12
D. Camera angle adalah sudut pandang dari audience, mata audience akan diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut
pandang kamera akan mempengaruhi sudut pandang audience [6].
Masyarakat Kampung Tas Tanggulangin
hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai pengrajin tas kulit, dan merupakan
kampung mandiri yang hidup dari kerajinan tas kulitnya. Sehingga timbullahgagasan untuk membentuk wadah bagi para pengrajin tas yang
terwujud pada tanggal 7 April 1976, dengan nama koperasi INTAKO. Koperasi INTAKO berkembang dengan pesat, namun sejak tragedi
lumpur Lapindo dan kesalahan informasi yang diterima, popularitas dan perekonomian Kampung taspun menurun drastis,mengalami penurunan
jumlah pengunjung dan kehilangan pamornya dalam dunia pariwisata.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan film dokumenter potret Kampung tas adalah metode penelitian kualitatif.
Metode Kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan. Metode kualitatif menghasilkan data bukan dalam
bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung.
Informasi yang diperoleh melalui metode kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara[10].Wawancara dilakukan dengan
Ibu Suprihatin selaku kepada Dinas Pariwisata dan Ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi di Kampung Tas dan melakukan observasi
langsung di Kampung Tas Tanggulangin.
Sedangkan strategi penelitian yang digunakan adalah strategi Linear. Strategi Linear menetapkan urutan logis pada tahapan
perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya [11]. Adapun tahapan yang ada dapat dilihat pada gambar 1
Gambar 1 Strategi Linear[9]
Tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan dalam PerancanganVideo Dokumenter Wisata Kampung Tas Tanggulanginadalah sebagai berikut:
Tahap IIdentifikasi Masalah dan Pengumpulan Data
Untuk mengidentifikasi masalah, dilakukanwawancara selain kepada pengrajin Tas Tanggulangin, juga kepada ibu Suprihatin selaku
kepala bidang Pariwisata kota Sidoarjo dan ibu Tia sebagai pengelola koperasi Kampung Tas Tanggulangin.Sehingga, dirancang film yang
mengisahkan potret masyarakat Kampung Tas Tanggulangin dimana Kampung Tas tersebut memiliki keunikan dimana hampir sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pengrajin tas dan dijual di Tahap 1
Identifikasi Masalah
Tahap 2 Perancangan
Film Tahap 3
Pengujian dan Kesimpulan
13
tokonya sendiri yang masih aktif hingga saat ini. Dari hasil wawancara tersebut, didapatkan hasil bahwa wisata Kampung Tas merupakan salah
satu objek wisata belanja andalan kota Sidoarjo yang namanya ikut tenggelam bersama tragedi Lumpur Lapindo, dikarenakan kesalahan
informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas Tanggulangin juga ikut terendam luapan lumpur Lapindo, padahal Kampung Tas
Tanggulangin jauh dari luapan dan masih aktif hingga saat ini dan masih memproduksi kerajinan kulitnya.
Setelah melakukanwawancara kepada kepala Bidang Pariwisata, pengelola INTAKO dan beberapa pengrajin untuk mengidentifikasi
permasalahan, pengumpulan data juga dilakukandengan survey di Kampung Tas Tanggulangin.Survey yang dilakukan di kampung Tas
Tanggulangin bertujuan untuk melihat potret kehidupan masyarakat Kampung Tas Tanggulangin dan kesulitan yang dihadapi masyarakat
Kampung tas akibat tragedi lumpur Lapindo. Tahap II Perancangan Film
Dalam prosesperancangan film Potret Wisata Tas
Tanggulangindilakukan 3 proses, meliputi pra produksi, dalam proses ini dirancanglah ide cerita, konsep, storyline, treatment dan storyboard
mengenai pengenalan kota Sidoarjo hingga potret masyarakat yang sebagian besar merupakan pengrajin Tas Tanggulangin, beserta
wawancara dengan pengelola koperasi dan kepala bidang Pariwisata. Setelah itu dalam proses produksi dilakukan shooting dan recording
sesuai dengan storyboard yang ada beserta narasi yang dibutuhkan. Proses terakhir adalah pasca produksi, dalam proses ini dilakukan editing
pada video dan sound editing.
