ANTON MARGONO BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi Menurut Sutantya (2002), koperasi adalah suatu perkumpulan atauorganisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar bagi anggota yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

  1. Landasan Koperasi Indonesia Untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat adil dan makmur seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 salah satu sarananya adalah koperasi. Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur landasan koperasi adalah Pancasila, seperti yang tertuang dalam ketentuan Bab II bagian pertama pasal 2 UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

  2. Azas Koperasi Koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan ini memang asas yang sesuai dengan jiwa dan keperibadian Bangsa Indonesia dan telah berurat dan berakar dalam jiwa Bangsa Indonesia (Sutantya, 2002).

  3. Fungsi dan peran Koperasi sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 :

  a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya;

  d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Dasar penggunaan UU No. 25 tahun 1992 adalah dengan keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 28/PUU-XI/2013 untuk membatalkan UU No. 17 Tahun 2012 karena bertentangan dengan UUD 1945 yaitu koperasi berjiwa korporasi dan juga telah menghilangkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.

  4. Jenis Koperasi di Indonesia Berdasarkan pendekatan menurut (Sutantya, 2002) koperasi dibagi dalam beberapa jenis antara lain : a. Koperasi Desa

  Adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan yang sama dalam koperasi dan menjalankan aneka usaha dalam lingkungan tertentu.

  b. Koperasi Unit Desa Adalah lembaga organisasi ekonomi yang menjadi wadah bagi pengembangan bebagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat pedesaan itu sendiri serta memberikan pelayanan kepada anggotanya dan masyarakat pedesaan.

  c. Koperasi Serba Usaha Adalah lembaga organisasi ekonomi yang mengembangkan berbagai kegiatan usaha yang diselenggarakan demi untuk masyarakat pedesaan itu sendiri maupun pada anggotanya.

  d. Koperasi Simpan Pinjam / Perkreditan Adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal perkreditan.

  B. Kinerja 1) Pengertian Kinerja

  Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi”. Dalam praktek, pengukuran kinerja seringkali dikembangkan secara ekstensif, intensif, dam eksternal. Pengembangan kerja secara ekstensif mengandung maksud bahwa lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja, pengembangan kinerja secara intensif dimaksudkan bahwa lebih banyak funsi-fungsi manajemen yang diikutsertakan dalam pengukuran kinerja, sedangkan pengembangan kinerja secara eksternal diartikan lebih banyak pihak luar yang diperhitungkan dalam pengukuran kinerja. Pemikiran seperti ini sangat membantu untuk lebih secara valid dan obyektif melakukan penilaian kinerja karena lebih banyak parameter yang dipakai dalam pengukuran dan lebih banyak yang terlibat dalam penilaian (Pollit dan Boukaert dalam yeremias T, Keban, Ph. D, 2004).

  Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaiaan pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visiorganisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan- tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Mahsun, 2006).

  Dari beberapa pengertian kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja (performance) adalah suatu bentuk prestasi atau tingkat pencapaian hasil dari suatu proses kegiatan/pekerjaan yang dilaksanakan selama kurun waktu tertentu untuk mewujudkan sasaran dan tujuan organisasi.

  2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Menurut Mahmudi (2005) kinerja merupakan suatu konstruk multi dimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

  a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimilki oleh setiap individu. b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.

  c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yaang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

  d. Faktor sistem meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang diberikn oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.

  e. Faktor konstektual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

  Hessel (2005) mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut: a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

  b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organiasi.

  c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan keberhasilan.

  d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

  f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain.

  Hessel (2005) juga mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal berikut ini:

  1. Faktor eksternal yang terdiri dari:

  a. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.

  b. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat tingkat pendapatan ,asyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar.

  c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang ditengah masyarakat, yang memepengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi penigkatan kinerja kinerja organisasi.

  2. Faktor internal yang terdiri dari:

  a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

  b. Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang dijalankan leh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. Sumberdaya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

  c. Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

  3) Pengukuran Kinerja

  Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis

  yang diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard

  Business School ) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance Solutions, Inc .).Konsep ini menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi

  bisnis yang selama ini dianggap hanya condong pada kinerja keuangan. Konsep balanced scorecard mengemukakan tolok ukur keuangan saja tidak cukup memberikan informasi yang komprehensif untuk memandu organisasi dalam rangka penciptaan nilai organisasi dalam jangka panjang. Jika akan melakukan pengukuran kinerja suatu organisasi, maka hendaknya ditilik bukan dari satu aspek saja melainkan dari empat perspektif yakni dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pengembangan (proses belajar dan berkembang). Pada hal ini dapat dikatakan penilaian kinerja organisasi usaha terdiri dari perspektif keuangan dan non keuangan.

  Dengan balanced scorecard dimungkinkan untuk menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tujuan-tujuan yang detail dengan pengukuran kinerja yang terbagi kedalam empat perspektif penting sehingga pimpinan organisasi dapat mempertimbangkan semua ukuran-ukuran operasional yang penting secara simultan. Ada pula ahli lain yang mengatakan balanced

  scorecard merupakan mekanisme untuk menerjemahkan strategi-strategi dan

  taktik secara simultan sehingga kebijakan dan aktifitas dapat diukur mulai dari rencana, implementasi dan sampai kepada hasil.

