayaan diri kepada generasi muda untuk berperan serta dalam teknologi.

Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), baik di dalam maupun luar negeri telah dilakukan dalam rangka meneliti dampak pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Penelitian dilakukan oleh “Chemical Education For Public Understanding


(14)

Project”, menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran STM

antara lain dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan polutan kimia dan pemahaman terhadap akibat yang ditimbulkan serta memahami hakekat dari sains dan konsep sains (Hairida, 1996).

Hasil penelitian lain yang dilakukan Cahyami (2003) menyebutkan bahwa guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran STM, khususnya pada sub pokok bahasan pupuk dan penggunaannya. Guru berpendapat kalau model pembelajaran STM ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, motivasi belajar siswa dan menjadikan siswa lebih kreatif serta berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Adapun kendala yang yang dihadapi adalah persiapan rencana pembelajaran dan LKS, banyak alokasi waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran serta jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas.

Menurut Verdina (2002) guru memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STM, khususnya pembelajaran topik minyak bumi, menurut guru model pembelajaran STM dalam pembelajaran dapat merangsang pengetahuan siswa mengenai keterkaitan antara permasalahan atau isu aktual dengan masyarakat yang akan diberikan. Selain itu setelah menggunakan model pembelajaran STM pada pembelajaran IPA/sains, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan sehingga membuat suasana kelas hidup.


(15)

Hasil penelitian Jusup (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran STM secara teoretis dapat menghasilkan siswa-siswa yang tanggap terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat sebagai suatu bentuk fase eksplorasi, selanjutnya dengan fase pembentukan konsep membuat siswa berani membuat keputusan, dan fase aplikasi sains membuat siswa dapat mengkomunikasikan atau menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) perlu diterapkan pada mata pelajaran IPA/sains SD dengan mempertimbangkan perkembangan usia dan karakteristik materi yang akan dipelajari siswa. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti kembali model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang diterapkan pada konsep energi dan kegunaannya pada lokasi penelitian yang berbeda. Alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan kembali adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk membandingkan antara sosial dan teknologi serta menghargai bagian sains dan teknologi, memberi konstribusi pada pengetahuan dan pengaruh baru. Ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah yang terjadi, proses saat siswa berpikir dan bekerja untuk mengetahui lebih jauh masalah yang mungkin saja terjadi, saat siswa mengaplikasikan antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi.


(16)

Dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP), pokok bahasan energi dan kegunaannya merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dibahas dalam proses pengembangan pembelajaran IPA/sains di kelas. Beberapa konsep yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh siswa sekolah dasar mengenai konsep energi dan kegunaannya antara lain sumber energi panas dan pengaruhnya, sumber bunyi dan sifatnya, sumber energi alternatif, dan keuntungan energi alternatif.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang ”Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Kemampuan Aplikasi Sains Siswa SD”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat lebih meningkatkan kemampuan aplikasi sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)?


(17)

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dan kemampuan aplikasi sains siswa sekolah dasar pada pembelajaran konsep energi dan kegunaannya. Selain itu, tujuan penelitian ini juga untuk mengetahui gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang diterapkan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) yang dapat menambah variasi dalam pembelajaran IPA/Sains di sekolah dasar dalam rangka menumbuhkan kreativitas, meningkatkan pengusaan konsep energi siswa dan aplikasi sains siswa sekolah dasar yang berkaitan dengan pokok bahasan energi dan kegunaannya.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi guru sekolah dasar, akan diperoleh wawasan serta contoh nyata (konkrit) penerapan strategi pengajaran dengan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada pembelajaran pokok bahasan energi dan kegunaannya yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran materi


(18)

yang lain, dan memperbaiki pembelajaran konsep energi dan kegunaannya pada tahun berikutnya.

b) Untuk sekolah dan lembaga pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam perbaikan proses pembelajaran IPA/sains di sekolah dasar.

c) Untuk penulis, penelitian ini menjadi kajian lebih lanjut bagaimana menemukan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran IPA/sains siswa.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Dasar perkembangan kepribadian siswa dalam aspek sikap, prilaku, daya

cipta, dan kreativitas yang sangat diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta perkembangan fisik dan mental anak pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda.

2. Gagasan/konsep awalnya diperoleh dari kehidupan sehari-hari siswa di dalam kelas pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda. 3. Latar belakang sosial ekonomi siswa kota dan pinggiran kota pada kelas

eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda. F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut:


(19)

Ha1: Penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran konsep energi secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran konvensional. ( > ).

Ha2: Penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran konsep energi secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan aplikasi sains siswa sekolah dasar dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran konvensional.

( > ).

F. Definisi Operasional

Agar diperoleh persepsi mengenai penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan. Berikut ini dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) adalah suatu model pembelajaran yang mengaitkan antara konsep-konsep dalam sains, antara sains dan teklnologi, termasuk teknologi sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari atau kaitannya dengan kebudayaan masyarakat. Adapun tahap-tahap pembelajaran sains dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) terdiri dari lima tahap yaitu: tahap apersepsi, tahap pembentukan konsep, tahap kemampuan aplikasi sains , tahap pemantapan konsep, dan tahap evaluasi.


(20)

2. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Penguasaan konsep dimaksud sebagai kemampuan kognitif sebagaimana tercakup dalam taksonomi Bloom yang meliputi C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). (Anderson & Krathwohl, 2001 dalam Saepuzaman, 2008). Dalam penelitian ini hanya ditinjau dua ranah kognitif yaitu C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan). Adanya peningkatan konsep energi siswa ini diukur dengan tes penguasaan konsep, yaitu tes awal dan tes akhir. Tes diberikan berbentuk tes objektif jenis pilihan ganda.

3. Aplikasi sains siswa merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari atau menerapkan konsep itu pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Aplikasi sains siswa dalam pembelajaran IPA/sains dengan indikator: Memberikan contoh-contoh cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, menyebutkan manfaat sumber energi alternatif, membuktikan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair dan zat gas, membuktikan bahwa perpindahan energi panas terjadi secara hantaran (konduksi), aliran (konveksi), dan pancaran (radiasi), membuktikan bahwa perubahan energi gerak menjadi energi panas. Tes


(21)

yang digunakan tes perbuatan dalam bentuk LKS dan tes objektif jenis pilihan ganda.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

R

X

R

Keterangan: O1 = O2 = O3 = O4

Gambar 1.1 Desain eksperimen dengan kelompok kontrol. (Pretest-posttest control group desain)

R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara random. O1 adalah nilai awal kelompok eksperimen, dan O3 adalah nilai awal kelompok kontrol. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang (O1 tidak berbeda dengan O3), maka kelompok eksperimen diberi

treatment/perlakuan untuk diajar dengan penerapan model pembelajaran STM,

dan kelompok kontrol diajar dengan metode pembelajaran konvensional.