Tahap III Pengujian dan Kesimpulan
Setelah melakukan perancangan dan implementasi, selanjutnya dilakukan pengujian secara kualitatif, yaitu dengan mempresentasikan
film dokumenter Potret Wisata Tas Tanggulangin kepada kepala Bidang Pariwisata kota Sidoarjo yang akan memberikan feedback,sehingga ide
cerita, konsep perancangan dan pesan yang ada dalam video dokumenter ini apakah dapat tersampaikan danditerima masyarakat dengan baik.
Pengujian juga dilakukan kepadasinematografer untuk menguji apakah dari segi perancangan video yang meliputi ide
cerita,sinematografi pengambilan gambar , yang digunakan sudah menarik,dan prosesediting transisi, pemberian subtitle, backsound dan
sebagainya telah sesuaisehingga dicapailah kesimpulan, apakahfilm dokumenter yang dirancang layak untuk di tonton.
Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan sumber data, dibagi menjadi dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung dari tangan pertama, seperti wawancara, observasi dan lain sebagainya [12].
14
Pengumpulan data primer, dilakukandengan wawancara kepada Ibu Suprihatin selaku kepala Bidang Pariwisata mengenai kondisi wisata
tas Tanggulangin serta penyebab turunnya popularitas wisata Kampung Tas Tanggulangin, hasil yang didapatkan bahwa kondisi Kampung Tas
Tanggulangin belum benar-benar pulih, keadaan tersebut disebabkan kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas
ikut tenggelam bersama lumpur Lapindo. Wawancara juga dilakukan kepadaibu Tia sebagai pengelola koperasi kampung Tas dan pengrajin
kulit seperti awal terbentuknya koperasi INTAKO dan dampak Lapindo terhadap Kampung Tas Tanggulangin, dan hasil yang didapatkan adalah
koperasi INTAKO dipelopori oleh beberapa orang pada awalnya, dan terus berkembang, namun akibat Lapindo dan kesalahan informasi yang
ada, kampung tas Tanggulangin langsung mengalami penurunan yang drastis dari segi pendapatan dikarenakan sepinya pengunjung, seperti
yang dirasakan penduduk Kampung Tas Tanggulangin sejak terjadinya luapan lumpur Lapindo.
Pengumpulan data sekunder didapatkan dari profil perusahaan koperasi INTAKO, booklet mengenai wisata Sidoarjo khususnya
Kampung Tas Tanggulangin bahwa kampung tas Tanggulangin menjadi salah satu wisata andalan Sidoarjo disebabkan keunikannya yaitu hampir
seluruh warga kampung tas Tanggulangin merupakan pengrajin tas mandiri yang memiliki toko sendiri untuk menjual hasil kerajinan tasnya.
Selain itu, data sekunder juga didapatkan dari pemberitaan website, media sosial, berita online dan surat kabaryang memberitakan
bahwapenurunan drastis perekonomian kampung Tas Tanggulangin disebabkan oleh luapan lumpur Lapindo yang menutupi akses menuju
kampung tas Tanggulangin.
Metode Perancangan
Perancangan film dokumenter pada dasarnya sama dengan pembuatan film pada umumnya yang terdiri dari tiga tahap yaitu pra-
produksi, produksi, pascaproduksi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.
15
Gambar 2 Bagan Metode Perancangan film dokumenter
Tahap-tahap dalam perancangan Video Dokumenter mengenai Potret Wisata Industri Kampung Tas antara lain:
1. Pra Produksi
Informasi yang telah terkumpul pada fase pengumpulan data akan diolah di fase pra produksi. Pra produksi meliputi
beberapa tahapan, yaitu perancangan ide cerita, konsep,storyline,treatment, dan storyboard.
2. Produksi
Fase produksi merupakan tahap pengeksekusian terhadap fase pra produksi. Apabila fase pra produksi telah sesuai dengan ide
cerita, maka fase produksi akan menjalankan apa yang telah ditetapkan pada fase pra produksi. Pada fase produksi terdapat
dua tahapan, yaitu shooting dan voice recording.
3. Pasca Produksi
Fase pasca produksi dapat berjalan setelah proses pada fase produksi telah selesai. Pada fase ini terdapat tahapan editing.
Tahaptersebut meliputi videoediting dan sound editing darinarasi yang telah direkam pada fase produksi.
