Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

(1)

1

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN

(Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

THE EFFECT OF QUALITY SERVICE AND STRICT OF TAX PUNISHMENT TOWARDS THE MOTIVATION TO FULLFILL TAX OBLIGATION

(Survey on Individual Taxpayers in the KPP Pratama Bandung Karees)

Oleh :

Theresia Anggreni S. 21111089

PROGRAM STUDI AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2016


(2)

2

ABSTRACT

Motivation Taxpayers Fulfill Obligations Taxation to calculate and pay their taxes correctly apparently not optimal. Judging when the Tax Office which examined three companies coal mining which allegedly did not report indicated annual tax notification letter correctly. The aim of research was conducted to analyze the results of the influence of service quality and motivation of tax penalties against taxpayers meet tax obligations.

Sampling was done using non-probability sampling technique Sampling Design is by using incidental sampling, with survey respondents as many as 100 individual taxpayers (WPOP). Data collected through questionnaires. Data were analyzed using a SEM analysis with PLS approach, calculators using SEM-PLS 2.0 program.

The results of this study the influence of service quality to fulfill the motivation of the taxpayer meet the tax obligations amounting effect to 20.139%. While the influence of tax penalties on the motivation of the taxpayer meet the tax obligations amounting to 8.547% effect. This study provides empirical evidence where the quality of service and tax penalties significant effect on the motivation of the taxpayer meet the tax obligations of private persons on KPP Pratama Bandung Karees.

Keywords: Quality of Service, Tax Penalties, Motivation Taxpayers Tax Compliance Obligations

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Memberikan motivasi atau dorongan kepada rakyat untuk ikhlas membayar pajaknya adalah sesuatu yang harus dilakukan, dengan membayar pajak merupakan tindakan pemberian


(3)

3

sebagian harta yang dimiliki rakyat kepada Negara dengan cuma-cuma, beberapa motivasi yang diberikan penguasa di Negara maju untuk rakyatnya dalam membayar pajak adalah slogan pay as you earn, membayar seperti diperoleh, diperkenalkan pada masa pemerintahan F.D Rooselvelt untuk memotivasi warga Amerika Serikat memenuhi kewajiban perpajakannya (Siti Kurnia Rahayu, 2010:10).

Menurut Direktorat Jenderal Pajak menyatakan bahwa pihaknya sedang memeriksa tiga perusahaan tambang batubara miliknya grup Bakrie yaitu PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT. Kaltim Prima Coal (KPC) serta PT. Arutmin Indonesia (AI), yang diduga terindikasi tak melaporkan surat pemberitahuan tahunan pajak secara benar. “Nilainya kurang lebih Rp. 2,1 triliun”, kata Mochamad Tjiptardjo, Direktur Jenderal Pajak. Jumlah sebesar Rp. 2,1 trilyun itu terdiri dari PT. BUMI sebesar Rp. 376 miliar, dan PT. KPC sebesar Rp. 1,5 triliun, serta PT. AI sebesar Rp. 300 miliar. Adapun tahapan pemeriksaan terhadap ketiga perusahaan tersebut, PT. BUMI dan PT. KPC sudah masuk tahap penyidikan, sedangkan PT. AI baru dalam tahap pemeriksaan bukti permulaan. Demikian kabar yang sempat ramai diberitakan oleh media massa sekitar pertengahan bulan Desember tahun 2009 yang lalu, dimana pada saat itu waktunya bersamaan dengan Pansus DPR sedang dalam proses penyelidikan atas kasus Skandal Bailout Bank Century yang melibatkan uang negara senilai sekitar Rp. 6,7 trilyun. Selanjutnya entah karena sebab apa, serunya kabar tentang perkembangan kasus pajak grup Bakrie itu berangsur surut sejalan dengan surutnya kabar tentang perkembangan penyelesaiannya kasus Skandal Century. Padahal, sebagaimana diketahui menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) jika suatu kasus pajak telah sampai pada penyidikan pidana, maka penghentian penyidikan atas kasus itu hanya bisa dilakukan oleh Jaksa Agung atas permintaan Menteri Keuangan, setelah wajib pajak mengakui kesalahannya dan membayar tunggakan pajak ditambah denda sebesar empat kali pajak terutang. Itu berarti, jika kasus ketiga perusahaan batubara milik grip Bakrie itu dianggap kurang bayar sebesar Rp. 2,1 triliun, maka pihak grup Bakrie hanya bisa menghentikan penyidikan itu jika membayar sebesar Rp. 10,5 triliun (Rifky Pradana, 2015).

Peningkatan kualitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak, pelayanan pegawai pajak seharusnya melayani wajib pajak dengan jujur, profesional dan


(4)

4

bertanggung jawab, pelayanan pegawai pajak yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak, keramah tamahan petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi perpajakan termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut (Jatmiko, 2006).

Tantangan terbesar dari para petugas pajak adalah memberikan pelayanan yang terbaik. Program yang sudah dijalankan di kantor-kantor pelayanan pajak seolah tak mendapat dukungan yang memadai. Sejatinya tujuan dari sebuah pelayanan hanyalah satu kata, kepuasan. Namun yang terlihat banyak terjadi di lapangan, meskipun secara fisik kantor tersebut sudah menarik tetapi pelayanan yang diberikan oleh petugasnya masih belum bisa disandingkan dengan pelayanan di bank misalnya. Menghubungi kantor pajak melalui telepon pun susahnya bukan main. Coba bandingkan dengan menghubungi informasi Telkom. Sumber daya yang ada seolah tak pernah memadai karena masih banyak kantor pelayanan yang kekurangan pegawai. Tahun 2010 Ditjen Pajak telah memrogramkan menambah jenis pelayanan unggulan dari tahun lalu yang berjumlah 8 jenis (Albert Aruan, 2010).

Selain pelayanan yang baik, motivasi wajib pajak dapat dipengaruhi oleh sanksi perpajakan, dimana sanksi merupakan bentuk hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan (Jatmiko,2006). Sanksi diperlukan untuk memberikan pelajaran dan mempunyai kesadaran bagi pelanggaran pajak agar patuh terhadap kewajiban pajak dengan demikian, diharapkan agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak, wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikan para wajib pajak (Thia Dwi Utami dan Kardinal, 2013).