Dalam pengujian ini, O2 berarti prestasi kelompok eksperimen setelah diajar penerapan model pembelajaran STM, dan O4 adalah prestasi kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Bila nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4, maka penerapan model pembelajaran STM tersebut lebih efektif dan bila dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional.

O

1

O

2


(22)

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep energi siswa dan kemampuan aplikasi sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Desain eksperimen yang digunakan adalah “The Pretest-Posttest control

group design” (Fraenkel & Wallen, 1993). Desain ini melibatkan dua kelompok

subyek, satu diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-apa (kelompok kontrol). Dari desain ini efek dari suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan di uji dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang dikenai perlakuan model pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembalajaran STM sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O


(24)

Keterangan:

X1 : Perlakuan model pembelajaran STM

X2 : Perlakuan model pembelajaran konvensional O : Pretest-Posttest.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan pembelajaran konvensional.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep energi siswa dan kemampuan aplikasi sains siswa SD.

3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pengalaman guru mengajar, jumlah peserta didik, kondisi kelas atau ruang belajar, pemahaman guru terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), fasilitas pembelajaran, dan materi pembelajaran.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di gugus 2 Perkutut Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV (empat) SD yang ada di gugus 2 Perkutut Kecamatan Singkep tersebut.

Jumlah sekolah dasar di wilayah gugus 2 Perkutut Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga seluruhnya terdiri dari 4 sekolah dasar negeri, yaitu: SDN 002


(25)

Singkep, SDN 011 Singkep, SDN 013 Singkep, dan SDN 014 Singkep, dari keempat sekolah yang dipilih menjadi subjek dalam penelitian ini yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri 002 Singkep (SD A) yang terdiri dari 29 orang siswa, dan kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri 013 Singkep (SD B) yang terdiri dari 30 orang siswa. Sedangkan yang dijadikan kelas kontrol adalah kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri 011 Singkep (SD C) yang terdiri dari 28 orang siswa dan kelas IV (empat) Sekolah Dasar Negeri 014 Singkep (SD D) yang terdiri dari 29 orang siswa.

Dari 29 orang siswa Sekolah Dasar Negeri 002 Singkep yang mengikuti pembelajaran eksperimen yang diambil sampel terdiri dari 29 orang siswa dan dari 30 orang siswa Sekolah Dasar Negeri 013 Singkep yang mengikuti pembelajaran eksperimen yang diambil sampel terdiri dari 30 orang siswa. Begitu pula pada kelas kontrol dari 28 orang siswa Sekolah Dasar Negeri 011 Singkep yang mengikuti pembelajaran pada kelas kontrol yang dijadikan sampel terdiri dari 28 orang siswa, dan dari 29 orang siswa Sekolah Dasar Negeri 014 Singkep yang mengikuti pembelajaran kontrol yang dijadikan sampel terdiri dari 29 orang siswa. Hal ini dikarenakan data yang tidak lengkap, misalnya ada sebagian siswa yang mengikuti tes awal tetapi tidak mengikuti tes akhir karena tidak masuk sekolah, begitu juga sebaliknya beberapa siswa yang mengikuti tes akhir tetapi tidak mengikuti tes awal. Dalam hal ini untuk mencegah terjadinya kekosongan data (missing value) dalam pengolahan data, bagi peserta yang tidak memiliki kelengkapan data, maka tidak diikut sertakan dalam sampel penelitian tetapi tetap mengikuti pembelajaran. Hal ini juga dilakukan untuk memperoleh tingkat


(26)

pemahaman awal yang sama (homogenitas) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berikut ini dapat dilihat pada tabel 3.2 daftar sekolah dasar negeri di gugus 2 (dua) Perkutut Kecamatan Singkep yang dijadikan subjek penelitian, baik sekolah yang dijadikan kelas eksperimen maupun kelas kontrol, serta perbandingan antara siswa yang dijadikan sampel dan jumlah siswa yang tidak dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.2. Jumlah Siswa Kelas IV yang Dijadikan Subjek Penelitian

No. SD Jumlah Siswa

Seluruhnya

Jumlah Siswa yang dijadikan Sampel

1. A 29 29

2. B 30 30

3. C 28 28

4. D 29 29

TOTAL 116 116

Adapun profil guru-guru kelas IV (empat) sekolah dasar yang berada di gugus 2 (dua) Perkutut Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga yang dijadikan subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3. Profil Guru Kelas IV yang Dijadikan Subjek Penelitian

No Sekolah Guru Latar Belakang

Pendidikan Masa Kerja

1 A A D2 PGSD 5 th

2 B B S1 PGSD 6 th

3 C C D2 STAI 7 th


(27)

Pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa latar belakang dari keempat guru yang dijadikan subjek penelitian ini tidak ada yang berlatar belakang guru IPA/sains. D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (2) tahap pelaksanaan dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi perizinan dan observasi serta pengembangan instrumen penelitian.

Adapun yang termasuk dalam kegiatan perizinan dan observasi adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian.

b. Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian, melalui izin penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang disampaikan kepada kepala-kepala sekolah masing-masing Sekolah Dasar (SD).

c. Pemilihan sekolah yang menjadi subjek penelitian, yaitu 4 (empat) SD Negeri yang terdapat pada gugus 2 Perkutut Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.

d. Menghubungi pengawas TK/SD di wilayah gugus 2 Perkutut Kabupaten Lingga untuk memperoleh persetujuan mengenai pelaksanaan penelitian dan menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian untuk mengetahui sejauh mana peran pengawas terhadap penelitian yang akan dilakukan dan dilaksanakan.


(28)

e. Menghubungi kepala-kepala sekolah untuk memperoleh persetujuan mengenai pelaksanaan penelitian dan menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian untuk mengetahui sejauh mana peran sekolah terhadap penelitian yang akan dilakukan dan dilaksanakan.

f. Menghubungi guru-guru kelas IV (empat) yang akan dijadikan objek penelitian dan menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian dengan memberikan langkah-langkah penelitian dan maksud serta tujuan dari penelitian.

g. Membuat jadwal pelaksanaan penelitian yang telah didiskusikan dengan guru, dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing sekolah dan keterkaitannya dengan sekolah yang lainnya dalam satu gugus.

