Spiritualitas petani: implikasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam perspektif teologi Qadariyah.

(1)

SPIRITUALITAS PETANI

(Implementasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah)

Skripsi

Disusun untuk Mememenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-I) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

IIN IFSANTIN NIM: E01213027

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

JURUSAN FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Iin Ifsantin, E01213027. SPIRITUALITAS PETANI (Implikasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah).

Kata kunci: spiritualitas petani, nilai spiritual petani perspektif teologi Qadariyah. Skripsi yang berjudul “SPIRITUALITAS PETANI (Implikasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah)” ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep paham Qadariyah, bagaimana kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, bagaimana hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya, dan bagaimana implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah.

Data penelitihan ini dihimpun melalui penelitian lapangan dari wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori teologi Qadariyah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menjabarkan langsung hasil penelitian dengan cara menggambarkan kehidupan spiritual dan paham keagamaan para petani, hubungan spiritual para petani dengan ketentraman hidupnya, dan implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan selama proses penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi,

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai spiritual yang dimiliki oleh para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam perananya sebagai seorang petani. Petani merupakan profesi yang mempunyai peran besar bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Karena profesi petani merupakan profesi yang dominan dalam kehidupan pedesaan. Tujuan lain dari penelitihan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan agama Islam dalam kehidupan seorang petani, sehingga para petani mampu menjalankan aktifitasnya yang penuh dengan perjuangan saat menghadapi musim tanam dan musim panen demi kelangsungan kehidupan keluarganya.

Penelitian ini menyimpulkan, bahwa dalam jiwa seorang petani terdapat spirit yang tinggi dalam meningkatkan tujuan hidup dan kedekatan dengan Tuhanya. Sehingga diperoleh nilai sepiritual para petani ketika di sawah saat menghadapi musim tanam dan musim panen, saat bersosialisasi dengan tetangganya, maupun saat kegiatan keagamaan yang membawa para petani untuk

sabar, tenang, ikhlas, ikhtiar, dan berdo’a dalam menghadapi permasalahan yang


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

PEDOMAN TRANLITERASI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. dentifikasi Masalah ... 11

C.Rumusan Masalah ... 11

D.Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Penegasan Judul ... 13

G.Penelitihan Terdahulu ... 14

H.Metode Penelitian ... 16

I. Sistem Penulisan ... 23


(8)

A.Petani ... 25

B. Nilai Spiritualitas ... 31

C.Takdir Manusia Menurut Kajian Teologi ... 36

D.Teologi Qadariyah dengan Konsep Hidup Tenang ... 42

E. Hubungan Antara Spiritual Dan Ketentraman Hidup Dalam Konsep Qadariyah ... 50

BAB III : KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PETANI DESA KEMANTREN KECAMATAN PASIRAN KABUPATEN LAMONGAN A.Profil Desa ... 54

B. Latar Belakang Pendidikan Para Petani ... 58

C.Kehidupan Sosial Para Petani ... 62

D.Tradisi Keagamaan ... 65

E. Kehidupan Keagamaan ... 70

F. Hububungan Antara Tradisi Keagamaan dan Profesi Petani ... 77

BAB IV : IMPLIKASI NILAI-NILAI SPIRITUAL PARA PETANI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN DALAM PERSPEKTIF TEOLOGI QADARIYAH A. Kehidupan Spiritual Dan Paham Keagamaan Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan ... 85


(9)

B. Hubungan Antara Spiritual Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Dengan Ketentraman Hidupnya .... 95

C. Implementasi Nilai-nilai Spriritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Perspektif Teologi Qadariyah ... 101

BAB V : PENUTUP

A.Kesimpulan ... 114 B.Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, sukma, dan roh.1 Sedangkan spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan jiwa.2 Spiritualitas juga diartikan sebagai hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah. Sesuatu yang bersifat spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Salah satu aspek menjadi spiritual adalah memiliki arah dan tujuan hidup yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang untuk meencapai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.3

Islam menyerukan kepada umatnya, pertama dan terutama, agar benar-benar beriman dan bersikap tulus kepada Allah, berhubungna akrab denganNya, selalu mengingatNya dan tawakal kepadaNya, selain terus berupaya menolong dirinya sendiri. Seorang muslim harus merasakan di dalam jiwanya bahwa ia senantiasa memerlukan pertolongan dan dukungan Allah SWT, tidak soal seberapa yang bisa dilakukan untuk dirinya. Seorang muslim sejati yang tulus selalu berhati-hati dan terbuka pikirannya kepada keindahan ciptaan Allah. Dia menyadari bahwa Allah yang mengontrol segala urusan di dunia dan kehidupan manusia. Seorang muslim

1

Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, t. th.), 963. 2

Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 11.

3

Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2001), 57.


(11)

2

yang tulus harus patuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun. Ia tidak boleh melampaui batas, ia harus mengikuti perintah dan bimbingan Allah sekalipun hal itu tidak sesuai dengan keinginanya. Ujian keimanan seorang muslim terletak dalam mengikuti perintah Allah dan RasulNya dalam segala keadaan ini, baik dalam persoalan besar maupun kecil, tanpa ragu dan tanpa syarat.4

Petani adalah orang yang pekerjaanya bercocok tanam.5 Pertanian adalah mata pencaharian dan lapangan kerja pokok bagi penduduk pedesaan, sehingga dalam pembangunan pedesaan perhatian utama tetap harus ditujukan pada pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang menonjol.6 Dalam faktanya sebagian petani tidak hanya kaum laki-laki saja melainkan kaum perempuan juga ikut andil dalam bercocok tanam. Selain peran laki-laki, peran perempuan juga cukup besar dalam pembangunan pertanian Desa. Pada realitasnya kaum perempuan dan kaum laki-laki bersama-sama dalam bekerja di sawah.

Profesi petani pada hakikatnya mempunyai nilai yang sangat mulia. Di samping mendapat manfaat ekonomi secara langsung juga akan mendapat pahala atau ganjaran. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:

ًرْ يًط ُِْم ُلُكْأَيَ ف اًعْرَز ُعَرْزَ ي ,اًسْرَغ ُسِرْغَ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم

َا ْو

ناَسْنِإ

ةَمْيََِْوَا

ِِب َُل َناَك َاِا

ُاَوَر( ةَقَدَص

)ملسم و ىِراَُُ

.

4

Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal: Pribadi Islami Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, Terj. Ahmad Baidowi (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 11-12.

5

Hasan alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1141. 6

Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 1987), 9.


(12)

3

Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya. (HR. Imam Bukhari hadits no. 2321).

Sedangkan Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa pekerjaan yang baik adalah pertanian karena dikerjakan dengan tangan sendiri dan juga memberi manfaat pada dirinya sendiri, umat dan kepada binatang. Di samping itu, pertanian juga mampu membawa para petani kepada sikap tawakal, yaitu sikap pasrah diri kepada Allah SWT, karena adanya ikhtiar.7

Dalam keseharianya seorang petani selalu pergi ke sawah, baik untuk menanam padi dan tanaman sejenisnya, merawat atau menyemprot tanaman di sawah. Selain aktifitasnya di sawah seorang petani tetaplah manusia biasa yang beragama dan bersosialisasi baik bagi keluarga maupun tetangganya.8

Dalam masyarakat Jawa salah satu kunci dalam menghadapi kehidupan ini adalah sebagaimana yang dikonsepsikan sebagai rukun, harmoni, dan slamet. Kerukunan adalah kata kunci dalam mengarungi kehidupan. Tanpa kerukunan sosial, maka tidak ada stabilitas sosial atau keteraturan sosial. Basis kehidupan bermasyarakat sesungguhnya adalah keteraturan sosial tersebut. Dalam konsepsi Jawa didapat adagium yang berbunyi: rukun agawe sentoso, artinya melalui kerukunanlah kehidupan yang damai, tentram, aman, dan berkekuatan akan didapatkan.

7

Junaedi, Teologi Pembebasan Petani, http://pecangkul.blogspot.com/2010/02/teologi-pembebasan-petani.html?m=1 (22 Januari 2017, 20.00).

8


(13)

4

Di dalam prateknya, kerukunan itu dimanefetasikan di dalam berbagai corak kehidupan yang mengedepankan tindakan saling mengenal, saling menyapa, saling bertemu didalam berbagai forum yang mengidentifikasikan adanya sikap dan tidakan kerukunan tersebut. Bahkan dalam menghapi perbedaan tradisi Jawa mengajarkan: ojo waton suloyo, artinya jangan asal berbeda. Jadi, diajarkan agar perbedaan itu adalah sesuatu itu benar-benar berbeda. Orang Jawa akan memilih sikap diam jika ada perbedaan pendapat yang sangat kontras. Menjaga hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga hubungan baik dengan sesama manusia adalah kewajiban manusia didalam kehidupanya.9

Penyebaran Agama Islam di Jawa mengalami aktualisasi dengan tradisi lokal. Akulturasi itu karena peran dari para Wali Songo yang menyebarkan Islam melalui cara memasukkan nilai keislaman kedalam tradisi Jawa. Dalam suatu Desa khususnya di wilayah jawa terdapat tradisi Islam lokal seperti tradisi tahlilan, istighosah, pengajian, diba’an, muludan, tingkepan pada orang hamil. Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan merupakan salah satu Desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Di Desa ini terdapat beberapa tradisi yang unik dan menarik seperti tradisi Pleret, yaitu tradisi ini terdapat pada acara pernikahan. Tradisi ini berlangsung sehari setelah pernikahan berlangsung. Tradisi ini dilakukan dengan membagikan makanan ke tetangga sekitar. Yang unik dari tradisi Pleret yaitu makanan yang dibagikan berupa jajanan cenil, nasi karak (nasi akin), dan nasi ketan yang telah dikukus. Tradisi ini

9

Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2013), 197- 200.