Menurut Undang-undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 yaitu wajib pajak dapat dikenakan sanksi denda yang berupa administrasi, bunga, dan sanksi pidana, selama ini oknum-oknum yang sudah tertangkap tidak diberikan sanksi yang tegas, tidak tegasnya sanksi yang diberikan ini yang dianggapnya sebagai alasan kenapa masih banyak oknum-oknum yang bertidak seenaknya, akibatnya mereka masih bisa berfikir, tidak masalah di penjara beberapa tahun yang penting masih punya harta (Sri Rustiyaningsih, 2011).


(5)

5

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul ”Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil peneliti dalam uraian diatas adalah :

1. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

2. Seberapa besar pengaruh sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kualitas pelayanan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu akuntansi dan memecahkan masalah yang terdapat pada kajian penelitian yaitu mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

Kegunaan Praktis

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan dalam menerapkan memperbaiki kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.


(6)

6 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan dan menjadi masukan bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak tersebut.

Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian sebagai pengembangan ilmu akuntansi terutama dalam bidang perpajakan, melalui pembuktian empiris dari konsep-konsep yang telah dikaji yaitu hasil-hasil penelitian sebelumnya dan teori-teori yang telah ada mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

2. Bagi Peneliti

Untuk membantu peneliti dalam memahami penerapan disiplin ilmu akuntansi perpajakan yang diperoleh dari perkuliahan dan memperhitungkan tingkat persaingan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh tuntutan profesi mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat memberi pengetahuan dan dapat dijadikan referensi atau

tambahan informasi yang diperlukan untuk pengembangan pengetahuan lebih lanjut mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajjiban perpajakan.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kajian Pustaka

Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Santoso Boediono (2003:60) kualitas pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada wajib pajak dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.


(7)

7

Indikator Kualitas Pelayanan

Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kinerja pelayanan yang telah dikembangkan Zeithaml, Parasuraman, dan Berry, dalam Ratminto, 1999 yang kemudian dikutip kembali oleh Hessel Nogi (2007:219), yaitu:

1. Kesopanan (Courtesy)

2. Akses (Access)

3. Komunikasi (Communication)

4. Pengertian (Understanding the Costumer) Pengertian Sanksi Perpajakan

Menurut Erly Suandi (2013:L-1), Sanksi pajak merupakan Jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi pajak merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Indikator Sanksi Perpajakan

Menurut Adam Smith dalam Soemitro (2010:68) Sanksi Perpajakan adalah sebagai berikut :

1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas dan tegas.

2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada toleransi.

3. Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang.

4. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera. Pengertian Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Menurut Harsuko Riniwati (2011:40), Motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual.


(8)

8

Indikator Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Menurut Santrock (2009:204), bahwa indikator-indikator pada Motivasi Pajak adalah:

1. Dorongan untuk mendaftarkan dari untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2. Dorongan untuk melaksanakan setoran pajak

3. Dorongan untuk melaksanakan pembukuan

4. Dorongan untuk melaksanakan pemeriksaan

Kerangka Pemikiran

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pelayanan konsumen merupakan bagian penting dalam strategi pemasaran. Marketing sering disebut sebagai aktivitas marketing mix atau yang sering dikenal dengan 4P yaitu Product, price, place, dan promotion. Tidak mudah mengidentifikasi motivasi pelanggan maka salah satu caranya adalah memuat pelayanan konsumen. (Tiptono dalam Hassel Nogi, 2007:66).

Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Dilihat dari aspek yuridis, pajak mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Pengenaan sanksi perpajakan, pada hakekatnya, bukan tujuan utama perpajakan. Walaupun ada potensi penerimaan negara pada setiap sanksi, namun motivasi penerapan sanksi adalah agar wajib pajak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sanksi-sanksi perpajakan dirancang untuk memaksa wajib pajak membayar pajak serta memenuhi hak dan kewajiban perpajakan lainnya. (Gatot S, M.Faisal, 2009:37).


(9)

9

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema paradigma penelitian adalah sebagai berikut:

Daulat Fredy, (2013) Hassel Nogi, (2007:66)

Daulat Fredy, (2014) Gatot S, M. Faisal, 2009:37

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:64) menjelaskan tentang hipotesis adalah sebagai berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik

Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan.

Kualitas Pelayanan (X1)

Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban

Perpajakan (Y) Sanksi Perpajakan


(10)

10

Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan.

III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian

Metode penelitan menurut Sugiyono (2012:2) adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis”.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:31),pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut:

“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”. Menurut Sugiyono (2012:38), variabel penelitian didefinisikan sebagai berikut:

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”.


(11)

11

Dalam operasionalisasi variabel ini, semua variabel diatas menggunakan konsep skala ordinal, yaitu baik variabel indepandent (X1) dan (X2) dan variabel dependent (Y) menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono (2009) adalahsebagai berikut:

“Skala ordinal, adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal yaitu data yang berjenjang yang jarak antara satu data dengan yang lain tidak sama.” Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang mencakup semua data yang langsung diperoleh dari responden yang belum diolah.

1. Data Primer

Data Primer menurut Sugiyono (2012:137) adalah sebagai berikut :

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yaitu pada Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah menggunakan metode survey.

Populasi dan Penarikan Sampel Populasi

Populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees sebanyak 65.465 orang.


(12)

12

Penarikan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65.465 orang Wajib Pajak Orang Pribadi. Penarikan sampel dilakuan dengan menggunakan teknik penarikan

Nonprobability Sampling Design yaitu dengan menggunakan sampling incidental. Menurut Sugiyono (2010:218) Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggumpukan data secara primer dengan menyebarkan kuisioner, dari data yang diperoleh dari responden maka perlu dilakukan uji kebenaranya. Untuk menguji kebenaran dan kesungguhan dari jawaban responden diperlukan pengujian yaitu Uji Validitas dan Uji Reabilitas.

Uji Validitas

Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42), validitas didefinisikan sebagai berikut:

Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Menurut Sugiyono (2012:2), validitas didefinisikan sebagai berikut:

“Valid adalah menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti”.

Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43), realibitas adalah sebagai berikut:

Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy, precision, and concistency”.


(13)

13 Metode Pengujian Data

A.Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010:44) menerangkan bahwa analisis deskriptif (kualitatif) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian deskriptif (kualitatif) itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.”

