Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron

  tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Sunarjono dan Soedomo, 1983).

  Tanaman bawang merah memilki batang sejati atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu tersusun dari pelepah- pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus) (Sudirja, 2010).

  Bentuk daun bawang seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Tim Bina Karya Tani, 2008).

  Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek, antara 0,2 - 0,6 cm (Sunarjono dan Soedomo,1983). dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2010).

  Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan

  Syarat Tumbuh Iklim

  Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Namun tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut.

  Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 – 900 m di atas permukaan laut hasilnya kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil (Sumarni dan Hidayat, 2005).

  Produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim agak kering, udara panas dengan sinar matahari 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

  Tanaman bawang merah tumbuh baik di daerah yang bersuhu 25-32°C dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-ratanya 30°C (Wibowo, 2007). meskipun demikian suhu ini belum menjamin tanaman bawang merah bisa membentuk bunga atau biji. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005).

  Tanah

  Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drainase/ aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah 5,6 - 6,5). Tanah dengan tanah humus (Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Sumarni dan Hidayat, 2005).

  Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami tanaman bawang merah adalah tanah lempung berpasir karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerasi yang bagus dan drainasenya pun baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu (Sunarjono dan Soedomo, 1983).

  Bawang merah dapat ditanam di tanah datar hingga berbukit dan pada tanah datar harus dibuatkan saluran drainase dan di daerah berbukit sebaiknya dibuatkan teras. Lahan untuk tanaman bawang merah sebaiknya bukan bekas bawang merah, tetapi telah dirotasi dengan tanaman lain, seperti bekas padi atau tanaman lain. Tujuannya supaya rantai siklus hama penyakit yang ada di tanah terputus (Sinartani, 2012).

  Pembungaan, Pembentukan Buah dan Biji Bawang Merah

  Pembungaan adalah suatu gejala adanya peralihan dari masa vegetatif ke masa generatif yang sebagian ditentukan oleh faktor genetik yang sifatnya turun – temurun dan sebagian lagi ditentukan oleh faktor lingkungan.Panjang hari dan temperatur udara merupakan faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap pembungaan. Untuk

  ˚C - 12˚ C) dan fotoperiodisitas panjang diatas 12 jam. Selain itu, tanaman baru dapat menghasilkan bunga setelah mencapai masa kedewasaannya (Brewster, 1994).

  Faktor genetik yang mempengaruhi pembungaan yaitu umur tanaman, hormon pertumbuhan, dan nutrisi. Tanaman mencapai fase pembungaan pada umur (atau ukuran) yang berbeda. Hormon-hormon yang mempengaruhi pembungaan terutama adalah asam giberelin dan auksin. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pembungaan yaitu suhu, fotoperiodisme, curah hujan hingga stres air (Fahrianty, 2012).

  Pembentukan buah dimulai dengan proses penyerbukan yang meliputi tumbuhnya butir – butir serbuk sari di atas permukaan stigma. Selanjutnya serbuk sari membentuk tabung sari dan masuk ke tangkai putik melalui jaringan transmisi tabung sari untuk mencapai bakal biji. Pembuahan (fertilisasi) terjadi saat serbuk sari (sel jantan) membuahi sel telur di dalam bakal buah. Perkembangan buah dipengaruhi oleh keberhasilan penyerbukan pada stigma sampai pada pembentukan biji pada buah dan banyak proses terjadi yang melibatkan interaksi antara bagian – bagian bunga jantan dan betina (Fahrianty, 2012).

  Buah dan biji terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan yang terjadi pada ovul / bakal biji. Jumlah buah dan biji masak yang terbentuk pada tanaman dipengaruhi beberapa faktor. Banyaknya buah masak yang dapat dipanen ditentukan oleh: (1) Jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman, (2) Persentase bunga yang mengalami pembuahan , (3) Persentase buah muda yang dapat terus tumbuh hingga menjadi buah masak dan (4) Umur buah. Sedangkan kualitas dan kuantitas biji pada buah ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kuantitas polen viabel yang berhasil membuahi ovul.