(14)

5

dimaksudkan supaya pernikahan yang berlangsung itu tidak ada gangguan dan tetap langgeng.

Ada juga tradisi lain yang dilakukan pada saat panen tiba. Tradisi ini berlangsung dengan cara menyembelih ayam jawa yang bulunya putih dan membuat nasi gurih. bentuk tradisi ini adalah mengundang orang-orang tertentu dan ada pengajiannya. Acara ini berlangsung di rumah orang yang mempunyai hajat. Tradisi ini dinamakan dulkadiran. Banyak sekali tradisi Islam lokal yang berada di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan di Desa ini kekentalan keberagamaan sangat terasa, apalagi ada makam mbah Maulana Iskhak yang merupakan ayah dari Sunan Giri membuat rasa keagamaan di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan semakin kental.

Dalam kehidupan sosial, seorang petani bersosialisasi baik dengan tetangga sekitar. Di Desa yang mayoritas petani ada petani kaya dan petani miskin. Dalam kehidupan nyata sekecil apapun strata sosial masih tetap berjalan baik khususnya dalam kehidupan pedesaan. Dalam kehidupan pedesaan strata sosial itu muncul apalagi pada kalangan petani, baik petani kaya maupun petani miskin yang banyak menimbulkan kecemburuan sosial.10

Pada masa lalu wilayah pedesan Indonesia, terutama Jawa sering digambarkan sebagai komunitas agraris yang tertutup, berbudaya homogen, dan didomonasi oleh ikatan tradisional dengan struktur suprdesa yang bersifat feodal dan kolonial. Hubungan feodal yang membagi masyarakat ke dalam dua kelas,

10


(15)

6

yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif, menjadikan petani sebagai pemasok barang dan layanan kepada kelas atasan.11

Seorang petani adalah manusia biasa yang kadang melakukan kesalahan maupun kehilafan dalam kehidupannya. Manusia dalam pengertian yang ada dalam dirinya terdapat unsur positif sekaligus negatif, memang tepat untuk disebut sebagai makhluk ganda atau monodualis. Dengan segala potensi keunggulan, kelebihan yang ada padanya, manusia dapat mencapai derajat kemanusiaan paling tinggi. Sebaliknya, dengan segala potensi negatif, kelemahan yang ada padanya, manusia dapat turun ke tingkat kemanusian terendah, bahkan bisa jadi lebih rendah dibanding hewan. Ketika positif dapat menetralisir unsur negatif, maka derajat kemanusiaan manusia dapat mencapai puncak maksimal yaitu menjadi manusia yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi dalam kehidupanya. Di mana manusia dihadapkan untuk menolong sesama.12

Kapankah kekuatan positif dapat menetralisir kekuatan negatif atau sebaliknya kekuatan negatif mengungguli kekuatan positif? Saat itu, roh dapat mengalahkan kecenderungan jasmani, fisik, tubuh, maka manusia dapat menikmati kemanusiaan. Untuk dapat membuat roh tidak terkalahkan, maka roh harus senantiasa disiagakan, diefektifkan dengan berbagai macam selerah roh yaitu nilai-nilai kemanusiaan. Roh harus diberi input positif berupa: kesabaran, ketakwaan, keimanan, keikhlasan, dan sebagainya melalui aksi sepiritual. Jika selerah roh tidak terpenuhi, niscaya selerah fisik lebih menonjol dan itu berakibat

11

Kuntowijoyi, Radikalisme Petani: Esai-esai Sejarah (Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 2002), 4.

12

Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat, dan Sejarah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 21


(16)

7

pada tenggelamnya kemanusiaan manusia. Akal sebagai pembeda manusia yang paling prinsip tidak dapat menjadi nurani, melainkan berpihak pada kehendak relatif tubuh.13

Oleh sebab itu, untuk menetralisir adanya sifat negatif, peran Agama sangat berperan penting dalam kehidupan manusia khususnya Agama Islam yang menjadi panutan maupun tuntunan orang muslim untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat terkhusus pada kehidupan para petani yang selalu berkerja keras hanya untuk menafkahi istri dan anaknya.

Dalam kajian teologi, ada suatu paham yang bernama Qadariyah. Menurut Qadariyah, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidup.14 Dengan kata lain, bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatanya; manusia melakukan, baik atas kehendak maupun kekuasaan sendiri, dan manusia pula yang melakukan atau menjahui perbuatan-perbuatan jahat atau kemauan dengan dayanya sendiri.15 Harun Nasution turut menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qadrah (kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.16 Menurut An-Nazam salah satu pengikut paham ini, bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.17 Sedangkan Menurut Ghailan al-Dimasqi, bahwa manusia menentukan

13

ibid., 22. 14

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press, 1986), 33

15

Ibid., 94. 16

Abdul Rozak dan Roshihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka, 2014), 87-88. 17


(17)

8

perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa campur tagan Tuhan.Maka dapat disimpulkan, bahwa Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka, artinya bahwa manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan atas kehendak dan kekuasaanya sendiri. Manusia tidak dipaksa untuk tunduk pada qadar Tuhan, tidak seperti wayang yang digerakkan oleh dalang tetapi dapat memilih.18 Artinya manusia berhak memperbaiki hidupnya, seperti jika manusia ingin mahir berbahasa inggris, maka manusia harus belajar bahasa inggris supaya mahir dalam berbahasa ingris.

Oleh sebab itu, dalam faham ini manusia mempunyai kehendak atas dirinya sendiri untuk melakukan perbuatannya. Manusia hanya makhluk biasa yang mempunyai kekurang dan kelebihan. Kekurangan manusia yaitu selalu kurang dan tidak mensyukuri apa yang didapatnya. Agama Islam sangat penting dalam kehidupan manusia untuk mengarahkan manusia ke jalan yang baik. Maka, manusia harus berusaha untuk mengubah takdirnya dan juga harus diserta do’a supaya hasil yang didapat itu sesuai jeri payahnya. Selain itu, manusia wajib mensyukuri setiap rizki yang diberikan kepadanya, sehingga hasil yang diperoleh menjadi halal dan barokah.

Keterkaitanya dengan petani yaitu ketika petani bercocok tanam di ladangnya, maka petani harus berusaha untuk merawat tanamanya seperti memberi pupuk dan menyemprot tanamanya agar tidak diserang hama, sehingga tanaman yang ditanam para petani menjadi subur dan hasil panenya berlimpah.

18


(18)

9

Akan tetapi, selain berusaha petani juga perlu berdo’a supaya hasil panenya diberikan Allah kelimpahan. Dari kegiatan spiritual para petani baik di sawah maupun di rumah akan membawa petani lebih bersifat ikhtiar, bersyukur, sabar, dan tawakal.

Konsep Islam yang diyakini sebagai jalan keselamatan di dunia dan di akhirat adalah satu Agama yang diturunkan kepada umat Islam berupa Kitab Suci yaitu al-Qur’an dan Rasul yang bernama Muhammad SAW sesuatu dengan ketetapan hukum yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak, adat istiadat, dan mu’amalat. Apabila manusia memahami dan mengamalkan hukum-hukum tersebut dengan baik, setiap individu akan menjadi baik, dan tatanan keluarga yang dibangun akan menjadi kokoh. Begitu juga hubungan antar sesama manusia akan terjalin dengan baik. Aktifitas kehidupan juga berjalan lancar sebagaimana mereka juga dapat melaksanakan perintah-perintah Allah selalu konsisten. Namun, apabila pemahaman dan pelaksanaan mereka terhadap konsep itu menyimpang, kehidupan individualitas dan sosial mereka akan rusak karena jauh dari perintah-perintah Allah.19

Di masayarakat Desa yang rata-rata berprofesi sebagai petani, Agama merupakan tuntunan hidup yang dijalani dan sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Apa yang didapat selalu disyukuri, baik itu besar atau kecil. Sehingga apa yang didapat menjadi barokah dan bermanfaat baik bagi dirinya, keluarganya, maupun orang lain. Keberkahan itu yang menciptakan kehidupan yang sejahtera, rukun, dan bahagia. Di Desa Kemantren Kecamatan

19


(19)

