NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM TRADISI GUGUR GUNUNG Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

  

NILAI-NILAI EDUKATIF

DALAM TRADISI GUGUR GUNUNG

Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo

Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang

  

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

  

Oleh:

BAYU SETIAWAN

NIM 111 11 171

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

  

MOTTO

“Indahnya kebersamaan”

“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”

  

PERSEMBAHAN

  Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Muhyidin dan Ibu Suharyati, karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.

  2. Adikku Arum Handayani yang selalu mendoakanku.

  3. Untuk semua teman-temanku yang mendukungku.

KATA PENGANTAR

  Asslamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku pembimbing akademik.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

7. Kepala Desa Ngadirejo, Aparat Dusun dan warga Dusun Kalisari yang telah membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian skripsi ini.

  8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

  Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

  Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

  Salatiga, Agustus 2015 Penulis Bayu Setiawan NIM: 111 11 171

  ABSTRAK

  Setiawan, Bayu. 2015. Nilai-nilai Edukatif dalam Tradisi Gugur Gunung

  (Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag

  Kata kunci: nilai-nilai edukatif dalam tradisi gugur gunung

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai Edukatif dalam tradisi gugur gunung (Studi kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang). Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: Pertama, Apa saja prosesi (tahapan) dalam tradisi gugur gunung. Kedua, Bagaimana persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung. Ketiga, Apa saja nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi gugur gunung.

  Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, Sedangkan analisis data dilakukan dengan klasifikasi data, penyaringan data dan Penyimpulan.

  Temuan penelitian ini adalah: Pertama, prosesi tradisi gugur gunung di Dusun Kalisari meliputi pengumuman, pelaksanaan tradisi gugur gunung yakni kegiatan susruk di bendungan dan breseh di makam serta doa dan tahlilan. Kedua, persepsi masyarakat Dusun Kalisari terhadap tradisi gugur gunung ini adalah sebagai kegiatan yang banyak mengandung nilai-nilai positif. Mereka sangat mendukung dan antusias melaksanakannya. Ketiga, nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung adalah nilai pendidikan religius (nilai akidah, nilai akhlak, nilai ibadah, nilai kemasyarakatan) dan nilai pendidikan sosial (nilai persaudaraan, persatuan dan kesatuan, gotong royong)

  

DAFTAR ISI

  Halaman LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6 E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7 F. Metode Penelitian................................................................................. 9 G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Edukatif 1. Nilai ................................................................................................ 19 2. Edukatif .......................................................................................... 27 3. Nilai Edukatif ................................................................................. 34 B. Tradisi Gugur Gunung 1. Pengertian Tradisi Gugur Gunung ................................................. 42 2. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung ............... 45 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Dusun Kalisari Desa Ngadirejo ......................................... 48 2. Kondisi Geografis .......................................................................... 49 3. Demografis dan Kependudukan ..................................................... 50 4. Pola Penggunaan Tanah ................................................................. 53 5. Sarana dan Prasarana Desa ............................................................. 54 6. Kelembagaan Desa ......................................................................... 55 7. Kondisi Perekonomian Desa .......................................................... 57 B. Temuan Penelitian 1. Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Magelang ........................................................................................ 57 2. Sejarah Tradisi Gugur Gunung ...................................................... 60 3. Prosesi Tradisi Gugur Gunung ....................................................... 61 4. Makna yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung ............... 63

  BAB IV PEMBAHASAN A. Prosesi Tradisi Gugur Gunung di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan Magelang ........................................................................... 65 B. Persepsi Masyarakat Dusun Kalisari terhadap Tradisi Gugur Gunung 73 C. Nilai-nilai Edukatif yang Terkandung dalam Tradisi Gugur Gunung 1. Nilai Pendidikan Religius............................................................... 76 2. Nilai Pendidikan Sosial .................................................................. 81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 83 B. Saran ..................................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun ................... 50Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Umur dan Jenis

  Kelamin ........................................................................................... 50

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 51Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Mata Pencaharian 52Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Ngadirejo Berdasarkan Pemeluk Agama .. 52Tabel 3.6 Luas Wilayah Desa Ngadirejo Berdasarkan Dusun ......................... 53Tabel 3.7 Peruntukan Lahan Desa Ngadirejo .................................................. 53Tabel 3.8 Tempat Ibadah Desa Ngadirejo........................................................ 54Tabel 3.9 Sarana Pendidikan Desa Ngadirejo .................................................. 56

  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kaya akan tradisi yang tersebar disetiap wilayah, tentu saja itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri, oleh sebab itu, kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya mensyukuri serta melestarikan apa yang telah menjadi warisan nenek moyang. Melestarikan tradisi merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa supaya tidak hilang jati diri bangsa tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memperbaiki dalam hal menambah yang positif atau mengurangi yang negatif tradisi yang telah ada.

