PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA (studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung).

(1)

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

(studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

oleh NURUL AINI

0706654

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Profil Keterampilan Proses Sains (KPS)

Siswa Tunarungu SMALB Pada

Pembelajaran IPA-Fisika. (studi kasus

terhadap siswa tunarungu di SMALB

Negeri Cicendo Kota Bandung)

Oleh Nurul Aini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nurul Aini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NURUL AINI

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

(studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung)

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si NIP. 196810151994031002

Pembimbing II,

Dra. Heni Rusnayati, M.Si NIP. 196102021989012001

Diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA TUNARUNGU SMALB PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA

studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung

Nurul Aini 0706654

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Profil Perkembangan Keterampilan Proses Sains Siswa Tunarungu SMALB Pada Pembelajaran IPA-Fisika” ini dilatarbelakangi oleh kurang dilatihkannya Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa tunarungu di kelas sehingga dalam mempelajari IPA, khususnya Fisika, hanya menjadikannya produk tidak menimbulkan proses dan sikap ilmiah. Akhirnya pelajaran IPA khususnya fisika tidak membuat siswa mempunyai pengalaman belajar IPA. Aspek KPS siswa tunarungu ini dapat berkembang dan dilatihkan selama kegiatan belajar mengajar. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat KPS siswa tunarungu pada pembelajaran IPA-fisika. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah 4 orang siswa-siswi kelas XI SMALB di kota Bandung yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran dan penilaian KPS siswa pada tiap pertemuan KBM, instrumen wawancara kepada guru mata pelajaran, dan angket yang disebarkan kepada seluruh siswa tersebut. Dari pengumpulan data dapat disimpulkan bahwa aspek KPS siswa tunarungu yang dikategorikan sangat tinggi yaitu menggunakan alat dan bahan, yang dikategorikan tinggi yaitu merencanakan percobaan, mengamati, yang dikategorikan sedang yaitu menafsirkan data, meramalkan, berkomunikasi, dan yang dikategorikan rendah yaitu mengajukan pertanyaan. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan untuk melatihkan KPS siswa tunarungu haruslah mengikuti tahapan model pembelajaran berbasis KPS yang telah dibuat oleh Haryono (2006), serta prinsip pembelajaran kepada siswa tunarungu yaitu pemilihan konteks dan kekongkritan materi, strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan komunikasi antara guru dan siswa tunarungu.


(5)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN TEORI SISWA TUNARUNGU, PRINSIP PEMBELAJARAN KEPADA SISWA TUNARUNGU, DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ... 7

A.Siswa Tunarungu ... 7

B.Prinsip Pembelajaran Kepada Siswa Tunarungu ... 10

C.Keterampilan Proses Sains ... 12

D.Penemuan Penelitian Sebelumnya ... 16

E. Teori Penelitian Studi Kasus ... 16

F. Ringkasan dan Kerangka Pikir Peneliti ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 19


(6)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Metode Penelitian ... 20

D.Definisi Operasional ... 21

E. Sumber Data ... 21

F. Instrumen Penelitian ... 22

G.Teknik Pengumpulan Data ... 22

H.Teknik Pengolahan Data ... 24

I. Teknik Analisis Data ... 26

J. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 29

B.Analisis KPS Setiap Siswa ... 37

C.Perkembangan KPS Siswa Tunarungu dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 51

D.Karakteristik Model Pembelajaran untuk Mengembangkan KPS Siswa Tunarungu ... 62

E. Pembahasan Data ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 72

A.Simpulan ... 72

B.Saran ... 74

C.Rekomendasi ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN – LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP


(7)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2.1 Tingkat Desibel Suara dan Taraf Kehilangan Pendengaran ... 8

Tabel 2.2 Keterampilan Proses Sains Dan Indikatornya ... 14

Tabel 2.3 Indikator KPS yang Diteliti ... 18

Tabel 3.1 Kriteria Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 24

Tabel 3.2 Interpretasi Persentase Kemampuan KPS ... 25

Tabel 4.1 Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran ... 30

Tabel 4.2 Perkembangan KPS Alen ... 38

Tabel 4.3 Perkembangan KPS Reni ... 42

Tabel 4.4 Perkembangan KPS Risa ... 45

Tabel 4.5 Perkembangan KPS Saliha ... 49

Tabel 4.6 Rata-rata Perkembangan KPS Siswa Tunarungu ... 51

Tabel 4.7 Indikator KPS Siswa Tunarungu ... 70

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tahapan Proses Pembelajaran Pengembangan KPS Siswa ... 15

Gambar 4.1 Grafik Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 30

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan KPS Tiap Pertemuan ... 52


(8)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pendidikan. Segala hal tentang pendidikan sudah diatur melalui undang-undang negara. Seperti undang-undang pendidikan khusus yang di dalamnya mengatur pendidikan untuk warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial. Hal ini tertulis dalam undang-undang Sisdiknas no. 20 tahun 2003 pasal 5 (Depdiknas, 2006: 4) tentang hak dan kewajiban warga negara, yang berbunyi bahwa:

1. Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu.

2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Undang-undang ini menguatkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan pun berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu segala peraturan telah dibuat dan dikategorikan berdasarkan tingkat kelainan tersebut.

Dalam undang-undang di atas, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam pemberian pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan kepada siswa normal dan siswa yang tidak normal. Tidak ada perbedaan kecerdasan antara siswa normal dan siswa tunarungu, walaupun secara fisik siswa tunarungu memiliki gangguan dalam pendengaran karena terdapat kerusakan pada sistem pendengarannya.

Menurut para ahli meskipun sistem pendengarannya terganggu tapi aspek penglihatan dan aspek motoriknya berkembang lebih cepat. Intelegensi siswa tunarungu dapat dikembangkan jika pendekatan pembelajaran yang digunakan guru tidak banyak menggunakan kecerdasan verbal tapi kecerdasan motorik


(9)

2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka, misalnya lebih banyak mengajak siswa dalam melakukan percobaan dan pengamatan. Hal senada juga dikemukakan oleh Sutjihati Somantri (2007: 97), bahwa:

Kerendahan tingkat intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena intelegensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Aspek intelegensi yang terhambat perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Seperti halnya di tingkat SDLB dan SMPLB, di tingkat SMALB diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMALB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Meskipun pemerintah telah membuat tujuan dan meningkatkan fasilitas dalam mengembangkan keterampilan proses IPA siswa tunarungu, tapi sampai saat ini belum pernah ada penelitian untuk mengungkap bagaimanakah profil


(10)

3

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan proses IPA siswa tunarungu di dalam kelas. Pada kenyataannya pembelajaran IPA khususnya fisika di kelas siswa tunarungu tidak sesuai harapan dan tujuan kurikulum. Hal ini dibuktikan dari hasil studi pendahuluan pada salah satu SMALB tunarungu dengan cara observasi terhadap proses pembelajaran fisika, pemberian kuesioner/angket ke siswa, wawancara dengan guru pelajaran IPA dan siswa yang menjadi sampel, serta hasil penelitian Reserch and Development (R&D) dari Mia Nurkanti (2011).