B.Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2010:8) menjelaskan bahwa analisis verifikatif (kuantitatif) adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0.

Menurut Imam Ghozali (2006:1), metode Partial Least Square (PLS) dijelaskan sebagai berikut:

“Model persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest)”.

Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara


(14)

14

lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.

Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan SEM menurut Hair et al (1995), diuraikan sebagai berikut:

a) Konstruk Laten

Pengertian konstrak adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.

b) Variabel Manifest

Pengertian variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, Konstrak laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel manifest. Dalam format kuesioner, variabel manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.

c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error

Variabel eksogen adalah variabel penyebab, variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak ada panah tunggal yang menuju kearahnya. Variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen. Variabel endogen adalah efek dari variabel eksogen. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah yang menuju kearahnya.

Adapun langkah-langkah metode Partial Least Square (PLS) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(15)

15 1) Merancang Model Pengukuran

Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifest. Untuk variabel laten hukum pajak terdiri dari 4 variabel manifest, kemudian untuk variabel laten sanksi administrasi terdiri dari 3 variabel manifest, dan untuk variabel laten kepatuhan wajib pajak terdiri dari 3 variabel manifest.

2) Merancang Model Struktural

Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari dua variabel laten eksogen (hukum pajak dan sanksi administrasi) dan satu variabel laten endogen (kepatuhan wajib pajak).

Inner model yang kadang disebut juga dengan inner relation structural model dan substantive theory, yaitu untuk menggambarkan pengaruh antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory, dengan model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini:

�= Σ � + Σ ��� + �

Sumber: Imam Ghozali (2006:22)

Dimana dan � adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan variabel laten eksogen � dan � sepanjang range indeks i dan b dan � adalah inner residual

variabel.

3) Membangun Diagram Jalur

Pengaruh antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus dapat membantu dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat antar konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama. Diagram alur menggambarkan pengaruh antar konstruk dengan anak panah yang digambarkan lurus menunjukkan pengaruh kausal langsung dari suatu konstruk ke konstruk lainnya. Konstruk eksogen, dikenal dengan independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.


(16)

16 4) Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)

Uji kecocokan model pada Structural Equation Modelin melalui pendekatan Partial Least Square terdiri dari tiga jenis pengujian model, yaitu uji kecocokan model pengukuran, uji kecocokan model struktural, dan uji kecocokan seluruh model/model gabungan.

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian secara parsial dilakukan melalui uji hipotesis statistik sebagai berikut :

H0 : γ1.1 = 0 : Pengaruh ξ terhadap η tidak signifikan H1 : γ 1.1 ≠ 0 : Pengaruh ξ terhadap η signifikan H1 : γ 2.1 = 0 : Pengaruh ξ terhadap η tidak signifikan H1 : γ 2.1 ≠ 0 : Pengaruh ξ terhadap η signifikan Statistik uji yang digunakan adalah :

t = ў31 SE(ў31)

Tolak Ho jika thitung > tabel pada taraf signifikan. Dimana ttabel untuk α = 0,1 sebesar 1,645 Pengujian secara parsial

Hipotesis :

H01 ; γ1.1 = 0, kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

H11 ;γ1.1 ≠ 0, kualitas pelayanan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

H02 ;γ2.1 = 0, sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

H12 ;γ2.1 ≠ 0, sanksi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

Kriteria Pengujian :


(17)

17

Jika t hitung ≤ t tabel (1,645) maka H0 diterima, berarti Ha ditolak

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Kualitas Pelayanan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan menunjukan bahwa kualitas pelayanan memberikan pengaruh sebesar 17,99%, serta tstatistik untuk variabel X1 diperoleh sebesar 3,557. Nilai tersebut lebih besar dari 1,645 (Yamin dan Kurniawan,2011 dalam Uce Indahyanti,2013), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha, artinya bahwa kualitas pelayanan terbukti berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Berdasarkan fenomena yang disampaikan oleh Albert Aruan (2010), yang mengatakan bahwa kualitas pelayanan belum berjalan dengan baik karena masih banyak wajib pajak yang mengeluh menghubungi kantor pajak melalui layanan telepon sangat sulit (Albert Aruan, 2010).

Pengaruh Sanksi Pepajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Sanksi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan menunjukan bahwa sanksi perpajakan memberikan pengaruh sebesar 32,96%, serta tstatistik untuk variabel X2 diperoleh sebesar 5,629. Nilai tersebut lebih besar dari 1,645 (Yamin dan Kurniawan,2011 dalam Uce Indahyanti,2013), sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha, artinya bahwa sanksi perpajakan terbukti berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

Berdasarkan fenomena yang disampaikan oleh Sri Rustiyaningsih (2011), yang mengatakan bahwa selama ini oknum-oknum yang sudah tertangkap tidak diberikan sanksi yang tegas, tidak tegasnya sanksi yang diberikan ini yang dianggapnya sebagai alasan kenapa masih banyak oknum-oknum yang bertidak seenaknya, akibatnya mereka masih bisa berfikir, tidak masalah di penjara beberapa tahun yang penting masih punya harta.


(18)

18 V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil fenomena, kerangka pemikiran, operasional variabel, hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh hukum pajak dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan terbukti berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees secara umum berada dalam kategori cukup baik. Terkait masalah yang terjadi di dalam fenomena yang ada yaitu sulitnya menghubungi kantor pajak melalui layanan telepon. Masalah kualitas pelayanan tersebut ditandai dengan:

a) Tidak mudahnya wajib pajak menghubungi kantor pajak melalui layanan telepon. b) Kurangnya pegawai untuk melayani wajib pajak melalui layanan telepon.

c) Banyak wajib pajak yang sibuk sehingga untuk mendapatkan informasi tidak perlu datang kekantor pajak melainkan dengan memakai layanan telepon.