  Suatu tradisi biasanya mengandung unsur serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan. Sedangkan nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Hakikat makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya (Sauri dan Hufad, 2007:45). Tradisi juga dapat memberikan efek kebiasaan yang baik dan biasanya berlangsung dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan biasanya berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat masih dianggap baik dan relevan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat. Dalam suatu tradisi selalu ada hubungannya dengan upacara tradisional dan biasanya masih dianggap sakral. Oleh karena itu, upacara tradisional semacam itu dipandang sebagian masyarakat sebagai usaha untuk mengenang atau menghormati arwah para leluhur yang sudah mewariskan sebuah tradisi kepadanya. Namun sekarang ini banyak yang salah mengartikan upacara atau rangkaian acara dalam sebuah tradisi dengan berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak perlu dilakukan. Akan tetapi, masih banyak yang mempertahankannya karena mereka berpendapat bahwa hal itu mengandung maksud dan arti pendidikan, karena pendidikan merupakan latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan tanggung jawab (Ainusysyam, 2007:38).

  Seperti halnya dalam masyarakat jawa masih banyak mempertahankan berbagai tradisi. Dari serangkaian tradisi itu terdapat banyak tradisi yang erat kaitannya dengan ritual-ritual keagamaan, terutama pada zaman sekarang ini adalah agama Islam, karena agama Islam sudah menjadi mayoritas di tanah jawa ini, dan apabila dilihat dari segi sejarah memang proses penyebaran agama Islam tidak lepas dari pendekatan melalui tradisi yang ada, sehingga agama Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat jawa, oleh sebab itu kebanyakan masyarakat Islam jawa masih memegang teguh tradisi peninggalan nenek moyang mereka yang dianggap tidak menyimpang dari syariat agama Islam.

  Tradisi yang sudah melekat pada masyarakat jawa merupakan ciri pokok dalam Islam jawa dan dalam tradisi tersebut banyak yang mengandung berbagai macam nilai yang dapat dipetik dan diambil sebagai pembelajaran, baik nilai agama maupun nilai sosial seperti dalam tradisi gugur gunung. Tradisi gugur gunung ini merupakan tradisi turun-temurun yang terus dilestarikan. Salah satunya oleh masyarakat Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Tradisi ini mengandung banyak nilai pendidikan yang dapat dipetik dan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dusun tersebut.

  Istilah gugur gunung memberi inspirasi dan spirit kepada orang banyak agar tidak silau terhadap pekerjaan yang sangat berat (Purwadi dkk, 2005: 117). Mereka secara bersama-sama melaksanakan kegiatan ini sebagai suatu tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun. Pelaksanaan tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Dusun Kalisari Desa Ngadirejo sebagai bentuk rasa syukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT atas panen sawahnya yang melimpah dan nikmat karuniaNya yang lain. Tradisi ini erat kaitannya dengan gotong-royong untuk membuat saluran air dalam menyambut datangnya musim penghujan. Pembuatan saluran air ini dimaksudkan sebagai jalannya air saat musim penghujan yang dialirkan ke sawah mereka. Selain gotong-royong dalam pembuatan saluran air ini, dalam tradisi gugur gunung juga dilakukan ziarah kubur yang disertai dengan kegiatan bersih-bersih makam.

