Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Respon
Kata respon berasal dari Bahasa Inggris yaitu response, yang berarti jawaban,

balasan, reaksi atau tanggapan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
dijelaskan bahwa definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi dan jawaban.
Respon bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu
kesan sehingga konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidangbidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku individu,
kelompok, atau masyarakat.
Menurut Sarlito Wirawan (1991.hal.35) secara umum dapat dikatakan bahwa
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:
1.

Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,
kepentingan dan harapannya.


2.

Sasaran respon tersebut berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan
kata lain gerakan, suara ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran
respon turut menentukan cara pandang orang.

3.

Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
situasi dimana respon itu timbul pula mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.

15
Universitas Sumatera Utara

Respon merupakan reaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang
berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang.
Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan melalui
empat tahapan:

1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi
berdasarkan ciri-ciri khusus.
2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk
mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan
kategorisasi yang tepat.
3.

Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan
sementara.

4. Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai
muncul.
Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana
pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas
atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna.Secara
keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik
dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan. Simon dalam
Wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program
pembangunan mencakup tiga hal, yaitu:
a. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik

buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan
diterima dari adanya objek tersebut.
b. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan.
16
Universitas Sumatera Utara

c. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan
terhadap

suatu

kegiatan

yang

terkait

dengan


objek

tersebut.

(http://id.shvoong.com diakses pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 11.20
WIB)

2.1.1. Persepsi
Menurut

Willy

F

Maramis

(2006.hal.15-16),

persepsi


merupakan

keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan) yang diterima panca indera,
kemudian stimulus diantar ke otak dimana ia dikodekan serta diartikan dan
selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang disadarai. Ada yang mengatakan
bahwa persepsi merupakan stimulus yang ditangkap oleh pancaindera individu lalu
diorganisasikan dan kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan
mengerti apa yang diindera itu. Ada yang dengan singkat mengatakan persepsi
adalah yang memberikan makna stimulus inderawi. Jadi persepsi merupakan suatu
proses.
Persepsi menurut McMahon dalam Isbandi Rukminto (1994.hal.105) adalah
proses menginterpretasikan rangsang (input) dengan menggunakan alat penerima
informasi informasi (sensor information). Sedangkan menurut Morgan, King dan
Robinson persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,
mengecap dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula
didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Berdasarkan hal
tersebut William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data
yang kita peroleh dari pengolahan ingatan kita kemudian diolah kembali berdasarkan
pengalaman yang kita miliki.


17
Universitas Sumatera Utara

Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak terlepas dari adanya
pengalaman sensoris terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul,
maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Mungkin 90% dari pengalamanpengalaman sensoris kita sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan
pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Jadi, dalam kebanyakan situasi,
persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas
pengalaman-pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990.hal.49).
Menurut Krech & Crutcfield (dalam Rakhmat, 2003.hal.55) faktor-faktor
yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor
struktural.
a.

Faktor Fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dario kebutuhan, pengalaman
masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang
memnuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.


b.

Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik
terhadap efek-efek syaraf yanng ditimbulkan pada sistem saraf individu,
yaitu masyarakat itu sendiri. Menurut Teori Gestalt bila kita ingin
memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang
terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

2.1.2. Sikap
Thurstone dalam Bimo Walgito (2000.hal.125) memandang sikap sebagai
suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
18
Universitas Sumatera Utara

dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan
afeksi negatif adalah afeksi tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat
menimbulkan berbagai macam sikap, dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan
afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja,
belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain dapat dikemukakan

Thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja.
Menurut Isbandi Rukminto (1994.hal.135), ciri-ciri sikap adalah sebagai
berikut:
a.

Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang
tanpa objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial,
lembaga masyarakat dan sebagainya.

b.

Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan.

c.

Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun
relatif sulit berubah.

d.


Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

e.

Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai
dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

f.

Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya

ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangannya sikap banyak
dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan
perbedaan sikap antara satu individu dengan individu yang lain karena perbedaan
pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi
manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek. Sikap juga dapat berubah dan
19
Universitas Sumatera Utara


faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap adalah (Rukminto, 1994.
hal.154):
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap
pengaruh dari luar biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri
manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok, interaksi antara manusia
yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melaui alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan sebagainya.