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran fisika diperoleh bahwa pembelajaran yang digunakan guru di kelas siswa tunarungu lebih banyak menggunakan model pembelajaran ekspositorik dengan metode ceramah. Hal ini kurang bisa memberikan pengalaman belajar dan mengembangkan keterampilan proses IPA siswa karena model ini lebih banyak berorientasi kepada guru. Model ini kurang tepat bila diterapkan kepada siswa yang memiliki kelemahan menyimak dan mendengar bahkan model seperti ini dapat membuat siswa tunarungu bertambah bingung. Kebingungan ini terlihat ketika di akhir pembelajaran guru meminta refleksi dari siswa dengan mengajukan pertanyaan seputar materi yang telah diberikan, banyak siswa yang tidak dapat menjawabnya. Maka dari itu penentuan model dan metode pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam menangkap makna dari materi pembelajaran. Model dan metode yang digunakan haruslah berorientasi kepada siswa sehingga siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah tersebut, diperlukan model dan metode yang tepat dalam menyampaikannya serta dapat melatih intelegensi penglihatan dan motorik mereka. Sampai saat ini pendekatan keterampilan proses belum memiliki tahap-tahap yang jelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran, khususnya yang diarahkan untuk siswa tunarungu. Pendekatan keterampilan proses sains/ IPA dapat diimplikasikan melalui


(11)

model-4

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran yang memiliki karakteristik sama dengan pendekatan keterampilan proses.

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan alasan ingin mengungkap perkembangan keterampilan proses sains/IPA siswa tunarungu dalam pembelajaran IPA-fisika, sehingga pada akhirnya tujuan dan harapan dari pemerintah yaitu mengembangkan keterampilan proses dan memberikan pengalaman belajar pada siswa tunarungu dapat terlaksana.

Berdasarkan latar belakang dan alasan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diberi judul “Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Tunarungu SMALB Pada Pembelajaran IPA-Fisika. Studi kasus terhadap siswa tunarungu di SMALB Negeri Cicendo Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa tunarungu SMALB pada pembelajaran IPA-fisika?

2. Aspek KPS manakah yang berkembang baik pada siswa tunarungu? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan KPS siswa

tunarungu?

4. Bagaimana karakteristik model pembelajaran yang dapat melatih KPS siswa tunarungu?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas dan latar belakang masalah, penelitian ini perlu difokuskan agar lebih terarah dan memberikan gambaran yang


(12)

5

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jelas mengenai masalah-masalah yang akan dikaji. Maka fokus penelitian pada penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa SMALB yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa SMALB kelas XI di salah satu SMALB di kota Bandung.

2. Kemampuan keterampilan proses sains yang akan diteliti yaitu kemampuan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.

3. Untuk mengetahui profil kemampuan keterampilan proses menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan guru serta sebar angket/kuesioner ke siswa tunarungu yang menjadi sampel.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan keterampilan proses pada pembelajaran IPA-fisika yang mengacu pada kemampuan aspek-aspek keterampilan proses siswa SMALB.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya:

1. Sebagai penelitian awal mengenai profil KPS siswa tunarungu dalam pembelajaran IPA-fisika, sehingga dapat menjadi bahan kajian dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Mengetahui aspek keterampilan sains yang mana yang dapat berkembang baik pada siswa tunarungu dan aspek yang mana yang harus diberi perlakuan khusus.


(13)

6

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menentukan karakteristik pembelajaran yang dapat melatih KPS siswa tunarungu.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini berisi rincian urutan penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

A.Latar Belakang B.Rumusan Masalah C.Batasan Masalah D.Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Teori

A.Teori Siswa Tunarungu

B.Teori Keterampilan Proses Sains C.Penemuan Penelitian Sebelumnya D.Teori Penelitian Studi Kasus

E. Ringkasan dan Kerangka Pikir Peneliti BAB III Metodologi

A.Lokasi, Populsi, dan Sampel Penelitian B.Metode Penelitian

C.Sumber Data

D.Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G.Teknik Pengolahan Data H.Prosedur dan Tahap Penelitian BAB IV Penemuan dan Pembahasan


(14)

7

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.Keterlaksanaan Model Pembelajaran B.Analisis KPS Setiap Siswa

C.Perkembangan KPS Siswa Tunarungu dan Faktor yang Mempengaruhinya

BAB V Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan

B.Saran

C.Rekomendasi Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Penulis


(15)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan populasi dan sampel yang diambil, metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur dan tahap penelitian serta teknik pengolahan data.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cicendo kota Bandung yang berada di jalan Cicendo. Sekolah ini terdiri dari tingkatan sekolah dari Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Tingkat SMALB terdiri dari 3 kelas yaitu kelas 10, 11, 12, yang setiap kelasnya berisi 4 sampai dengan 6 siswa.

Sugiyono (2010: 117) mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas XI SMALB tahun pelajaran 2012/2013 dengan sampel berjumlah empat siswa. Pemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2010: 124) mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” Pertimbangan yang diambil untuk sampel ini yaitu karena di sekolah ini dalam satu tingkat kelas hanya terdiri dari satu kelas yang homogen dan dalam kelas tersebut hanya terdapat empat siswa.


(16)

20

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2009).

Studi kasus dapat didefinisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula keputusan, kebijakan, proses, atau suatu peristiwa khusus tertentu (Poerwandari, 2007).

Jenis studi kasus pada penelitian ini yaitu studi kasus observasi dengan teknik pengumpulan data utamanya melalui observasi peran serta (participant observation) dan data pendukungnya dikumpulkan dengan teknik wawancara serta pemberian angket/kuesioner ke siswa.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian studi kasus merupakan suatu penelitian atau pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) pendidikan dalam konteksnya secara natural (alami) tanpa adanya intervensi dari pihak luar (Arifin, 2010).

Dalam penelitian ini, fokus studinya atau hal yang diamatinya adalah aspek KPS pada 4 orang siswa tunarungu kelas XI SMALB tahun ajaran 2012/2013 yang masuk dalam klasifikasi ketunarunguan tingkat II dan III dengan kehilangan


(17)

21

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan mendengar antara 60-90 desibel (db) yang menjadi subjek penelitiannya. Pertimbangan mengggunakan metode ini adalah bahwa dalam penelitian dengan metode kualitatif, analisis dan pencarian data bukan dalam rangka generalisasi dari berbagai eksistensi/kualitas yang biasanya disimbolkan dengan angka. Alasan kedua menggunakan metode ini adalah bahwa dalam penelitian dengan menggunakan kualitatif, jumlah subjek penelitian tidak menjadi masalah karena yang dicari adalah esensi dari gejala yang diteliti. Berapapun jumlah subjek penelitian yang diselidiki, dunianya tetap sama yaitu dunia tunarungu SMALB.

Pembelajaran fisika di kelas XI SMALB dimasukkan ke dalam rumpun IPA terpadu. Untuk melihat pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA khususnya fisika, maka perlu dilihat perkembangan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa, yaitu mengamati, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan data, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan.

Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus kualitatif, maka data-data di atas dapat lengkap didapatkan, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

D. Definisi Operasional Profil Keterampilan Proses Sains

Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional profil keterampilan proses sains sebagai variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.

Keterampilan proses yang diteliti ada tujuh aspek, yaitu kemampuan mengamati, meramalkan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan data, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Tujuh kemampuan ini dilihat perkembangannya pada diri siswa tunarungu walaupun dengan menggunakan aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan motorik siswa tunarungu.