4. Evaluasi
Fase evaluasi merupakan fase yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil implementasi perancangan video
dokumenter potret wisata kampung tas Tanggulangin yang dipresentasikan kepada sinematografer dan kepala bidang
Pariwisata kota Sidoarjo. Feedback dari presentasi akan menjadi pertimbangan apakah video dokumenter ini perlu
ya tidak
Pasca Produksi
Video Editing Sound Editing
Evaluasi Fix
Produksi Shooting
Recording Audio
Revisi Pra Produksi
Ide Cerita Storyline
Treatment Storyboard
16
direvisi atau tidak dan jika terjadi revisi maka diulang ke proses pasca produksi.
5.
Fix Fase ini merupakan hasil akhir setelah dilakukan evaluasi film
dokumenter yang diimplementasikan sudah baik dan menarik sehingga tidak diperlukan adanya revisi dan menjadi hasil akhir
perancangan Film Dokumenter Potret Wisata Kampung Tas Tanggulangin.
Pra Produksiadalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Tahap pra produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam
pembuatan sebuah film. Didalam proses pra-produksi terdapat ide cerita, konsep, storyline,treatment, dan storyboard yang harus dirancang terlebih
dahulu,untuk menghindari kesalahan–kesalahan dalam tahap pengambilan gambar.
Ide cerita dari perancangan video dokumenter ini adalah menceritakan keunikanwisata Kampung Tas Tanggulangin sebagai kampung
yang mandiri dimana hampir seluruh warganya berprofesi sebagai pengrajin tas dan memiliki showroom sendiri sebagai penunjang hidup dan sebagai
media yang mengklarifikasi kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kampung Tas Tanggulangin ikut tenggelam, namun sesungguhnya
masih aktif hingga saat ini.
Konsep dari video ini adalah bagaimana mengisahkan potret Kampung Tas Tanggulangin yang terkenal akan kerajinan tas kulitnya, dan
hampir seluruh warganya merupakan pengrajin tas, namun keunikan tersebut sempat tenggelam diakibatkan beredarnya informasi bahwa Kampung Tas
ikut tenggelam bersama lumpur Lapindo. Potret mengenai Kampung Tas diambil dari wawancara dengan ibu Suprihatin selaku kepala Bidang
Pariwisata.
Storyline merupakan kejadian-kejadian yang dirangkai menjadi sebuah cerita yang menarik. Dalam proses pembuatan video dokumenter potret
Kampung Tas Tanggulangin diperlukan adanya sebuah story line pada tahap pra produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan maksimal
[13].
Storyline dari perancangan Video Wisata Industri adalah sebagai berikut:Sidoarjo merupakan salah satu kota industri terbesar di Jawa Timur.
Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama kota Surabaya dan termasuk kawasan Gerbangkertosusila.Gerbangkertosusila adalah singkatan bagi
beberapa wilayah meliputi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan.Hal tersebut menjadikan Gerbangkertosusila
kawasan metropolitan terbesar kedua setelah Jabodetabek yang berpusat di Surabaya.
Sektor perekonomian utama Sidoarjo adalah perikanan, industri, dan jasa, hal ini disebabkan selat Madura yang berbatasan di sebelah timur
Sidoarjo merupakan penghasil perikanan, diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Dapat terlihat dari logo kota Sidoarjo yang menunjukkan bahwa
udang dan bandeng merupakan komoditi perikanan utama di kota ini.
17
Selainterkenal dengan olahan laut, Sidoarjo memiliki keistimewaan lain yaitu kerajinan tas Tanggulangin.
Sidoarjo terdiri dari 18 kecamatan yang terbagi atas beberapa desa dan kelurahan, salah satunya adalah Tanggulangin. Tanggulangin berjarak 9
kilometer di sebelah selatan Sidoarjo, Tanggulangin merupakan penghasil tas dan koper berkualitas berbahan kulit, terlihat di sepanjang jalan
kampung tas Tanggulangin terdapat showroom maupun toko para pengrajin tas kulit.
Pemerintah juga ikut serta dalam mengembangkan kampung tas Tanggulangin dengan membentuk koperasi tas INTAKO. Selain itu,
keprihatinan kepala Bidang Pariwisata terhadap Kampung Tas beserta harapannya ditunjukkan dalam wawancara untuk mengklarifikasi kesalahan
informasi yang beredar di masyarakat. Setiap toko di kampung tas Tanggulangin tergabung dalam koperasi, hal ini disebabkan karena
INTAKO merupakan pelopor dari Kampung Tas Tanggulangin.
