PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro

Tahun Ajaran 2014/ 2015)

(Skripsi)

Oleh

GALUH SEPTIARA SYWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ii

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro

Tahun Ajaran 2014/ 2015) Oleh

GALUH SEPTIARA SYWI

Self-efficacy pada saat pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar dan prestasi akademik siswa. Hasil observasi pada guru mata pelajaran IPA kelas VII SMPN 2 Metro menyatakan bahwa sebagian besar siswa memiliki

self-efficacy dan hasil belajar yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain

pretest-posttest kelompok non ekuivalen. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII A (sebagai kelas eksperimen) dan kelas VII B (sebagai kelas kontrol) yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data kualitatif berupa data self-efficacy siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui observasi dan setelah proses pembelajaran melalui penilaian diri self-efficacy siswa, kemudian dianalisa secara deskriptif. Data kuantitatif


(3)

Galuh Septiara Sywi

iii

diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest, dan N-gain yang selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17.

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa rata-rata self-efficacy siswa kelas eksperimen berkriteria tinggi (76,8 %). Pada indikator tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan berkriteria tinggi (80,8 %), pada saat pembelajaran berlangsung siswa aktif dalam mencari informasi yang

mendukung dan terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan. Indikator

beraniberpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu

berkriteria sedang (62,1%), saat pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa aktif mengajukan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, relevan dengan permasalahan, namun terkadang tidak rasional. Pada indikator

berani presentasi di depan kelas berkriteria tinggi (76,7 %), siswa berani berpresentasi di depan kelas dan mampu memberikan kesimpulan pada saat

menyampaikan hasil diskusi, dan kemampuan siswa mengerjakan tugas dengan

tepat waktu berkriteria tinggi (87,5%), siswa mampu mengumpulkan lembar kerja peserta didik pada waktu yang telah ditentukan dan selesai menjawab semua pertanyaannya. Meningkatnya self-efficacy siswa, diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata nilai pretest 52,00; nilai posttest

83,23; dan N-gain 66,00. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model PBL, Self-Efficacy, Pencemaran, dan Makhluk Hidup.


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP ( Studi Eksperimen pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro

Tahun Ajaran 2014/ 2015)

Oleh

GALUH SEPTIARA SYWI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(5)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa No. Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

ar)E

Dr.

Tri Jalmo, M.Si.

NrP 19610910 198603

I

PENGARTIII MODf,L PEMBDLAJARAN PRABLEM

BASEI' LEAXNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN

SELF-E FFICACT DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLT]K IIIDTIP

(Studi Eksperimen pada Kelas

VII

SMP Negeri 2 Metro Tahun Ajaran 20I4n0lU

Gntuh

$cpttora

STwi

1113024023 Pendidilan Biologi Pendidikan MIPA

Keguruan dan

Ihu

Pendidikan

MEI\[YETUJI.II }':.'trEmis*'Pmbffi*ry

$^-fft

RinilRita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.

NIP 197707152AA8AI2A2o

005

Dr. Caswita, M.SL


(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gayabaru, Kec. Seputih Surabaya, Kab. Lampung Tengah Provinsi Lampung pada tanggal 4 September 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Dul Rohman dengan Ibu Eva Yuliana.

Penulis mengawali pendidikan formal pada TK Aisiyah (1997-1999). Penulis memasuki pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN 1 Surabaya Ilir, SDN Cabang, SDN 2 Mas, dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bandar Surabaya, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2008, kemudian Penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kotagajah, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi, diantaranya sebagai Eksekutif Muda pada Himasakta tahun 2011-2012, Calon Anggota Racana Raden Intan – Puteri Silamaya Universitas Lampung tahun 2011-2012, Anggota Racana Raden Intan – Puteri Silamaya Universitas Lampung tahun 2012-2013, dan


(7)

viii

Dewan Racana Raden Intan – Puteri Silamaya Universitas Lampung tahun 2013-2014. Pada tahun 2014, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Ngambur dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Ulok Mukti, Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat. Tahun 2015 penulis melakukan penelitian pendidikan di SMP Negeri 2 Metro, Kota Metro, untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).

Penulis dapat dihubungi pada alamat Dusun VI, RT/RW 004/006, Desa Surabaya Ilir, Kec. Bandar Surabaya, Lampung Tengah, Lampung. Nomor Hp.


(8)

1.

MENGESAIIKAI\I

Tim Penguji

Ketua : I)r. Tri Jalmo, M.Si.

Sekretaris

Penguji

BukanPerrbimbing :

Ilrs. Arwin

Achmad, kI"Si;

Kegunran dan Ihnu Pendidikan

fru


(9)

Dengan Menyebut Nama Alah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa

syukur dan segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Bapak (Dul Rohman) dan Ibu (Eva Yuliana)

Orang tua tercinta yang sabar memberikan cinta kasihnya, selalu peduli, pengertian, dan bertanggung jawab. Terimakasih atas doa yang tak pernah padam, dukungan

yang tiada henti, dan kesabaran yang tak terbatas untukku.

Adik (Adinda Puspa Ningrum)

Terimakasih untuk segala cinta, canda tawa dan segala bentuk dukungan yang diberikan. Semoga kita bisa membahagiakan orang tua kita.

Kakak (Tangguh Pramono)

Terimakasih untuk kasih sayang, motivasi, semangat disaat lemah, mengingatkan disaat lupa, menjaga di saat lalai, dan doa yang selalu mengiringi di saat perjalanan panjang nan

melelahkan.

Para Pendidikku (Guru dan Dosen)

Terimakasih atas bimbingan yang diberikan kepada saya hingga saya dapat melihat dunia dengan ilmu.


(10)

Motto

Jika engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar, jadilah segumpal

rumput tapi mampu memperindah taman

(Sandi Racana Putera Saburai)

Tidak ada kerja cerdas tanpa kerja keras. Karena kerja keras adalah mutlak

untuk menggembleng

keterampilan dan keunggulan

(Rhenald Kasali)

Jika orang lain bisa, saya juga pasti bisa

(Susilo Bambang Yudhoyono)

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan

(Q.s. Al-Insyirah 5-6)

Be your self


(11)

PER}IYATAAJ\I SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NomorPokok Malrasiswa Pnogram Studi

Jurusan

Galuh Septiara Sywi 1113024023

Pendidikan Biologi

Pendidikan MIPA

Dengan ini

saya

bahwa dalam skripsi ini tidakterdapat karya yang pennatr diAiukan untuk memperoleh gelm kesarjanan di suatu perguruan tinggt dan

sepanjang sepengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh ofimg lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftarpustaka.

Apabilaternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbeninan dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggungjawab sepenulrnya.

Bandar Lampung,3l Agustus 2015 ang menyatakan

Galuh Septiara Sywi NPM. ttr3024023


(12)

xii

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT., karena dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta dapat menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung. Judul dari skripsi

ini adalah ”Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam

Meningkatkan Self-Efficacy dan Hasil Belajar Siwa pada materi Pencemaran dan Dampaknya bagi Makhluk Hidup”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., sebagai Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.


(13)

xiii

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran, semangat, bantuan dan membimbing penulis dalam pembuatan skripsi.

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., sebagai Pembahas yang telah memberikan

masukan-masukan yang bermanfaat dalam perbaikan skripsi ini.

7. Bapak Suyitno S.Pd., selaku Kepala SMPN 2 Metro dan Dra. Sri Haryani selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian berlangsung.

8. Saudara dan sahabat seperjuangan meraih sarjana, Yuniar Aprilia, S.Pd., Sudaryanti, S.Pd., Melrisda Perdana Sari, S.Pd., Ariyanti Puspita, Ayu Putri Prahastini, S.Pd., Mei Triani, S.Pd., Fitriana, S.Pd., Ardi Nova Irawan, S.Pd., Nyinang Andani, S.Pd. atas kebersamaan dan semangat di tengah hambatan dan rintangan yang kita lalui bersama. Sukses selalu untuk semua.

9. Saudaraku Biologi 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas kebersamaan, kenangan, dan kerjasama selama ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian penlisan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2015 Penulis


(14)

xvii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... ...1

B. Rumusan Masalah ... ...6

C. Tujuan Penelitian ... ...6

D. Manfaat Penelitian ... ...7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ...7

F. Kerangka Pikir ... ...8

G. Hipotesis ... ....10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... ....11

B. Self-Efficacy ... ....15

C. Hasil Belajar ... ....19

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ....23

B. Populasi dan Sampel ... ....23

C. Desain Penelitian ... ....23

D. Prosedur penelitian ... ....24

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... ....30

F. Teknik Analisis Data ... ....32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ....40

B. Pembahasan ... ....44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ...51

B. Saran ...51 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xv LAMPIRAN

1. Silabus ... ....57

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... ....60

3. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... ....75

4. Soal Pretest dan Posttest ... ....79

5. Rubrik Penilaian Pretest dan Posttest ... ....82

6. Lembar Kerja Peserta Didik ... ....85

7. Kunci Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik ... 125

8. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik .... ... 141

9. Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 143

10. Lembar Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 145

11. Data Hasil Penelitian... 146

12. Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa ... ..148

13. Analisis Data Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... ..152

14. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... ..154

15. Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest ... ..162


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) ... 15

2. Indikator Penilaian Ranah Kognitif ... 21

3. Kriteria N-gain ... 33

4. Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 36

5. Keterangan Lembar Observasi Self-Efficacy Siswa ... 37

6. Lembar Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 38

7. Skor Jawaban Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 38

8. Data Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa ... 39

9. Tafsiran Persentase Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa. ... 39

10.Hasil Observasi Self-Efficacy Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol. ... 40

11.Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 43

12.Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Eksperimen (VII A) ... 146

13.Nilai Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Kontrol (VII B)... 147

14.Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa Kelas Eksperimen (VII A) ... 148

15.Analisis Data Observasi Self-Efficacay Siswa Kelas Kontrol (VII B) ... 150

16.Analisis Data Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa Kelas Eksperimen (VII A) ... 152


(17)

xvii

17.Data Analisis Penilaian Diri Self-Efficacy Siswa Kelas Kontrol

(VII B) ... 153 18.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 154

19.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata

Pretest ... 154 20.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 156

21.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata

Posttest ... 156 22.Hasil Uji Satu Pihak (t2) ... 158

23.Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 159 24.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata

N-Gain Eksperimen dan Kontrol ... 159 25.Hasil Uji Satu Pihak (t2) ... 161


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 10

2. Hierarki ranah kognitif menurut revisi Taksonomi Bloom ... 21

3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen ... 24

4. Penilaian diri Self-efficacy siswa kelas eksperimen ... 42

5. Penilaian diri Self-efficacy siswa kelas kontrol ... 43

6. Siswa mengerjakan soal pretest ... 164

7. Membimbing penyelidikan kelompok ... 164

8. Siswa berdiskusi bersama kelompok ... 164

9. Siswa berdiskusi bersama kelompok ... 165

10.Siswa berpresentasi di depan kelas (menyajikan hasil karya) ... 165

11.Siswa berpresentasi di depan kelas (menyajikan hasil karya) ... 165

12.Siswa berpendapat dan mengajukan pertanyaan ... 166

13.Siswa berpendapat dan mengajukan pertanyaan ... 166

14.Siswa menjawab pertanyaan ... 166


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya (Bandura, 1994: 72). Self-efficacy juga dapat diartikan sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah (Suciati, 2014:2). Keyakinan terhadap kemampuan diri inidapat mempengaruhi perasaan, cara berpikir, motivasi dan tingkahlaku sosial seseorang. Semakin kuat self-efficacy yang dimiliki seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi dan kemampuan individu yang dapat dicapainya.

Self-efficacy dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar dan prestasi akademik siswa. Zimmerman (2000: 82), menyatakan bahwa self-efficacy

menunjang siswa untuk memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Sejalan dengan hal tersebut, Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert(2006: 228) mengemukakan bahwa self-efficacy dapat menguatkan motivasi siswa pada proses pembelajaran, sehingga siswa percaya dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari, siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi, lebih mudah


(20)

2

berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu mengkontrol reaksi emosionalnya saat menghadapi kesulitan (Bandura, 1997: 194). Sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan ragu pada kemampuannya sendiri, merasa tidak mampu, mudah menyerah, lambat dan mudah stress saat dihadapkan pada tugas yang sulit (Bandura, 1994: 72).

Pentingnya self-efficacy pada saat pembelajaran juga berlaku pada mata pelajaran IPA yang kini dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science. Sebagai mata pelajaran integrative science, IPA berorientasi

aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab pada lingkungan alam (Kemendikbud, 2013: 3). Untuk mencapai orientasi tersebut siswa membutuhkan self-efficacy agar tidak ragu-ragu dalam memaksimalkan kemampuannya, sehingga keberhasilan belajar tercapai dan hasil belajar IPA siswa baik.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kurikulum 2013 juga menuntut pentingnya sikap percaya diri yang termasuk dalam salah satu kompetensi sikap sosial pada Kompetensi Inti 2 (KI-2) jenjang SMP/MTs (Kemendikbud, 2013: 3). Kepercayaan diri siswa sangat dipengaruhi oleh self-efficacy-nya. Menurut Arista, Ayu, dan Indah (2011: 2), percaya diri berperan penting untuk mengaktualisasikan kemampuan yang siswa miliki, yang terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, self-efficacy


(21)

3

perlu untuk ditanamkan pada siswa sejak dini, sebagai bekal di masa depan pada lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan kerja dan masyarakat.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa self-efficacy dan hasil belajar IPA siswa di Indonesia masih rendah. Data self-efficacy dan hasil belajar IPA yang menjadi bukti tercapainya tujuan belajar dan sebagai produk dari proses belajar IPA di Indonesia, salah satunya diukur oleh Programme For

International Student Assessement (PISA). PISAmengukur kemampuan siswa setiap tiga tahun sekali yang dimulai pada tahun 2000. Hasil literasi sains yang dilaporkan PISA pada tahun2012 menunjukkan rata-rata skor literasi sainsIndonesia adalah 382, sedangkan rata-rata skor literasi sains

Internasional adalah 501. Hasil hasil literasi sains tersebut menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta. Hasil serupa juga terjadi pada skor self-efficacy siswa di Indonesia. PISA tahun 2012

menunjukkan rata-rata skor literasi self-efficacy Indonesia adalah 375,

sedangkan rata-rata skor self-efficacy Internasional adalah 494. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah, yaitu 63 dari 64 negara peserta. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan sains dan self-efficacy siswa di Indonesia masih jauh dibawah rata-rata siswa dari negara-negara yang mengikuti PISA,sehingga harus

ditingkatkan.

Keadaan yang sama juga terjadi pada hasil belajar mata pelajaran IPA siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Metro yang masih rendah dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan hasil observasi, Guru Mata


(22)

4

Pelajaran IPA mengatakan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang mampu menunjukkan self-efficacy-nya. Sebagian besar siswa kurang percaya diri dalam berpendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat dihadapkan dengan tugas yang sulit, siswa merasa tidak mampu dan patah semangat. Selain itu saat diberikan waktu untuk mengerjakan tugas, siswa selalu lambat dalam

mengerjakannya, motivasi untuk mencapai target waktu yang telah ditentukan sangat kurang. Sehingga, guru mata pelajaran tersebut mengakui, bahwa proses belajar IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Metro masih belum sepenuhnya berhasil, karena masih kurang mampu memunculkan self-efficacy siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pada saat pembelajaran untuk mencapai keberhasilan proses belajar.

Keberhasilan proses belajar di kelas dapat dilihat dari aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Kurangnya self-efficacy dan hasil belajar yang rendah pada mata pelajaran IPA dapat dipengaruhi oleh kesalahan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat disebabkan karena model

pembelajaran yang kurang tepat atau kemampuan guru dalam

mengembangkan model pembelajarannya kurang dapat menggali self-efficacy

siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Aprilia (2010: 3), keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.


(23)

5

Berdasarkan masalah di atas, diduga perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran melalui model pembelajaran yang mampu meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat meningkatkan

self-efficacy siswa yaitu model pembelajaran PBL. Wiratmaja (2014: 8), mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan self-efficacy siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 240), dalam artikelnya juga menyatakan bahwa PBL sangat efektif untuk

meningkatkan self-efficacy siswa, dengan menggunakan model pembelajaran PBL siswa dapat memahami konsep lebih baik dan merasa lebih percaya diri. Akinoglu dan Ruhan (2007: 75), juga menyatakan bahwa model

pembelajaran PBLdapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas secara aktif, meningkatkan rasa percaya diri, serta dapat memunculkan kemampuan

mengekspresikan diri siswa. Sementara itu, menurut Sumiati dan Asra (2007: 57) hasil belajar yang dicapai dengan orientasi pada masalah lebih tinggi nilai kemanfaatannya dibandingkan dengan belajar melalui pembelajaran

konvensional.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa, pada materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup (Studi Eksperimen Semu pada Kelas VII SMP Negeri 2 Metro Tahun Ajaran 2014/2015)”. Penelitian ini dilakukan karena self-efficacy dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA, serta memperhatikan bahwa peringkat hasil belajar IPA siswa di Indonesia yang


(24)

6

diukur oleh PISA2012 berada pada peringkat dua dari bawah yaitu 63 dari 64 negara peserta, sehingga perlu adanya pembenahan kualitas Pembelajaran IPA di Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan memunculkan self-efficacy siswa pada saat pembelajaran IPA.

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan self-efficacy siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA, yang diharapkan dapat membenahi kualitas pembelajaran IPA Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan

self-efficacy siswa?

2. Apakah model pembelajaran PBLberpengaruh signifikan terhadap

peningkatan hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan self-efficacy

siswa

2. Pengaruh model pembelajaran PBLdalam meningkatkan hasil belajar


(25)

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peneliti yaitu dapat memberikan wawasan dan pengalaman sebagai calon

guru dalam menggunakan model pembelajaran PBLuntuk meningkatkan

self-efficacy dan hasil belajar siswa.

2. Guru IPA yaitu memberikan variasi dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

3. Siswa yaitu melatih meningkatkan self-efficacy siswa dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Mahluk Hidup.

4. Sekolah yaitu sebagai hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: (a) Orientasi siswa pada masalah; (b) mengorganisasi siswa untuk belajar; (c) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (d) mengembangkan dan


(26)

8

menyajikan hasil karya; (e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Hosnan, 2014:301).

2. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar siswa pada ranah kognitif, diukur dari hasil pretest dan posttest.

3. Indikator self-efficacy dalam penelitian ini yaitu meliputi tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan; berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu; berani presentasi di depan kelas; dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu (Modifikasi dari Schwarzer (1995: 2), Hanifah (2012: 32), dan Purwanto (2014: 51).

4. Materi yang digunakan untuk mengukur peningkatan self-efficacy dan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah pada KD. 3.9

“Mendeskripsikan Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup”.

5. Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Metro semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

F. Kerangka Pikir

Self-efficacy siswa pada proses pembelajaran sangat penting. Self-efficacy

menunjang siswa untuk aktif dan meningkatkan hasil belajarnya. Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran, self-efficacy siswa kurang mampu dimunculkan, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Model pembelajaran PBL diduga dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran diawali dengan pemberian suatu masalah yang disajikan pada saat pembelajaran. Dengan memberikan suatu


(27)

9

masalah pada siswa, diharapkan dapat mengembangkan self-efficacy siswa yang dapat dinilai dengan melihat usaha-usahanya saat menyelesaikan tugas pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, melatih siswa belajar dengan memecahkan masalah dirasa penting agar siswa dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tahap ke-dua, yaitu memberikan kesempatan siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya secara mandiri, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan serta mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat mengembangkan self-efficacy

dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Tahap ke-tiga, yaitu investigasi, siswa menggunakan data yang telah dicarinya pada tahap

sebelumnya untuk pemecahan masalah, dan kemudian mengasosisasikannya. Dalam tahap ini diharapkan siswa mampu mengembangkan self-efficacy terhadap kemampuan menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Tahap ke-4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahapan ini diharapkan siswa dapat mengembangkan self-efficacy dalam mencapai target yang telah ditentukan. Tahapan terakhir yaitu bersama guru menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahapan ini diharapkan siswa dapat mengembangkan self-efficacy dalam terhadap kemampuan kognitif dan sosialnya. Sehingga setelah semua tahapan terpenuhi, diharapkan melalui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa.


(28)

10

Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas ditunjukkan dengan penggunaan model pembelajaran PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah self-efficacy dan hasil belajar siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram pada gambar 1.

Keterangan: X = Model pembelajaran Problem Based Learning

Y1 = Self-efficacy

Y2 = Hasil Belajar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan self-efficacy

siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup. 2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.

Y2

Y1


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014: 295). PBL mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui kerja kelompok yang sistematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2013: 229). Akcay (2009: 29), menyatakan pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dari memberikan masalah kompleks yang menciptakan kebutuhan untuk mengetahui, bukan dimulai dari buku pelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Akinoglu, dan Ruhan (2006: 72), yang menyatakan model pembelajaran ini memiliki dasar utama terdiri atas masalah, solusi, praktik, penyelidikan, tanya-jawab, realita, keaslian/fakta dan pengintegrasian.

PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemapuan berpikir, belajar mandiri, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual (Trianto, 2009: 90). Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk


(30)

12

menemukan pengetahuan secara mandiri dengan sedikit arahan guru, siswa diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat mengkontrol motivasi, kognisi serta tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Wiratmaja, 2014: 3). Sungur, Tekkaya, dan Geban (2006: 159), juga menyatakan bahwa setelah

menggunakan model PBL prestasi akademik siswa meningkat, kemampuan sosial dan keterampilan pribadi lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Tidak hanya itu, Liza, Kharomiah, dan Abdullah (2011: 11) menyatakan setelah menggunakan model pembelajaran PBL, soft-skill siswa, yaitu kepercayaan diri, kemandirian, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan kerjasama tim terbukti meningkat.