(18)

22

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Sumber Data

Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan data perkembangan KPS siswa tunarungu, teknik pengumpulan datanya dengan mengobservasi KPS siswa pada setiap pembelajaran (KBM).

2. Untuk melihat pelaksanaan model inkuiri terbimbing, teknik pengumpulan datanya dengan observasi aktifitas guru pada setiap KBM.

3. Untuk menguji kredibilitas data KPS siswa, teknik yang digunakan yaitu dengan wawancara kepada semua siswa, dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas XI tersebut.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2010: 305) menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Pernyatan ini menginformasikan bahwa peneliti lah yang menjadi instrumen utama dan mengembangkan instrumen dalam penelitian. Bila fokus penelitian sudah menjadi jelas, maka instrumen penelitian sederhana tersebut kemungkinan akan dikembangkan sehingga dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Selain hal di atas, Nasution, dari buku yang ditulis Satori dan Komariah, menegaskan alasan manusia menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif, yaitu:

Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan, dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. (Satori dan Komariah, 2013: 62)

Dari pernyataan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti sebagai instrurnen penelitian dan peneliti dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data


(19)

23

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berbeda secara serentak. Secara keseluruhan instrumen yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran C.

G. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara.” (Sugiyono, 2010: 308).

Pada penelitian ini, setting-nya di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan yaitu guru mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Bila dilihat dari sumber datanya, sumber data primernya atau sumber data yang langsung memberikan data yaitu proses KPS yang langsung dapat dilihat saat observasi pembelajaran. Sedangkan data sekundernya atau sumber data yang tidak langsung memberikan data yaitu berasal dari angket ke siswa dan wawancara kepada guru mata pelajaran IPA. Data sekunder ini bertujuan untuk mencari tahu penyebab terjadinya data primer.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah lembar observasi, wawancara dan angket/kuesioner.

1. Lembar Observasi

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dilakukan selama KBM berlangsung. Lembar observasi untuk melihat pelaksanaan model pembelajaran serta melihat proses KPS siswa selama proses pembelajaran berlangsung dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari tahapan-tahapan dan indikator pelaksanaan model pembelajaran dan indikator KPS siswa. Untuk observasi model pembelajaran, bila terlaksana maka diberi nilai 1 dan bila tidak terlaksana maka diberi nilai 0. Sedangkan untuk observasi KPS siswa diberi rentang niai 1-3, dengan kategori nilai 1 yaitu sangat kurang dan 3 sangat baik.


(20)

24

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indikator dan rubrik nilai untuk observasi KPS dapat dilihat pada lampiran C1, C2, C3, dan C4.

Observasi ini diberikan kepada observer pertama yaitu peneliti sendiri dan observer kedua berasal dari rekan mahasiswa. Lembar observasi ini diisi selama pembelajaran di dalam kelas. Secara keseluruhan pengumpulan data melalui lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran E1, E2, dan E3.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan setelah kegiatan penelitian dilaksanakan. Kegiatan wawancara ini ditujukan untuk guru mata pelajaran IPA-fisika yang berada di tempat penelitian. Tujuan dari kegiatan wawancara ini ialah untuk mengetahui beberapa hal diantaranya: kondisi siswa di sekolah tempat penelitian, nilai standar kelulusan/KKM yang ditetapkan oleh sekolah, kegiatan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dan siswa, KPS siswa tunarungu selama ini, penyebab yang mempengaruhi KPS siswa tunarungu, cara belajar siswa di kelas, serta kondisi sekolah seperti sarana dan prasarana yang tersedia. Format wawancara secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran C5 dan C6.

3. Angket

Pengumpulan data dengan teknik angket dilakukan sebelum dan sesudah melakukan penelitian. Angket yang disebar sebelum penelitian bertujuan untuk melihat permasalahan awal yang didapat dari studi pendahuluan. Sedangkan angket yang disebar setelah penelitian atau siswa melakukan kegiatan KBM pelajaran IPA-fisika bertujuan untuk mencari penyebab yang mempengaruhi KPS siswa dari diri siswa tunarungu. Angket sebelum penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B1, sedangkan angket setelah penelitian dapat dilihat pada lampiran C.6.


(21)

25

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengolahan data hasil observasi model pembelajaran dan observasi aktifitas KPS siswa dapat menggunakan teknik di bawah ini:

1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah dari banyaknya skor yang dinilai dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase. Adapun persentase data lembar observasi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase (%) = x 100%

Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria persentase seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Kriteria Persentase Pelaksanaan Model Pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

Keterangan:

KM = persentase pelaksanaan model

2. Analisis observasi KPS siswa

Nuryani Rustaman (1992: 9) mengatakan bahwa KPS dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain dengan tes praktek, tes tertulis, dan tes lisan. Keterampilan proses juga dapat dievaluasi secara bagian demi bagian menurut jenis-jenis KPS nya dapat juga mengukur seluruh KPS secara terpadu.

Mengukur keterampilan proses sains mengikuti langkah-langkah di bawah ini:


(22)

26

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menjumlahkan skor seluruh siswa

b. Menentukan persentase tiap aspek KPS dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

Persentase (%) =

c. Menentukan kriteria KPS siswa dengan cara menafsirkan persentase skor yang diperoleh siswa dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Persentase Kemampuan KPS

Persentase Kriteria

90 % - 100 % Sangat tinggi

75 % - 89 % Tinggi

55 % - 74 % Sedang

31 % - 54 % Rendah

0 % - 30 % Sangat Rendah

Penilaian observasi KPS siswa disesuaikan dengan indikator pencapaian setiap aspeknya. Nilai ketercapaian KPS dari indikator aspek KPS dapat dilihat pada lampiran C.4.

I. Teknik Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa,

„analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain‟ (Sugiyono, 2010: 334).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Nasution menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Sugiyono, 2010: 336).


(23)

27

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Analisis Sebelum ke Lapangan

“Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian” (Sugiyono, 2010: 336). Mengikuti perkataan tersebut, maka dalam penelitian ini analisis sebelum ke lapangan peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk melihat permasalahan yang terjadi terhadap KPS siswa tunarungu dan pembelajaran IPA-fisika selama ini.

2. Analisis Selama di Lapangan

Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2010: 337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Jumlah data yang didapatkan banyak, kompleks, dan rumit, sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.

“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu” (Sugiyono, 2010: 338). Selama terjun ke lapangan, peneliti mendapatkan banyak data yang terjadi. Data tersebut membuat peneliti tidak fokus terhadap tujuan awal penelitian, sehingga melakukan reduksi data. Akhirnya data yang digunakan difokuskan pada Keterampilan Proses Sains siswa tunarungu dengan tujuh aspek keterampilan yang diambil.


(24)

28

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2010: 341). Penyajian data ini dapat dilihat pada BAB IV.

c. Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif pada penelitian ini yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2010: 345).

Selanjutnya Sugiyono (2010: 345) menyatakan bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”.

Simpulan dan hasil penelitian dapat dilihat pada BAB V.

J. Prosedur dan Tahap Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan. b. Merumuskan masalah atau kasus penelitian. c. Melakukan studi literatur.