2. Sanksi perpajakan terbukti berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Sanksi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees secara umum berada dalam kategori cukup baik. Terkait masalah yang terjadi di dalam fenomena yang ada yaitu masih kurang tegasnya sanksi yang diberikan karena masih banyak oknum-oknum (petugas pajak) yang melanggar sanksi, sehingga membuat wajib pajak kurang termotivasi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Masalah sanksi perpajakan tersebut ditandai dengan :

a) Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada wajib pajak


(19)

19 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, maka penulis akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees masih tergolong cukup baik. Hanya saja jika dilihat dari segi akses masih kurang, hal ini disebabkan layanan melalui telepon dirasa masih tidak mudah untuk digunakan. Banyak wajib pajak yang mengeluh akan hal tersebut. Oleh sebab itu akses dibidang pelayanan pajak harus lebih ditingkatkan karena sangat berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dengan cara menyediakan pegawai khusus untuk menerima layanan telepon sehingga fenomena tersebut dapat teratasi dengan baik.

2. Sanksi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees masih tergolong cukup baik. Hanya saja masih adanya sanksi yang kurang tegas kepada wajib pajak yang melanggar. Oleh sebab itu, pemberian sanksi perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees harus lebih tegas dalam pemberian sanksi terhadap wajib pajak yang tidak patuh, sehingga wajib pajak jera untuk melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam undang-undang perpajakan. Fenomena dapat diselesaikan dengan memberikan sanksi yang jelas dan tegas terhadap oknum-oknum yang dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak.


(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

Candra Dewi Puspitasari. Mendorong Tingkat Kepatuhan Pajak Melalui Penegakkan Hukum Terhadap Aparat pajak

Catur Ibnu Handoyo. Pengaruh Penerapan Hukum Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak OP Pada KPP Pratama Bandung Tegalega

Farisya Widya Agustina. 2008. Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kewajiban Moral Terhadap Tindakan Wajib Pajak Pribadi Di KPP Serpong

Gatot S.M. Faisal. 2009. How To Be A Smarter Taxpayer (Bagaimana Menjadi Wajib Pajak yang Lebih Cerdas). Jakarta: Grasindo

Harian Analisa,16 Februari 2010

Hengky Latan, Imam Ghozali. 2009. Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0. Yogyakarta : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Investor Daily Indonesia, 19 September 2008

Jatmiko, Nugroho Agus. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Semarang)

Kautsar Riza Salman. 2007. Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Industri Perbankan Di Surabaya


(21)

21

Ken Devos. 2004. Penalties and Sanctions for Taxation Offences in Anglo Saxon Countries : Implications for Tax Payer Compliance and Tax Policy.

Liberti Pandingan. 2014. Administrasi Perpajakan. Jakarta : Erlangga

Ni Ketut Muliari. PENGARUH PERSEPSI TENTANG SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DENPASAR TIMUR

Nugent David A., Morris Robert, 2013. Legisting Morality: The Effects Of Tax Law Complexity On Taxpayers’ Attitudes. September-Oktober 2013, Vol. 29 No.5

Risky Riyanda Rama Putra,. 2014. Pengaruh Sanksi Administrasi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Malang. Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Ruhul Fitros, 2014. Pengaruh tingkat kepuasan pelayanan, pemahaman perpajakan, keadilan perpajakan, sanksi perpajakan dan kesadaran perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kpp pratama senapelan Pekanbaru

Soemarso S.R. 2007. Perpajakan “Pendekatan Komprehensif”. Jakarta: Salemba Empat

Sri Rahayu. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Sikap Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138

Sri Putri Tita Mutia. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Palembang Seberang Ulu.


(22)

22

Syofrin Syofran, Asyhar Hidayat. 2004. Hukum Pajak & Permasalahannya. Bandung : PT. Refika Aditama

Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Yogyakarta: Graha Ilmu

Thia Dwi Utami. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak OP Pada KPP Pratama Palembang

Wirawan B. Ilyas, 2011. Kontradiktif Sanksi Pidana Dalam Hukum Pajak. JURNAL HUKUM NO. 4 VOL. 18 OKTOBER 2011: 525 – 542

Y. Sri Pudyatmoko.2014. Pengantar Hukum Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Yanah, 2012. The Iimpact of Administrative Sanction and Understanding of Iincome Tax Law on Corporate. The Internasional Journal of Social Sciences. Vol. 12, No. 1


(23)

23 LAMPIRAN

Model SEM PLS


(24)

(25)

(26)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam setiap melakukan penelitian diharuskan menjabarkan secara rinci dari setiap variabel yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan agar dapat dipahami secara jelas dan mudah. Serta keterkaitan dari satu variabel dengan variabel lain yang dibuktikan secara teori.

2.1.1 Kualitas Pelayanan

2.1.1.1 Pengertian Kualitas

Menurut Garvin yang dikutip Tjiptono (2012:143) bahwa terdapat lima perspektif mengenai kualitas, salah satunya yaitu bahwa kualitas dilihat tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

Menurut Goeth and Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa kualitas merupakan:

“Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

Sedangkan menurut J. Supranto (2006:226) bahwa kualitas merupakan:

“Sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik”.


(27)

12

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa, Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan jasa yang memenuhi tingkat pelayanan yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan.

2.1.1.2 Pengertian Pelayanan

Menurut Boediono (2003:60) bahwa pelayanan merupakan:

“Suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan”.

Melalui surat edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-45/PJ/2007 ditegaskan mengenai pelayanan merupakan:

“Sentra dan indikator utama untuk membangun citra DJP, sehingga kualitas pelayanan harus terus menerus ditingkatkan dalam rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan Wajib Pajak terhadap

DJP”.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa, Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara tertentu untuk membangun citra suatu perusahaan yang membutuhkan kepekaan agar terciptanya suatu kepuasaan dan membangun kepercayaan.

2.1.1.3 Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Boediono (2003:60) bahwa kualitas pelayanan merupakan:

“Suatu proses bantuan kepada wajib pajak dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan”.


(28)

13

Sedangkan menurut Lewis and Booms dalam Tjiptono dan Chandra (2011:180) bahwa kualitas pelayanan merupakan:

“Ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu terwujud sesuai harapan pelanggan”.

Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa, Kualitas Pelayanan adalah proses bantuan kepada wajib pajak secara menyeluruh dengan cara-cara tertentu agar terwujud sesuai harapan pelanggan.

2.1.1.4 Konsep Kualitas Pelayanan

Menurut Wolkins (dalam Tjiptono, 2002) bahwa pelayanan publik kepada masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya cukup memadai serta dapat difungsikan secara berhasil guna dan berdaya guna.

