THE EFFECT OF BRAND TRUST AND PRICE ON PURCHASE DECISION OF BLACKBERRY MOBILE PHONE (A CASE STUDY OF FISIP STUDENTS AT LAMPUNG UNIVERSITY)

(1)

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF BRAND TRUST AND PRICE ON PURCHASE DECISION OF BLACKBERRY MOBILE PHONE

(A CASE STUDY OF FISIP STUDENTS AT LAMPUNG UNIVERSITY)

By

GDE MD BUDI ARSANA

The purpose of this research was to know the effect of brand trust and price on purchase decision of Blackberry mobile phone on FISIP students at Lampung University. Type of the research used was explanatory. Population of research was students who bought Blackberry mobile phone. The sampling technique in this research used a purposive sample with t sample were 80 respondents. Data collecting technique in research used a questionnaire that was analyzed by multiple linear analysis. The result of the research showed that variable of brand trust and price significantly influenced purchase decision simultaneously and partially. To be able to retain product, blackberry mobile phone manufacturer should improve existing features to be more qualified. In addition, the manufacturer should give a discount that was different from competitor product. Thus, consumers would be more sure and believe to buy and did not turn to another mobile phone product.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumen ... 10

A.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 10

A.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 12

B. Merek ... 15

B.1. Pengertian Merek ... 15

B.1.1. Kepercayaan Merek ... 16

C. Harga ... 19

C.1. Pengertian Harga ... 19

C.1.1. Tujuan Penetapan Harga ... 22

C.1.2 Strategi penyesuaian Harga ... 23

D. Keputusan Pembelian ... 24

E. Penelitian Terdahulu ... 31

F. Kerangka Pemikiran ... 35

G. Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Definisi Konseptual ... 32

C. Definisi Operasional ... 33

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

E. Skala Pengukuran ... 36

F. Pengujian Instrumen ... 37

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 37


(6)

3. Uji Asumsi Klasifikasi ... 42

G. Analisis Regresi Linaer Berganda ... 44

H. Pengujian Hipotesis ... 45

a. Uji F ... 45

b. Uji t ... 46

c. Uji R2 ... 47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 47

B. Hasil Penelitian ... 53

1. Karateristik Responden ... 53

a. Jenis Kelamin ... 53

b. Umur ... 54

c. Uang Saku ... 55

d. Tipe Blackberry ... 56

2. Gambaran Deskripsi Jawaban Responden ... 58

a. Variabel Kepercayaan Merek ... 58

b. Variabel Harga ... 59

c. Variabel Keputusan Pembelian ... 61

3. Analisis Uji Asumsi Klasik ... 63

a. Uji Normalitas ... 63

b. Uji Multikolineritas ... 64

c. Uji Heteroskedastisitas ... 65

4. Analisi Regresi Linear Berganda ... 66

5. Uji Hipotesis ... 68

a. Uji t ... 68

b. Uji F ... 69

c. Uji R2 ... 70

C. Pembahasan ... 71

1. Pengaruh Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan Pembelian ... 71

2. Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian ... 73

3. Pengaruh Kepercayaan Merek dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian ... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan Pasar Telepon Seluler di Tahun 2010-2012 ... 2

2. Definisi Operasional Variabel ... 34

3. Hasil Uji Validitas ... 40

4. Hasil Uji Reabilitas ... 42

5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

6. Klasifikasi Responden Beradasarkan Usia ... 54

7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Uang Saku ... 55

8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tipe Blackberry ... 56

9. Kompilasi Item Variabel Kepercayaan Merek ... 58

10.Kompilasi Item Variabel Harga ... 59

11.Kompilasi Item Variabel Keputusan Pembelian ... 61

12.Nilai VIF ... 65

13.Rekapitulasi Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

14.Hasil Uji t ... 68

15.Hasil Uji F ... 69


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap Proses Pembelian ... 26

2. Bagan kerangka pemikiran ... 37

3. Lambang Perusahaan Blackberry ... 47

4. Pager Dua Arah ... 48

5. Telepon Seluler Blackberry GSM (2G) ... 49

6. Telepon Seluler Blackberry Tipe 7510 dan 7520 ... 50

7. Telepon Seluler Blackberry Tipe 7100v ... 50

8. Telepon Seluler Blackberry Tipe 7130e ... 51

9. Telepon Seluler Blackberry Tipe 8100 ... 51

10.Telepon Seluler Blackberry Tipe 8700 ... 52

11.Telepon Seluler Blackberry Tipe 8820 ... 52

12.Telepon Seluler Blackberry Tipe 8310 ... 52

13.Telepon Seluler Blackberry Tipe 9000 ... 53

14.Telepon Seluler Blackberry Tipe Curve (Gemini) ... 57

15.Telepon Seluler Blackberry Tipe Strom ... 57

16.Telepon Seluler Blackberry Tipe 9800 (Torch) ... 57

17.Hasil Uji Normalitas ... 64


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi seperti sekarang ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang berkembang di Indonesia. Keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan menuntut perusahaan telepon seluler agar dapat menetapkan dan menerapkan strategi yang tepat. Dalam persaingan yang ketat ini sangatlah berbahaya bagi suatu perusahaan apabila hanya mengandalkan produk yang dihasilkan tanpa ada usaha tertentu untuk pengembangannya.

Saat ini kebutuhan akan media komunikasi yang memiliki kualitas tinggi serta mampu memenuhi setiap bentuk kegiatan berkomunikasi, semakin dirasakan penting. Hal ini dikarenakan informasi yang datang begitu cepat tanpa bisa dicegah pada masa persaingan yang semakin keras dan ketat. Kehadiran alat telekomunikasi modern Blackberry telah menciptakan sebuah situasi yang memberikan kemudahan bagi siapapun pemakainya. Adanya telepon seluler (ponsel) mampu menghemat waktu berkomunikasi dan memperpendek jarak yang ditempuh dalam berkomunikasi sekaligus menembus batas komunikasi negara dan benua. Sistem telepon seluler yang merupakan sistem komunikasi


(10)

2

tanpa kabel, semakin berkembang pesat di seluruh dunia. Kini, konsumen telepon seluler boleh dikatakan sudah menjamur hampir merata pada semua strata masyarakat tanpa mengenal segmen dengan harga yang relatif terjangkau.