(25)

29

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Menyusun proposal penelitian.

e. Menghubungi pembimbing untuk proses bimbingan. f. Melakukan perizinan penelitian ke sekolah

g. Mengkomunikasikan kepada guru mata pelajaran tentang penelitian yang akan dilakukan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan penilaian keterlaksanaan model pembelajaran KBM dan mengobservasi KPS siswa selama sampel mengikuti KBM pelajaran IPA-Fisika.

b. Melakukan wawancara dengan siswa sampel. c. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. 3. Tahap Akhir

a. Mengolah dan menganalisis data penelitian.

b. Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.


(26)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, secara umum dapat dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dan saran sebagai berikut ini.

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas XI SMALB Cicendo Kota Bandung mengenai “Profil KPS Siswa Tunarungu pada Pembelajaran IPA-Fisika” dapat disimpulkan bahwa aspek KPS siswa tunarungu yang dikategorikan sangat tinggi yaitu menggunakan alat dan bahan, yang dikategorikan tinggi yaitu merencanakan percobaan, mengamati, yang dikategorikan sedang yaitu menafsirkan data, meramalkan, berkomunikasi, dan yang dikategorikan rendah yaitu mengajukan pertanyaan.

KPS siswa yang dikategorikan sangat tinggi dan tinggi sudah sangat baik berkembangnya pada diri siswa tunarungu sehingga hanya perlu diasah terus menerus agar siswa semakin piawai melakukan penelitian serta ternanam jiwa keilmuannya. KPS siswa yang dikategorikan sedang dan rendah sudah cukup baik berkembangnya pada diri siswa tunarungu sehingga masih perlu diberi bimbingan dan contoh khususnya dalam membuat kalimat hipotesis, kesimpulan, serta membuat grafik. Aspek yang dikategorikan sedang tersebut dipengaruhi oleh pelajaran yang akan dihadapi. Bila masih baru dan terbilang abstrak bagi siswa, maka perlu adanya bimbingan yang lebih khusus atau mengganti strategi pembelajaran dengan menampilkan konsep yang kongkrit.

Selain itu, aspek mengajukan pertanyaan perlu diberi latihan dan bimbingan khusus, seperti latihan menulis untuk mengungkapkan hal-hal yang ada


(27)

73

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipikirannya siswa tunarungu. Hal ini ditujukan agar siswa tidak merasa takut salah dalam menyampaikan sesuatu. Penambahan kosakata pun perlu diberikan karena masih kurangnya kosakata yang dimiliki siswa sehingga siswa masih kebingungan dengan yang ingin mereka tanyakan, ungkapkan, dan simpulkan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi alternatif untuk melatihkan KPS siswa tunarungu karena tahapan-tahapan dalam model ini serupa dengan tahapan model pembelajaran berbasis KPS yang telah dibuat oleh Haryono (2006).

Selain memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek KPS siswa tunarungu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa tunarungu agar dapat mengembangkan aspek KPS siswa, yaitu:

1. Konteks dan kekongkritan materi; guru harus mengenal dan mengetahui latar belakang siswa secara lebih mendalam. Dalam proses pembelajaran penggunaan contoh-contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, serta menghindari pengulangan jika siswa sudah memahami konsepnya.

2. Strategi pembelajaran; strategi pembelajaran harus terfokus kepada siswa. Menggunakan metode diskusi, melakukan pengamatan, dan melakukan percobaan akan membuat siswa semangat dalam belajar, mempermudah mengerti pelajaran yang disampaikan, serta dapat memberikan pengalaman belajar di kelas.

3. Penggunaan media pembelajaran; membantu siswa dengan memberikan media visual. Siswa lebih memperhatikan video ataupun demonstrasi, karena gambar yang hidup ataupun gerakan bagi siswa hal itu lebih detail untuk dipahami siswa.

4. Berkomunikasi; menggunakan komunikasi total (komtal) yaitu memanfaatkan segala media komunikasi seperti media berbicara, membaca bibir, mendengar, dan berisyarat secara terpadu. Tujuan komtal


(28)

74

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini agar mencapai komunikasi yang efektif antara sesama tunarungu ataupun siswa tunarungu dengan guru.

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Materi yang disajikan harus berbentuk kongkret sehingga dapat dengan mudah dipahami siswa. Gunakan pendekatan konsep yang sudah lazim dikenal siswa.

2. KPS siswa yang sudah berkembang masih perlu mendapatkan bimbingan bila pelajaran yang akan dihadapi masih baru dan terbilang abstrak untuk mereka. Selain bimbingan berikan suatu contoh atau model, sehingga siswa dapat melakukan apa yang guru perintahkan.

3. KPS bertanya pada siswa tunarungu perlu latihan dan bimbingan khusus. Harus ada motivasi berani bertanya agar siswa tidak takut atau malu untuk bertanya.

4. Perlu adanya penelitian khusus untuk meningkatkan aspek KPS berkomunikasi, meramalkan, dan kemampuan bertanya siswa tunarungu.

C. Rekomendasi

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, diantaranya:

1. Aspek KPS menggunakan alat dan bahan, mengamati, dan merencanakan percobaan pada siswa tunarungu berkembang sangat baik. Sudah seharusnya pembelajaran IPA-fisika bagi siswa tunarungu sangat mudah dipahami dengan mengoptimalkan aspek siswa yang telah berkembang. 2. Perlu adanya penelitian selanjutnya terkait model pembelajaran lainnya


(29)

75

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperhatikan tahapan-tahapan model pembelajaran untuk mengembangkan KPS siswa.


(30)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. (2010). Penelitian Studi Kasus dan Aplikasinya dalam Pembimbingan di Sekolah: Kajian guru SMA dan dosen IKIP BP/BK. Makalah pdf pada Kegiatan Lokakarya Regional, Malang.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bintang bangsaku. (2010). Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Inklusi

Tunarungu [Online]. Tersedia di:

http://www.bintangbangsaku.com/artikel/prinsip-prinsip-pembelajaran-di-sekolah-inklusi-tuna-rungu. Diakses 14 November 2013.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Percetakan Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, Ratna Wilis. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryono. (2006). Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains. Jurnal Pendidikan Dasar, 7 (1), hlm. 1-13.

Nurkanti, Mia. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran MIVI IPA Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Siswa Di SMALB-Tunarungu. Disertasi, Doktor pada bidang pendidikan IPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Poerwandari, Kristi. (2007). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Perfecta.

Rustaman, Y Nuryani.dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Percetakan UPI.


(31)

76

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salim, A. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (dari Denzin Guba dan Penerapannya). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Satori, D. dan Komariah, A. (2013). Metodologi penelitian kulaitatif. Bandung: Alfabeta

Smith, J. David. (2009). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung: Nuansa.

Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim penulis. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Percetakan UPI.

Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Percetakan UNM.