2.1.1.5 Indikator Kualitas Pelayanan

Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kinerja pelayanan yang telah dikembangkan Zeithaml, Parasuraman, dan Berry, dalam Ratminto, 1999 yang kemudian dikutip kembali oleh Hessel Nogi (2007:219), ada sebelas indikator kinerja pelayanan, yaitu:

1. Kenampakan fisik (Tangible), yaitu segala bukti fisik seperti pegawai, fasilitas, peralatan, tampilan fisik dari pelayanan misalnya kartu kredit plastik.

2. Reliabilitas (Reliability) yang mencakup konsistensi kerja

(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini

berarti perusahaan memberikan pelayanannya secara tepat sejak awal (right the first time) dan telah memenuhi janji (iklan)nya.

3. Responsivitas (Responsieness), yaitu kemauan atau kesiapan para pegawai untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan.


(29)

14

4. Kompetensi (Competence), artinya setiap pegawai perusahaan memiliki pengetahuan dan keterampilan yaitu kemauan atau kesiapan para pegawai untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. 5. Kesopanan (Courtesy), yaitu sikap sopan santun, respek, perhatian, dan

keramahan dari para kontak personal perusahaan.

6. Kredibilitas (Credibility), yaitu jujur dan dapat dipercaya. Disini menyangkut nama dan reputasi perusahaa, karakteristik pribadi, kontak personal, dan interaksi dengan pelanggan.

7. Keamanan (Security), yaitu aman (secara fisik, finansial dan kerahasiaan) dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

8. Akses (Access), yaitu kemudahan untuk dihubungi atau ditemui, yang berarti lokasi fasilitas pelayanan mudah dijangkau, waktu menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihubungi.

9. Komunikasi (Communication), yaitu memberikan informasi yang dapat dipahami pelanggan serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.

10.Pengertian (Understanding the Costumer), yaitu upaya untuk memahami kebutuhan pelanggan.

11.Akuntabilitas (Accountability), yaitu sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, lewat media pertanggungjawaban yang dilakukan secara berkala.

Dari penjelasan tersebut, yang menjadi indikator untuk variabel Kualitas Pelayanan (X1) dalam penelitian ini ialah :

1. Kesopanan (Courtesy); 2. Akses (Access);

3. Komunikasi (Communication);

4. Pengertian (Understanding the Costumer).

2.1.2 Sanksi Perpajakan

Menurut Gatot S. M Faisal (2009:37) dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.


(30)

15

2.1.2.1 Pengertian Sanksi Perpajakan

Menurut Erly Suandi (2013:L-1) bahwa sanksi pajak merupakan:

“Jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi pajak merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan”.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:57) bahwa sanksi pajak merupakan:

“Jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan”.

Dari beberapa pengertian di atas, maka secara umum dapat didefinisikan bahwa sanksi pajak adalah peraturan perundang-undangan perpajakan yang merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan sehingga dapat berdampak pada kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.2.2 Konsep Sanksi Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2013:87) bahwa konsep sanksi perpajakan:

“Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda, kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara”.

2.1.2.3 Indikator Sanksi Perpajakan

Menurut Adam Smith dalam Soemitro (2010:68) bahwa indikator ketegasan sanksi perpajakan sebagai berikut:


(31)

16

2) Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak ada toleransi.

3) Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang.

4) Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera.

Menurut Adam Smith dalam Soemitro (2010:68) bahwa, dari indikator diatas dapat diambil kesimpulan:

“Jika wajib pajak melakukan pelanggaran maka harus diberikan sanksi yang tegas yang tidak mengenal toleransi dan seimbang sehingga dapat memberikan efek jera pada wajib pajak yang melanggar”.

2.1.3 Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan

2.1.3.1Pengertian Motivasi

Istilah Motivasi (mothivation) berasal dari bahasa latin yakni “movere

yang berarti “dorongan: atau daya “penggerak”. Menurut Muhamad Ali yang

dikutip oleh Arep dan Tanjung (2003) bahwa motivasi merupakan:

“Motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar pemikiran dan pendapatsesuatu yang menjadi pokok. Lalu, disempurnakan menjadi motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja”.

Menurut Moenir (2010:136) bahwa motivasi merupakan:

“Rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, atau mencapai benda/bukan benda tersebut”.

Sedangkan dalam kutipan Harsuko Riniwati (2011:40) bahwa motivasi merupakan:


(32)

17

“Kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual”.

Dari beberapa pengertian di atas, maka secara umum dapat didefinisikan bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, keputusan yang dapat menggerakan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.

2.1.3.2Pengertian Wajib Pajak

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan Wajib pajak adalah Orang pribadi atau Badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.3Konsep Motivasi Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:10) bahwa:

“Memberikan motivasi atau dorongan kepada rakyat untuk ikhlas membayar pajaknya adalah sesuatu yang harus dilakukan, karena membayar pajak merupakan tindakan pemberian sebagian harta yang dimiliki rakyat kepada negara dengan cuma-cuma”.

2.1.3.4Indikator Motivasi Wajib Pajak

Menurut Santrock (2009:204) bahwa indikator-indikator pada Motivasi Pajak terdiri dari:

1) Intriastik, Motivasi Intriastik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.


(33)

18

a) Dorongan untuk mendaftarkan dari untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b) Dorongan untuk melaksanakan menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar

2) Ekstrisik, Motivasi Ekstrisik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya rangsangan dari luar.

a) Dorongan untuk melaksanakan pembukuan. Menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan atau dokumen.

b) Dorongan untuk melaksanakan Pemeriksaan. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperole, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek terutang.

Berdasarkan indikator diatas dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator yaitu: Dorongan untuk mendaftarkan dari untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Dorongan untuk melaksanakan setoran pajak, Dorongan untuk melaksanakan pembukuan dan Dorongan untuk melaksanakan pemeriksaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Motivasi Wajib Pajak

Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Menurut Tiptono dalam Hessel Nogi (2007:66) bahwa:

“Tidak dapat dipungkiri bahwa pelayanan konsumen merupakan bagian penting dalam strategi pemasaran. Marketing sering disebut sebagai aktivitas marketing mix atau yang sering dikenal dengan 4P yaitu Product,


(34)

19

price, place, dan promotion. Tidak mudah mengidentifikasi motivasi

pelanggan maka salah satu caranya adalah memuat pelayanan konsumen”. Sedangakan menurut penelitian yang dilakukan oleh Daulat Freddy (2013) bahwa:

“Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak. Jadi kualitas dapat meningkatkan

motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak”.