10

Paciran Kabupaten Lamongan mayoritas penduduknya muslim dan berprofesi sebagai petani. Letak Desa ini berada di pesisir pantai, maka desa ini merupakan desa dengan berbudaya pesisir. Yang menarik dari Desa ini yaitu meskipun ada laut, tetapi profesi masyarakatnya didominasi oleh profesi tani bukan nelayan. Sehingga Desa ini dikatakan sebagai komunitas petani dalam kebudayaan pesisir. Meskipun Desa ini lebih didominasi oleh petani, tetapi masyarakatnya hidup sejahtera, dan bisa aktif mengikuti kegiatan sosial maupun kegamaan termasuk tradisi-tradisi yang sudah lama ada. Selain itu, ada Mushola kecil yang berada di tengah sawah yang dilengkapi sumur untuk tempat shalat dan tempat wudhu para petani. Keagamaan di Desa ini dikatakan sebagai agama Islamnya tinggi dengan mayoritas Islam NU 89,25 %, 10 % Islam Muhammaddiyah, dan 0,75 % Tarekat Syadziliyah.20

Kekentalan keagamaan dan tradisi lokal ditengah kehidupan masyarakat Desa Kemantren dengan profesi mereka sebagai petani membuat tertarik penulis untuk meneliti tentang peran Agama Islam dalam kehidupan masyarakat petani pedesaan dalam membentuk akhlak (prilaku) mereka, sehingga diperoleh data dan pemahaman terkait nilai sepiritualitas para petani yang dikaitkan dengan teologi Qadariyah. Dalam penelitian ini, penulis meneliti langsung tentang kehidupan sosial dan keagamaan petani di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan melalui pengamatan langsung dan wawancara. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk memperoleh data yang diinginkan.

20


(20)

11

B.Identifikasi Masalah

Dari latarbelakang yang dikemukakan penulis diatas, maka penulis akan mengidentfikasi masalah yang akan diteliti sebelum pada rumusan masalah yang menjadi pokok kajian yang diteliti, diantaranya sebagai berikut:

1. Kehidupan keagamaan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

2. Kehidupan sosial para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

3. Latar belakang pendidikan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

C.Rumusan Masalah

Dari latarbelakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan penulis diatas, maka penulis membatasi pokok permasalahan pada penelitihan ini, diantaraanya sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep paham Qadariyah?

2. Bagaimana kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

3. Bagaimana hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya?

4. Bagaimana implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah.


(21)

12

D.Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitihan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep paham Qadariyah.

2. Untuk mengetahui kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara spiritual petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupnya. 4. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai spiritual para petani Desa

Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah.

E.Manfaat Penelitian

Pelitian ini mempunyai manfaat yang besar, baik bagi penulis maupun pembaca, diantaranya yaitu:

1. Bagi penulis menambah akademisi dalam wawasan spiritualitas dan teologi Islam.

2. Bagi pembaca dapat menambah keilmuan mengenai spiritualitas dan teologi Islam.


(22)

13

F. Penegasan Judul

Setelah memahami atas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitihn ini, maka penulis akan menjelaskan mengenai makna pada judul yang akan dibahas pada penelitian ini supaya tidak ada kesalapahaman dalam penelitian ini. Penelitian dengan judul SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah, istilah - istilah ini akan peneliti jelaskan dibawah ini:

Sebelum membahas Spiritulitas petani, maka penulis akan membahas mengenai pengertian spiritual dan petani. Spiritual yaitu berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, sukma, dan roh.21 Sedangkan spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan jiwa.22 Spiritualitas juga diartikan sebagai hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah.23 Sedangkan Petani adalah orang yang pekerjaanya bercocok tanam.24 Petani merupakan sekelompok konklusi, sangat sedikit petani yang mempunyai dorongan sentimentil bahwa menggarap tanah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, demikian juga petani yang menganggap usaha taninya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian untuk dijual ke pasar.25 Maka spiritualitas petani adalah aktualisasi keimanan dalam aktifitas keimanan petani dalam jiwanya. Dimana dalam kehidupannya petani selalu berhubungan dengan tuhanya, seperti menjalani

21

Poerwadarminto, Kamus Bahasa, 963. 22

Effendi, Spiritualitas: Makna, 11. 23

Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Tela’ah Signifikasih

konsep Tradisionalisme Islam (Surabaya: PS4M, 2003), 79. 24

Alwi, Kamus Besar, 1141. 25

Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), 50.


(23)

14

kewajibanya yaitu shalat yang kemudian menimbulkan sikap yang sabar, tenang, ikhtiar, bersyukur, dan tawakal.

Nilai spiritual adalah nilai-nilai batiniyah yang memberikan dorongan batin, dimana manusia mengimplementasikan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun nilai spiritual secara umum adalah kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kedamaian, rasa percaya, kedamaian hati, kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan, kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa syukur, ketekunan, kesabaran, keadilan, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikma dan keteguhan.26

Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan merupakan objek yang dipilih penulis dalam penelitihan ini. Yang mana Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten menurut penulis mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri.

G.Penelitihan Terdahulu

Dalam penelitihan ini, penulis mendapatkan sebuah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Tidak banyak penulis yang meneliti dan menguraikan yang berhubungan mengeni spiritualitas maupun kaitanya dengan petani dari sudut pandang yang berbeda-beda baik dalam bentuk thesis, skripsi, jurnal maupun artikel, diantaranya yaitu:

Pada tahun 2005, Muhammad Romadloni, Mahasiswa Jurusan Sosial Budaya Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, menulis “TEOLOGI

26

M. Suyanto, 15 Rahasia Mengubah Kegagalan menjadi Kesuksesan dengan SQ Kecerdasan Spiritual (Yogyakarta: Andi, 2006), 5.


(24)

15

PETANI: Analisis Peran Islam Dalam Radikalisme Gerakan Petani Pada Forum Perjuangan Petani Nelayan Batang Pekalongan (FP2NBP) Di Kabupaten Batang Dan Pekalongan”. Dalam thesis ini menjelaskan mengenai peran Islam dalam gerakan petani pada forum perjuangan petani nelayan batang pekalongan (FP2NBP) untuk memperjuangkan haknya pada permasalahan sengketa tanah. Dan dijelaskan juga tentang peran hukum Islam dalam konflik yang terjadi disektor pertanian yaitu mengenai perebutan tanah. Petani beranggapan apabila tanah ditelantarkan oleh pemegang hak guna usaha mereka bisa mempergunakanya dan memilikinya karena mereka beranggapan bahwa hal tersebut sesuai hukum Islam.

Pada tahun 2014, Muhammad Aris Fajaruddin, Mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Dakwa dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, menulis “SOLIDARITAS PETANI: Studi Tentang Gotong Royong Masyarakat Petani di Desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan”. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang kebersamaan yang timbul pada para petani Desa Sumberwudi sangatlah kental, terlihat pada para petani yang sering kumpul dalam pembahasan-pembahasan permasalahan yang sering terjadi dikawasan pertanian, seperti pembangunan irigasi, bagaimana mereka memperoleh pupuk-pupuk, dan juga adanya perkumpulan yang dilakukan oleh para petani yang sudah mereka sepakati dan mereka bentuk sebuah keadaan yang baik.

Skripsi yang berjudul: SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan


(25)

16

dalam Perspektif Teologi Qadariyah masih belum ada. Oleh sebab itu, dalam Skripsi ini saya membahas tentang SPIRITUALITAS PETANI : Implementasi Nilai-nilai Spiritual Para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam Perspektif Teologi Qadariyah untuk memberikan gambaran mengenai prilaku keagamaan pada setiap individu (para petani) sehingga diperoleh nilai spiritualnya dengan analisis teologi Qadariyah.

H.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode sangatlah penting dan berguna bagi si peneliti supaya memudahkan si peneliti untuk menyelesaikan karya ilmiahnya, serta dalam penelitiannya juga dapat dipertanggunggjawabkan secara ilmiah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitihan ini menggunakan penelitihan lapangan, sehingga semua data didasarkan pada data-data lapangan dengan mengangkat teori tentang teologi Qadariyah untuk meperkuat hasil penelitihan yang diperoleh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitihan lapangan dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Penelitihan lapangan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui observasi, wawancara secara mendalam, serta dokumentasi berdasarkan pada tempat yang ditentukan.


(26)

17

Metode pengumpulan data ini sangat penting dalam sebuah observasi penelitihan, dimana peneliti harus mengumpulkan data sebaik mungkin. Dalam penelitihan ini mengangkat sebuah data primer dan data sekunder, dimana data yang digali dari sebuah kajian-kajian buku, jurnal, maupun artikel yang bersangkutan dengan judul yang diangkat si peneliti, serta juga mengumpulkan data dari para Petani di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang menjadi objek utama dalam penelitihan ini, serta untuk memperkuat data penelitian disini peneliti akan mengambil informasi dari masyarakat Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang berprofesi selain petani mengenai akhlak maupun spiritual dalam memandang para petani.

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan. Sumber data tersebut berupa pengamatan langsung maupun wawancara secara mendalam terhadap objek yang diteliti pada judul yang diangkat. Adapun pengamatan yang dilakukan peneliti yaitu mengamati langsung kehidupan para petani dan wawancara terhadap beberapa petani serta tanggapan masyarakat yang berprofesi selain petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam memandang akhlak maupun spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sehingga diperoleh data yang failid yang sesuai peneliti harapkan.