(32)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP

Dilahirkan di Jakarta dengan nama Nurul Aini pada tanggal 28 Desember 1988. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Muhardin dan Ibu Ermiyati. Penulis yang berasal dari Pringsewu kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung ini telah menempuh pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Pringsewu (1996-2001), pendidikan menengah di SLTP Negeri 1 Pringsewu (2001-2004), dan SMA Negeri 1 Pringsewu (2004-2007), kemudian penulis melanjutkan ke jurusan pendidikan fisika FPMIPA UPI Bandung (2007-sekarang) melalui jalur SPMB. Selama menempuh perkuliahan di jurusan pendidikan fisika, penulis aktif diberbagai kegiatan kemahasiswaan. Baik dalam bidang organisasi, akademik, maupun kegiatan sosial kemahasiswaan. Menjadi seorang guru IPA khususnya fisika telah tertanam sejak dini pada diri penulis. Memilih untuk melakukan penelitian di luar kajian yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah dan membentuknya menjadi sebuah Skripsi ini, merupakan campuran gejolak guru serta sifat sosial penulis yang sangat tergelitik akan nasib pendidikan siswa tunarungu dalam mempelajari IPA khususnya fisika.


(33)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DATA HASIL OBSERVASI KELAS

No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus

dan RPP)

RPP meneruskan minggu lalu. Guru tidak menggunakan RPP dan Silabus dalam mengajar. 2 Kondisi Kelas Observasi dilakukan di kelas XI dengan jumlah

siswa 4 orang. Hanya terdapat 1 kelas XI dan tidak ada penjurusan.

3 Aktivitas Guru 10 menit pertama:

 Memeriksa kehadiran siswa  Menagih PR

 Bertanya tentang materi yang diajarkan minggu lalu

Menit ke 10 s.d menit ke 50

 Guru menyampaikan konsep dengan metode ceramah dibantu dengan papan tulis sebagai media.

 Guru sesekali bertanya kepada siswa

 Guru meminta siswa menyalin tulisan materi yang sudah ditulis guru di papan tulis.

Menit ke 50 s.d menit ke 70

 Melakukan penguatan dengan cara memberikan latihan soal dan membahasnya. Menit ke 70 s.d selesai

 Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan PR

4 Aktivitas dan respon Siswa  Siswa belajar dan sesekali memberikan tanggapan dari pertanyaan yang dilontarkan oleh guru bukan menjawab pertanyaan yang


(34)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dilontarkan oleh guru.

 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya  Siswa mengerjakan latihan soal

DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA

Nama : Alen

Kelas : XI SMALB

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?

Tidak, karena pelajaran fisika sulit.

2

Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?

Ya, sulit karena tidak bisa.

3

Apakah kamu merasa takut untuk bertanya kepada guru apabila ada konsep yang belum mengerti?

Ya, karena gurunya galak.

4

Selama ini apakah kamu pernah melakukan praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?

Tidak pernah.

5

Apakah kamu menyenangi cara mengajar guru dengan menggunakan percobaan?

Ya, saya menyukai belajar dengan percobaan.

6

Apakah menurutmu secara keseluruhan soal-soal IPA - Fisika sulit?

Ya

7

Apakah kamu lebih senang belajar berkelompok daripada belajar sendiri?

Ya

8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5? Tidak, nilai saya 5,5 9 Apakah kamu nyaman dengan suasana

belajar di kelas?

Tidak, saya tidak nyaman.

10

Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/ masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?

Ya, ingin tahu fenomena baru yang berhubungan dengan pelajaran.


(35)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA

Nama : Reni

Kelas : XI SMALB

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?

Tidak, karena IPA sulit.

2

Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?

Ya, belajar IPA sulit tapi sudah mencoba.

3

Apakah kamu merasa takut untuk bertanya kepada guru apabila ada konsep yang belum mengerti?

Ya, saya tidak berani bertanya kepada guru.

4

Selama ini apakah kamu pernah melakukan praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?

Tidak pernah, guru hanya memperlihatkan alat.

5

Apakah kamu menyenangi cara mengajar guru dengan menggunakan percobaan?

Ya, guru mengajak kami melakukan percobaan membuat saya sedikit lebih mengerti.

6

Apakah menurutmu secara keseluruhan soal-soal IPA - Fisika sulit?

Ya, karena caranya yang banyak jadi membingungkan.


(36)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 berkelompok daripada belajar sendiri? belajar.

8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5?

Ya, pernah mendapat nilai 7,5

9 Apakah kamu nyaman dengan suasana belajar di kelas?

Tidak, saya nyaman belajar di kelas.

10

Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/ masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?

Ya, saya ingin tahu fenomena baru.

DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA

Nama : Risa

Kelas : XI SMALB

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?

Tidak, saya sedikit suka pelajaran IPA-Fisika.

2

Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?

Ya, saya mengalami kesulitan dalam belajar IPA-fisika.

3

Apakah kamu merasa takut untuk bertanya kepada guru apabila ada konsep yang belum mengerti?

Tidak, saya akan bertanya bila ada hal sedikit yang saya kurang mengerti.

4

Selama ini apakah kamu pernah melakukan praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?

Tidak.

5

Apakah kamu menyenangi cara mengajar guru dengan menggunakan percobaan?


(37)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

Apakah menurutmu secara keseluruhan soal-soal IPA - Fisika sulit?

Ya, karena saya tidak tahu apa-apa tentang IPA-fisika.

7

Apakah kamu lebih senang belajar berkelompok daripada belajar sendiri?

Ya, saya lebih senang belajar bersama-sama teman.

8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5?

Tidak, saya selalu dapat nilai 3.

9 Apakah kamu nyaman dengan suasana belajar di kelas?

Ya, saya lebih suka belajar di luar kelas.

10

Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/ masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?

Ya, saya sering ingin tahu tentang fenomena baru.

DATA ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPA-FISIKA

Nama : Saliha Kelas : XI SMALB

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu menyukai mata pelajaran IPA – Fisika?

Tidak, saya sulit belajar IPA karena saya tidak paham.

2

Selama ini apakah kamu mengalami kesulitan belajar konsep dalam pelajaran IPA – Fisika?

Ya, saya mengerti sedikit soal-soal IPA – Fisika.

3

Apakah kamu merasa takut untuk bertanya kepada guru apabila ada konsep yang belum mengerti?

Ya, tidak benari bertanya kepada guru.

4

Selama ini apakah kamu pernah melakukan praktikum saat pembelajaran IPA – Fisika?


(38)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

Apakah kamu menyenangi cara mengajar guru dengan menggunakan percobaan?

Ya, saya lebih mengerti dengan cara belajar praktikum.

6

Apakah menurutmu secara keseluruhan soal-soal IPA - Fisika sulit?

Ya. Saya banyak tidak tahu jawaban dari soal-soal yang diberikan.

7

Apakah kamu lebih senang belajar berkelompok daripada belajar sendiri?

Ya. Saya lebih mengerti belajar dengan berkelompok.

8 Apakah nilai ulangan fisika/IPA di atas 6,5? Ya. Saya pernah mendapatkan nilai di atas 6.

9 Apakah kamu nyaman dengan suasana belajar di kelas?

Tidak, saya lebih senang belajar di kelas daripada di laboratorium.

10

Apakah kamu selalu ingin tahu fenomena/ masalah yang diberikan guru saat pembelajaran IPA – Fisika?

Ya. Ingin tahu fenomena yang baru yang ada disekitar lingkungan.