BlackBerry sebagai merek produk dari sebuah produsen ponsel (sama halnya seperti Nokia, Sony Ericsson dan Motorola) yang dihasilkan oleh Research In Motion (RIM) adalah perangkat genggam nirkabel yang memiliki kemampuan yang banyak.

Tabel 1. Pertumbuhan Pasar Telepon Seluler tahun 2010 - 2012 di Bandar Lampung

Merek Tahun

2010

Tahun 2011

Tahun 2012

K-TOUCH - - 9,8%

HT-MOBILE - 8,5% 8,6%

NEXIAN - 12,3% 11,5%

NOKIA 33,3% 20,6% 19,4%

SAMSUNG 19,6% 12% 8,6%

SONY ERICSON 30,3% 15,4% 14,2%

BLACKBERRY 5,9% 12% 20,4%

MOTOROLA 10,7% 7,2% 6,9%

D-ONE - 11,6% 10,1%

Sumber : http://www.asosiasi telepon seluler.com diakses tanggal 12-09-2012

Berdasarkan Tabel 1, penjualan telepon seluler merek Blackberry pada tahun 2010 menempati urutan paling rendah diantara penjualan telepon seluler merek lainnya dengan presentase 5,9% dari total penjualan pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 telepon seluler merek Nokia mempunyai presentase lebih tinggi dibandingkan dengan merek lainnya. Tahun 2011 telepon seluler merek Blackberry mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, dengan presentase


(11)

12%. Sedangkan pada tahun 2012 telepon seluler merek Blackberry mengalami kenaikan drastis dengan presntase 20,4%, hal ini dikarenakan masyarakat sudah bisa melihat produk telepon seluler mana yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhannya dalam menjalani aktivitasnya.

Dewasa ini produk telepon seluler dengan merek (brand) baru mulai gencar bermunculan dan bersaing ketat di pasar. Para pemasar sedemikian rupa mengelola merek mereka hanya untuk memperoleh perhatian konsumen sehingga merek produknya dapat tertanam dibenak konsumen. Merek yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek oleh konsumen, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek yang tinggi. Namun, hanya sedikit produk yang mempunyai merek yang kuat. Membangun dan mengelola merek adalah tugas pemasar yang paling penting dan keahlian pemasar profesional yang paling istimewa adalah kemampuan mereka untuk membangun dan mengelola merek (Kotler dan Amstrong, 2008).

Blackberry adalah salah satu merek produk telepon seluler yang memiliki inovasi tersendiri dan produk telepon seluler tersebut adalah produk pesaing, bisa dikatakan produk baru atau produk telepon seluler pendatang yang mempunyai keistimewaan sehingga produk telepon seluler tersebut ditiru, dipalsukan oleh pesaing yang hanya ingin mengeruk keuntungan semata tanpa mewujudkan keinginan konsumen.


(12)

4

Konsumen memiliki pertimbangan bahwa telepon seluler Blackberry merupakan merek telepon seluler terbaru yang memiliki beberapa keunggulan dibanding telepon seluler lainnya yang telah beredar sebelumnya. Blackberry ini merupakan salah satu nama merek telepon seluler yang terbilang maju di usianya yang masih muda. Telepon seluler Blackberry yang mulai beroperasi pada tahun 2006 ini berkembang cukup pesat dengan menghadapi para pesaingnya yang terdiri dari banyak jenis telepon seluler baik yang telah ada maupun yang baru muncul. Kehadiran telepon seluler Blackberry memberikan angin segar bagi masyarakat dalam pemilihan alternatif agar konsumen tertarik terhadap produk telepon seluler, pilihan pengambilan keputusan yang menjadi tujuan keinginan mereka.

Selain dapat digunakan untuk telepon dan pesan singkat seperti halnya telepon biasa, fasilitas dan kemudahan di telepon seluler Blackberry yang kemudian menarik para mahasiswa untuk menggunakan telepon seluler yang tergolong smartphone ini. Salah satu fitur yang menjadi kelebihan telepon seluler Blackberry dari telepon seluler lainnya adalah penggunaan Blackberry Messanger (BBM). BBM merupakan salah satu fasilitas yang membuat telepon seluler Blackberry memiliki daya tarik yang cukup tingggi. BBM ini merupakan fasilitas chatting atau fasilitas percakapan singkat yang disediakan telepon seluler Blackberry. Dengan fasilitas BBM ini maka pengguna dapat mengirim pesan singkat, mengirim gambar, pengguna dapat melakukan percakapan secara berkelompok atau conference, mengirimkan pesan suara maupun mengirimkan


(13)

lokasi dimana kita berada. Fasilitas lain dari telepon seluler Blackberry, misalnya ; fasilitas push e-mail (mengirimkan pesan elektronik dengan jaringan internet), browsing (penjelajahan dunia maya dengan jaringan internet), hiburan seperti: pemutaran musik maupun video, kamera dan juga kemampuan penyimpanan data yang hampir mirip seperti yang terdapat pada komputer.