Pada tahun 1986, INTAKO mendapatkan penghargaan UPAKARTI dari presiden Suharto atas perannya dalam membantu industri kecil
disekitar, bahkan salah satu showroom dari pengrajin yang tergabung dalam koperasi diresmikan sendiri oleh pemerintah kota Sidoarjo sebagai
showroom. Selain daripada pencapaian yang telah diraih Kampung Tas, tragedi Lapindo juga menjadi perhatian tidak hanya bagi Ibu Tia sebagai
pengelola INTAKO, juga pengrajin lainnya dan harapannya agar Kampung Tas dapat pulih kembali. Di setiap toko tersedia berbagai macam kerajinan
kulit seperti tas dompet, jaket, sepatu, dan lain-lain. Salah satu pengrajin tas kulit yang aktif dalam koperasi INTAKOadalah bapak Ahman.
Bapak Ahman sehari-hari bekerja membuat tas kulit, tas kulit yang dibuat menyesuaikan dengan model dari permintaan pelanggan. Mulai dari
ukuran, bahan, aksesori tas semuanya dikerjakan sendiri oleh bapak Ahman. Selain mengerjakan pesanan, bapak Ahman juga mengerjakan tas yang
menjadi stok untuk dijual di showroom. Wisata kampung tas menjadi salah satu wisata andalan Sidoarjo yang perlu diramaikan kembali keberadaannya,
seperti yang disampaikan Ibu Suprihatin dari Dinas Pariwisata, agar wisata belanja ini dapat lebih dikenal masyarakat luas baik lokal, interlokal
maupun mancanegara.
Treatment merupakan kerangka lengkap yang berisikan adegan - adegan disuatu tempat, oleh sebab itu treatment pun disertakan keterangan
tempat dan waktu [14].Berikut adalah treatment dari perancangan film dokumenter wisata Kampung Tas adalah sebagai berikut:
• Scene 1: Opening Film
Shot: LS, MS, ES Lokasi: Sidoarjo
Pengenalan tentang kota Sidoarjo, meliputi alun-alun, tugu, gedung pemerintahan dan jalan-jalan kota Sidoarjo
• Scene 2: Menjelaskan simbol kota Sidoarjo
Shot: LS, Pan Down
18
Lokasi: Kota Sidoarjo Patung ikan dan udang sebagai simbol produksi utama kota Sidoarjo,
dan menjadi logo kota Sidoarjo.
• Scene 3: Perjalanan menuju Tanggulangin
Shot: LS, ES Lokasi: Jalan menuju Sidoarjo
Plang jalan menuju Tanggulangin.
• Scene 4: Memperlihatkan berbagai kerajinan kulit
Shot: MS, ES Lokasi: Tanggulangin
Gapura Tanggulangin, deretan toko- toko kerajinan tas kulit.
• Scene 5: Menceritakan keunikan kampung tas Tanggulangin
Shot: CU Lokasi: Sidoarjo
Wawancara Kepala Bidang Pariwisata mengenai wisata Tanggulangin dan penghargaan yang diperoleh salah satu showroom.
• Scene 6:Prestasi yang diraih kampung Tas Tanggulangin
Shot: ES Lokasi: Tanggulangin
Beragam kerajinan tas kulit Tanggulangin.
• Scene 7 :menceritakan mengenai sejarah kampung tas
Shot: CU Lokasi: Tanggulangin
Wawancara dengan salah satu pencetus Kampung Tas.
• Scene 8 :Proses pembuatan tas
Shot: CU Lokasi: Tanggulangin
Wawancara dengan pengrajin tas mengenai proses pembuatan tas.
• Scene 9 : Harapan mengenai kampung tas Tanggulangin
Shot: MS,ES Pesan dari Kepala Bidang Pariwisata untuk tetap mendukung dan
melestarikan Kampung Tas Tanggulangin.
Storyboard merupakan rangkaian atau runtutan cerita dalam bentuk gambar, sehingga memudahkan dalam pengambilan angle untuk pembuatan
video.Storyboard merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang digunakan untuk menerjemahkan adegan - adegan yang ada di dalam skenario. Sebuah
storyboardmemungkinkan seorang pembuat film untuk memvisualisasikan ide-idenya dan juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide dari
keseluruhan film. Storyboard pada dasarnya sama dengan storyline tapi dalam bentuk gambar [15].
19
Tabel 1 merupakan storyboard yang telah dirancang sesuai dengan treatment untuk mempermudah pengambilan video di kampung tas
Tanggulangin.