  Setiap tradisi mengandung nilai pendidikan yang dapat dipetik dan diambil sebagai pembelajaran. Begitu juga dalam tradisi gugur gunung yang dilaksanakan oleh masyakat Dusun Kalisari sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya. Persaudaran dan persatuan di antara masyarakat pun juga dapat terjalin semakin erat apalagi pada zaman ini masyarakat sudah dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang dapat mengikis rasa solidaritas di antara mereka. Oleh karena itu, dengan dilestarikannya tradisi ini dapat dijadikan sebagai wadah untuk lebih mempererat tali persaudaraan antar warga. Pelaksanaan ziarah kubur dapat dijadikan sarana bagi para pemuka agama itu mereka dapat menanamkan ajaran-ajaran agama Islam kepada masyarakat seperti firman Allah dalam Al-

  Qur‟an Surat Ali-Imran ayat 104.

  

           

   

  Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang- orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran: 104).

  Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah telah memerintahkan seluruh umat untuk mengajak kepada hal kebaikan dan mencegah dari keburukan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai macam dan bentuk kegiatan. Salah satunya melalui tradisi gugur gunung ini. Berkitan dengan uraian di atas, maka timbul suatu keinginan dari penulis guna mengetahui maksud, tujuan, dan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung yang ada di dalam masyarakat Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Masyarakat setempat menganggap bahwa tradisi gugur gunung yang mereka lakukan bertujuan untuk menjaga persaudaraan dan persatuan diantara mereka serta melestarikan tradisi yang terdapat dalam keyakinan masyarakat jawa. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mengajukan judul skripsi

  “NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM TRADISI GUGUR GUNUNG (Studi Kasus di Dusun Kalisari Desa Ngadirejo Kecamatan tegalrejo Kabupaten Magelang)”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja prosesi (tahapan) dalam tradisi gugur gunung? 2.

  Bagaimana persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung? 3. Apa saja nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi gugur gunung?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui apa saja prosesi (tahapan) yang dilakukan dalam tradisi gugur gunung.

  2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang tradisi gugur gunung.

  3. Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam tradisi gugur gunung.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermafaat baik untuk peneliti sendiri maupun untuk masyarakat, secara lebih rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Manfaat Praktis a.

  Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tradisi gugur gunung.

  b.

  Bagi masyarakat, dapat membantu menyampaikan nilai edukatif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung.

2. Manfaat Teoritis

  Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan dan dapat memperkaya khazanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.

E. Penegasan Istilah

  1. Prosesi Prosesi ialah serangkaian tahapan yang dilaksanakan dalam sebuah kegiatan yang dilaksanakan secara runtut.

  2. Persepsi masyarakat Persepsi ialah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.

  Sedangkan masyarakat ialah sejumlah manusia dalam arti yang seluas- luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (kbbi.web.id). Jadi, persepsi masyarakat ialah tanggapan secara langsungd dari sejumlah orang yang berada dalam lingkungan yang sama mengenai sesuatu hal yang terjadi di lingkungan mereka.

  3. Nilai Edukatif Nilai adalah suatu makna yang terkandung dari setiap perilaku.

  Menurut Liliweri (2002:50) nilai adalah sebuah unsur penting dalam kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan. Nilai adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia atau konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadikan pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan (Depdiknas, 2007:783).

  Edukatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu yang bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan (Depdiknas, 2007:284). Pendidikan menurut bahasa adalah mendidik, melatih, memelihara dan membimbing. Sedangkan menurut istilah pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan tanggung jawab (Ainusysyam, 2007:38).

  4. Tradisi Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat (Depdiknas,

  2007:1208). Sedangkan tradisi menurut penulis adalah peristiwa budaya yang ada dan merupakan bagian warisan dari para leluhur yang bernilai budaya tinggi sehingga menjadi karakter suatu masyarakat yang kuat.

  5. Gugur Gunung Gugur artinya mati atau roboh atau meninggal, jadi dalam arti kasar gugur gunung berarti beramai-ramai merobohkan gunung, dalam hal ini biasanya diartikan apabila kerja gotong royong mencari batu atau merapikan tebing-tebing atau tanggul untuk menjadikan lingkungan lebih rapi dan be /2013/09/pengertian-gugur-gunung.html).

  Gugur gunung memiliki arti suatu kerja yang dilakukan secara bersamaan tanpa mengharap imbalan, jadi lebih mirip dengan kerja bakti atau gotong royong

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data yang akurat. Maka dari itu, perlu adanya suatu metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. “Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran)

  ” (Ghani, 1997:11).