DATA HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

1. Apakah pendidikan Bapak/Ibu berasal dari jurusan pendidikan Fisika? Jawaban: Tidak, dari jurusan pendidikan kimia.

2. Apakah metode pembelajaran yang Ibu terapkan di sekolah selama ini?

Jawaban: selama ini menggunakan model pembelajaran ekspositori. Lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, tapi terkadang menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Belum pernah menggunakan metode percobaan.


(39)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah ada alat peraga yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung? Sebutkan!

Jawaban: Ada, tapi sebagai demonstrasi tidak digunakan sebagai percobaan.

4. Bagaimana kondisi siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung?

Jawaban: Beragam, ada yang aktif dan pasif. Biasanya siswa aktif jika dihadapkan pada fenomena sehari-hari.Aspek mengamati siswa sangat tinggi setiap kali KBM.Antusias dalam pembelajaran baru.

5. Apa saja kendala yang dihadapi ketika mengajar siswa tunarungu?

Jawaban: Siswa kesulitan saat pembahasan IPA/fisika yang berhubungan dengan konsep abstrak dan pada penambahan kosa kata baru dalam konsep pembelajarannya. Tidak adanya buku paket yang sesuai dengan materi IPA SMALB untuk dibagikan kepada siswa. Guru pun menggunakan buku materi IPA SMP karena kurikulum SMP tidak berbeda dengan SMALB, itu pun ada cakupan konsep di SMP yang tidak diberikan kepada siswa SMALB karena dirasa aka nada kesulitan.

6. Menurut Ibu bagaimanakah solusi untuk menangani kendala-kendala yang ada pada proses pembelajaran berlangsung?

Jawaban: Kendalanya pada komunikasi dan materi yang diberikan.

Solusinya, komunikasi lebih diperjelas.Terhadap konsep yang abstrak terkadang guru harus mencari kesamaan konsep tersebut dengan fenomena atau konsep yang sudah tertanam pada diri siswa.Untuk materi agar siswa dapat memahami, dilakukan lah pengulangan materi tersebut beberapa kali sampai siswa faham dan mengerti.Sesekali belajarnya diselingi dengan eksperimen agar siswa juga dapat menggunakan alat dan bahan praktikum.

7. Apakah Ibu mengenal pendekatan keterampilan proses sains dan model pembelajaran inkuiri terbimbing?


(40)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jawaban: Ya, saya mengenalnya tapi belum pernah menggunakannya karena merasa belum siap. Model inkuiri terbimbing pun belum pernah digunakan sehingga saat pertemuan pertama penelitian saya mengalami kesulitan.

8. Bagaimanakah dengan hasil belajar fisika/ IPA yang diperoleh siswa? Apakah nilai rata-rata seluruh siswa sudah memenuhi KKM?

Jawaban: KKM tiap pelajaran, sub BAB, bahkan ulangan selalu berbeda-beda. Rata-rata KKM yang diberikan kurang dari atau sama dengan 6. Standar ini diberikan karena melihat kemampuan siswa yang berbeda dari siswa normal yang biasa ditetapkan dengan nilai KKM 7 meskipun bobot materinya jauh lebih rendah dibandingkan siswa normal.

9. Terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu mengenai keterampilan proses sains (KPS) siswa tunarungu, apakah ibu mengenal pendekatan KPS tersebut?

Jawaban: Ya, saya mengenalnya tapi belum pernah menggunakannya karena merasa belum siap.

10.Menurut ibu, model pembelajaran seperti apakah yang dapat melatih KPS siswa tunarungu ini?

Jawaban: yang saya tahu model inkuiri terbimbing dapat mengembangkan keterampilan ilmiah yang terarah baik kognitif maupun psikomotor dan dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa.


(41)

Lampiran B.2

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jawaban: Selama ini saya tidak menekankan atau pun terlalu mengamati KPS siswa, tapi yang teramati secara umum dari ke 8 aspek KPS siswa tunarungu memiliki aspek yang bagus dalam mengamati, menggunakan alat, Mereka lebih memahami pelajaran bila pelajaran tersebut memicu psikomotorik mereka, contohnya menari, TIK, menjahit, dsb.

12.Diantara ke 4 siswa, bagaimana keseharian nilai ujian pelajaran IPA?

Jawaban: Diantara 4 siswa tersebut yang paling bagus nilai ujiannya yaitu Sahila dan Reni, kemudian Risa, dan yang paling rendah yaitu Alen. Terlihat dari keseharian belajar, Alen memang kurang fokus dalam belajar bila dibandingkan dengan ke 3 temannya.Saliha dan Reni yang sering aktif di kelas.Kalau Risa orangnya pendiam.


(42)

Lampiran B.3

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ANALISIS HASIL STUDI PENDAHULUAN

1. Analisis Data Angket

Setelah data dari angket di analisis ke dalam bentuk persentase untuk setiap jawabannya, diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

No Hal yang ditanyakan Alternatif Jawaban Respon/jawaban

1 Mengapa kamu tidak menyukai pelajaran IPA-Fisika?

Sulit 50%

Tidak faham 25%

Suka sedikit 25%

2

Selama ini apa yang membuat kamu kesulitan dalam belajar IPA-Fisika?

Sulit memahami materi 75% Sulit memahani soal 25%

3 Mengapa kamu tidak suka bertanya kepada guru?

Tidak berani/malu 50%

Takut salah bertanya 25% Bila sudah faham tidak

bertanya lagi

25%

4

Apakah setiap pelajaran IPA-fisika guru sering mengajak melakukan praktikum?

Iya 0%

Kadang-kadang 0%

Tidak pernah 100%

5

Apakah kamu senang bila belajar dengan melakukan

praktikum/percobaan?

Iya 58%

Tidak 42%

6 Mengapa menurutmu soal-soal fisika itu sulit?

Tidak mengerti dengan materinya

25%

Terlalu banyak caranya 50%

7

Mengapa kamu lebih suka belajar berkelompok dari pada belajar sendiri?

Ada bantuan teman 75%

8 Berapa rata-rata nilai fisika kamu?

Di bawah KKM 50%

Di atas KKM 50%

Tidak tahu 0%

9 Apakah kamu nyaman belajar di kelas?

Iya 50%

Tidak 50%

10

Apakah kamu merasa ingin tahu ketika guru memberikan fenomena yang terkait materi IPA-fisika?

Iya 100%


(43)

Lampiran B.3

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Data Hasil Wawancara

Setelah menganalisis hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di sekolah tersebut, diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Guru yang mengajar IPA khusunya fisika bukan berlatar belakang pendidikan fisika ataupun pendidikan luar biasa, sehingga guru terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan seluas apa materi yang akan disampaikan dan dengan menggunakan metoda apa yang tepat untuk mengajarkannya.

2. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk melakukan praktikum. Penggunaan alat peraga pun hanya digunakan sebagai media demonstrasi. Sehingga kebermaknaan belajar siswa kurang.

3. Siswa terkadang antusias dan aktif bertanya ketika diberikan fenomena sehari-hari dan mengamatinya tinggi ketika demonstrasi.

4. Tidak adanya buku paket khusus untuk siswa tunarungu menjadikan guru kesulitan dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi yang akan disampaikan, siswa pun tidak memiliki buku pegangan untuk mereka baca. 5. Konsep yang abstrak menjadi permasalahan dalam menyampaikan materi.