Sedangkan kegiatan yang termasuk ke dalam pengembangan instrumen adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kajian terhadap KTSP Kelas IV (empat) SD materi IPA/sains, mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan membuat indikator pembelajaran.

b. Menentukan materi yang akan dikembangkan (sumber energi dan kegunaannya di kelas IV SD) dan di observasi dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri dari pretest dan posttest tentang penguasaan konsep energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif, aplikasi konsep sains siswa sekolah dasar, tes sikap siswa, lembar observasi pembelajaran dengan menekankan proses pembelajaran dan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), serta pedoman wawancara.


(29)

d. Menyusun RPP untuk enam kali pertemuan, yakni: Pertemuan kesatu dan kedua tentang energi panas (pengertian panas, sumber energi panas, dan perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi), pertemuan ketiga dan keempat tentang energi bunyi (pengertian bunyi, sumber-sumber bunya, dan perambatan bunyi melalui zat padat, zat cair, dan zat gas) pertemuan kelima dan keenam tentang energi alternatif (sumber energi alternatif, manfaat energi alternatif, dan keuntungan menggunakan energi alternatif), serta dilengkapi dengan LKS dari setiap pertemuan (RPP dapat dilihat pada lampiran A. 1, A. 2, A. 3 dan LKS dapat dilihat pada lampiran A.4, A.5, dan A.6).

e. Validasi instrumen. f. Perbaikan instrumen.

g. Melakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran bersama guru dengan cara diskusi dan sharing untuk menambah bekal wawasan kepada guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tes awal tentang penguasaan konsep energi siswa, aplikasi sains siswa, dan sikap ingin tahu siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengetahui kemampuan awal dan sikap awal siswa sebelum dilaksanakan perlakuan.

b. Pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada konsep energi dan kegunaannya, pada kelas eksperimen, dengan


(30)

langkah sebagai berikut:

1) Menentukan permasalahan pokok tentang perpindahan energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif.

2) Menyiapkan peralatan dan logistik yang dibutuhkan dalam melakukan percobaan yang berhubungan dengan materi energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif.

3) Melaksanakan proses model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) di dalam kelas sebanyak enam kali pertemuan, di kelas eksperimen. c. Pelaksanaan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

d. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemunculan aspek model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang dilaksanakan oleh guru pada kedua kelas tersebut pada waktu guru melakukan perlakuan, serta mengobservasi aplikasi konsep sains siswa dan sikap ingin tahu siswa.

e. Pelaksanaan tes akhir untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep energi siswa dan aplikasi konsep sains siswa dan sikap siswa pada konsep energi dan kegunaannya, pada tiap label konsep perpindahan energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol setelah dilaksanakan perlakuan.

f. Sebagai data pendukung, dilakukan wawancara tidak terstruktur pada siswa dan guru, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, untuk mengetahui tanggapan dan kesulitan apa yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi


(31)

Masyarakat (STM) pada konsep energi dan kegunaannya (energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif).

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data.

a. Mengolah skor/nilai tes awal dan tes akhir penguasaan konsep energi siswa dan aplikasi sains siswa pada konsep energi dan kegunaannya pada tiap label konsep energi panas, energi bunyi dan energi alternatif, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menjadikan nilai dengan menggunakan skala 100.

b. Memberi nilai pada angket siswa tentang sikap siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, nilai yang digunakan adalah untuk pernyataan positif maka nilai SS=4, S=3, TS=2 dan STS=1 sedangkan untuk pernyataan negatif maka nilai SS=1, S=2, TS=3 dan STS=4, untuk nilai ideal adalah 4 x 20 x 57 = 4560 : 57 = 80 (Riduwan, 2008).

c. Menghitung uji normalitas dan homogenitas data nilai penguasaan konsep energi siswa, aplikasi sains siswa dan skor angket sikap siswa. Pengujian normalitas distribusi data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji homogenitas varians data dilakukan dengan Levene test.

d. Melakukan uji komparasi tes awal dengan tes akhir pada kedua kelas, nilai angket awal dan nilai angket akhir sikap siswa, dan N-Gain dengan uji-t (bila data normal) atau uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon (bila data tidak normal). Hal ini sesuai dengan pendapat Uyanto (2009) Uji-t satu sampel (one sample

t-test) digunakan untuk menguji rerata (mean) dari sampel tunggal terhadap


(32)

sesuai juga menurut Furqon (2004) yang menyatakan bahwa jika data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon. Dengan kriteria penerimaan hipotesis yaitu; Jika W ≤ W∂ (n) , maka kedua perlakuan berbeda; Jika W > W∂ (n), maka kedua perlakukan tidak berbeda; Jika kedua perlakuan tidak berbeda dengan ∂ = 1% selanjutnya dicoba dengan ∂ = 5%.

e. Menganalisis hasil observasi dengan menggunakan SPSS (Statistical Package

for Sosial Science) versi 12.

f. Menganalisis tanggapan guru tentang model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada materi energi panas, energi bunyi, dan energi alternatif berdasarkan hasil wawancara.

g. Membuat pembahasan dan kesimpulan dari analisis data tersebut. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar 3.4


(33)

E. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada gambar 3.4:

Gambar 3.4 Alur Penelitian Validasi, Uji Coba, Revisi

Studi Literatur: Model Pembelajaran STM, Penguasaan Konsep dan Kemampuan Aplikasi Sains

Penyusunan Perangkat Model Pembelajaran STM Penyusunan Instrumen

1. Soal tes penguasaan konsep sains

2. Soal kemampuan aplikasi sains siswa

3. Angket siswa 4. Pedoman observasi

Pembahasan

Kelompok Kontrol Pretest Kelompok Eksperimen Perumusan Masalah

Posttest Pembelajaran dengan model

STM Pembelajaran

Konvensional

Pengolahan dan analisis data

Observasi keterlaksanaan model

pembelajaranSTM Studi Pendahuluan


(34)

