Pemerolehan Kalimat Kompleks Bahasa Indonesia dalam Bahasa Lisan Anak Usia 4─5 Tahun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia dini merupakan masa terpenting bagi anak dalam menyerap informasi dan
belajar bahasa. Pemerolehan bahasa adalah tahap pertama yang dilalui anak sebelum
akhirnya belajar bahasa dalam satuan yang lebih kompleks lagi. Pemerolehan bahasa
umumnya berlangsung di lingkungan masyarakat dengan sifat alami dan informal.
Pemerolehan bahasa seorang anak sangat berpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya
karena pemerolehan bahasa pertama diperoleh dari interaksi anak dengan lingkungannya.
Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan yang harus dimiliki anak,
sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Perkembangan berbicara
dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam
membentuk arti.
Perkembangan berbicara pada anak tidak terlepas dari kenyataan adanya
perbedaan kecepatan berbicara, maupun kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan
bahasa. Anak “mempelajari” bahasa dengan berbagai cara yakni meniru, menyimak, dan
mengekspresikan bahasa sesuai dengan pemerolehan bahasa yang dapat dikuasai dalam
pengucapan anak itu saja. Sehingga dalam penyampaian bahasa anak dapat berubah-ubah
atau tidak sesuai dengan struktur kalimat dalam berbahasa.
Pembahasan mengenai Pemerolehan Kalimat Kompleks Bahasa Indonesia dalam
Bahasa Lisan Anak Usia 4─5 Tahun ini menitikberatkan pada analisis psikolinguistik

bahasa yang mengkaji mengenai pola struktur kalimat kompleks, dan jenis kalimat
kompleks apa yang paling dominan dipahami pada anak usia 4─5 tahun. Perkembangan
1
Universitas Sumatera Utara

bahasa kanak-kanak yang kompleks itu berproses menuju sistem yang berlaku umum,
walaupun kaidah bahasa anak belum dikatakan sempurna dan bersifat sebagai kaidah
peralihan.
Kalimat kompleks ditandai dengan konjungsi seperti, dan, tetapi, sedangkan,
atau, dll. (Leo Indra Ardiana, dkk, 2000:32) Perkembangan bahasa setiap anak berbeda,

di mana bahasa akan muncul dalam waktu yang berbeda, dalam budaya yang berbeda,
dan hal tersebut akan membawa perbedaan yang sangat besar pada kemampuan anak
berbahasa. Anak usia 4─5 tahun memiliki pemahaman atau pengetahuan yang berbeda
dalam memahami konjungsi untuk membentuk kalimat misalnya pada konjungsi atau dan
pada konjungsi dan untuk membuat kalimat.
Secara sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau
bagian kata). Sebuah kata bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, karena dia belum
dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh
kalimat itu. Oleh karena itu, Perkembangan bahasa sering menjadi tolok ukur tingkat

intelegensi anak meskipun pada hakikatnya perkembangan seorang anak merupakan
suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi. Artinya seorang anak tidak dapat
dikatakan cerdas jika dia hanya bisa memecahan masalah visuo-motor dan fasih
berbahasa tanpa diimbangi kemampuan bersosialisasi.
Kemampuan menggunakan bahasa dalam pemerolehan bahasa secara sistematis
dan akurat memang tidak mudah. (Bolinger, 1975: 267) berpendapat bahwa anak-anak
yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa yang akan
berkembang nantinya sesuai dengan proses kematangan intelektual anak itu. Potensi
bahasa ini akan berkembang bagi anak-anak apabila saatnya sudah tiba.

2
Universitas Sumatera Utara

Pemerolehan kalimat kompleks dapat dilihat dari bidang kajian sintaksis
khususnya dalam materi pembelajaran kalimat. Seperti yang dikemukakan di atas,
seorang anak tidak dapat dikatakan cerdas jika dia hanya bisa memecahkan masalah
visuo-motor dan fasih berbahasa tanpa diimbangi kemampuan bersosialisasi. Akan tetapi,
kita masih mempunyai banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana
sebenarnya anak-anak memperoleh bahasa. Bagaimana cara mereka berbicara dengan
mengucapkan kalimat sesuai pemerolehan bahasa yang mereka kuasai. Masalah tersebut

menjadi latar belakang penulis mengangkat judul tentang Pemerolehan Kalimat
Kompleks Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Lisan Anak Usia 4─5 Tahun, yang didukung

oleh kemampuan anak dalam menguasai bahasa pada waktu yang relatif singkat.

1.2 Perumusan Masalah
Di dalam kalimat kompleks ada dua struktur kalimat yang biasanya dihubungkan
dengan konjungsi, tetapi terkadang struktur tersebut hanya dihubungkan dengan tanda
koma bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca atau konjungsi apapun.
Kalimat kompleks terbagi menjadi dua jenis: pertama, kalimat kompleks
parataktik yaitu kalimat kompleks yang terdiri dari dua struktur yang memiliki makna
setara atau sejajar dengan menggunakan konjungsi “dan”, “tetapi” dan “atau”. Kedua,
kalimat kompleks hipotaktik adalah kalimat yang memiliki dua struktur yang maknanya
bersifat tidak setara atau sejajar yang digabungkan menjadi satu kalimat dengan
menggunakan konjungsi seperti “apabila”, “jika”. “karena”, dan “ketika” (Indriastuti
2009).

3
Universitas Sumatera Utara


Perumusan masalah yang hendak diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pola strukur kalimat kompleks bahasa Indonesia anak usia 4─5 tahun?
2. Jenis kalimat kompleks apa yang paling dominan diperoleh anak usia 4─5 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah penulis cantumkan di atas, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui pola strukur kalimat kompleks bahasa Indonesia anak usia 4─5 tahun.
2. Mengetahui jenis kalimat kompleks apa yang paling dominan dipahami atau
diperoleh anak usia 4─5 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai
pemerolehan kalimat kompleks bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia
4─5 tahun.
b. Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian di
bidang psikolinguistik khususnya pemerolehan kalimat kompleks pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangsih pengetahuan terhadap proses pembelajaran bahasa
anak.


4
Universitas Sumatera Utara

b. Mampu memberikan masukan untuk merumuskan perencanaan pengajaran
bahasa pendidikan anak usia dini.
c. Meningkatkan kualitas pengajaran dalam mengembangkan bahasa anak
khususnya dalam bahasa Indonesia.

5
Universitas Sumatera Utara