Berdasarkan teori penghubung dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

2.2.2 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak

Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Menurut Gatot S, M Faisal (2009:37) bahwa:

“Dilihat dari aspek yuridis, pajak mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Pengenaan sanksi perpajakan, pada hakekatnya, bukan tujuan utama perpajakan. Walaupun ada potensi penerimaan negara pada setiap sanksi, namun motivasi penerapan sanksi adalah agar wajib pajak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sanksi-sanksi perpajakan dirancang untuk memaksa wajib pajak membayar pajak serta memenuhi hak dan kewajiban perpajakan lainnya”.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daulat Freddy (2014) bahwa:

“Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap motivasi wajib pajak


(35)

20

Berdasarkan teori penghubung dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa Ketegasan Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Motivasi wajib Pajak dalam memenuhi Kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema paradigma penelitian adalah sebagai berikut:

Daulat Fredy (2013) Hassel Nogi (2007:221)

Daulat Freddy (2014) Gatoto S.M Faisal (2009:37)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah X1 dan X2 berpengaruh terhadap Y. Perumusan hipotesis penelitian

merupakan langkah ketiga dalam penelitian. Setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.

Menurut Sugiyono (2012:64) bahwa hipotesis merupakan:

“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empirik”.

Kualitas Pelayanan (X1)

Sanksi Perpajakan (X2)

Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban

Perpajakan (Y)


(36)

21

Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan.

Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan.


(37)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Menurut Sugiyono (2012:2) bahwa metode penelitan merupakan:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis”.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan mencapai tujuan tertentu.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2011:147) bahwa metode deskriptif merupakan: “Metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Berdasarkan definisi diatas, metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan-rumusan masalah yang telah ditulis. Data yang


(38)

23

diperlukan merupakan data-data yang sesuai dengan masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Masyhuri (2008:45) yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:29), bahwa metode verifikatif merupakan:

“Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai, pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan.

Metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji statistik yaitu Model Persamaan Struktural (Structural

Equation Model/SEM) berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan Partial

Least Square (PLS). Pertimbangan menggunakan model ini, karena

kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:31) bahwa operasional variabel merupakan:

“Proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing


(39)

24

variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Menurut Sugiyono (2012:38), bahwa variabel penelitian merupakan: “Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”.

Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis, yaitu pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas / Independent Variable (X1) dan (X2)

Menurut Sugiyono (2010:61) bahwa variabel bebas merupakan: ”Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (terikat)”.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan (X1) dan

Sanksi Perpajakan (X2).

2. Variabel Terikat / Dependent Variable (Y)

Menurut Sugiono (2010:61) bahwa variabel terikat merupakan: ”Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Maka, dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Y). Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel operasional di bawah ini:


(40)

25

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala No

Kuesioner Kualitas

Pelayanan (X1)

Pelayanan publik kepada masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya cukup memadai serta dapat difungsikan secara berhasil guna dan berdaya guna. Faktor-faktor dalam melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan.

( Wolkins dalam Tjiptono,2002)

1) Kesopanan (Courtesy);

Ordinal

1,2

2) Akses (Access); 3

3) Komunikasi

(Communication); 4,5,6

4) Pengertian

(Understanding the Costumer).

(Hassel Nogi 2007:221)

7,8

Sanksi Perpajakan

(X2)

Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak

melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda,

kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa hukuman

kurungan dan hukuman penjara. (Siti Kurnia Rahayu 2010:28)

1) Sanksi yang jelas dan tegas

Ordinal

9,10 2) Sanksi yang tidak

mengenal toleransi 11,12

3) Sanksi yang seimbang

13 4) Sanksi yang langsung

memberikan efek jera (Adam Smith dalam Soemitro,2010:68) 14 Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Y)

memberikan motivasi atau dorongan kepada rakyat untuk ikhlas membayar pajaknya adalah sesuatu yang harus dilakukan. Karena membayar pajak merupakan tindakan pemberian sebagian harta yang dimiliki rakyat kepada negara dengan Cuma-Cuma. (Siti Kurnia Rahayu ,2010:110)

1) Dorongan untuk mendaftarkan diri untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Ordinal

15,16

2) Dorongan untuk melaksanakan setoran pajak, menghitung, dan membayar sendiri pajak dengan benar

17

3) Dorongan untuk melaksanakan pembukuan

18 4) Dorongan untuk

melaksanakan pemeriksaan

(Santrock,2009:204)


(41)

26

Dalam operasionalisasi variabel ini, semua variabel diatas menggunakan konsep skala ordinal, yaitu baik variabel independent (X1) dan (X2) dan variabel

dependent (Y) menggunakan skala ordinal. Menurut Sugiyono (2009) bahwa skala ordinal merupakan:

“Skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal yaitu data yang berjenjang yang jarak antara satu data dengan yang lain tidak sama”.

Dari pengertian diatas tujuan dari penggunaan skala ordinal adalah memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pertanyaan atau pertanyaan skala rating scale. Penjelasan rating scale yang dikemukakan oleh Erwan dan Dyah (2011:63) adalah untuk mengukur persepsi atau opini responden dalam tingkatan yang berskala kontinum dan data yang diperoleh berupa angka dan setelah itu ditafsirkan secara kualitatif. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:97) menyatakan bahwa Rating scale merupakan:

“Skala rating data nominal yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model ratingscale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa juga mengukur persepsi responden terhadap fenomena”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Rating scale adalah data nominal yang diperoleh dalam bentuk angka mengukur

persepsi atau opini responden dalam tingkatan yang berskala. Untuk menjawab

rating scale ini, responden memberi jawaban baik dalam mendukung pernyataan


(42)

27

mengukur setiap item jawaban pernyataan pada kuesioner. Jawaban responden pada tiap item kuesioner mempunyai nilai yang sangat tidak baik untuk titik 1 dan nilai yang sangat baik untuk titik 5. Untuk lebih jelasnya mengenai rating scale

dituangkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.2

Rating scale

Skor Kategori

5 Sangat Baik Sangat Setuju Sangat Paham Sangat jelas

4 Baik Setuju Paham Jelas

3 Cukup Baik Cukup Setuju Cukup paham Cukup jelas 2 Tidak Baik Tidak Setuju Tidak paham Tidak jelas 1 Sangat Tidak Baik Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak paham Sangat Tidak jelas Sumber Erwan dan Dyah,2011

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer yang mencakup semua data yang langsung diperoleh dari responden yang belum diolah.

