yang lain, dan memperbaiki pembelajaran konsep energi dan kegunaannya pada tahun berikutnya.
b Untuk sekolah dan lembaga pendidikan, diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan masukan dalam perbaikan proses pembelajaran IPAsains di sekolah dasar.
c Untuk penulis, penelitian ini menjadi kajian lebih lanjut bagaimana
menemukan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran IPAsains siswa.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi atau anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Dasar perkembangan kepribadian siswa dalam aspek sikap, prilaku, daya cipta, dan kreativitas yang sangat diperlukan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta perkembangan fisik dan mental anak pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda.
2. Gagasankonsep awalnya diperoleh dari kehidupan sehari-hari siswa di
dalam kelas pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda. 3.
Latar belakang sosial ekonomi siswa kota dan pinggiran kota pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dibuat hipotesis penelitian sebagai
berikut:
Ha
1
: Penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat STM
dalam pembelajaran konsep energi secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep energi siswa dibandingkan dengan
penggunaan pembelajaran konvensional. .
Ha
2
: Penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat STM dalam pembelajaran konsep energi secara signifikan dapat lebih
meningkatkan kemampuan aplikasi sains siswa sekolah dasar dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran konvensional.
.
F. Definisi Operasional
Agar diperoleh persepsi mengenai penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan. Berikut ini dijelaskan istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini. 1.
Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat STM adalah suatu model pembelajaran yang mengaitkan antara konsep-konsep dalam sains,
antara sains dan teklnologi, termasuk teknologi sederhana serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari atau kaitannya dengan
kebudayaan masyarakat. Adapun tahap-tahap pembelajaran sains dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat
STM terdiri dari lima tahap yaitu: tahap apersepsi, tahap pembentukan konsep, tahap kemampuan aplikasi sains , tahap pemantapan konsep, dan
tahap evaluasi.
2. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang siswa
tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Penguasaan konsep
dimaksud sebagai kemampuan kognitif sebagaimana tercakup dalam taksonomi Bloom yang meliputi C
1
hafalan, C
2
pemahaman, C
3
penerapan dan C
4
analisis. Anderson Krathwohl, 2001 dalam Saepuzaman, 2008. Dalam penelitian ini hanya ditinjau dua ranah kognitif
yaitu C
2
pemahaman, dan C
3
penerapan. Adanya peningkatan konsep energi siswa ini diukur dengan tes penguasaan konsep, yaitu tes awal dan
tes akhir. Tes diberikan berbentuk tes objektif jenis pilihan ganda. 3.
Aplikasi sains siswa merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep- konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari atau menerapkan
konsep itu pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Aplikasi sains siswa dalam pembelajaran IPAsains dengan
indikator: Memberikan contoh-contoh cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari, menyebutkan manfaat sumber energi alternatif,
membuktikan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat padat, zat cair dan zat gas, membuktikan bahwa perpindahan energi panas terjadi secara
hantaran konduksi, aliran konveksi, dan pancaran radiasi, membuktikan bahwa perubahan energi gerak menjadi energi panas. Tes
yang digunakan tes perbuatan dalam bentuk LKS dan tes objektif jenis pilihan ganda.
G. Paradigma Penelitian