  Metode Balanced Scorecard terdiri dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif keanggotaan, perspektif internal bisnis dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4. Skema Analisis Metode Balanced Scorecard

  Keterangan Ukuran Kinerja Perspektif Keuangan

  1. Rasio Likuiditas dengan acid test ratio

  2. Return On Equity (ROE)

  3. Rasio Solvabilitas perspektif keanggotaan

  1. Tingkat pertumbuhan jumlah anggota

  2. Profitabilitas anggota

  3. Kesejahteraan anggota

  4. Tingkat kepuasan anggota Perspektif internal bisnis

  1. Jumlah mitra dan usaha menjaga hubungan dengan mitra

  2. Pelaksanaan RAT

  3. Pemilihan pengurus dan karyawan koperasi Perspektif pertumbuhan

  1. Tingkat perputaran karyawan dan pembelajaran

  2. Tingkat kepuasan karyawan

  3. Pengembangan kualitas SDM dan sistem manajemen C. Hasil Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian terdahulu digunakan sebagai studi literatur untuk mencari informasi tentang penelitian yang berkaitan erat dan relevan dengan judul penelitian ini.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Djumadi(2008) dengan judul “Rancangan Balanced Scorecard Sebagai Instrumen Manajemen Strategi DalamPengembangan Kinerja PT. Puspeta Agronusa ”. Dapat diketahui bahwa perspektif keuangan dan pertumbuhan dan pembelajaran memiliki tingkat kepentingan yang lebih penting yaitu sebesar 27,77 dibandingkan perspektif pelanggan dan perspektif bisnis internal masing-masing sebesar 25 persen dan 19,44 persen. Penilaian ini dilakukan berdasarkan pihak manajemen sebagai nara sumber.

  Himpuni(2008), melakukan penelitian dengan “judul Analisis Kinerja

  Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)

  ”. Hasil Analisis kinerja KUD Sumber Alam melalui pendekatan BSC dinilai secara keseluruhan mencapai hasil yang cukup baik, total pencapaian dari keempat perspektif adalah 74,80 persen. Perspektif keanggotaan memiliki kinerja yang lebih baik dimana pencapaian akhir yang diperoleh melebihi total pencapaian perspektif yang lain dengan total skor pada perspektif keanggotaan sebesar 40,00 persen (tingkat pencapaian sebesar 120 persen), sedangkan total skor perspektif keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan, dan proses bisnis internal masing masing 9,49 ; 23,47 dan 1,85 dengan tingkat pencapaian masing-masing 85,4 persen, 84,5 persen, dan 20,00 persen.

  Widodo (2011) dengan judul “Analisis Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel PT.

Jansen Indonesia)”, menyatakan bahwa: 1) Kinerja perspektif keuangan pada PT. Jansen Indonesia secara keseluruhan dapat

  disimpulkan atau dinilai sedang, karena secara umum rasio-rasio keuangan mengalami kenaikan kecuali ROA dan TATO. 2) Kinerja perspektif pelanggan pada PT. Jansen Indonesia secara keseluruhan dapat disimpulkan buruk, karena kepuasan pelanggan buruk kemampuan perusahaan dalam melakukan menjaga rentensi konsumen juga buruk sedangkan kemampuan perusahaan dalam melakukan akuisisi pelanggan sedang. 3) Kinerja perspektif proses bisnis intern pada Perusahaan PT. Jansen Indonesia secara disimpulkan sedang, karena inovasi hanya terjadi sekali selama tiga tahun terakhir dan tidak terjadi penurunan waktu aktivitas operasional secara konsisten pada proses produksi kursi, meja, tempat tidur maupun lemari. 4) Kinerja perspektif learning and growth pada PT. Jansen Indonesia dapat disimpulkan baik pada aspek perputaran karyawan masuk dalam kriteria baik sedangkan produktivitas karyawan mengalami penurunan. Tingkat kepuasan karyawan disimpulkan sedang karena karyawan kurang puas.

  Kadarisman, dkk.(2010) dengan judul “Evaluasi Kinerja Lembaga

  Keuangan Mikro Swamitra Mina Dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogyakarta)

  ”, menyatakan bahwa perspektif keuangan memiliki bobot terbesar (52%) diantara empat perspektif BSC lainnya dan diikuti perspektif pelanggan (26,95%), proses bisnis internal (12,04%), serta pembelajaran dan pertumbuhan (8,67%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengevaluasi kinerja LKM faktor keuangan tetap menjadi target utama atau faktor yang paling penting. Hasil pembobotan alternatif LKM, menunjukkan bahwa LKM tipe 4 memiliki bobot 56,66%.

  Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap LKM tipe 4, yaitu LKM yang berorientasi pada ke empat perspektif BSC yang hasilnya akan lebih komprehensif, baik untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang.