BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada
hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, maka upaya untuk mewujudkan kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan kewajiban konstitusional yang harus dilakukan secara berencana, bertahap dan
berkesinambungan.
Sejalan dengan itu upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih berdayaguna dan berhasilguna. Dalam hubungan ini di masyarakat telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu Dana Pensiun. Bentuk tabungan ini mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang, untuk dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Penyelenggaraannya dilakukan dalam suatu program, yaitu program pensiun, yang mengupayakan manfaat pensiun bagi pesertanya melalui
suatu sistem pemupukan dan yang lazim disebut sistem pendanaan.
Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya memberikan jaminan 1 kesejahteraan pada karyawan. Jaminan tersebut diberikan dalam bentuk 2 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Ibid.
manfaat atau imbalan pensiun pada saat karyawan tersebut memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan. Jaminan tersebut secara psikologis, jaminan akan masa depan ini akan meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga akan menguntungkan baik perusahaan maupun
karyawan itu sendiri.
Jaminan kesejahteraan yang dikemas dalam manfaat pensiun diberikan pada karyawan dan keluarganya secara berkala sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun, yaitu Undang- Undang Nomor 11 tahun 1992. Undang-undang tersebut didukung PP Nomor 76 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Perangkat- perangkat peraturan tersebut diundangkan dengan maksud untuk mendukung terselenggaranya pengelolaan dana pensiun yang dapat
memberikan manfaat yang optimal bagi peserta.
Dana Pensiun sebagai Lembaga artinya “adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Suatu Dana Pensiun dapat menjadi badan hukum setelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. Fungsi lembaga ini adalah sebagai sarana penghimpun dan pengelola dana untuk memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lembaga ini bekerja untuk memenuhi janji demi Undang-Undang, membayar manfaat 3 pensiun kepada para pesertanya. Jadi bukan karena “iba hati” dan
hhtp : //www.dana pensiun.go.id/old/profil,htm, “latar belakang dana pensiun”,
terakhir diakses tanggal 22 Juni 2013. 4 Ibid.sebagainya. Program pensiun sendiri sudah berlaku di Indonesia jauh sebelum berlakunya Undang-Undang Dana Pensiun, dimana yang menjadi dasar pembentukan dana pensiun pada waktu itu adalah Staatsblad Nomor 377 Tahun 1926 tentang Arbeidsfondsen Ordonantie. Peraturan ini sendiri berlaku lebih kurang tujuh puluh tahun lamanya. Akhirnya pada tanggal 20 April 1992 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun maka ketentuan ini sekaligus mencabut berlakunya
Staatsblad Nomor 377 Tahun 1926 tersebut.
Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun menyebutkan bahwa “dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Pengawasan dan pengaturan lembaga dana pensiun dilakukan oleh Bapepam-LK. Organisasi Bapepam-LK terdiri dari 1 Ketua Bapepam-LK sebagai eselon I dan membawahi 13 unit eselon II (1 sekretariat dan 12 biro teknis), dimana lingkup pembinaaan dan pengawasan meliputi aspek pasar modal, dana pensiun, perasuransian, perbankan, dan usaha jasa pembiayaan serta modal ventura. Penggabungan ini mencerminkan respon dan langkah awal Departemen Keuangan atas semakin terintregrasinya industri Jasa Keuangan.
Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah 5 menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling
Abdulkadir Muhammad, dan Rilda Muniarti, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan , (Bandung: Citra Aditya Bakti,2000), hal. 147. terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga- lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif ini di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus
dilakukan secara terintegrasi.
Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebut Otoritas 6 Jasa Keuangan. Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam Undang-Undang sektoral tersendiri, yaitu Undang-Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana pensiun, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini, Otoritas Jasa Keuangan diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, Otoritas Jasa keuangan harus mampu menjaga kepentingan nasional,antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan,
dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
7 Ibid.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip- prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness). Secara kelembagaan, Otoritas Jasa keuangan berada diluar Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur- unsur dari kedua otoritas tersebut secara Ex-officio. Keberadaan Ex-officio yang dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan. Keberadaan Ex-officio juga diperlukan guna memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasiona, kebutuhan koordinasi, dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga
dan memelihara stabilitas sistem keuangan.
Untuk mewujudkan koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan yang baik, Otoritas Jasa Keuangan harus merupakan bagian dari sistem peyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8 Ibid.
Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap Kegitan jasa keuangan disektor Perbankan, disektor Pasar Modal, dan Kegiatan Jasa Keuangan disektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Khusus dalam skripsi ini yang akan dibahas adalah mengenai Pengaruh diberlakukannya Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan terhadap Lembaga Dana Pensiun.
Lembaga dana pensiun selama ini diawasi dan diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Setelah diundangkannya Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan maka fungsi pengawasan dan pengaturan terhadap lembaga dana pensiun akan beralih ke Otoritas Jasa Keuangan.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat ditarik permasalahan sebagai berikut,
1. Bagaimankah pengaturan Lembaga Dana Pensiun dalam Perundang- undangan di Indonesia?
9 10 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 6 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
2. Bagaimanakah pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun sebelu diundangkannya UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan?
3. Bagaimanakah ketentuan pengawasan Lembaga Dana Pensiun setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini ;
1. Untuk mengetahui pengaturan Lembaga Dana Pensiun dalam perundang- undangan di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun sebelum diUndangkannya UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK
3. Untuk mengetahui ketentuan pengawasan Lembaga Dana Pensiun setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memperkaya serta menambah wawasan ilmiah dalam khasanah ilmu hukum khususnya mengenai pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun, yang sebagaimana diketahui bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dalam Pasal 6 huruf (c) mengatakan Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
2. Secara praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan secara yuridis tentang pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Juga bahan untuk kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
D. Keaslian Penulisan
“Pengaruh Diberlakukannya Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Perkembangan Lembaga Dana Pensiun” Yang diangkat menjadi judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dari penulis dan ditulis sesuai dengan asas-asas keilmuwan yang jujur, rasioanal, objektif, dan terbuka. Skripsi ini juga didasarkan pada referensi dari buku-buku dan informasi dari media elektronik seperti dari internet. Semua ini merupakan implikasi ciri dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga pengakatan judul di atas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Beberapa skripsi yang mengangkat judul tentang dana pensiun antara lain “aspek hukum peranan dan kewenangan Bank umum sebagai salah satu penyelenggaraan investasi dana pensiun”,yang ditulis oleh Chrisse C.Brahmana Nim 050200287 pada tahun 2009 “ suatu tinjauan mengenai lembaga dana pensiun sebagai badan hukum”,yang ditulis oleh Muhammad Ismail Nim 910200147 ‘lembaga dana pensiun ditinjau dari segi hukum perikatan”, yang ditulis oleh Agustina seragi Nim 890200148 Dari ketiga skripsi tersebut diatas, tidak ada dijumpai pembahasan mengenai pengawasan dana pensiun setelah berlakunya Undang-undang OJK. Perbedaan ketiga skripsi tersebut diatas dengan skripsi ini adalah dimana dalam skripsi ini akan dibahas mengenai pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun yang sebelumnya diawasi oleh Bapepam-LK beralih ke OJK setelah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan di Undangkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam kamus bahasa Indonesia , Pengawasan diartikan sebagai
anakala sistem pengawasan ialah proses memerhatikan tingkah 11 laku orang ramai, objek atau proses dalam sistem keakuran pada norma-
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,2005). norma yang dijangka atau dimahukan dalamDidalam skripsi ini akan khusus dibahas mengenai pengawasan terhadap lembaga dana pensiun. Seperti di ketahui bahwa selama ini Bapepam-LK merupakan lembaga yang mempunyai kewenangan penuh dalam mengawasi dan mengatur pelaksanaan lembaga dana pensiun. Namun, dengan diUndang- undangkannya Undang_undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan maka fungsi pengaturan dan pengawasan yang selama ini berada dalam naungan Bapepam-LK beralih sepenuhnya ke OJK.