2. Kehadiran Peneliti

  Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

  4. Sumber Data Jenis data yang diikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dokumen yang berisi nilai-nilai edukatif dan tradisi gugur gunung. Penulisan ini menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang diteliti. Penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori secara literatur yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti dalam laporan penelitian ini. Berbagai informasi dari responden dan hasil laporan penelitian dapat berupa kutipan-kutipan atau gambar merupakan data yang dikumpulkan dan dianalaisis. Oleh sebab itu, data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak kedua, baik berupa laporan, catatan, atau yang lainnya.

  5. Prosedur Pengumpulan Data

  Dalam pengumpulan data ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan tiga tehnik pengumpulan data.

  a.

  Metode Observasi Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:167) observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.

  Metode ini digunakan untuk menemukan hasil dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek yakni dengan menyaksikan dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan tradisi gugur gunung.

  b.

  Metode Wawancara Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok (Ratna, 2010:222).

  Metode ini digunakan untuk menggali informasi tentang apa yang ada dalam tradisi gugur gunung yang dilakukan penulis kepada aparat dan warga Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. c.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

  Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh penulis dalam hal ini adalah dokumen penelitian yakni berupa foto-foto pelaksanaan tradisi gugur gunung.

6. Analisis Data

  Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:191) analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.

  Informasi yang dijaring dengan berbagai macam alat dalam studi ini berupa uraian yang penuh deskripsi mengenai subjek yang diteliti, pendapat, pengetahuan, pengalaman dan aspek lainnya yang berkaitan. Namun, tidak semua data itu dipindahkan dalam laporan penelitian, melainkan dianalisis dengan menggunakan prosedur menurut Sugiyono (2009) yaitu: a.

  Reduksi Data Tahap ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari proyek yang diteliti yang berkenaan dengan fokus penelitian. Pada tahap ini penulis menggali informasi melalui wawancara dengan aparat Dusun maupun warga Dusun Kalisari, melakukan pengamatan mengenai pelaksanaan tradisi gugur gunung, mengambil foto sebagai dokumentasi di lapangan, dan dokumentasi dari desa tentang lokasi penelitian.

  b.

  Display Data Pada tahap ini, dilakukan dengan merangkum hal-hal pokok yang ditemukan dalam susunan yang sistematis, yaitu data disusun dengan cara menggolongkannya ke dalam pola, tema,unit stsu kategori, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah, kemudian diberi makna sesuai materi penelitian. Lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan analisis dan interpretasi data adalah merupakan proses penyederhanaan kesimpulan yang singkat, padat dan bermakna (Sugiyono, 2009:16).

  Peneliti pada tahap ini memilah-milah dan menggolongkan informasi sesuai dengan fokus penelitian yang meliputi proses, persepsi mayarakat dan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam tradisi gugur gunung.

  c.

  Verifikasi Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan yang bersumber dari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang diambil dilakukan dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli (Sugiyono, 2009:17). Terutama teori yang menjadi kerangka acuan peneliti dan keterkaitannya dengan temuan-temuan dari penelitian lainnya yang relevan, melakukan proses memberi check mulai dari tahap orientasi sampai dengan kebenaran data terakhir, dan akhirnya membuat kesimpulan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian.

  Pada tahap verifikasi ini, penulis melakukan analisis dari beberapa data dan informasi mengenai tradisi gugur gunung dengan teori-teori yang sudah diambil.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Agar data memiliki validitas, reliabilitas dan objektivitas yang tinggi, perlu dilakukan triagulasi data. Triagulasi data adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, yaitu triagulasi sumber, metode dan teori (Moleong, 2009:178). Dalam penelitian ini, hanya dilakukan triagulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif yaitu mengambil beberapa informan untuk disaring dan dijadikan data yang sesuai.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini ialah sebagai berikut: a.

  Tahap pra lapangan Tahap awal atau pra lapangan yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat judul yang kemudian diajukan, setelah judul diajukan dan mendapat persetujuan maka peneliti menyusun proposal yang dilanjutkan dengan konsultasi penelitian kepada pembimbing.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan Pekerjaan lapangan merupakan sumber dari perolehan data yang nantinya akan diteliti, oleh sebab itu peneliti sebelum melakukan pekerjaan lapangan harus terlebih dahulu mempersiapkan diri berkaitan dengan apa yang akan dilakukan di lapangan. Peneliti akan menggali data atau informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian, kemudian data atau informasi yang telah diperoleh akan dicatat.

  c.