(27)

18

Data sekunder adalah data yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Data yang digunakan biasanya menggunkan data kepustakaan yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dan dokumen-dokumen yang resmi.27 Sumber ini sebagai penegas dari data yang didapat saat penelitihan. Adapun buku yang termasuk dalam buku ini adalah:

1.) Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia, 2014). 2.) Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal,

(Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2013).

3.) Kuntowijoyo, Radikalisasi Petani, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002).

4.) Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013).

5.) Greg. Soetomo, Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Pertanian, (Yogyakarta: Kansius: 1997).

6.) Tuhana Taufik Andrianto, Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris, Agrobisnis, dan Argoteknologi (Yogyakarta: Global Pustaka Utama Yogyakarta, 2014)

7.) Luthfi Fatah, Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Banjarbaru: Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dengan Pustaka Benua, 2006)

27

Jonathan Sarwono, Metode Penelitihan Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), 16.


(28)

19

8.) Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam): sejarah, ajaran, dan perkembanganya, (jakarta: Rajawali Pers, 2012)

9.) Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal: Pribadi Islam Menurut al-Qur’an, Terj. Ahmad Baidowi, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999).

10.)Abdul Latief, Juraid, Manusia, Filsafat, dan Sejarah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).

11.)Yusuf Al-Qardhawi, Islam dan Sekuralisme, Terj. Amirullah Kandu (Bandung: CV Pustaka Setia).

12.)Harun Nasution, Teoogi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa dan Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986)

13.)Abdul Rozak dan Roshihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka, 2014)

3. teknik pengumpulan data

Agar dalam penelitihan ini diperoleh data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, maka peneliti menulis beberapa teknik dan metode pengumpulan data yang relavan dengan permasalahan yang ada dalam judul yang diangkat peneliti. Adapun metode yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a. Metode observasi adalah salah satu metode dalam observasi yang digunakan peneliti, untuk melakukan observasi dengan cara membawa kertas kosong untuk turun ke lapangan dengan cara mengamati, mencatat prilaku baik dalam keagamaan maupun sosial. Dalam metode observasi mencatat dengan


(29)

20

teliti dan merekam prilaku-prilaku yang dianggap penting dan bermakna sesegera mungkin setelah prilaku tersebut muncul. Catatan tersebut harus sedetail mungkin dan selengkap mungkin sesuai dengan kejadian sebenarnya tanpa merubah kronologinya.28 Dalam metode observasi pada penelitihan ini saya fokuskan pada prilaku keagamaan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

b. Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara tajam, halus, tepat dan menangkap buah pikiran orang lain dengan cepat bedasarkan tujuan penelitihan. Penelitihan ini menggunakan wawancara bebas, dimana wawancara bebas menanyakan apa saja yang berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti, tetapi juga akan menanyakan data-data yang akan dikumpulkan.29 Dalam metode wawancara, peneliti mewawancarai beberapa petani serta tanggapan masyarakat Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang berprofesi selain petani dalam memandang akhlak maupun spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, sehingga diperoleh data yang failid yang sesuai peneliti harapkan.

c. Metode informan dalam penelitihan kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi maupun sampel seperti dalam penelitihan kuantitatif. Dalam

28

Haris Herdiansyah, Metode Penelitihan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), 133.

29

Joko Subagyo, Metode Penelitihan dalam Teori dan Pratek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 39.


(30)

21

penelitihan kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitihan. Informan penelitihan yang berdasarkan teknik snowball yaitu dengan mencari informan kunci. Yang dimaksud dengan informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informan pokok yang diperlukan dalam penelitihan atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.30 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi kunci dalam penelitihan ini adalah Para Petani, serta masyarakat yang berprofesi selain petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam memandang nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

4. Teknik pengelolahan data

data yang didapat dari lapangan dan dokumen yang sudah terkumpul dilakukan analisa, berikut tahapan-tahapan:

a. Editing, yaitu mengadakan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang diperoleh secara cermat baik dari data primer atau sekunder, tentang nilai spiritual dan peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

30

Sugiono, Metode Penelitihan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 297.


(31)

22

b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis mengenai nilai spiritual dan peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

c. Analizing, yaitu tahapan analisis terhadap data mengenai nilai spiritual dan peran Agama Islam dalam kehidupan para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang dikaitkan dengan teori teologi Qadariyah.

5. Metode Analisis Data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.31 Pada penelitihan ini, penulis menganalisis melalui metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dengan memberikan gambaran terhadap masalah yang dibahas dengan menyusun fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat dipahami dengan mudah.32 Langkah yang ditempuh penulis adalah mendeskripsikan secara sistematis semua fakta aktual yang diketahui, kemudian dianalisis menggunakan teologi Qadariyah untuk memperkuat nilai spiritual para petani, sehingga dapat memberikan sebuah pamahaman yang kongkrit.

31

Dedy Mulyana, Metode Penelitihan Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 180.

32


(32)

23

I. Sitematika penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun untuk mempermudah pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis. Penulisan penelitian ini dibagi atas 5 bab, tiap bab terbagi manjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika pembahasan secara terperinci yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab pertama ini dipaparkan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab kedua ini membahas tentang petani dan spiritualitas yang berisi teori yang meliputi pengertian petani, nilai spiritualitas, takdir manusia menurut kajian teologi, teologi Qadariyah dengan konsep hidup tenang, dan hubungan antara spiritual dan ketentraman hidup dalam konsep Qadariyah.

BAB III : Dalam bab ketiga ini membahas tentang kehidupan sosial keagamaan petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang meliputi, profil Desa Kemantren, latar belakang pendidikan para petani, kehidupan sosial para petani, tradisi keagamaan, kehidupan keagaman, dan hubungan antara tradisi keagamaan dan profesi petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

BAB IV : Dalam bab keempat ini membahas tentang analisis dari penelitian di Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang meliputi, kehidupan spiritual dan paham keagamaan petani, hubungan antara spiritual


(33)

24

petani dengan ketentraman hidupnya, dan implementasi nilai-nilai spiritual para Petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah.

BAB V : pada bab kelima yaitu penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran penulis.


(34)

BAB II

PETANI DAN SPIRITUALITAS

A.Petani

Petani adalah orang yang pekerjaanya bercocok tanam.1 Manusia berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya. Mereka mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkunganya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia seperti itu disebut petani atau pengusaha pertanian.2 Pertanian adalah mata pencaharian dan lapangan kerja pokok bagi penduduk pedesaan, sehingga dalam pembangunan pedesaan perhatian utama tetap harus ditujukan pada pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang menonjol.3 Menurut Mubyarto, sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian Nasional. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas penduduk Indonesia hidup di pedesaan dengan pertanian sebagai sumber pendapatan.4

Pada masa lalu wilayah pedesan Indonesia, terutama Jawa sering digambarkan sebagai komunitas agraris yang tertutup, berbudaya homogen, dan didominasi oleh ikatan tradisional dengan struktur supradesa yang bersifat feodal dan kolonial. Hubungan feodal yang membagi masyarakat ke dalam dua kelas,

1

Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1141. 2

Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian (Malang: Bayumedia Publising, 2006), 12. 3

Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad, Petani Desa dan Kemiskinan (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1987), 9.

4

Luthfi Fatah, Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Banjarbaru: Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dengan Pustaka Benua, 2006), 51.


(35)

26

yaitu kelas produktif dan kelas konsumtif, menjadikan petani sebagai pemasok barang dan layanan kepada kelas atasan.5

Sejarah pertanian telah mencatat bahwa pola pertanian masyarakat petani awal adalah pertanian subsistem. Mereka menanam berbagai jenis tanaman pangan sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Mereka menanam berbagai jenis biji-bijian, antara lain padi, gandum, dan jagung, ataupun tanaman sayur-sayuran.6

Profesi petani pada hakikatnya mempunyai nilai yang sangat mulia. Di samping mendapat manfaat ekonomi secara langsung juga akan mendapat pahala atau ganjaran. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:

ْأَيَ ف اًعْرَز ُعَرْزَ ي ,اًسْرَغ ُسِرْغَ ي ٍمِلْسُم ْنِم اَم

ِْم ُلُك

َاًرْ يًط ُ

َأ

ٌناَسْنِإْو

َأ

ُاَوَرُ ٌةَقَدَص ِِب َُل َناَك اِا ٌةَمْيََِْو

.َملسم و ىِراَُُ

Artinya: Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya. (HR. Imam Bukhari hadits no. 2321).

Sedangkan Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa pekerjaan yang baik adalah pertanian karena dikerjakan dengan tangan sendiri dan juga memberi manfaat pada dirinya sendiri, umat dan kepada binatang. Di samping itu, pertanian juga mampu membawa para petani kepada sikap tawakal, yaitu sikap pasrah diri kepada Allah SWT, karena adanya ikhtiar.7

5

Kuntowijoyi, Radikalisme Petani: Esai-esai Sejarah (Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 2002), 4.

6

Greg Soetomo, Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia Dalam pembangunan Pertanian (Yogyakarta: Kansius, 1997), 21.

7

Junaedi, Teologi Pembebasan Petani, http://pecangkul.blogspot.com/2010/02/teologi-pembebasan-petani.html?m=1 (22 Januari 2017, 20.00).