Penggunaan Blackberry Messanger yang semakin berkembang di kalangan mahasiswa ini menimbulkan berbagai macam perubahan sikap dan perilaku di kalangan mahasiswa itu sendiri. Beberapa kalangan berpendapat bahwa Blackberry Messanger ini “menjadikan teman yang jauh menjadi dekat dan teman yang dekat menjadi jauh”. Mahasiswa pada saat ini semakin kritis dalam pemilihan harga produk untuk disesuaikan dengan kebutuhannya. Secara keseluruhan, telepon seluler BlackBerry memiliki banyak keunggulan yang membuatnya diminati oleh para konsumen. Terutama konsumen dari dunia bisnis dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan telepon seluler BlackBerry sangat mendukung untuk berkomunikasi baik dalam bentuk push email, email, chat, sosial network, BlackBerry Messenger dan lain lain. Selain itu, semua layanan tersebut dapat dinikmati oleh konsumen dalam satu paket yang dihargai dengan harga yang terjangkau. Dengan paket tersebut konsumen dapat menikmati berbagai macam layanan data tanpa ada batasan tergantung pada paket yang dipilih di setiap operator telepon seluler yang digunakan. Tidak semua pemakai telepon seluler BlackBerry sebatas pengusaha dan eksekutif muda saja, mahasiswa pun telah banyak menggunakannya. Sebab harga telepon seluler


(14)

6

BlackBerry kini relatif terjangkau untuk ukuran mahasiswa karena tidak jauh berbeda dengan harga laptop. Selain itu mahasiswa saat ini merupakan kaum muda yang memiliki intelektual tinggi yang haus akan teknologi informasi.

Produsen tidak hanya memasarkan produk yang memiliki kualitas tinggi, harga yang bersaing dan terjangkau oleh konsumen. Tetapi perusahaan dituntut untuk mengkomunikasikan produk dengan baik kepada para konsumen. Betapapun berkualitasnya produk yang ditawarkan perusahaan bila konsumen belum pernah mendengar dan tidak yakin bahwa produk itu berguna serta sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka maka konsumen tidak akan pernah membelinya apalagi menggunakannya. Untuk mengkomunikasikan produknya agar dapat diketahui konsumen maka perusahaan harus melakukan promosi.

Pada dasarnya, Kotler (2003) menyatakan bahwa promosi meliputi aktivitas informasi, himbauan (bujukan) dan komunikasi. Ketiga bidang ini saling berhubungan, sebab memberi informasi adalah himbauan dan informasi akan menjadi efektif dengan dikomunikasikan dengan penerimanya. Selain berperan menjadi alat bantu untuk mendeferensiasi produk, promosi berperan untuk menghimbau pembeli dan untuk meneruskan informasi dengan tujuan terciptanya kepercayaan merek yang akan berdampak pada proses keputusan membeli.

Kalangan muda khususnya mahasiswa, dalam hal ini adalah mahasiswa FISIP Universitas Lampung, sering kali dikategorikan sebagai kelompok konsumen


(15)

yang cenderung terbuka terhadap produk baru yang memiliki inovasi-inovasi yang tidak ditemukan pada produk-produk sebelumnya. Kelompok ini selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan informasi yang penting untuk mendukung kegiatan perkuliahan dan telepon seluler BlackBerry merupakan pilihan yang dirasakan tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut walaupun tidak sedikit dari penggunanya hanya untuk mengikuti tren gaya hidup terkini. Ditengah banyaknya piliihan merek telepon seluler yang ada di pasar, telepon seluler BlackBerry memiliki tempat tersendiri dikalangan mahasiswa khususnya di FISIP Universitas Lampung. Hal ini dibuktikan dari hasil prasurvei yang dilakukan penulis dimana dari 20 orang mahasiswa yang dipilih secara acak terdapat 12 orang yang pernah melakukan pembelian BlackBerry. Hal ini menunjukkan mahasiswa FISIP Universitas Lampung layak untuk diteliti.

Mahasiswa cenderung menggunakan telepon seluler Blackberry karena nilai prestise membuat mereka bangga dibandingkan dengan mahasiswa yang lainnya. Asumsi secara umum beranggapan bahwa setiap mahasiswa dalam memilih sebuah produk memerlukan beberapa pertimbangan atau alasan yang kuat. Terlebih saat ini persaingan untuk tiap-tiap merek telepon seluler sangat ketat sehingga dapat mempengaruhi pikiran konsumen atau mahasisawa. Alasan- alasan tersebut yang nantinya akan digunakan saya untuk mengetahui permasalahan dalam penelitian ini.


(16)

8

Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepercayaan Merek dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Telepon Seluler Blackberry “ (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan mengenai telepon seluler merek Blackberry adalah :

1. Bagaimana pengaruh kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung?

2. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa mahasiswa FISIP Universitas Lampung?

3. Bagaimana pengaruh kepercayaan merek dan harga terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung?


(17)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung.

b. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung. c. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan merek dan harga terhadap

keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berguna bagi penelitian selanjutnya tentang kepercayaan merek dan harga terhadap pengambilan keputusan pembelian konsumen. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi beberapa

pihak yang berkepentingan dalam meneliti pengaruh kepercayaan merek dan harga terhadap pengambilan keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry.


(18)

II. LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumen

A.1. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Engel (1994) mendefinisikan perilaku konsumen adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk, dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Definisi perilaku konsumen menurut Sumawarman (2003). Menekankan dua elemen penting yakni proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis.

Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu proses pengambilan keputusan oleh individu atau


(19)

organisasi yang bertindak secara langsung dalam merencanakan, mencari, membeli dan mempergunakan barang atau jasa sebagai akibat dari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Perilaku konsumen memiliki lima komponen utama yang membentuk inti permasalahan studi: unit pembelian, proses pertukaran, strategi pemasar, pengaruh individu dan lingkungan. Unit pembelian (buying units) adalah para konsumen untuk produk, jasa, pengalaman, ide, yang ditawarkan oleh pemasar. Mereka berhubungan dengan para pemasar melalui hubungan pertukaran. Unit pembelian ini terdiri dari individu, keluarga, atau kelompok yang memutuskan untuk membeli. Selanjutnya unit pembelian dapat berupa konsumen (seperti individu, dan rumah tangga) atau organisasi pencari laba/nirlaba yang melakukan pembelian. Kesimpulannya, prinsip perilaku konsumen diterapkan baik pada pemasaran bisnis dengan bisnis (business- to- business) maupun pemasaran bisnis dengan konsumen (business-to-consumer).