  Tahap analisis data Data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan akan dianalisa oleh peneliti yang disitu terdapat penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian dan kemudian dilakukan pengecekan keabsahan data oleh peneliti. d.

  Tahap penulisan laporan penelitian Tahap penulisan laporan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah penulisan hasil dari penelitian dengan mematuhi aturan penulisan yang telah ditentukan, kemudian peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian kepada pembimbing guna mengoreksi kekurangannya, setelah itu peneliti memperbaiki dari hasil dari konsultasi tersebut.

  Kelengkapan persyaratan ujian merupakan kewajiban yang harus dipenuhi guna mengikuti ujian munaqosah skripsi, maka peneliti mengurus semua persyaratan yang harus dipenuhi tersebut, setelah itu peneliti mengikuti ujian munaqosah skripsi

G. Sistematika Penulisan 1.

  Bagian Awal Berisi mengenai halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi.

2. Bagian Isi

  Bagian ini terdiri dari beberapa bab,yaitu: BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian atau tentang apa yang akan dijadikan pokok bahasan oleh peneliti dan tentang apa yang akan menjadi tujuan penelitian serta untuk mengetahui kegunaan penelitian tersebut, pada bab ini juga di muat tentang penegasan dari beberapa istilah yang terkait dengan judul skripsi, selain itu peneliti juga menuliskan tentang metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II: Bab ini berisikan kajian pustaka yang memuat teori-teori berkaitan dengan judul skripsi, yaitu tentang teori nilai edukatif yang meliputi pengertian dari masing-masing istilah nilai dan edukatif, kemudian sifat dari nilai dan macam-macam nilai menurut para ahli, peneliti juga menuliskan tujuan dan unsur pendidikan serta nilai edukatif yang meliputi nilai pendidikan religius dan nilai pendidikan sosial. Bab ini juga mencantumkan tentang tradisi gugur gunung yang meliputi pengertian dan makna tradisi gugur gunung.

  BAB III: Paparan data dan temuan penelitian merupakan pokok dari

  bab ini yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian tradisi gugur gunung untuk memberikan gambaran latar tentang lokasi yang akan diteliti yaitu di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, kemudian peneliti menggali informasi tentang tradisi ini dengan tokoh masyarakat dan warga setempat lalu dipaparkan tentang sejarah gugur gunung, rangkaian acara yang dilakukan oleh masyarakat, dan makna yang terkandung dalam tradisi gugur gunung di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

  BAB IV: Pembahasan, yaitu penulis mengkaji tentang data yang dikaitkan dengan teori-teori yang sebagaimana dimuat pada bab II, peneliti mengacu pada fokus masalah yaitu menguraikan pembahasan mengenai prosesi tradisi gugur gunung, persepsi masyarakat terhadap tradisi gugur gunung dan nilai-nilai edukatif dalam tradisi gugur gunung di Dusun Kalisari, Desa Ngadirejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

  BAB V: Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan dan saran penulis setelah mengkaji hasil penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan penutup dari skripsi ini.

3. Bagian Akhir

  Pada bagian akhir penulis mencantumkan daftar pustaka yang memuat tentang rujukan-rujukan yang dipakai dalam skripsi ini dan lampiran-lampiran yang diperlukan guna membantu keabsahan skripsi serta di lengkapi dengan daftar riwayat hidup.

  KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Edukatif 1.

  Nilai Nilai atau value berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa

  Prancis valoir yang artinya nilai (Sauri dan Hufad, 2007:43). Nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Hakikat makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupannya (Sauri dan Hufad, 2007:45). Nilai juga diartikan sebagai suatu sasaran sosial atau tujuan sosial yang dianggap pantas dan berharga untuk dicapai (Sagala, 2006:237). Sedangkan menurut Syarbaini (2012:33) mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, di samping sistem sosial dan karya.