2.1.3. Partisipasi
Selain persepsi, sikap dan partisipasi juga menjadi hal yang penting dalam
mengukur respon. Partisipasi merupakan keikutsertaan
kelompok sosial

seseorang di dalam


untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar

pekerjaan atau profesinya sendiri. Partisipasi juga merupakan proses anggota
masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mangambil
peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan , pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Theodorson
dan Sumarto dalam Soelaeman, 2012.hal.76).
Partisipasi secara umum pengertiannya adalah adanya keterlibatan langsung
suatu masyarakat dalam melakukan suatu kegiatan. Partisipasi merupakan
keterlibatan masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan
pembangunan, sejak tahap sosialisai, persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
20
Universitas Sumatera Utara

pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya.
Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif
berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau
keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses
pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi
didaerah (Suprapto, 2007.hal.20).
Menurut Sudarningrum dalam Sugiyah (2001.hal.38) mengklasifikasikan
partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu (http://rizuanramadhan.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-partisipasi.html ?m=1 diakses pada
tanggal 11 Februari 2016 pukul 22.50 WIB) :
1.

Partisipasi

langsung,

yakni

partisipasi

yang

terjadi

apabila

individu

menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisi[asi ini terjadi
apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok
permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau
terhadap ucapannya.
2.

Partisipasi tidak langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu
mendelagasikan hak partisipasinya.
Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk

materi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana demoratis.
Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi yaitu usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, serta lamanya seseorang
tinggal dalam lingkungan. (http://wikipedia.org/wiki/partisipasi diakses pada tanggal
11Februari pukul 23.30 WIB)

21
Universitas Sumatera Utara

2.2. Masyarakat
2.2.1. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatau jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.
(Soekanto, 2007.hal.22)
Menurut Hassan Shadily (1993.hal.47), masyarakat adalah golongan besar
atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara
golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian
kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non
(yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang –
orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.2.2. Masyarakat dan Macamnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang
tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian
kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.
Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang,
untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti
tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya )
22
Universitas Sumatera Utara

dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan
persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.
Menurut Hassan Shadily (1993.hal.50), cara terbentuknya masyarakat
mendatangkan pembagian dalam:
1.

Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
tawanan dan sebagainya.

2.

Masyarakat merdeka terbagi dalam :
a.

Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,
golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak
mudah berhubungan dengan dunia luar.

b.

Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian,
koperasi gereja dan sebagainya.

2.2.3. Asal Masyarakat
Menurut Hassan Shadily (1993.hal.52), bermacam–macam penyelidikan
dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun
yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan
pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup
seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik
kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:
1.

Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk
memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia
mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.
23
Universitas Sumatera Utara

2.

Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,
yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung
bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari
dengan tenaga bersama.

3.

Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu
mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya
mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

4.

Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini
hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena
perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian
oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang
mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan
perbedaan dan perbandingan.

2.2.4 Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasilhasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009.hal.69). Pengembangan masyarakat
menurut PBB adalah suatu proses dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha
pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat. Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan
masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini
ditunjang oleh keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga

24
Universitas Sumatera Utara

perlu pembinaan kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan
kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik
pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab
itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan
perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu
kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut
sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat. Adapun aspekaspek tersebut adalah (Sumodiningrat, 2009.hal.83) :
1.

Masyarakat sebagai unit kegiatan.

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang
sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai
jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat
lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan
kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang menuntut keterlibatan
dari semua anggota. Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai
unit dari kegiatan mereka.
2.

Inisiatif dan kepemimpinan lokal.

Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam
masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal
dari sumber-sumber tersebut.
3.

Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar.

Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk
mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber apa

25
Universitas Sumatera Utara

yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan
manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat
lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.
4.

Partisipasi secara inklusif.

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua
kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan
masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompokkelompok baru menjadi bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa
semua anggota masyarakat bisa memainkan peranannya dalam pengembangan
masyarakat.
5.

Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari
partisipasi inklusif.

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian
tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas.
Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam
pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan
menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6.

Proses

pengambilan

keputusan

secara

demokratis,

rasional,

dan

diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus.
Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang
memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka.
Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan keputusan, namun
perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat
dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang spesifik.