Strategi pemasaran (marketing strategy) diimplementasikan dengan penciptaan tujuan segmentasi dan pemosisian produk yang organisasi atau individu harapkan akan dipertukarkan dengan konsumen. Segmentasi mengacu pada pembagian pasar bisnis menjadi bagian konsumen yang homogen dengan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama. Positioning mengacu pada bagaimana mempengaruhi pandangan konsumen tentang karakteristik merek relatif terhadap penawaran yang kompetitif. Agar terjadi pertukaran dan mencapai tujuan segmentasi serta positioning, para pemasar mengembangkan bauran pemasaran


(20)

12

(marketing mix) bukan hanya terdiri dari produk saja, tetapi juga bagaimana produk tersebut diterapkan harganya, dipromosikan dan didistribusikan.

Untuk mengembangkan strategi pemasaran, para manajer melakukan studi analisis lingkungan guna mengantisipasi kemungkinan adanya dampak dari pengaruh lingkungan, dan kemudian menggunakan riset pasar untuk mendapatkan informasi tentang masing-masing konsumen berdasarkan analisis dari riset ini, mereka menciptakan strategi positioning dan segmentasi serta mengimplementasikannya melalui bauran pemasaran.

A.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli antara lain budaya, sosial, pribadi, psikologis, lingkungan, dan bauran pemasaran dijelaskan berikut ini:

a. Faktor Budaya

1. Budaya (culture). Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian sangat beraneka ragam di tiap negara. Kegagalan menyesuaikan pada perbedaan-perbedaan ini dapat mengakibatkan pemasaran yang tidak efektif atau kesalahan-kesalahan yang memalukan.

2. Subkebudayaan (subculture). Subkebudayaan adalah sekelompok orang dengan sistem nilai bersama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Subkebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

3. Kelas sosial. Kelas sosial merupakan bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.


(21)

b. Faktor Sosial

1. Kelompok (group). Kelompok merupakan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu maupun bersama. Beberapa di antaranya adalah kelompok primer yang memiliki interaksi reguler tetapi informal seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan rekan sekerja. Dan kelompok sekunder mencakup organisasi-organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi professional, dan serikat buruh.

2. Keluarga. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan pengaruh tersebut telah diteliti secara ekstensif.

3. Peran dan Status. Seseorang merupakan anggota berbagai kelompok baik itu keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat ditetapkan baik lewat perannya maupun statusnya dalam organisasi tersebut. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

c. Faktor Pribadi

Yang termasuk pada faktor pribadi adalah sebagai berikut:

1. Umur dan Tahap Siklus Hidup. Seseorang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidup mereka berhubungan dengan usia

2. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

3. Situasi Ekonomi. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produknya. Pemasar barang yang peka terhadap pendapatan (income-sensitive goods) mengamati tren pendapatan, tabungan pribadi dan tingkat bunga. 4. Gaya Hidup (lifestyle). Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan

seseorang seperti yang diperlihatkannya dalam kegiatan, minat, dan pendapat-pendapatnya.

5. Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian (personality) adalah karakteristik psikologis yang unik, yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan menetap (lasting) terhadap lingkungan seseorang. Kepribadian biasanya diuraikan berdasarkan sifat-sifat seseorang seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Konsep berhubungan dengan kepribadian, konsep diri seseorang (juga disebut citra diri/self-image).


(22)

14

d. Faktor Psikologi

Pilihan-pilihan seseorang membeli dipengaruhi oleh faktor psikologi, seperti: 1. Motivasi. Motif (dorongan) merupakan suatu kebutuhan yang secara cukup

dirangsang untuk membuat seseorang mencari kepuasan atas kebutuhannya. 2. Persepsi (perception). Persepsi merupakan proses di mana seseorang memilih,

mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.

3. Pembelajaran (learning). Pembelajaran menggambarkan perubahan pada perilaku individu yang muncul dari pengalaman. Proses belajar berlangsung melalui drive (dorongan), stimuli (rangsangan), cues (petunjuk), responses (tanggapan), dan reinforcement (penguatan), yang saling mempengaruhi. 4. Keyakinan dan Sikap. Keyakinan merupakan pemikiran deskriptif seseorang

mengenai sesuatu. Dan sikap merupakan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

e. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri atas lingkungan ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a) Lingkungan Ekonomi.

Lingkngan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola membeli konsumen. Daya beli keseluruhan merupakan fungsi dari pendapatan saat itu, harga, tabungan dan kredit yang tersedia.

b) Lingkungan Teknologi (Technological Environment)

Lingkungan teknologi yaitu kekuatan-kekuatan yang menciptakan teknologi baru untuk membuat produk dan kesempatan pasar baru. Akan tetapi setiap teknologi baru menggantikan teknologi yang lebih tua.

c) Lingkungan Politik (Political Environment)

Keputusan pemasaran sangat kuat dipengaruhi oleh perkembangan politik. Lingkungan politik (political environment) terdiri dari hukum, agen, pemerintah, dan kelompok-kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi organisasi dan individu yang bermacam-macam pada sebuah masyarakat.

d) Lingkungan Budaya (Cultural Environment)

Lingkungan budaya (cultural environment) dibentuk oleh lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan lain yang mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat. Ciri budaya yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pemasaran adalah perlindungan nilai-nilai budaya dan pergeseran nilai-nilai budaya tingkat kedua.