  Nilai-nilai adalah aspek evaluasi dari sistem-sistem kepercayaan, nilai sikap. Dimensi-dimensi evaluasi ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai tatanan yang unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderung menyerap budaya (Mulyana dan Jalaluddin, 1993:28).

  Sifat-sifat nilai menurut Sjarkawi (2009:31) dalah sebagai berikut: a.

  Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.

  Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.

  b.

  Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan.

  Semua orang berharap, mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.

  c.

  Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

  Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, yang menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain: a.

  Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Sjarkawi (2009:29)

  1) Nilai moral

  2) Nilai sosial

  3) Nilai undang-undang

  4) Nilai agama

  Keempat nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Dari kebutuhan yang paling sederhana, yakni kebutuhan akan tuntutan fisik biologis, keamanan, cinta kasih, harga diri dan yang terakhir kebutuhan jati diri. Apabila kebutuhan dikaitkan dengan tata nilai agama, akan menimbulkan penafsiran yang keliru. Apakah untuk menemukan jati diri sebagai seorang muslim dan mukmin yang baik itu baru dapat terwujud setelah kebutuhan yang lebih rendah tercukupi terlebih dahulu? Misalnya makan cukup, tidak ada yang merongrong dalam beragama, dicintai dan dihormati kemudian orang itu baru dapat beriman dengan baik, tentunya tidak. Nilai keimanan dan ketaqwaan tidak tergantung pada kondisi ekonomi maupun sosial budaya, tidak terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu.

  b.

  Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi dan psikomotor.

  2) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa. c.

  Pendekatan proses budaya, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh jenis, yaitu: 1)

  Nilai ilmu pengetahuan 2)

  Nilai ekonomi 3)

  Nilai keindahan 4)

  Nilai politik 5)

  Nilai keagamaan 6)

  Nilai kekeluargaan 7)

  Nilai kejasmanian Pembagian nilai-nilai dari segi ruang lingkup hidup manusia sudah memadai sebab mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, karena itu nilai juga mencakup nilai-nilai ilahiyah (ke- Tuhanan) dan nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan).

  a.

  Pembagian nilai didasarkan atas sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)

  Nilai-nilai subjektif. Nilai subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek terhadap objek, hal ini sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek tersebut. 2)

  Nilai-nilai objektif rasional. Nilai objektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat. Seperti nilai kemerdekaan, setiap orang memiliki hak untuk merdeka, nilai kesehatan, nilai keselamatan badan dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.

  3) Nilai-nilai objektif metafisik. Nilai yang bersifat objektif metafisik yakni nilai-nilai yang ternyata mampu menyusun kenyataan objek, seperti nilai-nilai agama.

  b.

  Nilai bisa dilihat dari sumbernya yaitu: 1)

  Nilai ilahiyah (ubudiyah dan muamalah) Nilai ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah.

  2) Nilai insaniyah

  Nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria dasar yang diciptakan oleh manusia pula.

  c.

  Dilihat dari segi ruang lingkup dan keberlakuannya, nilai dapat dibagi menjadi: 1) nilai-nilai universal dan 2) nilai-nilai lokal.

  Tidak tentu semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang bersifat universal. Dari segi keberlakuan masanya dapat dibagi menjadi: 1) nilai-nilai abadi, 2) nilai pasang surut dan 3) nilai temporal.

  d.

  Ditinjau dari segi hakikatnya, nilai dapat dibagi menjadi: 1) nilai hakiki (root values) dan 2) nilai instrumental. Nilai-nilai yang hakiki itu bersifat universal dan abadi, sedangkan nilai-nilai instrumental dapat bersifat lokal, pasang surut dan temporal.

  Prof. Notonegoro dalam Syarbaini (2012:34) membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut: a.

  Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

  b.

  Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.

  c.

  Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci menjadi empat macam, yaitu: 1)

  Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.

2) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.

  3) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa, etika).

  4) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia terhadap Tuhan.