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2012:137) bahwa data primer merupakan:

“Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yaitu pada Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan dan mengumpulkan data adalah menggunakan metode survey. Menurut Sugiyono (2012:6) bahwa metode survey merupakan:


(43)

28

“Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur”.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan dengan metode survey menggunakan kuesioner. Menurut Umi Narimawati (2010:40) bahwa kuesioner merupakan:

“Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian”.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis memerlukan objek atau subjek yang harus diteliti sehingga permasalahan yang terjadi dapat dipecahkan. Populasi merupakan objek dalam penelitian ini dan dengan menentukan populasi maka penulis akan mampu melakukan pengolahan data. Untuk mempermudah penelitian maka bagian populasi saja yang digunakan dalam penelitian dan proses tersebut dinamakan sampel.

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 80) bahwa populasi merupakan:

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan definisi diatas, populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan


(44)

29

masalah penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees sebanyak 65.465 orang.

3.4.2 Penarikan Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara–cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.

Menurut Sugiyono (2013:81) bahwa sampel merupakan:

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65.465 orang Wajib Pajak. Penarikan sampel dilakuan dengan menggunakan teknik penarikan Nonprobability Sampling Design yaitu dengan menggunakan sampling

incidental. Menurut Sugiyono (2010:218) Nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Menurut Sugiyono (2010:122) bahwa sampling insidental merupakan: “Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.

Sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian baik dari segi dana, waktu, tenaga, dan jumlah populasi yang sangat banyak. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus betul–betul representative


(45)

30

(dapat mewakili). Dalam mementukan sampel, penulis menggunakan metode

Slovin sebagai alat untuk menghitung ukuran sampel. Untuk lebih jelas, berikut bentuk rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2008:78):

Sumber :Husein Umar (2008:78) Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut ini :

Berdasarkan penjelasan diatas, maka sampel dari penelitian ini yaitu 100 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1 Tempat

Penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang beralamat di Jl. Ibrahim Adjie No. 372 (d/h Jalan Kiara Condong), Bandung 40275.

n = N 1 + (N e²)

n = 65.465 . (1 + 65.465 x 0,10² )

n= 99,9 = 100


(46)

31

3.5.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan No Deskripsi Kegiatan

Bulan

Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret

1

Pra Survey a. Persiapan Judul b. Persiapan Teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan

2

Usulan Penelitian a. Penulisan UP b. Bimbingan UP a. Sidang UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan draf Skripsi

3.6 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggumpukan data secara primer dengan menyebarkan kuisioner, dari data yang diperoleh dari responden maka perlu dilakukan uji kebenaranya. Untuk menguji kebenaran dan kesungguhan dari jawaban responden diperlukan pengujian yaitu Uji Validitas dan Uji Reabilitas.

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42) bahwa validitas merupakan:


(47)

32

Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that

a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Menurut Sugiyono (2012:2) bahwa validitas merupakan:

“Menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner itu benar-benar dapat menjalankan fungsinya. Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson.

Adapun rumus dari korelasi pearson adalah sebagai berikut:

√[ ] [ ] Sumber:Umi Narimawai (2010:42) Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson x = Skor item pertanyaan y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah respoden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Pengujian validitas menggunakan korelasi pearson (indeks validitas) dinyatakan Barker et al. (2002:70) sebagai berikut:


(48)

33

“Butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir pernyataan ≥ 0,30. Kemudian pengujian reliabilitas menggunakan metode alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43) bahwa realibitas merupakan:

Characteristic of measurement concerned with accuracy, precision, and

concistency”.

Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split

Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua. Metode ini

menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar dengan rumus sebagai berikut:

�= 2�� 1+��

Sumber: Sugiyono (2012:131) Keterangan:

ri = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi antara belahan pertama dan kedua

Uji reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrument pengukuran yang baik. Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:


(49)

34

Tabel 3.4

Standar Penilaian Reliabilitas Kategori Nilai

Good 0,80

Acceptable 0,70

Margin 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al. (2002:70)

3.7 Metode Pengujian Data

3.7.1 Metode Analisis Data

Menurut Umi Narimawati (2010:41) bahwa rancangan analisis merupakan:

“Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”.

Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis terhadap data yangtelah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.

A. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010:44) bahwa analisis deskriptif (kualitatif) merupakan:

“Metode penelitian deskriptif (kualitatif) itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.” Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap motivasi wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan sehingga diperoleh kesimpulan. Menurut Umi


(50)

35

Narimawati, dkk. (2010:41) langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban yang menggunakan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penelitian sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, (2010:45)

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Skor aktual

Skor total= x 100% Skor ideal


(51)

36

Tabel 3.5

Kriteria Presentase Tanggapan Responden

NO Jumlah Skor (%) Kriteria

1 20.00 % - 36.00 % Tidak Baik

2 36.01 % - 52.00 % Kurang Baik

3 52.01 % - 68.00 % Cukup

4 68.01 % - 84.00 % Baik

5 84.01 % - 100 % Sangat Baik

Sumber: Umi Narimawati, (2010:87)

B. Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2010:8) bahwa analisis verifikatif (kuantitatif) merupakan:

“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software

SmartPLS 2.0.

Menurut Imam Ghozali (2006:1), metode Partial Least Square (PLS) dijelaskan sebagai berikut:

“Model persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest)”.

Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya


(52)

37

(variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan

pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.

Menurut Imam Ghozali (2006:18) bahwa Partial Least Square (PLS) merupakan:

“Merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Tujuan Partial Least Square (PLS) adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi”. Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya untuk pengujian proposisi. Menurut Imam Ghozali (2006:19) bahwa PLS merupakan:

“PLS menggunakan literasi algoritma yang terdiri dari seri analisis

ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi

masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar”.