(23)

f. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Menurut Kotler (2000) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah kiat pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Kiat yang ada pada bauran pemasaran terdiri dari empat faktor yang disebut 4P; produk, harga, tempat/distribusi, dan promosi. Hubungan dari bauran pemasaran terhadap keputusan membeli sangat erat karena konsumen melihat dari bauran pemasaran yang ditawarkan oleh perusahaan.

B. Merek

B.1. Pengertian Merek

Menurut Rangkuti (2004) “Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasi yang mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dhasilkan oleh suatu perusahaan, yang tujuannya untuk membedakan dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing”.

Beberapa rumusan penting tentang merek menurut Kotler (1999) adalah : 1. Brand name (nama merek) merupakan bagian dari yang dapat diucapkan.

Misalnya: Yamaha, Sosro dan lain-lain.

2. Brand mark ( tanda merek/logo) merupakan bagian dari merek yang dapat warna yang berbeda dari lain-lainnya. Contohnya: lambang kelinci untuk playboy.

3. Trade mark (tanda merek dagang) merupakan bagian dari merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewa untuk menggunakan nama merek atau tanda merek.

4. Copyright (hak cipta) merupakan hal istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya ilmiah, atau karya seni.

Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Disamping itu, merek melindungi baik konsumen maupun


(24)

16

produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar simbol.

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang didalamnya menyangkut kepercayaan, konsistensi dan harapan. Dengan demikian, merek sangat penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen, merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi produsen, merek dapat membantu upaya-upaya untuk membangun loyalitas dan hubungan berkelanjutan dengan konsumen.

Manfaat merek bagi perusahaan menurut Kotler (1999) adalah :

1. Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-pesanan yang memperkecil timbulnya permasalahan

2. Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap produknya

3. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik. Dengan membawa nama perusahaan, merek-merek ini sekaligus mengiklankan kualitas besarnya perusahaan.

Manfaat merek bagi konsumen menurut Kotler (1999) adalah 1. Memudahkan untuk mengenali mutu.

2. Dapat berjalan dengan mudah dan efisien terutama ketika membeli kembali. 3. Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat mengaitkan status dan


(25)

B.1.1. Kepercayaan Merek

Kotler (2003), berpendapat bahwa kepercayaan merek adalah kemauan konsumen mempercayai merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa merek tersebut dapat memberikan hasil yang positif baginya.

Achroll (1997) dalam Ferrinadewi (2005) menyatakan bahwa dalam dunia bisnis, kepercayaan antara perusahaan (buyer-seller) membantu dalam menentukan indikator-indikator yang berkaitan dengan kinerja seperti jangkauan pertukaran informasi, penyelesaian masalah bersama, kepuasan atas hasil-hasil aktivitas yang telah dilakukan dan semakin besarnya motivasi dalam implementasi hasil-hasil keputusan. Adanya kepercayaan akan menciptakan rasa aman dan mengurangi persepsi konsumen akan resiko dalam pertukaran.

Kepercayaan merek adalah sejumlah spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan konsistensi perilaku pihak yang dipercaya (Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi, 2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Costabile, 2008) kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja produk. Kepercayaan merek merupakan variabel psikologis yang mencerminkan


(26)

18

sejumlah akumulasi awal yang melibatkan kredibilitas, integritas dan benevolence yang dilekatkan pada merek tertentu.

Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana saeseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Atribut instrisik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama, merek, kemasan produk. Manfaat adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen (Mowen, 2002).

Delgado (2005) berpendapat, kepercayaan merek adalah kemampuan merek untuk dipercaya (keandalan / brand reliability) yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan dan intensi baik merek (niat / brand intention) yang didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen. Beberapa contoh stimuli yang dapat digunakan pemasar untuk membangun kepercayaan konsumen, diantaranya:

a. Pada kemasan tersedia cara pemakaian dan manfaat produk. Informasi semacam ini menggambarkan kepedulian perusahaan pada konsumen. b. Merek menyediakan jaminan dalam bentuk tertentu jika terjadi kinerja

dibawah yang dijanjikan. Jaminan semacam ini menggambarkan niat baik perusahaan pada konsumen sekaligus menunjukan pada konsumen bahwa


(27)

perusahaan memiliki kepentingan yang sama dengan konsumen yaitu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

c. Menyediakan informasi tentang efek samping yang mungkin akan dialami oleh konsumen. Stimuli semacam ini memberikan kesan bahwa merek tidak menutup-nutupi efek negatif.

d. Menyediakan saluran komunikasi khusus bagi konsumen yang ingin menyampaikan keluhan atau saran

e. Menyediakan sales counter atau advisor yang dapat menberikan penjelasan secaralangsung kepada konsumen, khusunsya untuk merek produk yang bersifat jasa (Ferrinadewi, 2008).

C. Harga

C.1 Pengertian Harga

Harga merupakan sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa (Saladin, 2003). Dalam kebijakan harga, perusahaan harus menentukan harga dari produknya, kemudian menentukan kebijakan yang menyangkut potongan harga, cara pembayaran, dan lain-lain yang berhubungan dengan harga.

Staton dan Lamarto (1996), memberikan definisi mengenai harga yaitu sebagai “Price is the amount of the money (plus some goods) that is needed to acquire

some combination of product and it’s accompanying service”.

Swastha (1990) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk layanan yang diberikan oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga


(28)

20

berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat berupa mengkatkan penjualan, mempertahankan market share, mempertahnkan stabilitas harga, mencapai laba maksimum dan sebagainya.

Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan mamiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai uang atau ditambah suatu produk atau jasa yang dapat menghasilkan pendapatan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari produk dan layanan. Berdasarkan harga yang ditetapkan konsumen akan mengambil keputusan apakah ia membeli barang tersebut atau tidak. Konsumen juga menetapkan berapa jumlah yang harus dibayarkan berdasarkan harga tersebut.

Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian, hal ini masih menjadi kenyataan di negara-negara dunia ketiga, dikalangan kelompok-kelompok sosial yang miskin, serta pada bahanbahan pokok sehari-hari. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, faktor-faktor lain selain harga telah beralih menjadi relatif lebih penting dalam proses pembelian.


(29)

Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas.

Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Tjiptono (2001) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi minat beli, yaitu:

1. Peranan alokasi dari harga

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya balinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau


(30)

22

manfaatnya secara obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

C.1.1 Tujuan Penetapan Harga

Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang disesuaikandengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhkan pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar tertentu, maka strategi penempatan pasar tertentu, maka strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih cepat ditentukan ( Kotler, 1996).

Sedangkan salah satu tujuan penetapan harga adalah tujuan yang berorientasi pada citra (Tjiptono, 2001). Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melauli strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. Hal ini paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk yang termasuk kategori spesial goods maupun produk yang membutuhkan keterlibatan tinggi dalam proses pembelian.


(31)

Adapun tujuan adanya penetapan harga menurut Kotler (2001), yaitu : 1) Bertahan Hidup (Survival)

Tujuan ini dipilih oleh perusahaan jika perusahaan mengalami kelebihan kapasitas, persaingan yang ketat, atau keinginan konsumen yang berubah-ubah. Karena itu perusahaan akan menetapkan harga jual yang rendah dengan harapan pasar akan peka terhadap harga.

2) Maximum Current Profit (Laba Sekarang Maksimum)

Perusahaan memilih tujuan ini akan memperkirakan permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat pengembalian investasi yang maksimum.

3) Maximum Market Share (Pangsa Pasar Maksimum)

Perusahaan yang memilih tujuan ini yakin bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per-unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Perusahaan menetapkan harga terendah dengan asumsi bahwa pasar sangat peka terhadap perubahan harga, sehingga harga rendah tersebut dapat merangsang pertumbuhan pasar, itu disebut harga penetrasi-pasar (market-penetration pricing).

4) Maximum Market Skimming (Menyaring Pasar secara Maksimum)

Dalam tujuan ini perusahaan menetapkan harga tertinggi bagi setiap produk baru yang dikeluarkan, dimana kemudian secara berangsur-angsur perusahaan menurunkan harga untuk menarik segmen lain yang peka terhadap harga. Tujuan ini dapat diterapkan dengan adanya kondisi-kondisi atau asumsi-asumsi sebagai berikut:

a) Sejumlah pembeli yang memadai memiliki permintaan yang tinggi. b) Biaya per unit untuk memproduksi volume kecil tidak terlalu tinggi. c) Harga awal yang tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing kepasar. d) Harga yang tinggi menyatakan citra produk yang unggul.

5) Product-Quality Leadership (Kepemimpinan Mutu-Produk)

Tujuan ini dipilih oleh perusahaan jika perusahaan ingin menjadi pemimpin pasar dalam hal kualitas produk, dan harga yang ditetapkan menjadi relatif tinggi untuk menutupi biaya-biaya penelitian dan pengembangan serta biaya untuk menghasilkan mutu produk yang tinggi. C.1.2. Strategi Penyesuaian Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2001) Perusahaan biasanya menyesuaikan harga dasar mereka untuk memperhitungkan perbedaan pelanggan dan perubahan situasi. Dibawah ini merupakan strategi penyesuaian harga diantaranya adalah:


(32)

24

1. Penetapan Harga Diskon dan Pengurangan Harga. Mengurangi harga untuk memberikan penghargaan kepada pelanggan yang memberikan tanggapan seperti membayar lebih awal atau mempromosikan produk. Macam-macam diskon yang ditawarkan perusahaan:

a) Diskon kas adalah pengurangan harga pada pembeli yang membayar tagihan mereka tepat waktu.

b) Diskon kuantitas adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam volume besar.

c) Diskon fungsional adalah pengurangan harga yang ditawarkan penjual bagi anggota jalur distribusi yang melakukan fungsi-fungsi tertentu.

d) Diskon musiman adalah pengurangan harga bagi pembeli yang membeli barang atau jasa diluar musim.

2. Penetapan Harga Tersegmentasi.

Menyesuaikan harga untuk membuat perbedaan diantara pelanggan, produk maupun lokasi.

3. Penetapan Harga Psikologis.

Menyesuaikan harga untuk mempengaruhi secara psikologis. 4. Penetapan Harga Promosi.

Sewaktu-waktu mengurangi harga untuk meningkatkan penjualan dalam jangka pendek.

5. Penetapan Harga Geografis.

Menyesuaikan harga untuk memperhitungkan lokasi geografis pelanggan. 6. Penetapan Harga Internasional.

Menyesuaikan harga untuk pasar tradisional. D. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan proses pengenalan masalah mencakup bagaimana memilih produk yang ada, serta melakukan evaluasi terhadap produk yang akan dibeli (Kotler, 1999). Mengenal konsumen perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia dalam kehidupan sehari-hari. Presepsi-presepsi pengaruh orang lain dan motivasi-motivasi internal akan berinteraksi untuk menentukan keputusan terakhir yang dianggap paling sesuai.


(33)

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Swastha, 2003). Ada 2 aspek penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:

1) Proses pengambilan keputusan.

2) Kegiatan fisik yang kesemuanya ini melibatkan individu dalam menilai mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa ekonomis.

Mempelajari perilaku konsumen akan memeberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan dan elemen bauran pemasaran lainnya. Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah rangsangan tanggapan. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli.

Titik tolak memahami pembelian adalah model rangsangan dari empat unsur yaitu: produk, harga, tempat, dan promosi rangsangan lain terdiri dari: perekonomian, teknologi, polotik dan budaya, rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk kedalam kesadaran pembeli.