  Perkembangan buah dan biji sangat dipengaruhi oleh suhu dan lingkungan penyinaran

  Giberelin (GA )

  3 ) adalah ZPT yang merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid

  dengan sistem cincin ent-giberelan yang ditemukan pada tahun 1926 oleh E. Kurosawa, ilmuwan Jepang. GA

  3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat mendorong

  terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari

  Peranan Giberelin yang dominan adalah pada perubahan meristem subapical yang dapat menyebabkan tanaman roset menjadi normal. Peranan lain pada peristiwa bolting (lompatan perobahan dari fase vegetatif ke fase pengeluaran bunga), juga bunga yang tidak difertilisasi pada beberapa tanaman dapat dibuat untuk menghasilkan buah tapi tidak berbiji (partnokarpi) dengan pemberian Giberelin, sementara perannya pada pemuluran batang adalah kecil (Sumarni dkk, 2005).

  Salah satu efek yang paling nyata dari Giberelin adalah pada modifikasi pertumbuhan tanaman, namun efeknya bermacam-macam dan berlainan dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman. Proses modifikasi itu dapat melalui pola pembelahan sel yang berubah yang mengakibatkan terbentuknya organ –organ lain, atau melalui perobahan dalam enzim yang dihasilkan sehingga tanaman tertentu menjadi berbunga dengan mengubah organ vegetatif menjadi organ floral, juga terhadap pengeluaran bunga dan perubahan jenis kelamin bunga (Sumarni dan Soetiarso, 1998).

  Giberellin aktif menunjukkan banyak efek fisiologi, masing-masing tergantung pada tipe giberelin dan juga spesies tanaman. Beberapa proses fisiologi yang dipengaruhi oleh giberelin adalah: 1) merangsang pemanjangan batang dengan merangsang pembelahan sel, produksi enzim (a-amilase) dalam mengecambahkan tanaman sereal untuk mobilisasi cadangan benih, 5) menyebabkan berkurangnya bunga jantan pada bunga dicious, 6) dapat menyebabkan perkembangan buah partenokarpi (tanpa biji). Disamping itu GA

  3 dapat

  menggantikan peran ataupun proses vernalisasi (pemberian temperatur rendah secara buatan) dengan temperatur 10 ˚ C selama 4 minggu, sehingga dapat meningkatkan pembungaan dan hasil biji bawang merah. Itupun pemberian GA

  3 untuk menggantikan

  proses vernalisasi harus didukung oleh faktor cuaca yang optimal dan terkendalinya

  Terdapat berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah perendaman. Perendaman yang dilakukan pada umbi bibit bawang merah pada larutan GA dapat merangsang pembungaan dan dapat

  3

  menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur rendah untuk stimulasi pembungaan. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa perlakuan GA

  3 dan vernalisasi

  mempercepat munculnya kuncup bunga 15 hari, waktu bunga mekar 13 hari serta waktu panen biji 8 hari dengan produksi TSS sebesar 4,80 gram (48 kg.ha) dengan daya kecambah sebesar 87% lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Fahrianty, 2012).

  Pupuk Boron

  Boron (B) adalah salah satu dari 16 unsur hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Konsentrasi boron dalam batuan berkisar antara 5-10 mg/kg dalam batuan. Di dalam tanah, Boron dapat berbentuk sebagai mineral primer (mika dan tourmaline), mineral sekunder (terjerap oleh liat dan bahan organik). Disamping itu boron juga dapat ditemukan dalam larutan (boric acid dan borate anion) dan dalam bahan organik serta biomas mikroba (Shorrocks, 1997). tanah 50 – 100%. Pada kondisi pH rendah boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi terjerap oleh liat tanah. Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boron akan lebih baik (Dear dan Weir, 2004). Untuk dapat tersedia dengan baik pada wilayah permukaan rambut-rambut akar dapat terjadi melalui tiga meknisme : intersepsi akar, aliran masa, dan diffusi (Hakim dkk, 1986).