Dana Pensiun menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Pasal 2 angka 1 adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Sedangkan menurut Zulaini Wahab Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat
lain, dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan pensiun.
Pendapat lain menurut Dahlan Siamat Dana Pensiun itu adalah merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun, yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan
suatu perusahaan, terutama yang telah pensiun.
Otoritas Jasa Keuangan di dalam Undang-Undang Otoritas Jasa 12 Keuangan No. 21 Tahun 2011 Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa
Zulaini Wahab, Segi Hukum Dana Pensiun, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 34. 13 Dahlan siamat, manajemen lembaga keuangan, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996) hal. 74.
Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini.
Pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun berada dibawah lembaga Bapepam-LK (badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan). Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan(Bapepam-LK) terdiri dari 1 Ketua Badan dan membawahi 1 Sekretariat dan 11 Biro Teknis, di mana lingkup pembinaan dan pengawasan meliputi aspek pasar modal, dana pensiun, perasuransian,
perbankan dan usaha jasa pembiayaan serta modal ventura.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan fungsi pengawasan terhadap Lembaga Dana Pensiun akan berlalih dari Bapepam-LK beralih Ke Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan yang tertuang dalam Pasal 6 Undang-undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu “OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor pasar Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Lembaya Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.
14 15 Pasal 1 angka 1Undang-undang No 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan hhtp : //www.bapepam.go.id/old/profil/struktur bapepam.htm, “struktur Bapepam” .
Terakhir kali diakses tanggal 1 mei 2013.
F. Metode Penulisan 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat didalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif,berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban). Dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan bahan dari kepustakaan.
2. Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini, data yang digunakan adalah data sekunder atau data kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan Perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Undang-Undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka(Library Reseach).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (Library Reseach). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih di kenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran dan majalah.
4. Analisis data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan di bahas. Analisis data dilakukan dengan:
1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang di teliti.
2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.
3. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin.
4. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada.
5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab perbab yang saling berangkaian satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I :PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II :PENGATURAN LEMBAGA DANA PENSIUN DI INDONESIA Bab ini berisikan mengenai pengertian,dasar hukum dan jenis-jenis Lembaga Dana pensiun, asa-asas lembaga dana pensiun,kedudukan Lembaga dana pensiun sebagai badan hukum yang mencakup pembentukan dan pengesahan lembaga dana pensiun, tata kelola lembaga dana pensiun, kekayaan lembaga dana pensiun, pembubaran dan penyelesaian lembaga dana pensiun,serta membahas tentang hubungan hukum lembaga dana pensiun dengan peserta.
BAB III : PENGAWASAN LEMBAGA DANA PENSIUN Bab ini berisikan pengertian Bapepam-LK, latar belakang dan sejarah pembentukan, landasan hukum keberadaan Bapepam-LK, tugas dan wewenang Bapepam-LK, pengawasan Bapepam-LK terhadap Lembaga Dana Pensiun.
BAB IV :PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA DANA PENSIUN SETELAH DIUNDANGKANNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUNAGAN
Bab ini berisikan latar belakang dan dasar hukum berdirinya otoritas jasa keuangan, tugas dan wewenang otoritas jasa keuangan, pengurusan otoritas jasa keuangan, kedudukan Bapepam-Lk setelah lahirnya otoritas jasa keuangan, pengawasan otoritas jasa keuangan terhadap lembaga dana pensiun.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi otoritas jasa keuangan dalam pengawasan terhadap otoritas jasa keuangan dan bagi orang-orang yang memebacanya dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengawasan otoritas jasa keuangan terhadap lembaga dana pensiun.