(36)

27

Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Ekosistem buatan yang dibentuk memiliki hubungan yang saling mempengaruhi antara masyarakat, makhluk hidup dan lingkunganya yang tidak hidup. Pertanian juga merupakan kegiatan manusia mengelolah lahan melalui proses produksi biologis tumbuhan dan hewan untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk kegiatan ekstraktif yang selektif yang tidak merusak kelestarian lingkungan. Secara garis besar unsur-unsur pertanian diringkaskan mencakup proses produksi, tanah tempat usaha, petani dan pengusaha, dan usaha pertanian.8 Menurut Sajogyo, makin luas usaha tani, maka makin besar presentasi penghasilan rumah tangga pertanian.9

Gambaran nyata profil petani dapat dengan mudah ditemui di pedesaan-pedesaan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam atau bertani. Secara umum orang petani bekerja keras. Kegiatan pertanian yang mereka lakukan sesuai dengan apa yang dilakukan orang tuanya atau secara turun temurun.10

Berkaitan dengan kehidupan ini, mereka hanya berharap adanya sedikit perubahan. Mereka telah merasa senang atau bahagia sekiranya dapat terhindar dari kelaparan, sakit, dan kematian anak-anak mereka dari kelaparan atau kekurangan pangan. Keinginan hidup mereka tidak bermacam-macam dan muluk-muluk. Sekedar bisa mempertahankan tanah garapan yang mereka miliki sudah

8

Fatah, Dinamika Pembangunan, 29. 9

Prayitno, Petani Desa, 102 10

Tuhana Taufik Andrianto, Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris, Agrobisnis, dan Argoteknologi (Yogyakarta: Global Pustaka Utama Yogyakarta, 2014), 32.


(37)

28

menyenangkan, apalagi jika mereka dapat memperluas atau menambah kepemilikan tanah garapan pertanian akan lebih menyenangkan hati mereka. Karena sekedar untuk bisa bertahan saja terkadang dirasakan amat susah bagi sebagian petani.11 Oleh sebab itu, cita-cita utama petani adalah status penghidupan dan sosial yang diperoleh didalam suatu rentang hubungan-hubungan sosial yang sempit.12

Penerapan IPTEK canggih dalam bidang pertanian akan membawa mereka hidup lebih baik karena hasil pertanian yang mereka peroleh juga meningkat jumlahnya. Menurut Soetriono terdapat tiga macam kebiasaan mental petani yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pertanian di Indonesia yakni kebiasaan mengukur, bertanya, dan melihat atau mencari alternatif yang dilakukan petani selama ini. Kebiasaan mengukur oleh petani tercermin dari kegiatan berpikir dalam mengukur penggunaan sarana produksi yang akan dipergunakan termasuk jumlah benda-benda yang dimiliki. Kegiatan bertanya biasanya dilakukan ketika petani menghadapi permasalahan dalam bercocok tanam mereka, contohnya mengapa buah yang dihasilkan oleh tanaman ini lebih manis daripada buah yang dihasilkan oleh tanaman itu?, dan sebagainya. Petani memiliki kebiasaan melihat atau mencari alternatif dari cara yang telah dikenal dan dilakukan terhadap cara baru yang lebih baik. Uji coba semacam itu

11

Ibid., 32-33. 12

Eric R. Wolf, Perang Petani, Terj. Eka Kurniawan (Yogyakarta: INSIST PRESS, 2004), 8.


(38)

29

dilakukan oleh petani dengan maksud untuk memperoleh hasil panen yang lebih banyak dari segi mutu (kualitas).13

Berkaitan dengan sikap pengambilan keputusan dalam menjalankan roda usaha tani, umumnya petani memiliki sifat-sifat yang sangat dipengaruhi oleh keadaan keluarga, masyarakat, tradisi, dan agama yang mereka anut. Keputusan penting untuk menentukan jenis usaha tani yang akan diupayakan petani terkadang dengan pertimbangan keadaan masyarakat disekitanya. Dengan kata lain, keputusan yang dibuat usaha tani dipengaruhi oleh sikap, prilaku-prilaku, dan hubungan-hubungan dalam masyarakat disekitarnya. Dalam pembangunan pertanian perlu diperhatikan peran tradisi besar dan agama yang dianut oleh petani. Kedua hal itu perlu diperhatikan, sebab berpengaruh terhadap masyarakat dalam kesediaan menerima program-program pembangunan pertanian dari pemerintah.14

Petani merupakan sekelompok konklusi, sangat sedikit petani yang mempunyai dorongan sentimentil bahwa menggarap tanah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Namun, demikian juga petani yang menganggap usaha taninya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian untuk dijual ke pasar.15

Dalam kegiatan pertanian, petani mempunyai tiga tugas atau peranan, yaitu petani sebagai penggarap, petani sebagai menajer, dan petani sebagai manusia biasa. Alasan pengelompokan petani seperti itu dikemukakan berikut:

13

Andrianto, Pengantar Ilmu, 33-35. 14

Ibid., 37-39. 15

Eva Banowati dan Sriyanto, Geografi Pertanian (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), 50.


(39)

30

1. Petani sebagai Penggarap

Sesuai dengan sebutanya petani berperan utama sebagai pemelihara tanaman dan hewan (ternak dan ikan) untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan demi kelangsungan hidupnya. Hal-hal yang dilakukan petani dalam pemeliharaan tanaman meliputi: mempersiapkan lahan, penyiapan bibit/benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan tanaman penganggu, pengaturan air, pemberantasan hama/penyakit, dan perlakuan setelah panen.16

2. Petani sebagai manajer

Peran penting petani dalam usaha tani yaitu sebagai manajer. Sebagai manajer petani menggunakan otak terutama dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman/ternak ikan yang akan dibudidayakan.17 Keputusan-keputusan yang harus diambil petani mencangkup jenis tanaman atau varietes yang akan diterima, menggunakan pupuk atau tidak, memilih jenis ternak yang akan dipelihara, dan penentuan pembagian kerja untuk berbagai kegiatan, terutama pada saat semua kegiatan harus dilakukan pada saat yang sama. Kemampuan manajerial tersebut memberikan kemungkinan bagi mereka untuk membuat usaha taninya lebih produktif sehingga dapat meningkatkan manfaat dan penerimaan hasil usaha taninya.18

3. Petani sebagai manusia biasa.

16

Ibid., 47. 17

Andrianto, Pengantar Ilmu, 39-40. 18

Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian (Malang: Bayumedia Publising, 2006), 12-13.


(40)

31

Petani berkedudukan sebagai manusia biasa yang memiliki peran dalam keluarga dan masyarakat seperti halnya manusia lainya. Keadaan petani sebagai manusia perorangan dalam masyarakat amat ditentukan oleh peran kongkrit petani sebagai penggarap tanah sekaligus sebagai menajer. Dengan pernyataan lain, keberhasilan petani sebagai manusia biasa amat ditentukan oleh keberhasilan petani yang berperan sebagai penggarap tanah dan manajer usaha tani yang digelutinya.19 Sebagai manusia, petani juga memerlukan komunikasi dengan manusia yang lain, baik itu dalam bentuk keluarga maupun masyarakat. Dengan berhubungan dengan orang lain, maka petani menjadi lebih mendapat banyak masukan tentang apa dan bagaimana pertanian yang baik dan optimal yang pada akhirnya hasil yang diperoleh lebih meningkat.20

B.Nilai Spiritualitas

Sebelum membahas tentang nilai spiritualitas, kita akan membahas lebih dulu tentang definisi nilai dan spiritual. Nilai dalam bahasa latin disebut Valere yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat.21 Nilai adalah alat yang menunujukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa

19

Andrianto, Pengantar Ilmu, 41. 20

Banowati, Geografi Pertanian, 48. 21


(41)

32

ide seseorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.22 Subyektifitas nilai adalah pandangan bahwa nilai-nilai seperti kebaikan, kebenaran, keinginan, tidak ada dalam dunia real objektif tetapi merupakan perasaaan-perasaan, sikap-sikap pribadi, dan merupakan penafsiran atas kenyataan.23

Sedangkan pengertian spiritual yaitu berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, sukma, dan roh.24 Spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan jiwa.25 Menurut Ary Ginanjar Agustian, spiritualitas adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah (lillahita’ala).26 Menurut Hegel, spiritual adalah kesatuan dari kesadaran diri dan kesadaran yang dicapai secara rasio dan menganggapnya sebagai suatu kesatuan antara kegiatan praktis dan teoritis. Hegel juga berpendapat, bahwa spiritual memperoleh kehadirannya dalam diri sendiri. Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai bidang penghayatan batiniah terhadap Tuhan melalui prilaku

22 Wikipedia, “

Nilai”, https://id.m.wikipedia.org/Wiki/Nilai (Minggu, 18 Maret 2017, 21.00)

23

Bagus, Kamus Filsafat, 718. 24

Poerwadarminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, t. th.), 963. 25

Irmansyah Effendi, Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 11.

26

Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2001), 57.