F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu; (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) tes penguasaan konsep energi, (3) tes kemampuan aplikasi sains siswa, (4) angket siswa, dan (5) lembar observasi aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM), (6) lembar panduan wawancara guru dan siswa. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perangkat model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang energi dan kegunaannya untuk 3 (tiga) kali pertemuan, yakni: pertemuan pertama dan kedua tentang sumber-sumber energi panas, perpindahan energi panas secara konduksi (hantaran), perpindahan energi panas secara konveksi (aliran), perpindahan energi panas secara radiasi (pancaran), dan pengaruh panas dan suhu, pertemuan ketiga dan keempat tentang pengertian bunyi, syarat terjadinya bunyi, macam-macam bunyi, dan perambatan bunyi, sedangkan pertemuan kelima dan keenam tentang pengertian energi alternatif, macam-macam energi alternatif, manfaat energi alternatif, dan keuntungan menggunakan energi alternatif (untuk lengkapnya RPP dapat dilihat pada lampiran A.1, A.2 dan A.3). Setiap pertemuan RPP dilengkapi dengan lembar kerja siswa (LKS). LKS dalam hal ini untuk membantu jalannya pembelajaran siswa dalam memfokuskan kegiatan selama pembelajaran


(35)

berlangsung (untuk lengkapnya LKS dapat dilihat pada lampiran A.4, A.5 dan A.6). Setiap pertemuan satu kali pertemuan pembelajaran dengan alokasi waktu selama 4 x 35 menit.

2. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep energi siswa. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C4 yaitu tes penguasaan konsep energi siswa pada instrumen penelitian ini dikonstruksikan dalam bentuk tes pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal setiap soal terdiri dari empat option dengan memperhatikan aspek atau ranah kognitif disesuaikan dengan tingkat kognitif dan perkembangan emosional siswa kelas IV (empat) yakni C1 menghafal (remember) terdiri dari mengenali (Recognizing) dan mengingat (recalling), C2 memahami

(understand) terdiri dari menafsirkan (interpreting), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarising), menarik inferensi (inferring),

membandingkan (comparing), C3 mengaplikasikan (Applying) terdiri dari menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing), C4 menganalisis (analyzing) yang terdiri dari membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing) dan menemukan esan tersirat (atributting). Pemberian

pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan pembelajaran konvensional. Sedangkan posttest untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes penguasaan konsep energi siswa berbentuk pilihan ganda.


(36)

Tes penguasaan konsep energi siswa yang digunakan ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Tes ini dilakukan dua kali yaitu pada saat tes awal dan tes akhir dengan soal yang sama. Tes ini untuk menguji penguasaan konsep energi siswa pada materi energi dan kegunaannya sebelum dan sesudah di perlakukan.

Tabel 3.4. Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep Energi

Label konsep Indikator Pencapaian C1 Aspek Kognitif C2 C3 C4 Jml. Soal

(1) (2) (3) (4)

Suhu dan Kalor Siswa mampu membedakan pengertian suhu

dan kalor. 1 1

Alat pengukur suhu Siswa dapat menyebutkan nama alat untuk

mengukur suhu. 3

1

Sumber energi panas Siswa dapat menyebutkan sumber energi panas. 4 1

Perubahan energi gerak menjadi energi panas

Siswa dapat membuktikan bahwa energi gerak

dapat berubah menjadi energi panas. 6 1

Perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi

Siswa dapat membuktikan perpindahan panas

secara konduksi, konveksi, dan radiasi. 9 8,

10 3

Siswa mampu menjelaskan perpindahan panas secara hantaran (konduksi), aliran (konveksi) dan pancaran (radiasi).

12 13 11 3

Pengertian bunyi Siswa dapat mendefinisikan pengertian bunyi. 14 16 2

Bunyi dapat

didengar

Siswa menyebutkan syarat-syarat bunyi dapat

didengar. 17 18 19 3

Bagian benda yang bergetar

Siswa menyebut bagian-bagian benda yang

dapat bergetar. 20 22 2

Bunyi dan

frekuensinya

Siswa dapat menyebutkan macam-macam

bunyi berdasarkan frekuensinya. 23 1

Bunyi me-rambat melalui zat padat, zat cair dan gas

Siswa membuktikan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair dan zat

gas. 26

1

Pengertian energi alternatif

Siswa dapat membedakan macam-macam

energi alternatif 28 1

Sumber energi

alternatif

Siswa dapat mendefinisikan sumber energi

alternatif. 30 1

Manfaat energi

alternatif

Siswa dapat menyebutkan manfaat energi

alternatif. 33 1

Cara menghemat

energi

Siswa dapat memberikan contoh-contoh menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari.

34 1

Keuntungan sumber energi alternatif

Siswa mampu mengalisis keuntungan memakai sumber energi alternatif.

35,3

6 1


(37)

Untuk lebih jelasnya instrumen kisi-kisi penguasaan konsep energi siswa dapat dilihat pada (lampiran A.1) dan soal tes penguasaan konsep energi siswa dapat dilihat pada (lampiran A.2).

3. Tes Kemampuan Aplikasi Sains Siswa

Tes ini digunakan untuk mengukur bagaimana siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep sains yang tercakup dalam materi energi dan kegunaannya. Item soal yang dikembangkan berbentuk tes aplikasi sains siswa dengan jumlah soal sebanyak 11 butir dengan pilihan (option) sebanyak empat. Pemberian pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan pembelajaran konvensional. Sedangkan posttest untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan yang dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV (empat) SD dapat dilhat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Distribusi Soal Tes Aplikasi Sains Siswa

Label konsep Indikator Pencapaian Aspek Kognitif

No. Soal

Jml. Soal

(1) (2) (3) (4) (5)

Cara

meng-hemat energi

Siswa dapat memberikan contoh-

contoh cara menghemat energi. C3 1 1

Manfaat energi alternatif

Siswa mampu menjelaskan

manfaat energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari.

C3 2,3,4,5 4

Bunyi dapat

merambat

me-lalui zat padat, zat cair, dan zat gas

Siswa mampu menjelaskan bunyi dapat merambat melalui zat

padat, zat cair, dan zat gas. C3 6,7,8 3

Energi gerak

menjadi energi panas

Siswa membuktikan energi gerak


(38)

Untuk lebih jelasnya instrumen kisi-kisi aplikasi sains siswa dapat dilihat pada (lampiran A.3) dan soal tes aplikasi sains siswa dapat dilihat pada (lampiran A.4).