  Blevins dan Lukaszewski (1998) mengemukakan bahwa tanaman monokotil mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif yang normal dalam kondisi tanpa unsur hara boron. Kebutuhan tanaman akan unsur hara boron akan meningkat ketika memasuki fase reproduktif.

  Boron sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kualitas hasil dari produk buah-buahan, sayuran, kacangan, dan gabah. Unsur boron berperan dalam menstabilkan dinding sel pada tanaman. Secara structural peranan boron sangat erat dalam pembelahan dan pembesaran sel pada bagian tanaman yang sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir, 2004).

  Penyebab rendahnya pembentukan biji pada tanaman bawang merah diantaranya viabilitas serbuk sari yang rendah. Serbuk sari yang viabel merupakan syarat untuk pembentukan biji. Salah satu usaha untuk memperbaiki pembentukan biji dapat dilakukan melalui peningkatan viabilitas serbuk sari. Dan untuk memperbaiki viabilitas serbuk sari dapat digunakan unsur boron (Rosliani dkk, 2012).

  BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Hatoguan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian + 830 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Februari sampai bulan Juli 2014.

  Bahan dan Alat

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bibit bawang merah lokal samosir, air, GA

  3 , pupuk boron, pupuk NPK (15-15-15), pupuk daun Seprint, pupuk organik, insektisida Siromazin 75% (Trigard 75 WP), insektisida Lamda Sihalotrin 25% (Matador 25 EC), dan fungisida Propineb 70% (Anthracol 70 WP).

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, tali plastik, plang nama, ember, handsprayer, pacak sampel, bambu, plastik transparan, timbangan analitik, kalkulator, kamera dan alat tulis.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu: Faktor I : GA

  3 (G) dengan 6 taraf perlakuan yaitu :

  G0 = 0 ppm G3 = 150 ppm G1 = 50 ppm G4 = 200 ppm G2 = 100 ppm G5 = 250 ppm

  Faktor II: Pupuk Boron dengan 4 taraf perlakuan yaitu: B0 = 0 kg/ha B2 = 3 kg/ha B3 = 4,5kg/ha

  Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 24 kombinasi perlakuan, Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot penelitian : 72 plot Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar ulangan : 50 cm

  Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman Jumlah tanaman sampel : 288 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1440 tanaman

  Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut : Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

  Dimana : Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan pupuk Boron pada taraf ke-j dan pengaruh pemberian larutan GA

  3 pada taraf ke-k

  : Nilai tengah μ`

  : Efek dari blok ke-i ρi

  : Efek dari perlakuan pupuk Boron pada taraf ke-j αj

  : Efek perlakuan larutan GA pada taraf ke-k βk

  3 3 pada taraf ke-k

  (αβ)jk : Interaki antara pupuk Boron taraf ke-j dan larutan GA

  3

  εijk : Galat dari blok ke-i, yaitu pupuk boron pada taraf ke-j dan larutan GA pada taraf ke-k nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 91

1. Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif - Status Dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Pada Lahan Produktif Dan Lahan Non Produktif

0 1 10

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain - Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri

1 0 23

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan nutrisi pada anak remaja putri - Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri

0 0 12

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SUAKA POLITIK A. Pengertian Suaka dan Politik - Status Negara Dalam Menerima Para Pencari Suaka Politik Dalam Kasus Edward Snowden Mantan Agen Cia (Central Intelligence Agency)

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Laporan Keuangan - Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2012)

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2010-2012)

0 0 9

Produksi Bunga dan Biji Bawang Merah Lokal Samosir (Allium ascalonicum) Pada Beberapa Konsentrasi GA3 dan Dosis Boron

0 0 45