(42)

33

tertentu yang sebenarnya terdapat pada setiap agama, tetapi tidak semua pemeluk agama menekuninya.27

Spiritualitas juga diartikan sebagai hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tergantung kepercayaan yang dianut oleh induvidu. Agar individu dapat memehami keberdaan maupun pengalamannya dimulai dari kesadarannya mengenai adanya realitas transenden (berupa kepercayaan kepada Tuhan ataupun yang dipersepsikan individu sebagai sosok transenden) dalam kehidupan dan dicirikan oleh pandangan atau nilai-nilai yang dipegangnya berkaitan dengan diri sendiri, orang lain secara universal, alam, hidup dan apapun yang dipersepsikan sebagai Yang Mutlak. Menurut Maslow, spiritualitas diartikan sebagai tahapan aktualisasi diri seseorang, yang mana seseorang berlimpah dengan kreatifitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih, kedamain, toleransi, kerendahan hati, serta memiliki tujuan hidup yang jelas.28

Sesuatu yang bersifat spiritual memiliki kebenaran abadi yang berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Salah satu aspek menjadi spiritual adalah memiliki arah dan tujuan hidup yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang untuk meencapai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.29

Spiritualitas sebagai bentuk kesadaran ruhani manusia untuk berhubungan dengan kekuatan besar, menemukan nilai-nilai keabadian, menemukan makna hidup dan keindahan, membangun keharmonisan dan keselarasan dengan semesta

27

Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Tela’ah Signifikasih konsep Tradisionalisme Islam (Surabaya: PS4M, 2003), 79.

28

Duane Schultz, Psikologi Pertumbuhan, terj. Yustinus (Yogyakarta: Kansius, 1991), 89.

29


(43)

34

alam, menangkap sinyal dan pesan dibalik fakta yang secara menyeluruh dan berhubungan dengan hal-hal ghaib mempunyai beberapa aspek yaitu:

1. Prayer Fulfillment (pengalaman ibadah) yaitu sebuah perasaan gembira dan bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan yang transenden. Dalam hal ini dapat mengambail manfaat ibadah yang telah dilakukan. 2. Universality (universalitas) yaitu sebuah keyakinan akan kesatuan

kehidupan.

3. alam semesta dengan dirinya.

4. Connectedness (keterkaitan) yaitu sebuah keyakinan bahwa seseorang merupakan bagian dari realitas manusia yang lebih besar melampaui generasi dan kelompok tertentu.

Selain itu, terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan spiritualitas, yaitu sebagai berikut:

1. Diri sendiri

Jiwa seseorang merupakan hal yang fundamental dalam atau penyelidikan spiritual.

2. Sesama

Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling berhubungan telah lama diakui sebagai pokok pengalaman manusiawi. Sehingga hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.


(44)

35

Pemahaman dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini dipahami secara luas dan tidak terbatas. Manusia memahami Tuhan dengan banyak cara seperti dalam suatu hubungan alam dan seni. Fokus spiritual adalah manusia. Jika wilayah Psikologi mengkaji jiwa sebagai ego, maka spiritual mengkaji manusia sebagai spirit. Manusia bermaksud untuk membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah.30

Oleh sebab itu, nilai spiritual yaitu nilai-nilai batiniah yang memberikan dorongan batin. Adapun nilai-nilai spiritual yang umum antara lain meliputi kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kebebasan, kedamaian, cinta, pengertian, amal baik, tanggungjawwab, tenggang rasa, integritas, rasa percaya, kebersihan hati, kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan, kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa syukur, humor, ketekunan, kesabaran, keadilan, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikma dan keteguhan.31

C.Takdir Manusia Menurut Kajian Teologi

Takdir adalah yang sudah lebih dulu ditentukan oleh Allah, Keputusan Tuhan, nasib.32 Dalam Islam istilah takdir lebih dikenal dengan qadla dan qadar

30

Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan, 79. 31

M. Suyanto, 15 Rahasia Mengubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan dengan SQ Kecerdasan Spiritual (Yogyakarta: Andi, 2006), 5.

32

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya, AMELIA Surabaya, 2003), 468-469.


(45)

36

yang artinya keputusan atau kehendak Allah.33 Qadla berasal dari bahasa Arab yang akar katanya: qadlo - yaqdli - qadlaan, bisa berarti hukum atau keputusan, perintah, kehendak. Sedangkan qadar berasal dari akar kata: Qadara – yuqadiru – taqdiran, yang mempunyai arti kadar atau ukuran, ketentuan atau aturan, dan kekuasaan. Qadla dan qadar (takdir) artinya hukum, keputusan, perintah, kehendak, ciptaan menurut kadar, ukuran, ketentuan, aturan, dan kekuasaan.34

Allah SWT Maha Bijaksana dan Maha Perencana sesuai dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah SWT bersifat mengetahui dan Maha Adil. Apa saja yang telah terjadi dan yang akan terjadi pada makhluk-Nya tidak lepas dari ilmu dan ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana itu. Semua yang terjadi dalam alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkaNya. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 8 yang berbunyi:

....

ٍراَدْقِِ َُدِْع ٍءْىَش لُكَو

(

)

Artinya: Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Q.S Al-Ra’d: 8).

Allah SWT yang menentukan apa yang terjadi pada manusia begitu juga pada semua makhluk ciptaan-Nya. Allah bisa berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, karena Allah bersifat berkehendak (Iradat) dan yang berkuasa (Al-Qadir). Allah pula yang Maha Memutuskan nasib manusia karena Allah memang bersifat Yang Maha Memutuskan (Al-Muqtadiru). Meskipun Allah bebas memutuskan apa saja yang dikehendaki-Nya, namun Allah tidaklah berbuat sekehendaknya

33

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal : Potret Dari Cirebon (jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), 96.

34

Kaelany HD, Islam Dan Aspek-aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 89-90


(46)

37

tanpa perhitungan, karena Allah bersifat Yang Maha Penghitung (Al-Manshi), sedang keputusanya selalu mengandung hikma dan kebijaksanaan, karena Allah juga bersifat Maha Pemberi Keputusan dan Maha Bijaksana (Al-Fatah dan Al-Hakim).35

Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam hidup dan kehidupan kita, sudah ada ketentuannya di sisi Allah sejak zaman azali.36 Oleh sebab itu, takdir tidak boleh dianggap sebagai jalan bertawakal (berserah diri) yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan alasan untuk melakukan kemaksiatan, bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan terhadap hambaNya. Sebaliknya takdir harus dianggap sebagai jalan untuk meyakinkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak macam amal perbuatan yang besar pula.37 Takdir dapat dilawan dengan ikhtiar /usaha dan disertai dengan do’a, supaya usaha yang dilakukan mendapat hasil yang sesuai dengan harapan. Karena usaha saja tanpa do’a akan sia-sia, maka usaha harus senantiasa diiringi oleh do’a. Yang bisa merubah takdir manusia adalah manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia dituntut untuk selalu berikhtiar dan berdo’a.

Nasib baik atau buruk manusia, baik yang diinginkan atau tidak pada dasarnya sudah ditentukan oleh Allah. Dengan kata lain, segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah.38 Menurut Sudika, ketentuan (takdir) ini tidak sesuai mengingat disamping takdir, ada keharusan berikhtiar. Ikhtiar ini penting bukan

35

Ibid., 91 36

Bustanuddin Agus, Al-Islam: Buku Pedoman Kuliyah Mahasiswa Untuk Mata Ajaran Pendidikan Ajaran Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), 30.

37

Kaelany, Islam Dan Aspek, 97 38


(47)

38

hanya karena Allah mengharuskan manusia untuk berbuat demikian, tetapi juga demi kepentingan manusia sendiri, karena ikhtiar merupakan prasyarat atas realisasi berkah, kemunduran, dan karunia Allah. Suparman juga mengatakan nasib dapat diubah dalam batas-batas tertentu melalui usaha dan hubungan seseorang dengan lingkungan.39

Perlu kita ketahui, bahwa takdir yang menimpa bukanlah sesuatu yang harus disesali, maka tidak ada alasan bagi kita untuk larut dalam kegelisahan dan keresahan. Dengan demikian selayaknya kita menghadapi dunia ini dengan keyakinan dan keberanian. Dengan menggunkan pikiran yang jernih seseorang akan sanggup menghadapi cobaan dengan berani dan tegar. Adapun jika jiwanya lalai terhadap Allah, maka ia akan memandang kejadian-kejadian tersebut seperti gelombang ombak yang menghantamnya dengan dahsyat, yang akan hanyut siapa-siapa yang tenggelam didalamnya. Orang yang lalai kepada Allah hidupnya dipenuhi hawa nafsu yang akan mempermainkannya pada kejadian-kejadian dan keresahan-kerasahan itu. Sikap tunduk kepada takdir bukan karena manusia tidak mau ikhtiar/usaha dan do’a, akan tetapi akan mengilhami baginya sikap berani dalam menyosong hari esok yang ia akan jalani, juga akan memberi baginya penangkal terhadap kejadian-kejadian itu dan menjadikan seseorang selalu menerima akan kenyataan dengan penuh senyum meskipun tertimpa kerugian jiwa maupun harta. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 51 yang berbunyi:

ََل ُها َبَتَك اَم اِإ آََ بْيِصُي ْنَل ْلُق

ا

َوُ

َلْوَم

ُ َنْوُ ِمْؤُمْلا ِلكَوَ تَيْلَ ف ِها ىَلَعَو ,اَى



َ

39


(48)

39

Artinya: Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (Q. S. At-Taubah: 51).40

Maka manusia harus selalu berfikir positif kepada takdir yang ditentukan oleh Allah untuk manusia. Oleh sebab itu, manusia juga harus tetap sabar dan gigih. Di samping itu, harus mempunyai keyakinan bahwa ikhtiarnya/usahanya dan do’anya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW berkata:

ْوُعْدا

َها

ِْلاِب َنْوُ ِقْوُم ْمُتْ نَأَو

َج

َها نَأ اْوُمَلْعاَو ِةَبا

ْيِجَتْسَي َا

ٍلِفاَغ ٍبْلَ ق ْنِم ًءاَعُد ُب

ه

.