(34)

26

Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan pembeli menghasilakan keputusan pembelian tertentu yaitu pemilihan produk, memilih jenis, memilih pemasok. Penentuan saat pembelian dan jumlah pembelanjaan. Pada karakteristik pembeli mempunyai pengaruh pada besar terhadap tanggapan pembeli sedangkan pada proses pengambilan keputusan mempunyai pengaruh terhadap hasil keputusan pembelian.

Perilaku konsumen secara umum dipengaruhi oleh faktor-faktor utama kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis (Kotler, 2001). Perilaku konsumen akan menentukkan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan, dan perilaku pasca pembelian.

Gambar 1. Tahap Proses Pembelian Sumber : Kotler dan Amstrong (2008)

Kelima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pengenalan masalah

Pencarian masalah

Perilaku pasca pembelian Keputusan pembelian Evaluasi


(35)

1) Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Konsumen menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat digerakan oleh rangsangan dari dalam maupun luar dirinya. Para produsen perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakan kebutuhan dalam diri konsumen. Produsen perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu tadi. Pengenalan kebutuhan muncul saat konsumen menghadapi masalah yaitu adanya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan yang sebenarnya terjadi. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) kebutuhan ini harus diaktifkan terlebih dahulu, sebelum kebutuhan itu bisa dikenali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan tersebut adalah:

a) Waktu

Waktu akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang diinginka konsumen. Berlalunya waktu akan mengaktifkan kebutuhan fsikologis seseorang.

b) Perubahan situasi

Perubahan situasi atau keadaan yang dialami seseorang akan mengaktifkan kebutuhan.

c) Pemilihan produk

Memiliki suatu produk sering kali akan mengaktifkan kebutuhan yang lain.

d) Konsumsi produk

Habisnya produk yang dikonsumsi akan mengaktifkan kebutuhan untuk memenuhi produk tersebut.


(36)

28

e) Perbedaan individu

Lahirnya kebutuhan seseoorang akan suatu produk yang sama dilandasi oleh motivasi yang berbeda-beda.

f) Pengaruh pemasaran

Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi konsumen menyadari kebutuhannya.

2) Pencarian Masalah

Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.

Adapun tingkat pencarian informasi konsumen menurut Hidayat (1998) dikategorikan kedalam empat kelompok yaitu meliputi :

a) Sumber pribadi 1. Keluarga 2. Teman 3. Tetangga 4. Kenalan b) Sumber komersil

1. Iklan 2. Wiraniaga 3. Penyalur c) Sumber publik

1. Media massa

2. Lembaga-lembaga konsumen d) Sumber pengalaman

1. Pemakain produk

2. Pernah menangani produk 3. Pernah membuat produk


(37)

3) Evaluasi Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan.

Sejumlah konsep tertentu akan membantu proses ini, yaitu :

a) Konsumen akan mempertimbangkan berbagai sifat produk dan keunggulannya.

b) Produsen jangan ciri yang menonjol dari suatu produk sebagai suatu yang paling penting. Produsen harus lebih mempertimbangkan kegunaan ciri-ciri tersebut daripada penonjolannya.

c) Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan terhadap sebuah merek sesuai dengan ciri dan keunggulannya.

d) Fungsi kegunaan menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan dari suatu produk yang bervariasi pada tingkat yang berbeda untuk masing-masing ciri.

e) Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa merek melalui prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan diantara sekian banyak objek. 4) Keputusan Pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-benar membeli produk. Adapun indikator tersebut dalah :

a) Keyakinan kuat untuk membeli

Adanya keyakinan konsumen akan keputusan pembelian produk. b) Memutuskan pembelian


(38)

30

c) Telah melakukan pembelian

Bahwa konsumen telah melakukan pembelian terhadap produk. d) Memenuhi kebutuhan konsumen

Yakni konsumen dapat memenuhi kebutuhannya karena telah melakukan pembelian.

5) Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya.

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pemgambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen menurut Hahn (2002), yaitu:

1) Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. 2) Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.

3) Komitmen atau loyalitas konsumen untuk tidak akan mengganti keputusan yang sudah biasa di beli dengan produk pesaing.


(39)

E. Penelitian Terdahulu

1. Erna Ferrinadewi (2005)

Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Tipe Keterlibatan Konsumen Terhadap Kepercayaan Merek dan Dampaknya Pada keputusan Pembelian” Hasil riset tersebut mengatakan bahwa keterlibatan normatif terhadap kepercayaan merek berpengaruh secara signifikan, keterlibatan resiko subyektif terhadap kepercayaan merek tidak berpengaruh secara signifikan, keterlibatan jangka panjang terhadap kepercayaan merek tidak berpengaruh secara signifikan, keterlibatan situsional terhadap kepercayaan merek berpengaruh secara signifikan, dan pengaruh kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian berpengaruh secara signifikan.

2. Erik Surya Saputra (2005)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh threat emotion konsumen dan brand trust pada keputusan pembelian produk pasta gigi Pepsodent varian Pencegah Gigi Berlubang di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel threat emotion dan brand trust baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian produk pasta gigi Pepsodent varian Pencegah Gigi Berlubang di Kecamatan Depok,Kabupaten Sleman,Yogyakarta.


(40)

32

3. Haryani (2006)

Penelitian yang berjudul ”Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Deterjen DAIA Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo”. Pada penelitian ini yang menjadi variabel (X) nya adalah Harga (X1), Produk (X2), Promosi (X3), dan Keputusan Pembelian sebagai variabel (Y). Metodologi dalam penelitian ini menggunakan alat statistic analisis regresi linier berganda dan deskriptif presentase.

4. Rahardjo (2007)

Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Sikap Pada Iklan Axe Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 100 mahasiswa pria Unika Atma Jaya menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap iklan Axe positif dan dari hasil perhitungan regresi linier sederhana, dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen terhadap iklan Axe pada media televisi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.