Tabel 1 Storyboard Video Dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin
Scene Storyboard
Shot Angle
Moving Camera
Duration Keterangan
1 ES
Eye Level 00.00.45s
Menampilkan kota Sidoarjo
2 MCU
Eye Level 00.00.15s
Menampilkan patung udang dan ikan sebagai simbol
penghasilan utama kota Sidoarjo
3 CU
Low Angle 00.00.30s
Menampilkan plang jalan menuju kampung tas
Tanggulangin
4
CU Establish
Shot 00.02.00s
Menampilkan kerajinan kulit Tanggulangin
5 MCU
Eye Level 00.02.30s
Wawancara dengan Dinas Pariwisata
6 CU
High Angle 00.00.15s
Menampilkan penghargaan pemerintah pada salah satu
showroom
7 MCU
Eye Level 00.00.40s
Wawancara dengan pengelola koperasi di
Tanggulangin
20
8 MCU
Eye Level 00.00.15s
Wawancara dengan salah satu pengrajin kulit di
kampung tas Tanggulangin
9 MCU
Eye Level 00.00.20
Wawancara dengan kepala bidang Pariwisata mengenai
pesan yang ingin disampaikan.
Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari proses pra produksi. Pada proses produksi,dilakukan wawancarasebagai pengumpulan data
primer dan recording untuk narasi video. Hasilwawancara yang dilakukan kepada narasumber adalah dalam bentuk video dan berdasarkan shooting list
yang telah dirancang dalam proses pra produksi. Proses produksi dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3Hasil shooting
RecordingDubbingdilakukan sesuai dengan narasi yang telah dirancang pada proses sebelumnya. Narasi berfungsi sebagai pengantar dan
menjelaskan alur cerita dalam video dokumenter tetapi tidak mendominasi seluruh tayangan, dan memiliki gaya cerita yang kuat [15].
Pasca produksi adalah proses akhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan sebuah film. Pasca produksi meliputi dua proses, yaitu proses
video editing dan sound editing.Video Editing merupakan penggabungan video yang sudah ada akan digabungkan menjadi sebuah satu
kesatuan.Sound editing adalahprosesediting suara dimana suara lain yang tidak diperlukan diredam, selain itu diberikan efek backsound agar video
menjadi lebih hidup.
4.Hasil dan Pembahasan
Berdasarkandengan perancangan film Dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin, didapatlah hasil berupa film dokumenter yang dapat
menceritakan mengenai potret wisata Kampung Tas Tanggulanginyang dapat dilihat padascene berikut ini.
Gambar 4 Scene 1
21
Gambar 4 merupakan sceneopening dari film dokumenter kampung tas Tanggulangin. Sceneini menampilkan tugu Sidoarjo yang
berbentuk udang dan ikan yang melambangkan komoditi utama kota Sidoarjo, jalanan kota, alun-alun, tugu dan gedung pemerintahan sebagai
pengenalan kota Sidoarjo.Pengambilan gambarmenggunakan
full shot,establish shot dan tilt down untuk menampilkan beberapa objek secara
utuh seperti tugu Sidoarjo dan menampilkan secara keseluruhan suasana kota Sidoarjo, agar penontondapat melihat gambaran kota Sidoarjo.
Gambar 5Scene 2
Gambar 5 menunjukkan gambar ikan dan udang yang menjadi komoditi utama perikanan di Sidoarjo yang menjadi ikon kota
Sidoarjo.Scene ini menunjukkan bahwa hasil laut berupa ikan khususnya ikan bandeng dan udang merupakan produksi utama yang menjadi simbol
kota Sidoarjo seperti pada scene 1.Pengambilangambar menggunakan jenis shot close up, long shot dan pan right yang bertujuan agar penonton dapat
melihat detil ikan dan udang yang menjadi produk utama kota Sidoarjo.
Gambar 6Scene 3
Gambar 6 menunjukkan plang penunjuk jalan menuju Kampung Tas Tanggulangin. Scene ini menjelaskan bahwa Kampung Tas
Tanggulangin merupakan salah satu kecamatan yang ada di Sidoarjo dan menjadi salah satu wisata khas Sidoarjo yang jaraknya tidak begitu jauh dari
kota Sidoarjo dan dapat diakses dengan mudah menggunakan kendaraan apapun. Pengambilan gambar menggunakanfull shotuntuk memperlihatkan
secara lengkap keterangan yang tertera pada papan penunjuk jalanmenuju kampung tas Tanggulangin.