Terkadang guru mencari kesamaan konsep yang abstrak tersebut dengan fenomena atau konsep yang sudah tertanam pada siswa. Bila hal ini masih membuat siswa kebingungan, pengulangan/review materi dilakukan beberapa kali sampai siswa benar-benar faham.

6. Penurunan KKM dari standar yang diharapkan (KKM standar biasanya 70,0) memang tercapai oleh beberapa siswa. Meskipun batas KKM telah diturunkan seharusnya bobot materinya pun tidak direndahkan.

3. Analisis Hasil Observasi Kelas

Dari hasil observasi kelas, peneliti mendapatkan informasi bahwa:

1. Pembelajaran yang dilakukan di kelas didominasi oleh guru, dengan metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dibantu dengan papan tulis sebagai media. Guru belum pernah menggunakan metoda praktikum/percobaan.


(44)

Lampiran B.3

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru sering meminta siswa menyalin tulisan materi yang sudah ditulis guru di papan tulis.

2. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan pengetahuan awalnya. 3. Guru lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran secara utuh

tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitarnya.


(45)

Lampiran C.1

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS GURU DAN SISWA SELAMA KBM

Pertemuan ke- :

Hari/tanggal :

Pukul :

Teknik penelitian :

Tempat :

Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Catatan

Tahap Pendahuluan Tahap Inti/penyajian

Tahap Penutup


(46)

Lampiran C.2.a

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR OBSERVASI GURU DAN SISWA

PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBELAJARAN PERTEMUAN I

Petunjuk : Berilah tanda cheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang telah dilakukan.

No Aktivitas Guru Keterlaksanaan Aspek KPS Aktivitas Siswa Keterlaksanaan Keterangan

Ya Tidak Ya Tidak

Pendahuluan (10’)

1 Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

2 Memeriksa kehadiran siswa Merespon ketika namanya

disebutkan

3 Kemudian guru melakukan

apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang getaran dan memperlihatkan fenomena gempa bumi.

Mengamati Memperhatikan dan mengamati apersepsi yang diberikan guru melalui gambar yang diberikan Memberikan tanggapan dari pertanyaan apersepsi yang diberikan guru

4 Kemudian guru melakukan

konsepsi awal dengan mengajukan pertanyaan dan demonstrasi serta menggambar lintasan getaran penggaris.


(47)

Lampiran C.2.a

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran hari ini.

Kegiatan Inti (75’)

6 Membimbing siswa dengan

melakukan demonstrasi bandul sederhana.

Mengamati Mengamati dan memperhatikan demonstrasi yang dilakukan guru. 7 Mengajukan pertanyaan berkaitan

dengan demonstrasi.

Berkomunikasi Memberikan tanggapan dari pertanyaan yang diberikan guru.

8 Membimbing siswa dengan

melakukan demonstrasi kedua bandul sederhana.

Mengamati Ikut melakukan demonstrasi yang dicontohkan guru.

9 Membimbing siswa untuk

menentukan perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru dengan beberapa pertanyaan arahan.

Membuat hipotesis.

Memberikan perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru.

10 Menuliskan contoh perkiraan jawaban pada papan tulis.

Memprediksi Menjawab perkiraan jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. 11 Membagi siswa menjadi 2

kelompok.

Membentuk kelompok. 12 Menginformasikan tentang kegiatan

percobaan yang akan dilakukan. 

Merencanakan percobaan. Menggunakan

alat dan bahan.

Melakukan percobaan sesuai dengan langkah- langkah percobaan.


(48)

Lampiran C.2.a

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu guru membimbing dan mengokersi

siswa apabila terdapat kesalahan dalam melakukan percobaan.

percobaan. Menggunakan

alat dan bahan.

pertanyaan dari LKS.

14 Memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk menjelaskan laporannya di depan kelas.

Interpretasi data Berkomunikasi

Salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil dari percobaan kelompoknya.

15 Memberikan kesempatan kepada

kelompok lainnya untuk

menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang berada di depan kelas.

Mengajukan pertanyaan

Kelompok lainnya menanggapi dan bertanya tentang penjelasan dari kelompok yang maju ke depan kelas

17 Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan, dan memberi contoh membuat kesimpulan.

Berkomunikasi Membuat kesimpulan seperti yang dicontohkan.

16 Pada akhir diskusi dan penjelasan, guru dapat memberikan koreksi dan pengarahan terhadap kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan percobaan yang telah dilakukan. Penutup (5’)


(49)

Lampiran C.2.a

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ingin bertanya. pertanyaan tentang pelajaran hari ini.

18 Membimbing siswa untuk

merefleksikan pembelajaran hari ini.

Berkomunikasi Menyebutkan kesimpulan/ refleksi pembelajaran hari ini.

19 Memberi tugas mandiri dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Bandung, 2013 Observer


(50)

Lampiran C.2.b

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR OBSERVASI GURU DAN SISWA

PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBELAJARAN PERTEMUAN II

Petunjuk : Berilah tanda cheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang telah dilakukan. N

o

Aktivitas Guru Keterlaksanaan Aspek KPS Aktivitas Siswa Keterlaksanaan Keterangan

Ya Tidak Ya Tidak

Pendahuluan (5’)

1 Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

2 Memeriksa kehadiran siswa Merespon ketika namanya disebutkan

3 Mengulas pelajaran pertemuan sebelumnya dan melakukan apersepsi dengan menanyai siswa tentang materi tersebut.

Menerapkan konsep

Memperhatikan apersepsi yang diberikan guru.

Memberikan tanggapan dari pertanyaan apersepsi yang diberikan guru.

4 Menjelaskan topik serta tujuan pembelajaran hari ini.

Kegiatan Inti (80’)

5 Menampilkan animasi gempa bumi, kemudian menanyakan yang terjadi pada fenomena gempa bumi kepada siswa

Mengamati Mengamati animasi

Berkomunikasi Menanggapi pertanyaan yang disampaikan guru.

6 Memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh gelombang yang ada di sekitar kita.


(1)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

Sebuah gelombang transversal merambat sepanjang 5m membentuk

3/2 gelombang dalam waktu perioda 2sekon. Berapa cepat rambatnya? Satu panjang gelombang adalah jarak antara satu rapatan dan satu renggangan atau jarak dari ujung renggangan sampai ujung renggangan berikutnya.

Ada berapakah panjang gelombang pada gambar di atas? 4. Cepat Rambat Gelombang

Ketika mobil bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya mobil tersebut memiliki kecepatan. Seperti halnya mobil tersebut, gelombang yang merambat dari ujung satu ke ujung yang lain memiliki kecepatan tertentu dengan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu pula, kecepatan ini disebut cepat rambat gelombang.

Persamaan cepat rambat gelombang :

v = ... (a), dengan x = jarak yang ditempuh gelombang t = waktu merambatnya.

Bila dalam perambatannya terjadi beberapa gelombang (n), maka panjang satu gelombangnya (λ) yaitu λ =

atau X = n

λ... (b)

Bila pada rumus (a), X nya dirubah seperti rumus (b), maka ; v = ... (c)

Sebelumnya pada materi getaran kita sudah mengenal frekuensi dan perioda. Frekuensi (f) =

sedangkan Perioda (T) =

Dari persamaan frekuensi di atas ternyata rumus v = bisa diubah menjadi v = f λ... (d), yaitu panjang gelombang dikali frekuensi.