4. Angket Sikap Siswa

Sikap siswa diberikan dalam bentuk angket, dengan jumlah soal 20 butir soal, setiap soal terdapat empat option dengan skala likert yakni (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju dan (STS) sangat tidak setuju. Adapun pembobotan jawaban dari setiap butir soal positif adalah (SS)=4, (S)=3, (TS)=2 dan (STS)=1, sedangkan pembobotan nilai untuk pernyataan negatif adalah (SS)=1, (S)=2, (TS)=3 dan (STS)= 4. Hal ini bertujuan untuk mengukur sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Untuk menjawab setiap pernyataan pada angket sikap ilmiah, siswa cukup menjawab dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang tersedia. Untuk distribusi angket sikap ilmiah dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Distribusi Soal Tes Sikap Siswa

No. Indikator Tujuan Jumlah

Pernyataan

Nomor Pernyataan 1. Sikap siswa terhadap

pelajaran IPA/Sains konsep energi

Mengetahui sikap siswa

terhadap pelajaran

IPA/Sains konsep energi

4 1, 8, 10, dan 14 2. Sikap terhadap cara

guru menyampaikan

materi pelajaran

IPA/Sains

Mengetahui sikap terhadap cara guru menyampaikan

materi pelajaran energi 2 4, dan 6

3. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan

model pembelajaran

Sains Teknologi

Masyarakat

Mengetahui sikap siswa

terhadap pembelajaran

dengan model

pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat

11

2, 3, 5, 7, 11, 12, 13, 15, 18, 19, dan

20 4. Sikap siswa terhadap

konsep energi

Mengetahui sikap siswa


(39)

5. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skenario model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) mencakup lima tahap utama yaitu tahap apersepsi, tahap pembentukkan konsep, tahap kemampuan aplikasi sains, tahap pemantapan konsep dan tahap evaluasi. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti.

6. Lembar Panduan Wawancara Guru dan Siswa

Lembar panduan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru dan siswa berkenaan dengan pembelajaran yang sedang diteliti yakni model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Adapun hasilnya, data hasil wawancara dijadikan pelengkap data hasil observasi. Untuk lebih jelasnya panduan wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada (lampiran A.7)

G. Analisis Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat dan valid dalam penelitian ini, maka dibutuhkan perangkat instrumen yang baik. Instrumen yang digunakan tersebut perlu dianalisis dahulu sebelum digunakan, terutama instrumen tes penguasaan konsep energi siswa dan aplikasi sains siswa. Tes yang baik adalah yang memenuhi validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang baik pula. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan dalam penelitian ini, maka sebaiknya tes tersebut di-jugdgement terlebih dahulu oleh ahli, selanjutnya diuji coba untuk mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya


(40)

pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Setelah diujicobakan selanjutnya dianalisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan klasifikasi soal berdasarkan tiap label konsep dari energi panas, energi bunyi dan energi alternatif. Adapun langkah-langkah pengujian instrumen yang baik adalah sebagai berikut:

a. Validitas Butir soal

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian, diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2005).

Menurut Akdon (2008) alat tes dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan data itu valid sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Sugiyono (2009) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek peneliti dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Pengolahan data hasil uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Anates for Window Versi 4.0 dan Microsoft office Excel 2007. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas butir soal penguasaan konsep energi siswa.

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, dari 36 butir soal yang diujicobakan, diperoleh 25 soal penguasaan konsep energi siswa yang valid yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 26, 30, 31, 33, 34, 35, dan 36. Pemilihan soal-soal tersebut didasarkan pada pertimbangan konsep yang diteliti


(41)

semula 7 konsep yakni; (1) pengertian suhu dan kalor (2) sumber energi panas (3) energi gerak menjadi energi panas (4) perpindahan panas secara hantaran (konduksi), aliran (konveksi), dan pancaran (radiasi) (5) pengertian, syarat-syarat, dan macam-macam bunyi dapat didengar (6) bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair, dan zat gas (7) sumber, macam-macam dan manfaat energi alternatif, hal ini dengan alasan konsep-konsep sumber energi dan perubahannya telah diajarkan sebelumnya baik di SD A, SD B, SD C, dan SD D sehingga akan mengalami kesulitan dalam perbandingan serta tingkat keberhasilannya.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan nilai yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran kepengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan pada subyek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Pengujian reliabilitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan software Anates for Window Versi 4.0, dan Microsoft office Excel 2007.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas tes, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto (2006).


(42)

Tabel 3.7. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Menurut Arikunto (2006)

Interval Reliabilitas

≤ 0,20

0,20 < ≤ 0,40

0,40 < ≤ 0,60

0,60 < ≤ 0,80

0,80 < ≤ 1,00

Sangat Rendah (SR) Rendah (RD)

Sedang (SD) Tinggi (TG) Sangat Tinggi (ST)

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen diperoleh reliabilitas untuk soal penguasaan konsep energi siswa 0,91 dan kemampuan aplikasi sains siswa sebesar 0,88, hal ini dapat dilihat pada lampiran C halaman 190 dan 200. Kategori reliabilitas soal penguasaan konsep dan kemampuan aplikasi sains siswa termasuk kategori sangat tinggi.

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal (indeks kesukaran), yang akan digunakan dalam menentukan apakah butir soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, soal sedang, atau soal sukar. Indeks kesukaran dihitung dengan menggunakan bantuan program ANATES for

Window Versi 4.0. Hasil penghitungan tingkat kesukaran dari setiap item soal,


(43)

Tabel 3.8. Interpretasi Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori Soal

20,00 − 0,30 0,31 − 0,70 0,71 − 1,00

Sukar Sedang Mudah

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen soal penguasaan konsep energi siswa diperoleh indeks kesukaran soal dengan kategori soal sukar sebanyak 9 soal yaitu nomor 2, 6, 10, 17, 23, 27, 28, dan 30. Sedangkan kategori soal sedang sebanyak 27 soal yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 29, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36. Sedangkan indeks kesukaran soal kemampuan aplikasi sains diperoleh soal dengan kategori sedang sebanyak 11 soal yaitu nomor 1, 2, 3 ,4 ,5 , 6, 7 , 8, 9, 10, dan 11. Hasil perhitungan tingkat kesukaran yang lengkap dapat dilihat pada lampiran C.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan dalam menjawab soal dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal.

Untuk hasil perhitungan daya pembeda dari setiap item soal, ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto (2006).


(44)

Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Klasifikasi Soal

20,00 − 0,20222 0,21 − 0,402 20,41 − 0,702 20,71 − 1,002

Kurang baik Cukup Baik Sangat baik

Setiap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui tahapan pengujian atau validasi baik oleh ahlimaupun secara uji empirik dilapangan. Dalam pengujian instrumen soal berbentuk tes pilihan ganda, uji empirik di lapangan memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen tesebut.

Soal tes yang baik harus memiliki tingkat validasi yang tinggi, reliabilitas yang tinggi, daya pembeda yang baik dan tingkat kesukaran yang layak. Pengolahan data hasil uji coba instrumen ini dilakukan dengan menggunakan sebuah software for window Anates versi 4.0 dan Microsoft offiuce Excel 2007. Hasil uji validitas dan reliabilitas butir soal penguasaan konsep energi dapat dilihat 3.10.

Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Butir Soal Penguasaan Konsep Energi Siswa

No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

1 0.449 26 2.562 2.056 Valid 2 0.172 26 0.890 2.056 Tidak Valid 3 0.488 26 2.851 2.056 Valid 4 0.49 26 2.866 2.056 Valid 5 0.461 26 2.649 2.056 Valid 6 0.505 26 2.983 2.056 Valid 7 0.277 26 1.470 2.056 Tidak Valid


(45)

No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

8 0.449 26 2.562 2.056 Valid 9 0.446 26 2.541 2.056 Valid 10 0.363 26 1.986 2.056 Tidak Valid 11 0.438 26 2.484 2.056 Valid 12 0.769 26 6.134 2.056 Valid 13 0.505 26 2.983 2.056 Valid 14 0.544 26 3.306 2.056 Valid 15 0.144 26 0.742 2.056 Tidak Valid 16 0.449 26 2.562 2.056 Valid 17 0.504 26 2.975 2.056 Valid 18 0.747 26 5.729 2.056 Valid 19 0.544 26 3.306 2.056 Valid 20 0.556 26 3.411 2.056 Valid 21 0.185 26 0.960 2.056 Tidak Valid 22 0.544 26 3.306 2.056 Valid 23 0.309 26 1.657 2.056 Tidak Valid 24 0.769 26 6.134 2.056 Valid 25 0.002 26 0.010 2.056 Tidak Valid 26 0.769 26 6.134 2.056 Valid 27 0.284 26 1.510 2.056 Tidak Valid 28 0.363 26 1.986 2.056 Tidak Valid 29 0.17 26 0.880 2.056 Tidak Valid 30 0.488 26 2.851 2.056 Valid 31 0.769 26 6.134 2.056 Valid 32 0.184 26 0.955 2.056 Tidak Valid 33 0.769 26 6.134 2.056 Valid 34 0.675 26 4.665 2.056 Valid 35 0.443 26 2.520 2.056 Valid 36 0.469 26 2.708 2.056 Valid

Dari hasil uji coba reliabilitas serta uji validitas di atas, maka dibuatlah tabel rekapitulasi analisis uji coba soal penguasaan konsep energi siswa seperti terlihat pada Tabel 3.11.


(46)

Tabel 3.11. Rekapitulasi Analisis Ujicoba Instrumen Penguasaan Konsep Energi Siswa

No.

Soal Validitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

1 Valid Sedang 42,86

(Cukup) Dipakai

2 Tidak Valid Sangat Sukar 14,29

(Sangat Kurang) Tidak Dipakai

3 Valid Sukar 57,14

(Baik) Dipakai

4 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

5 Valid Sedang (Baik) 71,43 Dipakai

6 Valid Sukar 42,86

(Cukup) Dipakai

7 Tidak Valid Sedang 42,86

(Cukup) Tidak Dipakai

8 Valid Sedang 42,86

(Cukup) Dipakai

9 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

10 Tidak Valid Sukar 28,57

(Kurang)

Tidak Dipakai

11 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

12 Valid Sedang 52,94

(Baik) Dipakai

13 Valid Sedang 42,86

(Cukup) Dipakai

14 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

15 Tidak Valid Sedang 14,29

(Kurang) Tidak Dipakai

16 Valid Sedang 42,86

(Cukup) Dipakai

17 Valid Sedang 71,43

(Baik) Dipakai

18 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

19 Valid Sedang 57,14

(cukup) Dipakai

20 Valid Sedang 71,43

(Cukup) Dipakai

21 Tidak

Valid

Sedang 14,29

(Sangat Kurang)

Tidak Dipakai

22 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

23 Tidak Valid Sukar 28,57

(Kura) Dipakai

24 Valid Sedang

85,71


(47)

No.

Soal Validitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

25 Tidak Valid Sedang 14,29

(Baik) Tidak Dipakai

26 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

27 Tidak Valid Sangat Sukar 28,57

(Kurang) Tidak Dipakai

28 Tidak Valid Sangat Sukar 28,57

(Kurang) Tidak Dipakai

29 Tidak Valid Sedang 14,29

(Sangat Kurang ) Tidak Dipakai

30 Valid Sukar 57,14

(Cukup) Dipakai

31 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

32 Valid Sedang 14,29

(Sangat Kurang) Tidak Dipakai

33 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

34 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

35 Valid Sedang 57,14

(Cukup) Dipakai

36 Valid Sedang 71,43

(Cukup) Dipakai

Rata2 = 26.40 Jumlah Subjek = 26 Korelasi XY = 0.58 Reliabilitas Tes = 0,91 Simpang Baku = 5.00 Butir Soal = 36 Dengan menggunakan softwere Anates V.4,0. dan Microsoft office Excel 2007. yang sama, maka didapatkanlah hasil uji validitas butir soal aplikasi sains siswa seperti terlihat pada Tabel 3.12.


(48)

Tabel 3.12. Berikut ini adalah hasil uji validitas butir soal aplikasi sains siswa.

Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Butir Soal Aplikasi

No. Soal Korelasi N rhitung rtabel Validitas

1 0.856 26 8.443 2.056 Valid 2 0.742 26 5.644 2.056 Valid 3 0.711 26 5.156 2.056 Valid 4 0.856 26 8.443 2.056 Valid 5 0.856 26 8.443 2.056 Valid 6 0.742 26 5.644 2.056 Valid 7 0.621 26 4.040 2.056 Valid 8 0.742 26 5.644 2.056 Valid 9 0.851 26 8.263 2.056 Valid 10 0.621 26 4.040 2.056 Valid 11 0.851 26 8.263 2.056 Valid

Berdasarkan hasil reliabilitas dan uji validitas soal aplikasi sains siswa di atas, maka dibuatlah tabel rekapitulasi analisis butir soal uji coba tes aplikasi sains siswa seperti pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Soal Tes Aplikasi Sains Siswa

No.

Soal Validitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

1 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

2 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

3 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

4 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

5 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

6 Valid Sedang 85,71


(49)

No.