26
Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah perencanaan
dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan,
menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang
lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna
penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta
mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.Integrasi masyarakat, yaitu
suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama
menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat
secara keseluruhan, minat dan partisipasi dalam urusan masyarakat dan saling
menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.

2.2.5. Model-model Pengembangan Masyarakat
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1.

Pengembangan Masyarakat Total.
Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk

menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif
serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan
sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan
memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
2.

Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan
keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu
seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan
masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan masyarakat
lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.

27
Universitas Sumatera Utara

3.

Aksi Sosial

Tujuan

dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan

fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi
sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena dimiskinkan,
mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak diberdayakan, oleh
kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan
kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil.
Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakantindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip
demokrasi, kemerataan dan keadilan.

2.2.6. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong
akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan
dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat yang
madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan taqwa (Sumodiningrat,
2009 : 60).Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005.hal.60).
28
Universitas Sumatera Utara

Konsep

pemberdayaan

tidak

mempertentangkan

pertumbuhan

dan

pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan
yang berkelanjutan. Adapun upaya pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan
dengan tiga hal, yaitu :
1.

Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik
tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki
potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu
dapat dikembangkan.

2.

Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah
yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan
berbagai akses kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan
memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian
berbagai bantuan produktif., pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik
fisik maupun sosial dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3.

Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang
saling menguntungkan.

2.3. Kebijakan Sosial
2.3.1 Defenisi dan Ruang Lingkup Kebijakan Sosial
Secara harfiah, kebijakan sosial merupakan perangkat perundang-undangan
yang berfungsi sebagai landasan hukum dan pedoman dasar gerak operasional dalam
segala upaya dan kegiatan kesejahteraan sosial. Dengan demikian kebijakan sosial
memberikan azas legalitas bagi bergeraknya usaha kesejahteraan sosial dan azas
29
Universitas Sumatera Utara

aksebilitas bagi setiap penerima pelayanan dslam upsys mewujudkan kesejahteraan
sosialnya.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak (Suharto, 2008.hal.10).
Kebijakan sosial memiliki fungsi antara lain:
1.

Fungsi preventif (pencegahan) - mencegah terjadinya masalah sosial

2.

Fungsi kuratif (penyembuhan) – mengatasi masalah sosial

3.

Fungsi developmental (pengembangan) – mempromosikan kesejahteraan
sebagai wujud kewajiiban negara dalam memenuhi hak-hak sosial
warganya.
Dalam garis besar, kebijakan sosail diwujudkan dalam tiga kategori, yakni

perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan
kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau
peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari
kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan sosial berbentuk perundangundangan. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi
preventif atau pencegahan, kuratif atau penyembuhan, dan pengembangan atau
developmental. Kebijakan publik, termasuk di dalamnya kebijakan sosial, dapat
dijadikan perangkat negara yang penting dalam membangun dan meningkatkan
modal sosial (hal.11&96).
Kebijakan sosial seringkali melibatkan program-program bantuan yang sulit
diraba atau dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang
sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik
30
Universitas Sumatera Utara

lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial.
Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan
beberapa kebijan publik. Sedangkan kebijakan mengenai jaminan sosial, seperti
bantuan sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin
atau rentan, adalah contoh kebijakan sosial (hal.12).
Dalam menangani masalah sosial yang ada, maka kebijakan sosial harus
dilakukan secara terencana, terpadu, konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu,
perlu ditelaah secara singkat mengenai beberapa isu kebijakan sosial yang mungkin
timbul dan perlu dipertimbangkan dalam proses dan mekanisme perumusan
kebijakan sosial. Pada dasarnya pemerintah memiliki peran yang besar dalam
perumusan kebijakan sosial tersebut.

2.3.2. Analisis Kebijakan Sosial
Analisis kebijakan sosial adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan
berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang
relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat
diterapkannya suatu kebijakan (Dunn, dalam Suharto, 2007.hal.26). Ada tiga model
analisis kebijakan sosial, yaitu model prospektif, retrospektif dan model integratif.
1.

Model prospektif adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarahkan kajiannya
pada konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model ini
dapat disebut sebagai model prediktif karena seringkali melibatkan teknik-teknik
peramalan (forecasting).

2.