Gambar 7Scene 4
Gambar 7 menunjukkan wisata kerajinan Tas Tanggulangin, di setiap toko yang ada di tepi jalan menjual berbagai kerajinan kulit
khususnya tas.Scene ini memperlihatkan berbagai macam kerajinan kulit yang dijual di toko-toko yang ada di tepi jalan, sesuai dengan namanya
Kampung Tas Tanggulangin, kerajinan tas kulit mendominasi rak dan
22
keranjang di setiap toko yang ada.Pengambilan gambar menggunakan jenis fullshot, establish shotdan pan right untuk menunjukkan suasana di
Kampung Tas Tanggulangin yang dipenuhi toko kerajinan kulit di kiri maupun kanan jalan, yang menjual dagangan tas kulitnya.
Gambar 8Scene 5
Gambar 8 merupakan wawancara dengan kepala Bidang Pariwisata yang menjelaskan mengenai keunggulan wisata Tas
Tanggulangin yaitu sebagian besar warga merupakan pengrajin tas mandiri yang memproduksi kerajinan tas dan dijual di tokonya sendiri yang
keadaannya kini belum pulih diakibatkan tragedi lumpur Lapindo beberapa tahun lalu, selain itu pada scene ini ditampilkan penghargaan yang diterima
salah satu showroom yang diresmikan sendiri oleh Gubernur. Pengambilan gambar menggunakan shot medium close up agar penonton dapat fokus pada
wawancara dengan kepala bidang Pariwisata kota Sidoarjo, serta pan left digunakan agar penonton dapat dengan jelas melihat salah satu prestasi yang
diraih Kampung Tas Tanggulangin berupa penghargaan oleh gubernur Sidoarjo.
Gambar 9Scene 6
Gambar 9menunjukkan salah satu rumah pengrajin kulit yang sedang mengerjakan pesanan tas kulit dibawah naungan koperasi yang
dibentuk oleh warga Tanggulangin sendiri yaitu koperasi INTAKO. Pada scene ini diperlihatkan secara singkat proses pembuatan tas kulit sejak
berupa lembaran sampai dengan pemasangan bagian-bagiannya sebelum menjadi tas seutuhnya.Pengambilan gambar
menggunakan eye
angle,medium close updan extreme close up untuk menampilkan bahan- bahan apa saja yang diperlukan dalam proses pengerjaan tas dari dan detail
pembuatannya agar penonton dapat melihat proses pembuatan tas kulit dengan baik.
Gambar 10Scene 7
Gambar 17 merupakan wawancara dengan salah satu pengelola koperasi INTAKO mengenai sejarah terbentuknya koperasi tas INTAKO
dan andilnya dalam Kampung Tas Tanggulangin hingga sekarang, beserta penurunan yang dialami kampung tas Taggulangin yang disebabkan
terjadinya lumpur Lapindo beberapa tahun silam.
Pengambilan
23
gambarmenggunakan medium close up penonton dapat berfokus pada penjelasan yang diberikan ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi
INTAKO.
Gambar 11Scene 8
Gambar 11 menunjukkan wawancara dengan salah satu pengrajin kulit Tanggulangin mengenai proses pembuatan tas kulit sebelum dijual di
toko. Pada scene ini diperlihatkan detil pembuatan tas kulitdari tangan pengrajinnya sendiri, beserta detil aksesori yang digunakan dalam
pembuatan tas. Pengambilan gambar menggunakan shot medium close up agar penonton dapat fokus dengan wawancara kepada bapak Mudji sebagai
salah satu pengrajin tas kulit dan extreme close up untuk detil proses pembuatan tas yang sedang dikerjakan.
Gambar 12Scene 9
Gambar 12 merupakan wawancara dengan Kepala Bidang Pariwisata mengenai kesalahan informasi yang beredar di masyarakat bahwa
keunikan kampung tas Tanggulangin yang merupakan kampung tas mandiri yang menghasilkan kerajinan tasnya dan dijual di tokonya sendiri ikut
terendam lumpur Lapindo, selain itu dalam scene ini juga disampaikan harapan bagi Kampung Tas Tanggulangin dan masyarakat untuk
mendukung dan melestarikan wisata Kampung Tas Tanggulangin agar lebih dikenal masyarakat lokal, luar, sampai mancanegara dan scene akhir film
dokumenter menampilkan salah satu toko tas kulit terbesar di Kampung Tas Tanggulangin untuk menutup film dokumenter ini. Pengambilan gambar
menggunakan jenis shot medium close up agar penonton dapat berfokus pada ibu Suprihatin yang menyampaikan harapannya bagi Kampung Tas
Tanggulangin, frog angle dan pan right digunakan untuk menampilkan scene penutup film dokumenter sebelum blackout.