Menurut Fornell yang dikutip Imam Ghozali (2006:1), kelebihan lain yang didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:

“SEM berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering disebut sebagai kedua dari analisis multivariate”.


(53)

38

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur, adapun beberapa kelebihan yang didapat jika menggunakan model analisis PLS yaitu data tidak harus berdistribusi tertentu, model tidak harus berdasarkan pada teori dan adanya indeterminancy, dan jumlah sampel yang kecil.

Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan SEM menurut Hair et al

(1995), diuraikan sebagai berikut: a) Konstruk Laten

Pengertian konstrak adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.

b) Variabel Manifest

Pengertian variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, Konstrak laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel manifest. Dalam format kuesioner, variabel manifest tersebut


(54)

39

merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.

c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error

Variabel eksogen adalah variabel penyebab, variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak ada panah tunggal yang menuju kearahnya. Variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen.Variabel endogen adalah efek dari variabel eksogen. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah yang menuju kearahnya.

Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator). Adapun penjelasan dari jenis indikator tersebut menurut Imam Ghozali (2006:7) adalah sebagai berikut:

a) Model refleksif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:


(55)

40

2. Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki interval consistency reliability).

3. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

4. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

b) Model formatif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya. Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

1. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten.

2. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.

3. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna variabel. 4. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat

variabel.

Menurut Imam Ghozali (2006:4) bahwa PLS merupakan:

“Salah satu metode yang dapat menjawab masalah pengukuran indeks kepuasan karena PLS tidak memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari perubahan pengamatan maupun dari ukuran contoh yang tidak besar”.


(56)

41

Keunggulan PLS antara lain:

a) PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan indikator formatif.

b) Fleksibilitas dari algoritma, dimensi ukuran bukan masalah, dapat menganalisis dengan indikator yang banyak.

c) Sampel data tidak harus besar.

Adapun cara kerja PLS menurut Imam Ghozali (2006:19) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat

berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen (keduanya variabel laten dan indikator diminimumkan”.

Semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set pengaruh, yaitu:

(1) inner model yang menspesifikasi pengaruh antar variabel laten

(structural model),

(2) outer model yang menspesifikasi pengaruh antar variabel laten dengan

indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan

(3) weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.

Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance sama dengan satu sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model.


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Theresia Anggreni S. NIM : 21111089

Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 04 September 1992 Agama : Katolik

Alamat :Jl. Pakuan III No. 6 Rt/Rw 002/008 Komplek Panghegar Permai

Telp : 085721876130

Email : theresia.anggreni@yahoo.com Status : Mahasiswa

Pendidikan Formal

Tahun Pendidikan Keterangan

2003-2005 SDN Panghegar Lulus dan Berijazah 2005-2008 SMPN 8 Bandung Lulus dan Berijazah 2008-2011 SMKN 16 Bandung Lulus dan Berijazah 2011-Sekarang Universitas Komputer Indonesia Masih tercatat sebagai

Mahasiswi, Fak. Ekonomi, Jurusan Akuntansi


(2)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya untuk kita semua. Karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Kepada Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Perpajakan”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Penelitian ini dan masih jauh dari sempurna. Dan penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi bahan pembelajaran kedepannya untuk penulis agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Selama penyusunan Proposal Penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Baik berupa bantuan moril maupun materil. Karena dengan bantuan mereka, penulis dapat menyelesaikan Penelitian. Untuk itu penulis berterima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak.,Ak, CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan Selaku Dosen Wali kelas 4 AK-2.


(3)

iv

4. Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi

5. Dr. Adeh Ratna Komala, SE., M.Si Ketua Panitia Sidang 2015.

6. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi.

7. Dian Dwinita Kurniawaty, SE., M.Si selaku Dosen Penguji I dan Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penguji II yang berkenan memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

9. Seluruh pimpinan dan staff Universitas Komputer Indonesia.

10.Orang tua tercinta, Ayahanda Tua Halomoan Samosir dan Ibunda Meldina Sihombing beserta Kakak Fransiska Friska Novita Sari dan Monica Malayana Sari dan juga adikku Angela Deviliana Sari yang telah memberikan doa dan memberikan dorongan baik moril maupun materil.

11.Sahabatku tercinta Yelti Septiria serta teman-teman seperjuangan dari awal kuliah sampai hari ini Junita Alfrida, Anggun Novianti, Muliani Rukmantari, Nur Aini Iribaram (Dhea) yang telah memberi semangat


(4)

v

dan hiburan yang sangat berarti. Bakal kangen banget sama kalian semua yang udah ngisi kenangan aku semasa kuliah.

12.Teman-teman skripsi semester ganjil ka awang, alfa, dani, diani, dian, bu esia, ega, ka ginanjar, hendra, azam, faisal, teh khomala, irsan, muji, teh riska, ani, teh tammy, teh ulfa, ka liber dan yuni, terima kasih atas kerjasama, motivasi, dukungan, hiburan yang telah diberikan kepada penulis.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa semua bantuan dan motivasinya.

Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pihak-pihak yang terkait selama pelaksanaan penelitian, dan bagi pihak lain untuk masa yang akan datang sebagai bahan acuan atau referensi dalam pelaksanaan pembuatan Skripsi.

Bandung, Februari 2016 Penulis

Theresia Anggreni S. NIM. 21111089


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh pengetahuan tentang pajak,kualitas pelayanan pajak,ketegasan sanksi perpajakan dan tingkat pendidikan terhadap motivasi wajib pajak dalam membayar pajak

4 12 115

Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kawajiban Perpajakan

0 3 71

PENGARUH KEWAJIBAN WAJIB PAJAK, SANKSI, KESADARAN DAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

0 2 71

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KONDISI LINGKUNGAN Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Oran

0 6 18

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEWAJIBAN MORAL DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel Di Kota Surakarta.

1 5 16

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEWAJIBAN MORAL DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel Di Kota Surakarta.

0 2 15

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Paja

0 3 18

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ( Studi Kasus Pada Wajib Pajak yang Terd

0 2 14

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN FISKUS, SANKSI PERPAJAKAN, DAN LINGKUNGAN Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan dan Lingkungan Wajib Pajak terhadap Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Or

0 6 14

PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK - Perbanas Institutional Repository

1 1 17