Soal Validitas

Tingkat Kesukaran

Daya Pembeda

(%) Keputusan

7 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

8 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

9 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai

10 Valid Sedang 85,71

(Sangat Baik) Dipakai

11 Valid Sedang 100,00

(Sangat Baik) Dipakai Rata2 = 26.40 Jumlah Subjek = 26 Korelasi XY = 0.58 reliabilitas Tes = 0,88 Simpang Baku = 5.00 Butir Soal = 36

Uji coba soal tes aplikasi sains siswa diperoleh 11 soal yang valid, terdiri dari beberapa aspek, yaitu: Kegiatan mengamati, kegiatan menggolongkan, mengajukan pertanyaan, hipotesis, merencanakan, mengobservasi, mengelompokkan, menerapkan konsep, mengkomunikasikan pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan tingkat kesukaran yang lengkap dapat dilihat pada lampiran C, halaman 196.

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.14.


(50)

Tabel 3.14. Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen 1. Siswa Penguasaan konsep

energi sebelum men-dapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pretest dan Posttest

Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan

penguasaan konsep energi siswa

2. Siswa Kemampuan aplikasi sains siswa sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pretest dan Posttest

Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan aplikasi sains siswa

3. Siswa dan Guru

Keterlaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakt (STM).

Observasi Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. 4. Siswa

dan Guru

Tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

Kuesioner Angket

I. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan penghitungan secara statistik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil nilai tes penguasaan konsep energi, dan aplikasi sains siswa. Peningkatan yang terjadi sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain faktor (N-Gain) menurut Meltzer2dalam2Hendrawati2(2002).

Rumus gain faktor (N-Gain):2222222222222222 = !"#$ %& '()"$ %&

Keterangan:

: Hasil perhitungan N-Gain

*+,-. : Skor posttest (skor tes akhir)

*+/0 : Skor pretest (skor tes awal)


(51)

Setelah mendapat hasil perhitungan, kemudian dilihat kriteria tingkatan

rerata N-Gain seperti dijelaskan pada tabel 3.15.

Tabel 3.15. Kategori Tingkat N-Gain

Batasan Kategori

N-Gain > 0.7 Tinggi

0.3 ≤ N-Gain ≤ 0.7 Sedang

N-Gain < 0.3 Rendah

Untuk mengetahui perbandingan tingkat penguasaan konsep energi siswa dan aplikasi sains siswa pada model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang memanfaatkan konsep energi dan kegunaannya dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional sekaligus menjawab hipotesis pertama dan kedua, maka data yang diolah berupa nilai tes awal dan tes akhir pada kedua kelas. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas dihitung dengan membandingkan rerata perolehan nilai tes (uji beda), baik tes awal maupun tes akhir, serta peningkatan nilainya (N-Gain).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengolahan data kuantitatif dengan menggunakan statistik parametik adalah data berdistribusi normal dan homogen (Akdon, 2008). Untuk menguji normalitas data, digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov (One Sample Kolmogorov-Smirnov), dan untuk menguji tingkat homogenitas data digunakan uji Levine. Prosedur uji statistik selanjutnya adalah uji beda menggunakan Uji T, uji satu sisi (one tailed test) jika data berdistribusi normal dan homogen. Namun jika data tidak berdistribusi normal


(52)

atau tidak homogen maka digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Dua Sampel Berhubungan (Two Sample Related/ Wilcoxon).

Data respon sikap siswa dan guru dihitung rata-ratanya. Pilihan respon (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju dan (STS) sangat tidak setuju dengan skor pernyataan positif dan negatif berturut-turut, 4, 3, 2, 1 dan 1, 2, 3, 4 serta skor netral sebesar 2,5. Siswa dan guru dinyatakan bersikap positif bila skor rata-rata respon lebih besar dari 2,5 dan sebaliknya siswa dan guru bersikap negatif bila skor rata-rata respon lebih kecil dari 3 (Sumarmo, 1988).


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dan kemampuan aplikasi sains siswa SD pada materi energi dan kegunaannya dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep energi siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) lebih baik dalam meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dibandingkan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan aplikasi sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan aplikasi sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.


(54)

3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada materi energi dan kegunaannya. Siswa menyatakan tertarik dengan pelajaran IPA/sains, siswa tertarik dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa tertarik dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

B. Saran

Saran-saran yang diajukan untuk memperbaiki keterbatasan yang ditemui pada implemintasi model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dan kemampuan aplikasi sains siswa SD pada materi energi dan kegunaannya, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pelatihan (coaching) guru sebelum implementasi program hendaknya diupayakan agar benar-benar menguasai pengetahuan mencakup aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (emosi), dan aspek psikomotor (aktivitas) peserta didik, serta konten materi energi dan kegunaannya yang termuat, untuk meningkatkan kamampuan sains guru dengan memberikan secara berkala sehingga kemampuan IPA/sains guru dapat berjalan lebih baik lagi.

2. Model Pembelajaran STM perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan penguasaan kompetensi bagi tiap siswa, kemampuan belajar siswa, mempertimbangkan damain cara berpikir, penalaran, serta kemampuan memecahkan masalah lingkungan dalm rangka menjawab standar mutu dalam konteks desentralisasi dan otonomi pendidikan.


(55)

3. Pelaksanaan model pembelajaran STM harus sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran yang termuat dan menerapkan disiplin waktu yang ketat sehingga tidak menganggu proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. 4. Pemahaman konsep dasar siswa tentang STM berperan penting dan terkait

dengan keberhasilan penguasaan konsep energi dan kemampuan aplikasi sains siswa penting untuk dipertimbangkan pada pembelajaran sains di daerah yang lingkungannya banyak tersedia sumber-sumber energi alternatif.


(56)

5. Penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat digunakan oleh guru SD di Kota Dabosingkep sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran IPA/sains dan pembelajaran lainnya, terutama dalam meningkatkan penguasaan konsep energi dan aplikasi sains siswa, khususnya pada pokok bahasan energi dan kegunaannya dengan memiliki kemampuan merumuskan masalah, merancang suatu perencanaan dan menetapkan tiap label konsep atau materi ajar yang ada di lingkungan siswa, serta melaksanakan suatu percobaan sederhana, sehingga terjadi komunikasi dan memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi. 6. Penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat

digunakan peneliti lain untuk melihat sejauh mana peningkatan pengembangan potensi siswa, sehingga siswa bisa secara aktif membangun dan menginterprestasikan dirinya maupun lingkungannya.

7. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat masih sangat asing dan berat bagi sebagian besar guru, khususnya guru yang mengajar mata pelajaran IPA/sains. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan (coaching) untuk meningkatkan kamampuan sains guru dengan memberikan secara berkala sehingga kemampuan IPA/sains guru dapat berjalan lebih baik lagi.


(1)

3. Pelaksanaan model pembelajaran STM harus sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran yang termuat dan menerapkan disiplin waktu yang ketat sehingga tidak menganggu proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. 4. Pemahaman konsep dasar siswa tentang STM berperan penting dan terkait

dengan keberhasilan penguasaan konsep energi dan kemampuan aplikasi sains siswa penting untuk dipertimbangkan pada pembelajaran sains di daerah yang lingkungannya banyak tersedia sumber-sumber energi alternatif.


(2)

5. Penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat digunakan oleh guru SD di Kota Dabosingkep sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran IPA/sains dan pembelajaran lainnya, terutama dalam meningkatkan penguasaan konsep energi dan aplikasi sains siswa, khususnya pada pokok bahasan energi dan kegunaannya dengan memiliki kemampuan merumuskan masalah, merancang suatu perencanaan dan menetapkan tiap label konsep atau materi ajar yang ada di lingkungan siswa, serta melaksanakan suatu percobaan sederhana, sehingga terjadi komunikasi dan memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi. 6. Penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dapat

digunakan peneliti lain untuk melihat sejauh mana peningkatan pengembangan potensi siswa, sehingga siswa bisa secara aktif membangun dan menginterprestasikan dirinya maupun lingkungannya.

7. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat masih sangat asing dan berat bagi sebagian besar guru, khususnya guru yang mengajar mata pelajaran IPA/sains. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan (coaching) untuk meningkatkan kamampuan sains guru dengan memberikan secara berkala sehingga kemampuan IPA/sains guru dapat berjalan lebih baik lagi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Dewa Ruchi.Bandung Barat.

Alit, I.M. (2000). Hakikat Pendekatan Science, Technology, and Society dalam Pembelajaran Sains. Bandung: Tesis PPS IKIP.

Apriyana, E. (2002). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dengan Pendekatan Bermain Peran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Arifin, M.H. (2003). Pengaruh Penggunaan Pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat terhadap Prestasi Belajar Fisika. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Arikunto, S. (1995). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi VI .

Jakarta: P T. Asdi Mahasatya Awalya. 1995.

Asyanti, D. (2004). “Analisis Aspek Kognitif Siswa SMA Kelas II pada Sub Pokok Bahasan Pencemaran Air Melalui Model Sains Teknologi Masyarakatuntuk Menghasilkan Life Skill. Skripsi. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Basuki, A. (2011). Pengembangan Program Muatan Lokal Kimia Berbasis Budaya Orang Laut untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik sains, dan Pengetahuan Budaya siswa SMP. Desertasi SPs UPI Bandung: Tidak iterbitkan.

Bodner, G.M. (1986). Constructivism: A theory of knowlwdge. Journal of Chemical Education. Vol. 63(10) pp.0873-878.

Cahyami, E. (2003). Analisis Kegiatan Program pengajaran pada Subpokok Bahasan Pupuk dan Penggunaannya melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Skripsi Jurusan Kimia: Tidak diterbitkan. Dahar, RW. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2007). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Dokumen-I). Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.


(4)

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fitria, D. (2005) Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika: Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.

Galib. (2002). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran

Sains Di Sekolah [online]. Tersedia:

http://www.depdiknas.co.id/jurnal/editorial jurnal pendidikan dan

kebudayaan edisi 34. Html

Hadiat, I.N. (1976). Metodologi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud. Hairida. (1996). Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa terhadap Zat Aditif

melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Tesis Magister SPs UPI: Tidak Diterbitkan.

Hartinawati, et al. (2006). Kecenderungan dalam pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hendrawati, S. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Tematik Tipe Spider Webbed untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA dan Ketrampilan Proses Siswa Sekolah Dasar. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jusup, R. (2008). Penerapan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi dan Kemampuan Aplikasi Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Mahitsa, M. (2007). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika: Tidak diterbitkan.

Madjid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyanto, A.B. (2003) Pembelajaran Energi dan daya Listrik Melalui Pendekatan sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

Nurhasanah. (1997). Pembelajaran Topik Batu Bara untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Aplikasi Konsep Siswa Sekolah Dasar. Tesis Magister PPS IKIP Bandung : FPMIPA IKIP Bandung.

Poedjiadi, A. (1994). Konsep STM dan Pengembangannya Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar. Makalah Seminar Lokakarya Sains Teknologi Masyarakat PPPG IPA Bandung, 11-12 Januar

Poejadjiadi, A. (2006). Sains Teknologi Masyarakat: Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______,(2002). Konstruktivisme dan Pendekatan S-T-M (Sebuah Altenatif Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis kompetensi). (Makalah Lokakarya). FPMIPA UPI, Bandung:Tidak diterbitkan.

_______,(2005). Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai.). Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Rella, T. (2002). Pendekatan Pembelajaran Air dan Pencemarannya untuk Meningkatkan Pengusaan Konsep, Ketrampilan Proses Sains, Sikap siswa Kelas 1 SLTP Melalui Pendekatan S-T-M. Bandung: Tesis tidak diterbitkan. Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alpabeta.

Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Rustaman, dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Saleh, I. (2001). Pembelajaran Konsep Energi dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa. Tesis Bandung: Tidak diterbitkan.

Santyasa, I W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kompetensi. Makalah. Disajikan dalam seminar Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja, 27 Februari 2003, di Singaraja.


(6)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Saepuzaman, D. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah dalam Pembelajaran Materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Siswoyo. (1996). Kaitan antara Isu Lingkungan dengan Pendidikan IPA. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. (1988). Menyusun dan Menganalisis Skala Sikap. Makalah Seminar Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Bandung, Rabu 14 Desember 1988. Tidak dipublikasikan.

Sumaryanto, B. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika: Tidak diterbitkan.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Sutikno, Sobri & Pathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. Trianto. (2007). Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik: Konsep, Landasan, Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Verdina, D. (2002). Analisis Pembelajaran Kimia pada Topik Minyak Bumi Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Skripsi Pendidikan Kimia: Tidak diterbitkan.

Yulianti, L. (2005). Pemberdayaan Alat Peraga dalam Mengimplementasikan pendekatan Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Optik pada Siswa SMA. Bandung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA (10 November 2005).