Artinya: Berdo’alah kepada Allah SWT, sementara kalian yakin do’a kalian dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai dan lengah. (HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim).

Allah juga berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mukmin ayat 60

ُ ....ْمُكَل ْبِجَتْسَأ ِِْوُعْدا ُمُكبَر َلاَقَو



َ

Artinya: Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan. (QS. al-Mukmin: 60)

Yang perlu diperhatikan, permohonan itu harus dibarengi dengan usaha lahiriah atau ikhtiar sungguh-sungguh.41

Manusia wajib berikhtiar dan berusaha untuk menentukkan perubahan nasib menurut rencananya, sekuat dan kemampuan akal budinya. Manusia harus mempelajari ilmu Tuhan, baik yang bersumber pada kitab-kitab yang diturunkan-Nya, maupun mempelajari gejala alam sebagai ilmu Allah (Sunnatullah) yang terhampar luas disekitar kita. Berikhtiar/berusaha merupakan kewajiban manusia, tetapi Allah-lah yang menentukan hasil akhir dari ikhtiar/usaha manusia itu.

40

Muhammad Al-Ghozali, Menjadi Muslim Ideal: Meletakkan Islam Sebagai Petunjuk dan Penerang Kehidupan, terj. Forum Kaijan Madani Kairo (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 102-104

41

M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual: Sosial Problem Manusia Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 78.


(49)

40

Manusia hanya dapat menerima segala apa yang terjadi sebatas kemampuan yang dimiliki.42

Teologi berasal dari kata teologi berasal dari Yunani yaitu Theologia dari theos yang berarti Allah SWT dan logos yang berati Wacana ilmu. Sehingga dapat diartikan suatu ilmu yang membahas tentang Allah, sifat-sifat Allah, ataupun wujud Allah. Atau dapat diartikan juga sebagai doktrin-doktrin atau keyakinan-keyakinan tentang Allah (para dewa) dari kelompok-kelompok keagamaan tertentu atau dari para pemikir perorangan.43

Oleh sebab itu, dalam kajian teologi takdir manusia itu ditentukan langsung oleh Tuhan dan manusia harus mempunyai ikhtiar/usaha dan do’a untuk merubah takdir tersebut. Akan tetapi takdir itu ada yang bisa dirubah dan tidak. Yang bisa dirubah yaitu kaitanya dengan kehidupan manusia di dunia, seperti kalau ingin sukses manusia harus berusaha yaitu bekerja dan berdo’a supaya yang diinginkan terkabul. Sedangkan takdir yang tidak bisa dirubah yaitu kematian, sebab kematian manusia tidak ada yang tahu karena yang tahu hanya Allah dan para malaikat saja.

Manusia yang beriman harus selalu mensyukuri ketentuan Allah SWT dalam penciptaan dirinya dan tidak pernah mengenalinya dan bersyukur dalam kondisi apapun dirinya diciptakan baik sebagai lelaki atau perempuan.44 Hubungan spiritual antara manusia dengan Allah SWT merupakan realisasi diri

42

Kaelany, Islam Dan Aspek, 98-99. 43

Bagus, Kamus Filsafat, 1090. 44


(50)

41

sebagai makhluk yang beragama tauhid.45Hubungan tersebut berupa do’a, shalat, dzikir, dan sebagainya.

Pada kenyataannya hubungan spiritual harus berpangkal dari iman, percaya dan yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah. Manusia harus selau mendekatkan dirinya dengan Allah, maka Allah SWT aktif melimpahkan hidayahnya pada orang-orang yang dikehendaki-Nya.46

Oleh sebab itu, manusia harus selalu mentaati semua perintah Allah seperti menjalankan ibadah (shalat lima waktu). Tujuan ibadah dalam Islam bukan menyembah Tuhan, dan bukan untuk menyenangkan Tuhan, apalagi mengahadapi kematian. Sebab, Allah tidak berhajad untuk disembah atau dipuja oleh manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan tidak berhajad kepada siapapun. Karena itu perlu ada pelurusan pemahaman, bahwa ibadah dalam Islam adalah tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dimaksudkan agar manusia senantiasa berada dalam kesucian jiwa. Hal ini berarti bahwa ibadah dalam Islam adalah untuk membersihkan jiwa manusia. Sebab diyakini bahwa jiwa yang suci akan memancarkan kesucian pula, yakni dalam bentuk budi pekerti yang terpuji. Rangkaian ibadah dalam Islam mengandung ajaran moral yang harus dihayati oleh setiap pelakunya. Intinya bahwa kita beribadah adalah untuk kebaikan kita dan lingkungan di dunia ini. Kebaikan di akhirat adalah akibat dari kebaikan di dunia.47

45

Ibid., 83 46

Nawawi, Hakikat Manusia, 214. 47

Khozin, Refleksi Keberagamaan Dir Kepekaan Teologi Menuju Kepekaan Sosial


(51)

42

D.Teologi Qadariyah dengan Konsep Hidup Tenang

Dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran yaitu paham Jabariyah, paham Muktazila, paham Murji’ah, paham Asy’ari dan lain-lain. Salah satuya yang akan penulis bahas dalam penelitihan ini yaitu paham Qadariyah. Adapun latar belakang munculnya aliran ini yaitu dilihat dari pengertianya yang mana, Qadariyah berasal dari bahasa arab qadara, yang artinya kemampuan dan kekuatan. Manurut terminologi, Qadariyah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi tanaga Tuhan. Aliran ini berpendapat, bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatanya; ia dapat berbuat sesuatau ata meninggalkanya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa Qadariyah digunakan untuk nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam hal ini, Harun Nasution turut menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qadrah (kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.48 Dalam istilah inggrisnya faham ini dikenal dengan istilah free will dan free act.49

Pada akhir abad pertama Hijriyah, diantara golongan Islam timbul suatu madzab yang disebut Qadariyah yang muncul pertama kali di tanah Iraq.50 Latar belakang timbulnya paham Qadariyah ini sebagai isyarat menentang kebijaksanaan politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Sebab dalam

48

Abdul Rozak dan Roshihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka, 2014), 87-88. 49

Rochimah, dkk, Ilmu Kalam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), 118-119

50M. Taib Thahir Abdul Mu’in,


(52)

43

firqah Qadariyah mau membatasi qadar tersebut. Mereka mengatakan bahwa kalau Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang bersalah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus bebas dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan (kholiqul af’al).51

Ahli teologi Islam mengatakan, bahwa Qadriyah pertama kali dikenalkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Damasyqy. Ma’bad adalah seorang laki -laki penduduk Basroh keturunan orang Majusi. Dia seorang tabi’i yang dapat dipercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bisri. Sedangkan menurut al-Zahabi, Ma’bad adalah seorang tabi’i yang baik, tetapi ia memasuki lapangan politik dan memihak „Abd al-Rahman Ibn al-Asy’as, Gubenur Sajistan, dalam menentang kekuasaan Bani Umayah. Dalam pertempuran dengan al-Hajjaj, Ma’bad mati terbunuh pada tahun 80 H.52 Sementara, Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan.53 Ghailan terus menyiarkan faham Qadariyahnya di Damaskus, tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn „Abd al-Aziz. Setelah Umar wafat ia meneruskan kegitannya yang lama, sehingga akhirnya ia mati dihukum bunuh oleh Hisyam „Abd al-Malik (724-743 M). Sebelum dijatuhi hukum bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan dan al-Awza’i yang dihadiri oleh Hisyam sendri.

51

Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 129.

52

Rochimah, Ilmu Kalam, 118-119. 53


(53)

44

Paham Qadariyah mengatakan, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidup.54 Dengan kata lain, bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatanya; manusia melakukan, baik atas kehendak maupun kekuasaan sendiri, dan manusia pula yang melakukan atau menjahui perbuatan-perbuatan jahat atau kemauan dengan dayanya sendiri.55 Menurut An-Nazam salah satu pengikut paham ini, bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan.56 Sedangkan menurut Ma’bad al-Juhani, bahwa perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri oleh karena itu ia bertanggung jawab atas perbuatanya. Tuhan sama sekali tidak ikut berperan serta dalam perbuatan manusia. Menurut Ghailan al-Dimasqi, bahwa manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan buruk tanpa campur tangan Tuhan. Imam adalah mengetahui dan mengakui Allah dan RasulNya, sedangkan amal perbuatan tidak mempengaruhi iman.57

Adapun ayat yang memperkuat pendapat paham Qadariyah yaitu:

...