Perancangan Media
Perancangan media berupa film dokumenterPotret akan dipakai sebagai database sekaligus media promosi wisata Kampung Tas
Tanggulanginbagi Dinas
Pariwisatadalam eventpameran seni dan
perdaganganyang akan diselenggarakan kedepannya dan Dinas Perdagangan sebagai media promosi produk kerajinan kulit Kampung Tas Tanggulangin.
Juga tidak menutup kemungkinan untuk diputar pada stasiun televisi lokal Surabaya yang tergabung dalam MNC Surabaya untuk mengisi program
budaya seperti pada Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15 berikut.
24
Gambar 13Web Dinas Pariwisata Gambar 14 MNC TV
Gambar 15Cover CD
Pengujian Film Dokumenter
Pengujian video dokumenter ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengujikan konten dari film dokumenter mengenai awal
terbentuknya Kampung Tas, tujuan dibentuknya INTAKO, kondisi Kampung Tas, akses menuju Kampung Tas, keunikan Kampung Tas,
produk yang dibuat, peminat dari kerajinan Kampung Tas juga dampak dari lumpur Lapindo terhadap Kampung Tasdan pesan yang disampaikan.Dari
pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa konten, informasi, dan pesan yang disampaikan telah tersampaikan dengan baik sehingga
masyarakat dapat melihat potret dari realita kehidupan di Kampung Tas bahwa Kampung Tas masih aktif hingga saat ini dan masih berjuang untuk
memulihkan keadaannya seperti semula. Selain itu,agar masyarakat dapat mencintai produk lokal, sehinggaWisata Kampung Tas dapat dilestarikan,
lebih berkembang dan lebih dikenal lagi oleh masyarakat lokal bahkan sampai mancanegara seperti pesan yang disampaikan kembalioleh Ibu
Suprihatin selakukepala Bidang Pariwisata dari Dinas Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata pemerintah kabupaten Sidoarjo. Selain itu film
ini dapatdijadikan salah satu media klarifikasi,informasi dan promosi yang menampilkan potret dari kampung Tas Tanggulangin untuk diputar dalam
pameran maupun pekan seni budaya yang diselenggarakan rutin oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo.
Pengujian juga dilakukan dengan Ibu Tia Prihatika sebagai pengelola koperasi INTAKO yang menjadi salah satu penggerak Kampung Tas
Tanggulangin. Dari hasil pengujianmengenai konten film mulai dari sejarah terbentuknya Kampung Tas, kondisi Kampung Tas sebelum dan setelah
terjadinya lumpur Lapindo, keunikan Kampung Tas yang masih aktif hingga saat ini, dan pesan bagi masyarakat, didapatkan bahwa film ini dapat
menjadi potret warga Kampung Tas Tanggulangin yang menceritakan kondisi dan keunikan dari Kampung Tas Tanggulangin yang sebagian besar
warganya merupakan pengrajin tas mandiri yang produk kulitnya tidak kalah dengan produk impor lainnya, selain itu film ini dapat menjadi media
informasisekaligus media promosi Kampung Tas Tanggulangin bagi warga lokal untuk dapat diputar di Kampung Tas Tanggulangin.
Selain dengan Dinas Pariwisata dan pengelola INTAKO, wawancara juga dilakukan dengan Bapak George Nicholas Huwae, S.Pd, M.Ikom
selaku sinematografer. Bapak George Nicholas Huwae mengatakan bahwa teknik pembuatan dari video dokumenter Potret Kampung Tas Tanggulangin
sudah baik, dilihat dari pengambilan gambar yang sesuai dengan kebutuhan film dokumenter, video editing dilihat baik dari transisi yang diaplikasikan
25
antar video yang ada, pencahayaan video cukup terang untuk memperlihatkan objek dengan jelas juga coloring video yang baik sesuai
dengan kebutuhan dan untuk suara narasi, intonasi sudah baik dan suara narator terdengar dengan jelas, didukung dengan backsound dari video yang
sesuai.
5. Simpulan