Menurut Rusman (2013: 232), model pembelajaran PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar diawali dengan pemberian masalah

2. Permasalahan yang diberikan menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, kompetensi yang membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

3. Pengajuan pertanyaan atau masalah mengenai situasi kehidupan nyata dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut 4. Penyelidikan secara autentik, yaitu siswa harus melakukan penyelidikan,

menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan


(31)

13

5. Kolaborasi, yaitu siswa bekerja sama satu dengan yang lainnya, untuk memberikan motivasi berkelanjutan, dialog dan mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Selain karakteristik yang telah disebutkan di atas, Shoimin (2014: 130-131), juga menyatakan karakteristik PBL sebagai berikut:

1. Proses belajar student-centered dimana siswa didorong untuk membangun pengetahuannya sendiri,

2. Isi masalah dan situasi praktik (belajar) harus menarik perhatian siswa

3. Guru hanya menjadi pemandu di kelas,

4. Siswa diberikan waktu untuk berpikir atau mengumpulkan informasi dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah,

5. Masalah yang diajukan memiiki keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu dan harus diselesaikan bersama-sama secara berkelompok, kemudian siswa bertugas menyusun hasil penyelesaian masalahnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya dengan cara ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

Berdasarkan karakteristik yang telah diketahui, pembelajaran berbasis masalah bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang

autentik, dan menjadi pembelajar yang mandiri dengan bimbingan guru yang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan dalam mencari penyelesaian terhadap masalah nyata (Trianto, 2009: 94). Tujuan utama PBL bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, melainkan mengembangkan kemampuan peserta didik


(32)

14

untuk aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandrian belajar dan keterampilan sosial peserta didik yang dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk memecahkan

masalah (Hosnan, 2014: 299).

Seperti model pembelajaran lain, PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Trianto (2009: 96), menyatakan kelebihan PBL sebagai suatu model

pembelajaran adalah realistic dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, retensi konsep menjadi kuat, dan memupuk kemapuan memecahkan masalah siswa. Selain itu Shoimin (2014: 132) juga

mengungkapkan kelebihan dari PBLyaitu siswa memiliki kemampuan

membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, mengurangi beban siswa untuk menghafal atau menyimpan informasi karena pembelajaran fokus pada masalah, siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, kesulitan belajar secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok, siswa memiliki kemampuan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka dan juga PBLmembangun motivasi siswa dengan pembelajaran yang menyenangkan.

Kekurangan pada model pembelajaran PBLseperti yang diutarakan Shoimin (2014: 132), yaitu tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pembelajaran, lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitaannya dengan pemecahan masalah, selain itu pada suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi akan mengalami kesulitan saat


(33)

15

pembagian tugas. Trianto (2009: 97), kekurangan PBL yaitu persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulit mencari problem yang relevan, sering terjadi miss-konsepsi dan memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan. Kekurangan lainnya yaitu dalam proses pembelajaran PBL membutuhkan banyak referensi dan penelitian sebagai bahan memecahkan masalah.

Setiap model pembelajaran memiliki sintaks suatu pembelajaran yang berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 301), penerapan model

pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru yang memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel 1.

Tabel 1. Sintak Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)

Tahap Tingkah laku guru

Tahap- 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah antar disiplin Tahap- 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap- 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap- 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya

Tahap- 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Sumber: Hosnan (2014: 302).

B. Self-Efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dalam kehidupannya


(34)

16

(Bandura, 1994: 2). Self-efficacy juga dapat diartikan sebagai evaluasi

seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah (Sucianti, 2014: 2). Keyakinan terhadap kemampuan diri inidapat mempengaruhi perasaan, cara berpikir, motivasi dan tingkah laku sosial seseorang. Semakin kuat self-efficacy

yang dimiliki seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi dan kemampuan individu yang dapat dicapainya.

Bandura (1994: 2-3), mengungkapkan bahwa ada 4 hal yang mempengaruhi efikasi diri seseorang, yaitu:

(a) pengalaman keberhasilan (mastery experiences), apabila seseorang mengalami keberhasilan di masa lalu dengan mengatasi tugas yang sulit melalui usaha yang gigih, maka secara tidak langsung akan meningkatkan

self-efficacynya, sehingga kedepan saat mengalami kesulitan atau kegagalan orang tersebut tidak mudah putus asa. Sebaliknya, jika seseorang mengalami keberhasilan dengan mudah untuk mengharapkan hasil yang cepat, maka akan menurunkan kualitas self-efficacy dirinya dan membuatnya mudah putus asa pada kegagalan.

(b) Pengalaman orang lain (vicarious experiences), kemiripan pengalaman keberhasilan dengan orang lain biasanya akan meningkatkan selfefficacy

seseorang dalam upaya menyelesaikan tugasnya.

(c) Persuasi verbal/sosial (verbal/social persuation), seseorang yang diarahkan dengan nasehat, saran, yang disampaikan secara verbal dapat meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. Sebaliknya, jika seseorang diyakinkan akan segala kekurangan atas kemampuannya maka ia


(35)

17

akan cenderung menghindari tugas-tugas yang lebih berat dan mudah menyerah saat mengalami kesulitan.

(d) keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional state), kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Self-efficacy biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai oleh tingginya tingkat stres dan kecemasan seseorang.

Hubungan self-efficacy dalam bidang akademik yaitu, self-efficacy terbukti dapat mempengaruhi metode belajar siswa, membantu siswa menetapkan tujuan, memunculkan kemampuan memecahkan masalah, pengaturan diri (Pajares dan Brithner, 1996: 152), dan berperan dalam memotivasi ketekunan yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa (Zimmerman, 2000: 86). Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi, lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan, memiliki usaha yang kuat, tidak mudah putus asa, dan mampu mengkontrol reaksi emosionalnya saat menghadapi kesulitan dibandingkan dengan siswa yang

meragukan kemampuannya (Bandura, 1997: 194). Self-efficacy memiliki hubungan positif terhadap penilaian diri siswa atas kemampuan dan prestasinya saat pembelajaran dan ketika menghadapi tugas akademik yang dianggapnya sulit (Zimmerman, 2000: 86). Keyakinan siswa terhadap kemampuannya tersebut, dapat memacu usahanya dalam menyelesaikan tugas akademik dan dapat

mempengaruhi emosional siswa dengan mengurangi stres, kecemasan dan depresi (Bandura, 1997: 195).


(36)

18

Self-efficacy dapat memotivasi belajar siswa melalui pengaturan diri dalam menetapkan tujuan atau target, pengamatan diri, evaluasi diri, dan pengaturan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukannya (Zimmerman, 2000: 87). Semakin tinggi keyakinan siswa akan kemampuannya maka akan semakin tinggi tujuan yang akan ditetapkannya. Sebagai contoh, ketika siswa memiliki target dan keyakinan akan berhasil memperoleh nilai yang tinggi dalam ujian, maka ia akan termotivasi untuk belajar lebih giat, melakukan pemantauan diri dalam menggunakan waktu usaha, melakukan evaluasi diri terhadap apa yang telah ia lakukan dan sesuatu yang telah dicapainya, dan juga melakukan pengaturan strategi belajar sebagai usaha untuk mencapai tujuannya. Semakin besar motivasi dan pengaturan dirinya dalam belajar, maka semakin tinggi prestasi akademik yang dicapainya sesuai dengan target yang telah ia tentukan (Zimmerman, 2000: 88).

Pengembangan self-efficacy siswa salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan suatu tugas untuk diselesaikan oleh siswa pada saat proses pembelajaran. Bandura (1994: 2), menyatakan bahwa, dengan memperoleh keberhasilan melalui penyelesaian tugas yang sulit secara tidak langsung akan meningkatkan self-efficacy siswa. Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 228), juga menyatakan penilaian self-efficacy pada siswa dapat dilakukan dengan menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas pada waktu pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan self-efficacy yaitu model pembelajaran PBL. Terbukti dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Wiratmaja (2014: 8), bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan self-efficacy siswa, dengan cara memberikan kebebasan siswa bersama kelompok yang


(37)

19

akan menumbuhkan kebebasan dalam mengekspresikan kemampuannya sehingga akan meningkatkan kemandirian dan kepercayaan terhadap kemampuan dirinya. Liu, Hsieh, Cho, dan Schallert (2006: 240), menyatakan bahwa self-efficacy siswa meningkat secara signifikan dan pemahaman konsep siswa lebih baik setelah menggunakan model pembelajaran PBL. Sucianti (2014: 4), dalam artikelnya juga menyatakan bahwa kelas belajar yang diberikan perlakuan dengan PBL terbukti memiliki self-efficacy dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang relatif konstan dan berbekas yang diperoleh melalui proses belajar berupa aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan (Suprayekti, 2004: 2). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar

merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2008: 159). Dari sisi guru, hasil belajar merupakan evaluasi dari proses tindak mengajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar meupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Selain itu, hasil belajar untuk sebagian adalah suatu pencapaian tujuan pengajaran berkat tindakan guru dan pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3-4).

Hasil belajar dalam Taksonomi Bloom mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Suprayekti, 2004: 2). Ketiga ranah


(38)

20

yaitu: (1) apakah siswa sudah dapat memahami materi pembelajaran yang

diberikan kepada mereka? (2) apakah siswa sudah dapat menghayatinya? dan (3) apakah materi yang telah diberikan sudah dapat dipraktikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari? (Sudaryono, 2012: 43). Sehingga dari evaluasi tersebut dapat mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam jenjang pendidikan tertentu, mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapainya dalam mengikuti

pembelajaran yang diberikan oleh guru (Sudaryono, 2012: 49), menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa sehingga dapat dicarikan alternatif cara mengatasi kesulitan tersebut melalui proses bimbingan dan

pengajaran remedial (Hamalik, 2008: 159).

Salah satu penilaian yang dilakukan dalam evaluasi hasil belajar yaitu ranah kognitif. Siyamta (2013: 8), ranah kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Terdapat dua indikator dalam ranah kognitif yaitu indikator kognitif proses dan indikator kognitif produk. Indikator kognitif proses merupakan

perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Seseorang dapat

dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.


(39)

21

Penilaian ranah kognitif dalam Tasonomi Bloom terdiri dari 6 proses berpikir. Berikut ini merupakan indikator-indikator penilaian ranah kognitif berdasarkan 6 tingkatan Bloom yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan penilaian dalam ranah kognitif dijelaskan pada tabel 2.

Tabel 2. Indikator penilaian ranah kognitif

Jenis Hasil Belajar Indikator Penilaian Cara Penilaian Pengetahuan Dapat menyebutkan/ menunjukkan

lagi Pertanyaan/Tugas/Tes Pemahaman Dapat menjelaskan/ mendefinisikan Pertanyaan/Tugas/Tes Penerapan Dapat memberi contoh/

memecahkan masalah Pertanyaan/Tugas/Tes Analisis Dapat menguraikan/

mengklasifikasikan Tugas/Analisis masalah Sintesis Dapat menyimpulkan kembali atau

menggeneralisasi Tugas/ Permasalahan Evaluasi

Dapat menginterpretasi/ memberikan pertimbangan/ penilaian

Tugas/ Permasalahan

Sumber : Sunarti dan Rahmawati (2013: 29-30).

Krathwohl (2002: 214-215), merevisi Taksonomi Bloom dalam jurnal Theory intoPractice berjudul A Revision of Bloom's Taxonomy:An Overview,

membedakan aspek kognitif atas enam jenjang yang diurutkan seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Hierarki ranah kognitif menurut revisi Taksonomi Bloom (Siyamta, 2013: 13).


(40)

22

Sedangkan Gagne memilah hasil belajar ranah kognitif menjadi tiga yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif. Informasi verbal merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan. Keterampilan intelektual, terungkap dari pernyataan yang dimulai dengan istilah bagaimana. Strategi kognitif, merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengontrol proses berpikir dalam dirinya sendiri (Sapriati, 2009: 47).

Penilaian hasil belajar kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan dan penugasan/proyek. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan ganda dan uraian. Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan penugasan/proyek adalah penilaian yang dilakukan dengan memberikan suatu tugas berupa proyek yang mengandung penyelidikan dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu (Sunarti dan Rahmawati, 2013: 30).


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 2 Metro.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII A (sebagai kelas eksperimen) dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri atas 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan, dan kelas VII B (sebagai kelas kontrol) dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen untuk menilai hasil belajar siswa. Kelas eksperimen (kelas VII A) diberikan perlakuan menggunakan model PBL, sementara kelas kontrol (VII B) diberikan perlakuan dengan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelompok


(42)

24

pembelajaran diberi soal penyelesaian masalah, berupa soal uraian yang sama pada pretest dan posttest. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Keterangan: I = Kelas eksperimen (VIIA) II = Kelas kontrol (VIIB)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan PBL

C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O = Observasi, O1 = Pretest, O2 = Posttest

Gambar 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok tak ekuivalen (Riyanto, 2001:43)

Penilaian self-efficacy siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setelah proses pembelajaran selesai. Pada saat proses pembelajaran berlangsung penilaian self-efficacy dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi self-efficacy siswa. Sedangkan setelah proses pembelajaran selesai, penilaian self-efficacy dilakukan oleh peserta didik sendiri menggunakan lembar penilaian diri self-efficacy.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

I O1 X O2


(43)

25

a) Membuat surat izin penelitian ke FKIP yang ditujukan untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d) Membagi siswa pada masing-masing kelas menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat heterogen ditentukan berdasar pada kemampuan akademik (1 orang pintar; 2 orang sedang; 2 orang kurang).

e) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

f) Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest/posttest, lembar observasi self-efficacy, dan lembar penilaian diri self-efficacy.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan PBL untuk kelas eksperimen dan diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

1) Kelas Eksperimen (Pembelajaran Model PBL) (a) Kegiatan Awal


(44)

26

(1) Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan 1 dalam bentuk uraian materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup.

(2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru:

Pertemuan I:

Memberikan pertanyaan kepada siswa :

”Apakah kalian pernah berada di sekitar orang yang sedang merokok?, bagaimana rasanya menghisap asap rokok yang dikeluarkan perokok tersebut?, menurut kalian apakah hal itu

bisa disebut pencemaran?”

Pertemuan 2:

Memberikan pertanyaan kepada siswa:

“Guru meminta peserta didik untuk memeriksa kolong meja masing-masing, lalu mengambil sampah yang ditemukan dan meletakkannya pada tempatnya. Kemudian, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “Kegiatan apakah yang baru saja kalian lakukan?, adakah manfaatnya?, Apakah kegiatan membuang sampah pada tempatnya seperti yang telah kalian

lakukan tadi dapat mencegah pencemaran lingkungan?”

(3) Siswa memperoleh motivasi dari guru. Pertemuan I:

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui


(45)

27

dapat meminimalisir segala kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan”.

Pertemuan II:

“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan”.

(b) Kegiatan Inti

(1) Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara acak, setiap kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat heterogen.

(2) Siswa memperoleh LKPD ( Lembar Kerja Peserta Didik ) yang

berbasis masalah. Setiap kelompok mendapatkan topik permasalahan yang berbeda tiap pertemuannya dan harus didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

(3) Siswa berdiskusi sesuai topik permasalahan pada LKPD untuk menemukan keterkaitan kegiatan manusia terhadap

pencemaran dan pelestarian lingkungan di dalam kelompoknya masing-masing.

(4) Siswa mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan.

(5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil hasil diskusi dan kelompok lain memberi tanggapan.

(6) Siswa mengemukakan pendapat dan menanyakan hal-hal yang


(46)

28

(c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan guru.

(2) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II.

(3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik

terhadap proses dan hasil pembelajaran.

(4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

2) Kelas Kontrol (Pembelajaran Metode Diskusi) (a) Kegiatan Awal

(1) Siswa mengerjakan pretest pada pertemuan 1 dalam bentuk uraian materi Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup. (2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan

penjelasan guru: Pertemuan I:

Memberikan pertanyaan kepada siswa :

” Apakah kalian pernah berada di sekitar orang yang sedang merokok?, bagaimana rasanya menghisap asap rokok yang dikeluarkan perokok tersebut?, menurut kalian apakah hal itu

bisa disebut pencemaran?”

Pertemuan 2:

Memberikan pertanyaan kepada siswa:


(47)

29

masing-masing, lalu mengambil sampah yang ditemukan dan meletakkannya pada tempatnya. Kemudian, guru memberikan

pertanyaan kepada siswa “Kegiatan apakah yang baru saja

kalian lakukan?, adakah manfaatnya?, Apakah kegiatan membuang sampah pada tempatnya seperti yang telah kalian lakukan tadi dapat mencegah pencemaran lingkungan?” (3) Siswa memperoleh motivasi dari guru.

Pertemuan I:

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bagaimana pencemaran lingkungan dapat terjadi, sehingga kita dapat meminimalisir segala kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan”.

Pertemuan II:

“Setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya

yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan”.

(b)Kegiatan Inti

(1) Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara acak, setiap kelompok terdiri dari lima orang yang bersifat heterogen.

(2) Setiap kelompok memperoleh LKPD mengenai Pencemaran

dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup dan mendiskusikannya.

(3) Siswa dibimbing guru dalam mengerjakan LKPD.

(4) Siswa menyelesaikan LKPD kemudian mengumpulkan LKPD


(48)

30

(5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan.

(6) Siswa diberikan penguatan oleh guru mengenai materi yang belum dipahami.

(c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah

dipelajari dengan bimbingan guru.

(2) Siswa mengerjakan posttest pada pertemuan ke II.

(3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik

terhadap proses dan hasil pembelajaran.

(4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Data

Pada penelitian ini diperoleh dua jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi

Pencemaran dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. Pegambilan data dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan instrumen perangkat


(49)

31

tes. Soal tesyang diberikan berjumlah 5 soal dalam bentuk uraian. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menghitung N-Gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, lalu dianalisis secara statistik.

b)Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data self-efficacy siswa. Data self-efficacy ada dua macam yaitu data yang diperoleh selama proses pembelajaran melalui observasi self-efficacy pada siswa dan setelah proses pembelajaran melalui penilaian diri self-efficacy siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretest dan Posttest

Hasil belajar berupa nilai pretest diambil pada pertemuan awal sebelum pembelajaran dan posttest diambil pada akhir pertemuan setelah

pembelajaran selesai. Nilai pretest dan posttest diberikan pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol.

b) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD digunakan untuk mengetahui hasil diskusi oleh siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKPD berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKPD berbasis diskusi.


(50)

32

Lembar observasi self-efficacy siswa berisi semua indikator self-efficacy

yang diamati pada saat proses pembelajaran. Indikator self-efficacy

yang diamati yaitu: (1) tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan; (2) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu; (3) berani presentasi di depan kelas; (4) mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu. Kemudian melakukan penilaian self-efficacy yang muncul pada setiap siswa pada lembar observasi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

d) Lembar Penilaian Diri Self-efficacy

Lembar penilaian diri self-efficacy berisi penilaian siswa mengenai self-efficacynya. Penilaian ini dilakukan setelah pembelajaran selesai. Lembar penilaian diri self-efficacy siswa terdiri dari 10 pernyataan yang akan diisi siswa dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif (Hasil Belajar Siswa)

Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretest, posttest, dan N-gain. Teknik penskoran pretest dan posttest yaitu :

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari);

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112). Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus sebagai berikut:

x 100

R

S = x 100 N


(51)

33

Keterangan: Sf = skor posttest

Si = skor pretest

Smak = skor maksimum (dimodifikasi dari Hake, 1999: 1).

Tabel 3. Kriteria N-gain

N-gain Kriteria

g > 70 70 > g > 30

g < 30

Tinggi Sedang Rendah

Sumber: dimodifikasi dari Hake (1999: 1)

Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol akan dianalisis menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut berdustribusi normal atau tidak. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang sama (homogen). Jika homogen selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. Langkah-langkah pengujian statistik untuk data hasil belajar sebagai berikut:

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji

Lilliefors yang dihitung menggunakan program SPSS versi 17. 1) Hipotesis

Ho : kedua sampel berdistribusi normal


(52)

34

2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan α : 0,05 3) Kriteria Pengujian

(a) Jika nilai Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

(b) Jika nilai Lhitung > Ltabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

(Hafizah, 2014: 7).

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing

kelompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat hasil belajar siswa. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17. 1) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda 2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi untuk penelitian ini adalah α : 0,05 3) Kriteria Uji

(a) Jika nilai Fhitung < nilai Ftabel atau probabilitasnya 0,05 maka Ho

diterima

(b) Jika nilai Fhitung >nilai Ftabel atau probabilitasnya 0,05 maka Ho


(53)

35

c) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1= Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2) Kriteria Uji

a) Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

b) Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak.

(Pratisto, 2004:13).

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih

tinggi dari kelompok kontrol. b) Kriteria Uji :

(1) Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima


(54)

36

2. Data Kualitatif

a. Sikap Self-Efficacy

Data self-efficacy siswa ada dua macam yaitu data yang diperoleh selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi

self-efficacy dan data yang diperoleh setelah proses pembelajaran menggunakan lembar penilaian diri self-efficacy.

1) Data self-efficacy yang diperoleh melalui observasi

Data observasi self-efficacy siswa diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui observasi. Peneliti mengisi skor yang diperoleh siswa pada tiap indikator dalam lembar observasi kemudian dianalisis.

Rata-rata skor self-efficacy siswa dengan menggunakan rumus:

Keterangan: NP = Persentase jawaban siswa

R = Skor mentah yang diperoleh Siswa SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 112)

Tabel 4. Lembar observasi self-efficacy siswa

No Nama

Aspek yang diamati

X1

A B C D

0 1 2 0 1 2 3 4 0 1 2 0 1 2

1 2 3 dst

Jumlah Skor Maksimal yang diperoleh (∑ x1)

Rata-rata Skor self-efficacy Siswa ( )

% 100

 

SM R NP


(55)

37

Tabel 5. Keterangan Lembar Observasi Self-efficacy siswa

BSES (Biology Self Efficacy Scale)

Aspek yang

Dinilai Skor Kriteria

1. Self-efficacy dalam menyelesaika n masalah yang diberikan.

A.Tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

2

Mencari informasi yang mendukung penyelesaian masalah dan terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan

1

Hanya mencari informasi yang mendukung penyelesaian masalah atau hanya terlibat dalam pembuatan jawaban atas permasalahan

0 Jika indikator tidak terpenuhi

2. Self-efficacy terhadap kemampuan menggerakka n motivasi, kemampuan kognitif, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil. B. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu 4

Mengajukan pendapat/ pertanyaan/ menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, serta relevan dan rasional dengan permasalahan 3

Mengajukan pendapat/ pertanyaan/ menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, relevan, namun tidak rasional dengan permasalahan

2

Mengajukan pendapat/ pertanyaan/ menjawab pertanyaan tanpa ragu-ragu, rasional, namun tidak relevan dengan permasalahan

1 Jika hanya menyanggah pendapat

0 Jika indikator tidak terpenuhi

C. Berani

presentasi di depan kelas

2 Mempresentasikan hasil diskusi dan menyimpulkan

1 Mempresentasikan hasil diskusi tanpa

memberi kesimpulan

0 Jika indikator tidak terpenuhi

3) Self-efficacy dalam mencapai target yang telah ditentukan

D. Mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu 2

Mengumpulkan LKPD pada waktu yang telah ditentukan dan dapat menjawab semua pertanyaan pada LKPD

1

Mengumpulkan LKPD pada waktu yang telah ditentukan, namun tidak menjawab semua pertanyaan pada LKPD atau sebaliknya.

0 Jika indikator tidak terpenuhi

Sumber: Modifikasi dari Schwarzer (1995: 2), Hanifah (2012: 32), dan Pamungkas (2014:51)

2. Data penilaian diri self-efficacy siswa

Data penilaian diri self-efficacy siswa diperoleh setelah proses pembelajaran berakhir menggunakan lembar penilaian diri self-efficacy yang diisi oleh siswa dengan memberikan pilihan jawaban pada pernyataan. Penilaian diri self-efficacy terdiri dari 10 pernyataan.


(56)

38

Tabel 6. Lembar penilaian diri self-efficacy siswa

No Pernyataan S TS

1 Selama pembelajaran, saya yakin mampu menyelesaikan masalah yang

sulit pada LKPD

2 Ketika saya dihadapkan pada masalah, saya yakin bisa menemukan

solusi untuk memecahkan masalah tersebut.

3 Saya yakin dapat mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu.

4 Saya yakin akan berhasil dalam materi pencemaran dan dampaknya

bagi makhluk hidup dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

5 Saya yakin dapat menjelaskan kembali materi yang sudah saya pelajari

kepada orang lain.

6 Semakin sulit tugas yang diberikan , saya semakin bersemangat untuk

menemukan jawaban atau penyelesaian.

7 Saya mudah menyerah saat mengalami beberapa kesulitan dalam

memahami materi laju reaksi.

8 Saya yakin akan mendapatkan nilai yang tinggi pada materi kali ini walaupun sosl-soalnya sulit dan belum pernah saya kerjakan sebelumnya.

9 Jika ada tugas yang sulit saya menjadi malas untuk mengerjakannya

10 selama pembelajaran saya tidak aktif bertanya, berpendapat dan menjawab karena takut dikritik oleh guru dan teman

Sumber: Modifikasi dari Ardillah (2015: 314), Baldwin (1999: 402), dan Schwarzer (1995: 2).

Pengolahan data penilaian diri self-efficacy siswa dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor penilaian diri self-efficacy siswa pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor jawaban penilaian diri self-efficacy siswa

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Jawaban S TS

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju.

2) Melakukan tabulasi data temuan pada penilaian diri self-efficacy

siswa berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan yang ada dalam lembar penilaian diri self-efficacy siswa.


(57)

39

Tabel 8. Data penilaian diri self-efficacy siswa

No.

Pertanyaan Jawaban Pilihan

Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

dst. S

TS

3. Menghitung persentase skor penilaian diri self-efficacy siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: NP = Persentase jawaban siswa

R = Skor mentah yang diperoleh Siswa SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 102)

4. Menafsirkan persentase penilaian diri self-efficacy siswa. Tabel 9. Tafsiran persentase penilaian diri self-efficacy siswa

Sumber: Bandura (2006: 312)

Persentase (%) Kriteria

76 – 100 51 – 75

0 – 50

Tinggi Sedang Rendah % 100   SM R NP


(58)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh

dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup dengan kriteria tinggi.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dapat digunakan

oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa pada Materi Pokok Pencemaran dan Dampaknya bagi Makhluk Hidup.


(59)

52

2. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap siswa memiliki buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam membuat soal sebaiknya disesuaikan dengan standar konstruksi isi dan bahasa, serta tingkatan siswa, sehingga siswa tidak salah dalam memahami soal.

4. Dalam penelitian ini hanya meneliti peningkatan self-efficacy dan hasil belajar oleh PBL, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hubungan peningkatan self-efficacy dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. dan T. Ruhan. 2007. The Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude

and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1). 11 hlm.

Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education. 6(1). 10 hlm.

Aprilia, F. 2012. PTK (Metode Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri). Diunduh dari http://apriliafifi.blogspot.com/ pada tanggal 10 Nopember 2014 pukul 05.47 WIB. 23 hlm.

Ardillah, D. 2015. Penerapan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together untuk meningkatkan Self-Efficacy Siswa. UNESA Journal Of Chemical Education. 4(1). 6 hlm

Arista, E., D. Ayu, L. Indah, dan Nikmawati. 2011. Alat Ukur Self Efficacy di Bidang Akademis pada Mahasiswa. Universitas Yarsi. Jakarta. 39 hlm. Baldwin, J. 1999. The Development of a College Biology Self-Efficacy

Instrument for Nonmajors. Science Education Journal. 83. 12 hlm.

Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. Encylopedia Of Human Behavior. 4. 15 hlm. . 1997. Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavior change.

Psychological Review. 84. 26 hlm.

. 2006. Guide For Constructing Self-Efficacy Scales. Self-Efficacy Beliefs of Adolescent. 14. 32 hlm.

Dimyati dan Mujiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Hafizah, E. 2014. Uji Normalitas dan Homogenitas Data (Online).

(Http://www.academica.edu/, diakses pada Jum’at, 7 Maret 2015, 19;05 WIB). 28 hlm.


(61)

54

Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Di unduh dari

http://www.eurasianjournals.com pada tanggal 27 Nopember 2014 pukul 09.50 WIB. 2 hlm.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Sinar Grafika. Jakarta. 184 hlm.

Hanifah, N. dan R. Agustini. 2012. Peningkatan Self Efficacy dan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Materi Pokok Asam Basa Kelas XI SMAN 9 Surabaya. Unesa Journal of Chemical Education. 1(1). 7 hlm.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 472 hlm.

Kemendikbud. 2013. SKL SMP/MTs Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan

Dan Kebudayaan. Jakarta. 118 hlm.

Krathwohl, D. 2002. A Revision of Bloom'sTaxonomy : An Overview. Theory intoPractic. 41(4). 54 hlm.

Liu, M., P. Hsieh, Y. Cho, dan D. Schallert. 2006. Middle School Students’ Self -Efficacy, Attitudes, and Achievement in a Computer-Enhanced Problem-Based Learning Environtment. Journal Of Interactive Learning Reaserch. 17(3). 18 hlm.

Liza, A., Karomiah, dan Abdullah. 2011. Would Problem Based Learning Affect Students Generic Competencies?. African Journal of Education and

Technology. 1(3), 1-14. 14 hlm.

Pajares, F. dan S. Brithner. 2006. Sources of Science Self-Efficacy Beliefs of Middle School Students. Journal of Reasearch in Science Teaching. 40(5). 15 hlm.

PISA. 2012. International Student Achievement In Science. Diunduh dari

http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-results-science.html pada tanggal 11 November 2014 pukul 12.05 WIB. 26 hlm.