  Nilai merupakan landasan atau tujuan dari kegiatan sehari-hari yang menentukan dan mengarahkan bentuk corak, intensitas, kelenturan (flexible), perilaku seseorang atau kelompok orang, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk produk yang bersifat materi seperti benda-benda budaya maupun bentuk-bentuk non materi yang dinyatakan dalam gerak atau pendapat seseorang yang bersifat non materi, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kesenian, atau pola dan konsep berpikir (Achmadi dan Salimi, 1991:203). Dari nilai tersebut terlahir nilai moral, spiritual atau keagamaan, budaya, intelektual dan sebagainya, yang memiliki makna penting dalam masyarakat dan nilai- nilai tersebut saling berkaitan satu sama lainnya yang saling memberi pengaruh terhadap perilaku masyarakat.

  Nilai moral adalah aturan, ketentuan, kebiasaan, adat istiadat yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendali tingkah laku yang sesuai dan berterima, bersumber pada berbagai keharusan dan larangan, yang diletakkan oleh masyarakat pada warganya (Sukanto, 1994:45). Sehingga nilai moral tersbut digunakan sebagai landasan hidup dalam suatu masyarakat sebagai pengendalian tingkah laku warganya, yang bersumber dari nilai spiritual atau nilai keagamaan. Karena nilai keagamaan adalah “konsep penghargaaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan masyarakat bersangkutan” (Depdiknas, 1989:615).

  Nilai spiritual lebih mengacu pada “nilai-nilai manusiawi non material imaterial. Dalam konteks ilmu pengetahuan spiritual lebih cenderung pada kemampuan-kemampuan lebih tinggi (mental, intelektual, estetik, religius) dan nilai-nilai pikiran, keindahan, kebaikan dan kebenaran, belas kasihan kejujuran dan kesucian merupakan unsur- unsur yang terkandung di dalamnya” (Muliawan, 2005:122-123).

  Manusia diberikan akal pikiran oleh Tuvv vvvvv ccgv bhan sehingga manusia dapat mempunyai nilai intelektual atau pengetahuan yang dapat membedakan antara baik dan buruk tentang suatu persoalan dalam lingkungannya dan manusia dapat memilihnya. Dalam perkembangannya diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang moralitas. Moralitas dipengaruhi oleh kata hati karena kata hati yang memutuskan “mengenai tindakannya sendiri yang merupakan penilaian dalam bidang baik-buruknya. Kata hati dapat dipergunakan sebagai alat pengontrol sebelum tindakan diadakan, dapat berfungsi sebagai penerang, sedangkan sesudah tindakan fungsinya sebagai hakim yaitu mengakui kebaikan atau keburukan tindakan yang telah terlaksanakan karena pilihannya sendiri” (Poedjawijatna, 1983:131).

  Nilai budaya terlahir dari cipta, karya dan rasa manusia, untuk mempererat hubungan antar warga masyarakat agar tidak ada kesenjangan sosial untuk menjaga “keharmonisan sosial yang berarti menjaga agar kehidupan sosial selalu ada dalam keserasian, keselarasan, dan keru kunan” (Roqib, 2007:21). Karena “manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita- citanya” (Simuh, 2003:1).

2. Edukatif a.

  Pengertian Edukatif Edukatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu yang bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan

  (Depdiknas, 2007:284) Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia (Jalaluddin, 2001:65). Setiap orang pasti mengalami dan melakukan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh sejak seseorang berada dalam buaian (sejak kecil) sampai ke liang lahat. Pendidikan dapat diperoleh secara formal yaitu di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan yang terkait serta dapat diperoleh secara informal atau di luar lingkungan sekolah. Pendidikan akan mengantarkan individu untuk memahami suatu objek pengetahuan tertentu sehingga ia akan memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan hal itu (Roqib, 2007:223).

Dokumen yang terkait

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

0 5 17

Strategi Penghidupan Perajin Gerabah di Dusun Klipoh, Desa Wisata Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang

0 0 9

PERANCANGAN PROGRESIVE DIES KOMPONEN RING M7 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

0 0 14

K3108040 Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

0 0 153

K8408059 Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi - Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 60

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komputer

0 0 93

Memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam

0 0 14

HUBUNGAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU PAI DENGAN GAYA BELAJAR SISWA DI SMP NUSANTARA TUNTANG TAHUN PELAJARAN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 100

IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)s

0 1 169

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM BUKU “TUHAN, MAAF KAMI SEDANG SIBUK” KARYA AHMAD RIFA’I RIF’AN SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 3 126