ٌرْ يِصَب َنْوُلَمْعَ ت اَِ ُنِإ ْمُتْئِش اَم اْوُلَمْعا

(



)

Artinya: berbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesunggunya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Fussilat: 40)

...

َأِب اَم اْوُرِ يَغُ ي ََح ٍمْوَقِب اَم ُرِ يَغُ ي َا َها نِإ

ْمِهِسُفْ ن

(



)...

54

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press, 1986), 33

55

Ibid., 94. 56

Rochimah, Ilmu Kalam, 123 57


(1)

115

3. Kehidupan spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dengan ketentraman hidupya saling berkaitan. Para petani Desa ini dalam menghadapi permasalahan hidup dengan sabar, ikhtiar (usaha), dan berdo’a. Dan selalu menjalankan kewajibanya baik di sawah maupun di rumah serta menyempatkan mengikuti kegiatan keagamaan. Dari kegitan spiritual para petani Desa Kemantren akan termplikasi pada kehidupan sosialnya, di mana Para petani mempunyai simpati yang tinggi terhadap tetangganya yang mengalami kesusahan maupun kebahagiaan sehingga tercipta kehidupan yang rukun, aman, dan tentram.

4. Implikasi nilai-nilai spiritual para petani Desa Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan perspektif teologi Qadariyah yaitu dari kegitan spritual para petani Desa Kemantren, maka akan terimplikasi dalam kehidupan para petani yang membawa para petani lebih bersikap ikhtiar, berdo’a, bersyukur, sabar, tawakal dan ikhlas yang ada pada semangat juang para petani ketika menghadapi musim tanam dan musim panen agar hasil panennya didapat berlimpah sesuai dengan diinginkan para petani. Hal ini sejalan dengan paham Qadariyah yaitu manusia mempunyai qadrah (kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Artinya manusia tidak pasrah terlebih dahulu tetapi berusaha terlebih dalulu.

B. Saran

1. Dengan adanya penelitihan ini memberikan sumbangsih terhadap pembaca agar selalu sabar dan tenang dalam menghadapi suatu permasalahan.


(2)

116

2. Selalu melihatlah disekelilingmu, dengan itu manusia akan selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepada manusia.

3. Tempatkanlah Allah dalam setiap langkamu, dengan itu manusia akan selalu mengarah kepada kebaikan dan tanamankan rasa toleransi yang tinggi. Maka kehidupan akan menjadi tenang dan tentram.

4. Jika ingin merubah takdir, manusia harus berusaha yang disertai do’a, supaya hasilnya maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

A. Nasir, Sahilun. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Abdul Latief, Juraid. Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.

AG, Muhaimin. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cirebon. jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001.

Agus, Bustanuddin. Al-Islam: Buku Pedoman Kuliyah Mahasiswa Untuk Mata Ajaran Pendidikan Ajaran Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993. Ali al-Hasyimi, Muhammad. Menjadi Muslim Ideal: Pribadi Islami Menurut

al-Qur’an dan as-Sunnah, Terj. Ahmad Baidowi. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001.

alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Amin Syukur, Muhammad. Tasawuf Kontekstual: Sosial Problem Manusia

Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Anwar, Desy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Amelia Surabaya, 2003.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2005.

Banowati dan Sriyanto, Eva. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Effendi, Irmansyah. Spiritualitas: Makna, Perjalanan yang Telah Dilalui, dan Jalan yang Sebenarnya. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Fatah, Luthfi. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dengan Pustaka Benua, 2006.

G. Sevilla, Consuelo. Pengantar Metode Penelitihan. Jakarta: UI Press, 1993. Al-Ghozali, Muhammad. Menjadi Muslim Ideal: Meletakkan Islam Sebagai

Petunjuk dan Penerang Kehidupan, terj. Forum Kaijan Madani Kairo. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.


(4)

118

Ginanjar Agustian, Ari. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga, 2001.

Herdiansyah, Haris. Metode Penelitihan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Kaelany HD. Islam Dan Aspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Khozin. Refleksi Keberagamaan Dari Kepekaan Teologi Menuju Kepekaan Sosial. Malang: UMM Press, 2004.

Kuntowijoyo. Radikalisme Petani: Esai-esai Sejarah. Yogyakarta:Yayasan Bentang Budaya, 2002.

Maksum, Ali. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Tela’ah Signifikasih konsep Tradisionalisme Islam. Surabaya: PS4M, 2003.

Mulyana, Dedy. Metode Penelitihan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press, 1986.

Nawawi, Hadari. Hakikat Manusia Menurut Islam. Surabaya: al-Ikhlas, 1993. Poerwadarminto. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, t. th.

Prayitno dan Lincolin Arsyad, Hadi. Petani Desa dan Kemiskinan (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 1987)

R. Wolf, Eric. Perang Petani, Terj. Eka Kurniawan. Yogyakarta: INSIST PRESS, 2004.

Rochimah, dkk, Ilmu Kalam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013.

Rozak dan Rosihon Anwar, Abdul. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2014

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitihan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006.

Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan, terj. Yustinus. Yogyakarta: Kansius, 1991.


(5)

119

Soetomo, Greg. Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia Dalam pembangunan Pertanian. Yogyakarta: Kansius, 1997.

Soetriono, dkk. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Bayumedia Publising, 2006. Srimulyati. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia.

Jakarta: Kencana, 2004.

Subagyo, Joko. Metode Penelitihan dalam Teori dan Pratek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Sugiono. Metode Penelitihan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D .Bandung: Alfabeta, 2008.

Suyanto, Muhammad. 15 Rahasia Mengubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan dengan SQ Kecerdasan Spiritual. Yogyakarta: Andi, 2006.

Syam, Nur. Tarekat Petani: Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal. Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2013.

Taib Thahir Abdul Mu’in, Muhammad. Ilmu Kalam. Jakarta: Widjaya, 1986. Taufik Andrianto, Tuhana. Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris, Agrobisnis, dan

Argoteknologi. Yogyakarta: Global Pustaka Utama Yogyakarta, 2014. Umar Ad-umaiji, Abdullah bin. At-Tawakkal Alallah Ta’ala: Hakikat, Sudut

Pandang Aqidah, Urgensi, Buah, Macam-macam, Sebab-sebab yang Terkait, dan Fenomena Lemahnya Tawakal, Terj. Asmuni. Jakarta: Darul Falah, 2006.

Internet:

Junaedi, Teologi Pembebasan Petani, http://pecangkul.blogspot.com/ 2010/02/teologi-pembebasan-petani.html?m=1 (22 Januari 2017, 20.00). Wikipedia, “Nilai”, https://id.m.wikipedia.org/Wiki/Nilai (Minggu, 18 Maret

2017, 21.00)

Wikipedia, “Tarekad Syaziliyah”, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm (Minggu, 19 Maret 2017, 22.00)

Abu Abdil, Pertanian dan Islam, http://abuabdilbarr.wordprees.com/2007/12/07/ anjuran-islam-untuk-bercocok-tanam-1/ (12 April 2017, 21.00).


(6)

120

Wawancara dan Observasi:

Hadi, Nur, Wawancara, Kantor Kepala Desa Kemantren, 5 Febuari 2017 pukul 19.00 WIB.

Marhamim, Wawancara, di Rumahnya RT.01/RW.01 Desa Kemantren, 4 Febuari 2017 pukul 16.00 WIB.

Nisa’, Khoirun, Wawancara, di Rumahnya RT.01/RW0.1 Desa Kemantren, 10 April 2017 Pukul 16.00 WIB.

Rukhalimah, Wawancara, di Rumahnya RT.01/RW.01 Desa Kemantren, 9 April 2017 Pukul 15.00 WIB .

Siti, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.03/RW.04, 5 Febuari 2017 Pukul 16,30 WIB.

Sriwayuti, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.01/RW.01, 6 Febuari 2017 Pukul 16.00 WIB.

Suaji, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.05/RW02, 4 Febuari 2017 Pukul 16.30 WIB.

Sutrani, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.01/RW.01, 4 Febuari 2017 Pukul 17.00 WIB.

Ujub, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.01/RW.02, 9 April 2017 Pukul 16.30 WIB.

Ulfa, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.01/RW.02, 9 April 2017 Pukul 17.00 WIB.

Ulfa, Siti, Wawancara, di Rumahnya Desa Kemantren RT.01/R.02, 8 April 2017 Pukul 16.00 WIB.

Zaki, Wawancara, Kantor Kepala Desa Kemantren, 5 Febuari 2017 Pukul 19.30 WIB.

Dokumentasi profil Desa Kemantren.

Observasi di Desa Kemantren pada tanggal 21 Januari 2017.

Observasi di Desa Kemantren pada tanggal 4 sampai 6 Febuari 2017. Observasi di Desa Kemantren pada tanggal 8 sampai 10 April 2017.