Pamungkas, A. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 : Konsep dan Penerapan. Kata Pena. Jakarta. 162 hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 292 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.


(62)

55

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo. Jakarta. 436 hlm. Sapriati. 2009. Kurikulum Pembelajaran IPA SD/MI. BSNP. Jakarta. 243 hlm. Shoimin, A. 2014 . 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Ar-Ruzz Media. Jakarta. 240 hlm.

Siyamta. 2013. Ranah Kognitif dalam Pembelajaran. Gramedia. Malang. 39 hlm. Suciati, R. 2014. Perbedaan Kemampuan Self-efficacy Mahasiswa Antara Model

Problem- Based Learning dengan Model Ekspositori pada Mata Kuliah Evolusi. SNIPS 2014. Bandung. 4 hlm.

Sudaryono. 2012 . Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Yogyakarta. 234 hlm.

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung. 254 hlm.

Sunarti dan Rachmawati. 2013. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. CV. Andi Offset. Yogyakarta. 248 hlm.

Sungur, S., C. Tekkaya, dan O. Geban. 2006. Improving Achievement Through

Problem-Based Learning. Middle East Technical University, Turkey. 40(4). 7

hlm.

Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 194 hlm.

Schwarzer, R., dan M. Jerusalem. 1995. Generalized Self-Efficacy scale. Windsor. UK: Nfer-Nelson. 2 hlm.

Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Prestasi Pustaka. Jakarta. 376 hlm.

Wiratmaja, C. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Self-Efficacy Dan Emotional Intelligence Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. 4. 12 hlm.

Zimmerman, B. 2000. Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn.


(1)

39

Tabel 8. Data penilaian diri self-efficacy siswa No.

Pertanyaan Jawaban Pilihan

Nomor Responden

(Siswa) Persentase 1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

dst. S TS

3. Menghitung persentase skor penilaian diri self-efficacy siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: NP = Persentase jawaban siswa

R = Skor mentah yang diperoleh Siswa SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 102)

4. Menafsirkan persentase penilaian diri self-efficacy siswa. Tabel 9. Tafsiran persentase penilaian diri self-efficacy siswa

Sumber: Bandura (2006: 312)

Persentase (%) Kriteria

76 – 100 51 – 75

0 – 50

Tinggi Sedang Rendah %

100  

SM R NP


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup dengan kriteria tinggi.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian selanjutnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan self-efficacy dan hasil belajar siswa pada Materi Pokok Pencemaran dan Dampaknya bagi Makhluk Hidup.


(3)

52

2. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap siswa memiliki buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam membuat soal sebaiknya disesuaikan dengan standar konstruksi isi dan bahasa, serta tingkatan siswa, sehingga siswa tidak salah dalam memahami soal.

4. Dalam penelitian ini hanya meneliti peningkatan self-efficacy dan hasil belajar oleh PBL, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hubungan peningkatan self-efficacy dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. dan T. Ruhan. 2007. The Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude

and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1). 11 hlm.

Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education. 6(1). 10 hlm.

Aprilia, F. 2012. PTK (Metode Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri). Diunduh dari http://apriliafifi.blogspot.com/ pada tanggal 10 Nopember 2014 pukul 05.47 WIB. 23 hlm.

Ardillah, D. 2015. Penerapan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together untuk meningkatkan Self-Efficacy Siswa. UNESA Journal Of Chemical Education. 4(1). 6 hlm

Arista, E., D. Ayu, L. Indah, dan Nikmawati. 2011. Alat Ukur Self Efficacy di Bidang Akademis pada Mahasiswa. Universitas Yarsi. Jakarta. 39 hlm. Baldwin, J. 1999. The Development of a College Biology Self-Efficacy

Instrument for Nonmajors. Science Education Journal. 83. 12 hlm.

Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. Encylopedia Of Human Behavior. 4. 15 hlm. . 1997. Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavior change.

Psychological Review. 84. 26 hlm.

. 2006. Guide For Constructing Self-Efficacy Scales. Self-Efficacy Beliefs of Adolescent. 14. 32 hlm.

Dimyati dan Mujiono. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Hafizah, E. 2014. Uji Normalitas dan Homogenitas Data (Online).

(Http://www.academica.edu/, diakses pada Jum’at, 7 Maret 2015, 19;05 WIB). 28 hlm.


(5)

54

Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Di unduh dari

http://www.eurasianjournals.com pada tanggal 27 Nopember 2014 pukul 09.50 WIB. 2 hlm.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Sinar Grafika. Jakarta. 184 hlm.

Hanifah, N. dan R. Agustini. 2012. Peningkatan Self Efficacy dan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Materi Pokok Asam Basa Kelas XI SMAN 9 Surabaya. Unesa Journal of Chemical Education. 1(1). 7 hlm.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 472 hlm.

Kemendikbud. 2013. SKL SMP/MTs Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta. 118 hlm.

Krathwohl, D. 2002. A Revision of Bloom'sTaxonomy : An Overview. Theory intoPractic. 41(4). 54 hlm.

Liu, M., P. Hsieh, Y. Cho, dan D. Schallert. 2006. Middle School Students’ Self -Efficacy, Attitudes, and Achievement in a Computer-Enhanced Problem-Based Learning Environtment. Journal Of Interactive Learning Reaserch. 17(3). 18 hlm.

Liza, A., Karomiah, dan Abdullah. 2011. Would Problem Based Learning Affect Students Generic Competencies?. African Journal of Education and

Technology. 1(3), 1-14. 14 hlm.

Pajares, F. dan S. Brithner. 2006. Sources of Science Self-Efficacy Beliefs of Middle School Students. Journal of Reasearch in Science Teaching. 40(5). 15 hlm.

PISA. 2012. International Student Achievement In Science. Diunduh dari

http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-results-science.html pada tanggal 11 November 2014 pukul 12.05 WIB. 26 hlm.

Pamungkas, A. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 : Konsep dan Penerapan. Kata Pena. Jakarta. 162 hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 292 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.


(6)

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo. Jakarta. 436 hlm. Sapriati. 2009. Kurikulum Pembelajaran IPA SD/MI. BSNP. Jakarta. 243 hlm. Shoimin, A. 2014 . 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Ar-Ruzz Media. Jakarta. 240 hlm.

Siyamta. 2013. Ranah Kognitif dalam Pembelajaran. Gramedia. Malang. 39 hlm. Suciati, R. 2014. Perbedaan Kemampuan Self-efficacy Mahasiswa Antara Model

Problem- Based Learning dengan Model Ekspositori pada Mata Kuliah Evolusi. SNIPS 2014. Bandung. 4 hlm.

Sudaryono. 2012 . Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Yogyakarta. 234 hlm.

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung. 254 hlm.

Sunarti dan Rachmawati. 2013. Penilaian Dalam Kurikulum 2013. CV. Andi Offset. Yogyakarta. 248 hlm.

Sungur, S., C. Tekkaya, dan O. Geban. 2006. Improving Achievement Through Problem-Based Learning. Middle East Technical University, Turkey. 40(4). 7 hlm.

Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 194 hlm.

Schwarzer, R., dan M. Jerusalem. 1995. Generalized Self-Efficacy scale. Windsor. UK: Nfer-Nelson. 2 hlm.

Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Prestasi Pustaka. Jakarta. 376 hlm.

Wiratmaja, C. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Self-Efficacy Dan Emotional Intelligence Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. 4. 12 hlm.

Zimmerman, B. 2000. Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn. Contemporary Educational Psychology. 25. 10 hlm.