Dari persamaan perioda di atas, ternyata rumus v = dapat diubah menjadi v = ... (e), yaitu panjang gelombang dibagi perioda.

Dari penjabaran rumus di atas kita dapat menyimpulkan bahwa cepat rambat gelombang dapat dicari dari jarak yang ditempuh dibagi waktu, atau panjang gelombang dikali frekuensi, atau panjang gelombang dibagi perioda. A T A t y


(2)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

5. Energi gelombang

Getaran yang merambat disebut Gelombang, tetapi apakah sebenarnya yang dirambatkan gelombang? Jawabannya bukanlah getaran. Getaran hanyalah usikan yang diberikan kepada benda yang diam. Untuk mengetahui jawabannya, Ayo Lakukan kegiatan di bawah ini!!

Pada saat kamu menggetarkan tali, gelombang akan merambat pada tali ke arah temanmu tetapi karet gelang yang diikatkan pada tali tidak ikut merambat bersama gelombang. Jika demikian, bagian-bagian tali tidak ikut merambat bersama gelombang. Jadi apakah yang dirambatkan oleh gelombang? Jika kamu meminta temanmu menggetarkan salah satu ujung tali, kamu akan merasakan sesuatu dari temanmu akibat merambatnya gelombang tersebut. Sesuatu yang kamu rasakan itulah yang disebut energi. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Jadi, yang dirambatkan oleh gelombang adalah energi.

...!!!

Gunakan tali yang panjangnya kira-kira 3 meter.

Ikatkan karet gelang pada tali kira-kira pada jarak 0,5 meter

Pegang lah ujung tali yang satu olehmu dan ujung tali yang lain oleh temanmu.

Berilah usikan pada ujung tali ke atas dan ke bawah. Perhatikan apa yang terjadi pada tali tersebut.


(3)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

SIFAT-SIFAT GELOMBANG Gelombang memiliki sifat-sifat antara lain sebagai berikut : 1. Pemantulan (Refleksi)

Dalam kehidupan sehari-hari kamu sering melihat pemantulan gelombang air kolam oleh dinding kolam, atau pun gelombang ombak laut oleh dinding kolam. Dapat diterimanya sms atau pun telfon dari temanmu itu akibat gelombang radio yang dipantulkan ke atmosfer bumi dan menuju ke handponemu.

Untuk mempelajari pemantulan gelombang, perhatikan gambar berikut.

(a) (b)

Sebuah gelombang merambat pada tali, jika ujung tali diikatkan pada suatu penopang (Gambar a), gelombang yang mencapai ujung terikat tersebut memberikan gaya ke atas pada penopang. Penopang memberikan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke bawah tali. Gaya ke bawah pada tali inilah yang membangkitkan gelombang pantulan yang terbalik.

Pada gambar b, ujung yang bebas tidak ditahan oleh sebuah penopang. Gelombang cenderung melampaui batas. Ujung yang melampaui batas memberikan tarikan ke atas pada tali dan inilah yang membangkitkan gelombang pantul yang tidak terbalik.

Pemantulan gelombang tidak hanya terjadi pada tali, tapi gelombang cahaya pun dapat dipantulkan. Bila kamu menyoroti sinar senter ke kaca yang rata, sinar tersebut akan memantul sempurna.

Gelombang cahaya yang mengenai benda rata, sudut antara cahaya datang dengan benda rata akan sama besarnya dengan sudut antara cahaya pantul dengan benda rata tersebut. Seperti gambar di bawah ini.


(4)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

Hukum pemantulan ini ditemukan oleh seorang ahli matematika dan perbintangan Belanda Willebrord Snell, sehingga bisa disebut hukum Snellius yang berbunyi, “Gelombang datang, gelombang pantul, dan garis normal berada pada satu bidang dan sudut datang akan sama dengan sudut pantul”

2. Pembiasan (Refraksi)

Ketika kamu memasukkan sebagian pinsil ke dalam air, apa yang akan terjadi? Seakan-akan pinsilmu menjadi patah. Mengapa demikian?

Gelombang cahaya akan menembus pada benda bening, misalnya air dan kaca. Pada pristiwa pinsil yang seolah-olah patah, hal ini disebabkan berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam air akan mengalami pembelokan sehingga cahaya yang berada di dalam air akan terlihat bias. Peristiwa ini disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan air memiliki kerapatan optik yang berbeda.

Jadi, kamu dapat menyimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya.

Jika dilihat dari gambar berikut yang menunjukkan sudut datang dan sudut bias gelombang akan terlihat bahwa sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium yang lebih rapat (air) sinar bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (air) ke medium yang kurang rapat (udara).


(5)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

3. Penggabungan Gelombang (Interferensi)

Kamu pernah melihat riak air di kolam? Ketika air tersebut beriak gelombangnya akan menuju ke pinggiran kolam kemudian memantul, pantulan gelombang ini akan menuju ke pusat riakannya. Sehingga antara gelombang yang menuju pinggir kolan dengan gelombang yang menuju pusat riakan akan bertemu dan bergabung. Digambarkan seperti di bawah ini.

Interferensi ada 2 jenis, yaitu interferensi Konstruktif dan interferensi destruktif. Interferensi konstruktif adalah penggabungan dua buah gelombang transversal atau lebih bila bertemu bukit dengan bukit. Sedangkan interferensi destruktif adalah penggabungan dua buah gelombang trasversal atau lebih bila bertemunya bukit dengan lembah.

4. Pelenturan Gelombang (Difraksi)

Peristiwa difraksi atau lenturan dapat terjadi jika sebuah gelombang melewati sebuah penghalang atau melewati sebuah celah sempit. Seperti gambar di bawah ini.

Terlihat bahwa gelombang pada sebelah kiri sangat rapat sehingga berbentuk hampir lurus. Ketika melewati celah gelombang ini akan berubah bentuk sesuai dengan ukuran celahnya dan akan terus merambat seperti gelombang di sebelah kanan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa gelombang dapat dilenturkan.

5. Penguraian Gelombang (Dispersi)

Pernahkah kalian melihat pelangi? Ada yang bisa menjelaskannya? Inte rferensi

Konstruktif

Inte rferensi De struktif


(6)

Nurul Aini, 2014

Profil keterampilan proses sains siswa tunarungu smalb Pada pembelajaran ipa-fisika(studi kasus terhadap siswa tunarungu di smalb negeri cicendo kota bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

| perpustakaan.upi.edu

Pelangi terjadi akibat sinar matahari menembus/ melewati sisa-sisa hujan di atmosfer. Air hujan sama seperti air lainnya memiliki bentuk mikroskopis (bila dilihat dengan mikroskop elektron) prisma atau limas.

Sinar matahari yang biasa disebut sinar tampak atau sinar putih, sebenarnya terdiri dari penggabungan sinar berwarna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu (MeJiKuHiBiNiU). Ketika sinar matahari ini melalui benda berbentuk prisma (sisa-sisa hujan) akan teruraikan menjadi masing-masing warna penggabungnya.