Model retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat
kebijakan setelah suatu kebijakan di implementasikan. Model ini biasanya

31
Universitas Sumatera Utara

disebut sebagai model evaluatif karena banyak melibatkan pendekatan evaluasi
terhadap dampak kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.
3.

Model integratif adalah model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini
kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik karena analisis
dilakukan terhadap konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul, baik sebelum
maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini
biasanya melihat teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi.

2.4. Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)
2.4.1. Latar Belakang ADD
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bertujuan
memberikan pengakuan dan kejelasan kepada desa akan status dan kedudukannya
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Negara memberikan kewenangan
Desa dalam melestarikan adat dan tradisi serta budaya masyarakat Desa. Desa juga
diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakarsa dan peran
partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan mendorong
Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka serta bertanggung
jawab dalam melaksanakan kegiatan di Desa dengan tujuan memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat yang akhirnya memberikan kesejahteraan bersama dan
menempatkan Desa sebagai subjek dari pembangunan. Kedudukan ini memberikan
semangat baru kepada Desa dalam proses percepatan dan pemberdayaan masyarakat
di Desa. Tentu kedudukan tersebut harus didukung dengan sumber pembiayaan yang
memadai.
Dalam pasal 71 sampai 75 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa mengatur sumber-sumber pembiayaan di Desa, sumber-sumber pendapatan di
32
Universitas Sumatera Utara

Desa seperti Pendapatan Asli Desa, Alokasi dari APBN, Bagi Hasil dari Pajak dan
Retribusi Kabupaten, Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Kabupaten, Hibah atau
sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat serta lain-lain Pendapatan Desa yang
sah. Pendapatan Desa yang tersebut diatas ada beberapa rincian yang menjadi
kewajiban dari Pemerintah Daerah yang apabila tidak dilaksanakan tentu akan
berakibat diberikan sanksi oleh Pemerintah Pusat.
Berdasarkan hal tersebut, Desa memiliki kewenangan untuk mengurus
kebijakan-kebijakan tentang desa, terutama dalam hal memberikan pelayanan,
peningkatan peran serta masyarakat dan keswadayaan, prakarsa, inovasi dan
pemberdayaan masyarakat desa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) ini secara umum bertujuan untuk
peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun non fisik dalam
rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk pemberdayaan dan perbaikan
taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa sebagai pelaku utama
pembangunan tersebut.

2.4.2. Pengertian Alokasi Dana Desa (ADD)
Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang di transfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan

pemerintahan,

pelaksanaan

pembangunan,

pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Ketentuan yang mengatur Dana
Desa adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai pelaksanaan dari

33
Universitas Sumatera Utara

ketentuan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat (2) dari Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah alokasi dana ke desa
dengan perhitungan dari Dana Perimbangan yang diterima oleh Kabupaten sebesar
10% setelah dikurangi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dasar hukum
penngalokasian Dana Perimbangan ke Desa sesuai dengan amanat dari UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 72 ayat (4), jika hal tersebut tidak dilaksanakan
maka sanksi tegas dinyatakan dalam Pasal 72 ayat (6), dimana Pemerintah dapat
melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi Dana Perimbangan
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 96 ayat (3)
pengalokasian Dana Desa dihitung dengan pertimbangan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Ketentuan mengenai
penggunaan anggarannya sudah diatur dengan jelas.

2.4.3. Tujuan Alokasi Dana Desa
Setiap Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah pasti memiliki tujuan.
Adapun tujuan Kebijkan Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain:
a.

Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan
kewenangan.

b.

Meningkatkan

kemampuan

Lembaga

Kemasyarakatan

di

desa

dalam

perencanaan pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif
sesuai dengan potensi desa.

34
Universitas Sumatera Utara

c.

Meningkatkan pemerataan pendapatan kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa.

d.

Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

2.4.4. Prinsip Alokasi Dana Desa (ADD)
Prinsip Alokasi Dana Desa pada setiap kabupaten/kota dilakukan secara
berkeadilan berdasarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung dengan
memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota. (Pasal 2 ayat 3 UU No. 6 tahun
2014)

2.4.5. Mekanisme Alokasi Dana Desa (ADD)
Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemidahbukuan dari RKUN
(Rekening Kas Umum Negara) yang merupakan rekening tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri selaku Bendahara Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara
pada bank sentral ke RKUD (Rekening Kas Umum Daerah), yang merupakan
rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh buoati/walikota
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
daerah pada bank yang ditetapkan. Dan pada akhirnya dipindahbukukan ke RKD
(Rekening Kas Desa), yang merupakan rekening tempat penyimpanan uang
Pemerintah Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang tellah ditetapkan. Sebagaimana
bunyi pasal 15 ayat 1 yang kemudian diterangkan lagi presentasenya pada ayat

35
Universitas Sumatera Utara

berikutnya yang paling lambat minggu kedua bulan bersangkutan dari rekening
RKUN ke RKUD dan paling lambat 7 hari dari RKUD ke RKD pada setiap tahap.
Adapun tahap-tahap tersebuut adalah:

2.5.

1.

Tahap I, pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus)

2.

Tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus), dan

3.

Tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).

Kerangka Pemikiran
Indonesia memiliki permasalahan Ketimpangan Pembangunan antar wilayah

perdesaan dengan perkotaan. Disadari bahwa pembangunan pedesaan yang telah
berjalan hingga saat ini belum memuaskan terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat pedesaan. Maka pembangunan untuk wilayah perdesaan seharusnya
dilihat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan disusul dengan Kebijakan Alokasi Dana Desa menjadi jawaban baru atas
persoalan pembangunan di pedesaan. Dimana Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)
ini secara umum bertujuan untuk peningkatan aspek pembangunan baik prasarana
fisik maupun non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk
pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya yang menjadikan masyarakat desa
sebagai pelaku utama pembangunan tersebut.
Pelaksanaan

rogram-program

pembangunan

desa

yang

pendanaanya

bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) telah memberi kewenangan sutuhnya
kepada Pemerintahan Desa dalam mengelola pendanaannya untuk membiayai
penyelenggaraan

pemerintahan,

pelaksanaan

pembangunan,

pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Maka penulis tertarik untuk
36
Universitas Sumatera Utara

mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap program-program pembangunan
yang bersumber dari Alokasi Dana Desa tersebut, yang dalam hal ini penelitian
dilakaukan di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.
Berdasarkan kajian pustaka sebelumnya dapat diketahui bahwa respon
masyarakat memiliki indikator variabel berupa persepsi, sikap, dan partisipasi.
Adapun kategori penilaian pada masing-masing indikator respon masyarkat dalam
penelitian ini adalah kategori negatif, netral, dan positif. Maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seperti apa respon masyarakat, apakah berkategori
negatif, netral, atau positif terhadap program-program pembangunan

yang

bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang.

37
Universitas Sumatera Utara

Untuk menjelaskannya, peneliti membuat bagan yang berisikan alur dari
kerangka pemikiran diatas.
Bagan 1
Kerangka Pemikiran

Program-program
pembangunan yang
Bersumber dari Alokasi Dana
Desa (ADD) di Desa Johar:
 Pembangunan saluran beton,
 Pembangunan rabat beton,
 Belanja Pegawai
Pemerintahan Desa,
termasuk: Kepala Desa,
operasional kantor Kepala
Desa dan perangkat Desa,
 Penambahan modal BUMD
(Badan Usaha Milik Desa)
dalam bentuk usaha sewa
tenda,
 Pengadaan Alat Permainan
Edukatif (APE) untuk
PAUD,
 Bantuan Operasional
TPA/TPQ,
 Pembinaan Posyandu dalam
bentuk pemberian makanan
tambahan,
 Revitalisasi Posyandu,
 Biaya pembinaan PKK,
 Penambahan biaya acara
keagamaan.

RESPON MASYARAKAT
DESA JOHAR KECAMATAN
KARANG BARU KABUPATEN
ACEH TAMIANG

Respon mencakup tiga hal, yaitu:
1. Persepsi, yang meliputi:
- Pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan dana ADD dalam
pembangunan infrastruktur &
pengembangan desa, yang meliputi
tujuan dan manfaat kebijakan
tersebut.
- Atensi masyarakat dalam
pemanfaatan kebijakan tersebut.
2. Sikap, yang meliputi:
- Penilaian masyarakat tentang
pemanfaatan dana ADD.
- Apakah masyarakat
menerima/menolak pemanfaatan
ADD ini.
- Apakah masyarakat mengharapkan
pemanfaatan dana ADD.
3. Partisipasi, yang meliputi:
- Keikutsertaan masyarakat dalam
menikmati pemanfaatan dana ADD.
- Mengikuti ketentuan pemanfaatan
dana ADD sesuai dengan
kesepakatan masyarakat yang
diterapkan.

