4. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui system pengendapan yang
mempengaruhi keterbentukan
Formasi Sambipitu dimana telah disebutkan oleh
Surono dkk. 1992 bahwa Formasi Sambipitu
merupakan hasil
endapan pencampuran antara laut dangkal dengan
laut dalam. Sistem pengendapan ini akan diketahui
melalui analisis
mikropaleontologi untuk mengetahui umur dan lingkungan pengendapan relative
melalui foraminifera yang terkandung didalamnya
serta dengan
melakukan analisis litofasies detail melalui pembuatan
penampang stratigrafi pada Kali Juwet. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik litologi
penyusun Formasi Sambipitu. 2.
Mengetahui litofasies
Formasi Sambipitu.
3. Mengetahui asosiasi fasies Formasi
Sambipitu. 4.
Mengetahui waktu pengendapan berdasarkan fosil foraminifera.
5. Mengetahui sistem pengendapan
berdasarkan asosiasi
fasies dan
kandungan fosil foraminifera.
5. Metode Penelitian
Beberapa metode dilakukan dalam penelitian ini untuk menentukan sistem
pengendapan pada saat keterbentukan Formasi Sabipitu di daerah penelitian.
Metode tersebut diantaranya adalah : a.
Pengamatan data lapangan untuk membuat
penampang stratigrafi
terukur b.
Analisis litofasies yang meliputi pengamatan tekstur
dan struktur sedimen
c. Analisis asosiasi fasies
d. Analisis mikropaleontologi
e. Analisis sistem pengendapan dan
penentuan umur
6. Hasil dan Pembahasan
6.1 Litologi Formasi Sambipitu pada
lintasan Kali Juwet
Formasi Sambipitu yang tersingkap baik pada lintasan Kali Juwet tersusun atas
batupasir dengan sisipan batulempung, semakin keatas berubah secara gradual
menjadi batugamping Formasi Wonosari. Batupasir memiliki karakteristik berwarna
lapuk abu-abu kecokelatan hingga cokelat kemerahan, dan warna segar abu-abu
terang hingga kehijauan, besar butir pasir kasar hingga pasir sangat halus, bentuk
butir
menyudut tanggung
hingga membundar,
kemas terbuka-tertutup,
pemilahan sedang
hingga baik,
permeabilitas baik, kekerasan agak keras, bersifat karbonatan, struktur sedimen
massif,
graded bedding
, laminasi paralel, laminasi
bergelombang,
lenticular
,
convolute
, bioturbasi, pada beberapa lokasi terdapat
lag
deposit dan nodul glaukonit. Batulempung yang terdapat dalam satuan
ini memiliki karakteristik warna lapuk abu-abu gelap dan warna segar abu-abu,
kekerasan
dapat diremas,
bersifat karbonatan
dengan struktur
laminasi paralel.
Berdasarkan analisis
petrografi, diketahui
bahwa batupasir
memiliki karakteristik berupa warna putih krem,
dengan analisator
berwarna abu-abu
kecokelatan, ukuran butir kasar, bentuk
butir membundar-membundar tanggung, kemas terbuka-tertutup, pemilahan buruk,
komposisi terdiri atas fragmen litik sebanyak 40, kristal kuarsa sebanyak
5, kristal feldspar sebanyak 10 , material piroklastik sebanyak 10 dan
matriks sebanyak 35. Dalam klasifikasi Pettijohn 1975, batupasir ini termasuk
kedalam jenis Lithic Greywacke. Pada analisis petrografi batulempung, diketahui
bahwa batulempung memiliki karakteristik berupa warna abu-abu terang, dengan
analisator
berwarna abu-abu
gelap, pemilahan
baik, kemas
tertutup. Komposisi penyusun terdiri atas kuarsa
sebanyak 15 , feldspar 7, fragmen litik 3 dan matriks mendominasi sebanyak
75. Dalam klasifikasi Pettijohn 1975, batulempung ini termasuk kedalam jenis
Mudstone.
6.2 Litofasies
Berdasarkan karakteristik batuan yang tersingkap pada lintasan Kali Juwet,
maka dapat dikenali 5 unit litofasies, yaitu :
1. Batupasir sisipan batulempung
2. Batupasir
karbonatan sisipan
batulempung dengan
kelimpahan bioturbasi
3. Batupasir perselingan batulempung
dengan pengaruh volkaniklastik 4.
Batupasir perselingan batulempung dengan komposisi mineral karbonat
serta batugamping 5.
Batugamping sisipan batupasir dan batulempung
6.3 Asosiasi Fasies