Positif, Netral, Negatif

38
Universitas Sumatera Utara

2.6.

Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang

dibuat dalam suatu penelitian (Siagian, 2011.hal.138). Dalam hal ini, peneliti ingin
menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Adapun bahasan
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang terwujud baik sebelum
pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau
tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2.

Persepsi adalah pengalaman tetang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulakn informasi dan menafsirkan pesan
Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benarbenar sama.

3.

Sikap adalah keadaan dalam diri seseorang yang memberikan kesiapan dalam
dirinya untuk merespon hal-hal yang dianggapnya benar atau salah terhadap
obyek atau situasi tertentu.

4.

Partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta atau keterlibatan masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung dalam aktifitas berupa perencanaan
dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat.

5.

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia,
yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain.

6.

Program pembangunan adalah rancangan usaha yang terencana secara
tersistematis untuk dijalankan dalam proses perubahan menuju suatu
kemajuan yang konstruktif.

39
Universitas Sumatera Utara

7.

Alokasi Dana Desa yang dikenal dengan ADD adalah suatu program
pemerintah yang mengalokasikan pendanaan kepada Pemerintahan Desa yang
bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan desa yang menjadikan
masyarakat desa sebagai pelaku utamanya.

2.7.

Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat

diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Definisi
operasional adalah lanjutan dari perumusan definisi konsep, perumusan definisi
konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep,
baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan
operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga
konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011.hal.141).
Dalam memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian
ini, adapun yang menjadi definisi operasional dalam respon masyarakat terhadap
program-program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa, meliputi:
1. Persepsi

masyarakat

terhadap

program-program

pembangunan

yang

bersumber dari Alokasi Dana Desa:
a. Pengetahuan masyarakat mengenai program-program pembangunan yang
bersumber dari ADD.
b. Pengetahuan msyarakat mengenai tujuan dan manfaat program-program
pembangunan yang bersumber dari ADD.
c. Atensi

masyarakat

dalam

program-program

pembangunan

yang

bersumber dari ADD.

40
Universitas Sumatera Utara

2. Sikap masyarakat terhadap program-program pembangunan yang bersumber
dari Alokasi Dana Desa:
a.

Penilaian masyarakat tentang program-program pembangunan yang
bersumber dari ADD.

b.

Penerimaan masyarakat pada program-program pembangunan yang
bersumber dari ADD.

c.

Harapan

masyarakat

pada

program-program pembangunan

yang

bersumber dari ADD.
3. Partisipasi masyarakat terhadap program-program pembangunan yang
bersumber dari Alokasi Dana Desa:
a.

Keikutsertaan masyarakat dalam menikmati manfaat program-program
pembangunan yang bersumber dari ADD.

b.

Kesiapan dalam keterlibatan program-program pembangunan yang
bersumber dari ADD.

c.

Mengikuti ketentuan yang sesuai kesepakatan dalam program-program
pembangunan yang bersumber dari ADD.

4. Program pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa:
a.

Perencanaan program pembangunan yang bersumber dari ADD.

b.

Pengalokasian anggaran pembangunan yang bersumber dari ADD.

c.

Pembentukan dan pelaksanaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

d.

Pelaksanaan pada pembangunan sarana, prasarana, dan infrastruktur Desa
(saluran beton, rabat beton, alat permainan edukatif untuk PAUD,
operasional Taman Pendidikan).

e.

Pelaksanaan

pada

pengembangan

masyarakat

dalam

pembinaan

Posyandu, PKK, dan perayaan hari besar keagamaan.
41
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Program Alokasi Dana Kampung Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kampung di Kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

7 61 130

Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo (Studi Pada Desa Ajijahe Dan Desa Ajijulu)

3 54 174

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 16 142

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 12

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 2

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 14

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 3

Respon Masyarakat Terhadap Program-Program Pembangunan yang Bersumber Dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Johar Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 22

Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo (Studi Pada Desa Ajijahe Dan Desa Ajijulu)

0 0 18

Implementasi Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pembangunan Desa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo (Studi Pada Desa Ajijahe Dan Desa Ajijulu)

0 1 1