5. Erna Ferinadewi (2008)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Threat Emotion Konsumen dan Brand Trust Pada Keputusan Pembelian Produk Susu Anlene di Surabaya”. Threat emotion atau perasaan terancam terbukti mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk susu berkalsium tinggi merek Anlene. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa brand trust tidak memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan threat emotion. Meskipun


(41)

secara alamiah kepercayaan sebenarnya juga merupakan bentuk motivasi yang mendorong konsumen namun efeknya terhadap keputusan pembelian konsumen tidak dominan.

6. Anita Kwandayani (2008)

Penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Komunikasi Word of mouth, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Bidang Jasa Fahrenheit Event Organizer Surabaya”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi Word of mouth merupakan variabel yang paling dominan terhadap keputusan pembelian konsumen, hal ini dibuktikan dengan nilai beta paling besar dari dua variable bebas lainnya, yaitu 0,480. Secara parsial, setiap variabel memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen secara signifikan.

7. Roda Solasi (2010)

Penelitian yang berjudul ”Pengaruh emotional branding terhadap

kepercayaan dan pengaruhnya terhadap sikap pengambilan keputusan pemakaian jasa kesehatan oleh komunitas diabetes rumah sakit Telogorejo”. Hasil dari penelitian ini adalah emotional branding dalam komunitas diabetes rumah sakit Telogorejo tergolong dalam kategori sangat kuat. Ada pengaruh positif kepercayaan terhadap sikap pemakaian jasa kesehatan rumah sakit Telogorejo.

8. Atik Herawati (2011)

Penelitian dengan mengambil judul “Dimensi Kepercayaan Merek Terhadap


(42)

34

Kasus Pada Masyarakat Kecamatan Raja Basa)”. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel brand trust yaitu keandalan merek (brand reliability) dan niat merek (brand intention) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Pengaruh variabel kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian secara parsial variabel kepercayaan merek adalah sebagai berikut: Pertama keandalan merek (brand reliability) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Kedua niat merek (brand intention) tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

9. Dedy Setyawan (2011)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh threat emotion dan brand trust terhadap minta beli produk notebook merek IBM (Studi di Hi-Tech mall Surabaya)”. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kepercayaan konsumen terhadap produk IBM lebih signifikan dibandingkan dengan pengaruh dari threat emotion.

10. Krishna Santosa Yusati (2011)

Penelitian yang berjudul “Penerapan variabel trust in a brand dan threat emotions dalam mempengaruhi customer buying motive decision”. Variabel Trust in a brand atau kepercayaan terhadap suatu merek produk tertentu masih lebih rendah pengaruhnya sebagai motivasi dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu merek tertentu dibanding dengan variable Threat Emotion. Variabel Threat Emotion sebagai motivasi dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen memiliki jangka


(43)

waktu yang lebih efektif dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

F. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan masyarakat akan pentingnya komuniksi menggunakan telepon seluler saat ini makin disadari oleh industri telekomuniksi. Perusahaan yang benar – benar ingin memperhatikan konsumen, harus mampu menentukan kebutuhan pokok pengonsumsi yang akan dilayani dan dipenuhi, menentukan produksian dan program pemasaran dan mengadaan penelitian pada perilaku konsumen.

Pada saat pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk atau jasa adanya kepercayaan merek dan harga yang ditawarkan, akan diawali oleh respon mengenai produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Respon tersebut mencakup tentang pengetahuan, perasaan dan tindakan. Respon tersebut akan menimbulkan perhatian atau kesadaran terhadap suatu produk atau jasa, jika kesadaran tersebut telah timbul maka konsumen akan memberikan tanggapan afeksi yang melibatkan perasaan dan emosi.

Proses pembelian itu dimulai pada saat konsumen telah menyadari adanya kebutuhan. Kebutuhan ini timbul disebabkan adanya rangsangan sendiri ataupun dari pihak luar. Seorang konsumen yang terdorong akan kebutuhannya mungkin akan mencari informasi tentang suatu produk. Jika produk tersebut ada didekatnya mungkin konsumen mempunyai dorongan untuk langsung membelinya. Untuk membuat keputusan akhir konsumen memproses informasi


(44)

36

tentang pilihan merek dan pemasar perlu memahami adanya proses pengevaluasian alternatif.

Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menciptakan keputusan pembelian pada konsumen, karena kepercayaan terhadap merek dapat memenuhi harapan konsumen dan pada akhirnya dapat menimbulkan kepuasan. Di samping itu, merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan, keamanan, dan kepentingan konsumen.

Begitu juga dengan halnya harga. Harga akan menjadi tolok ukur pertimbangan konsumen memutuskan membeli suatu produk dimana produk yang ditawarkan sesuai dengan harga yang ditawarkan. Pendekatan penetapan harga alternatif untuk produk adalah metode penetapan harga yang akan dipakai harus diawali dengan pertimbangan mengenai tujuan penetapan harga. Tujuan-tujuan tersebut meliputi :

1. Kelangsungan hidup. Dalam kondisi pasar yang merugikan, tujuan penetapan harga mungkin mencakup tingkat profitabilitas yang diinginkan untuk memastikan kelangsungan hidup.

2. Maksimalisasi keuntungan. Penetapan harga untuk memastikan maksimalisasi profitabilitas dalam periode tertentu. Periode yang ditentukan akan dihubungkan dengan daur hidup jasa.

3. Maksimalisasi penjualan. Penetapan harga untuk membangun pangsa pasar. Hal ini mungkin melibatkan penjualan dengan merugi pada awalnya dalam upaya merebut pangsa pasar yang tinggi.

4. Gengsi. Sebuah perusahaan mungkin berharap untuk menggunakan penetapan harga guna menempatkan dirinya sendiri secara eksklusif (Payne, 2000).


(45)

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Sumber : Kotler (2001)

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : G. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atas rumusan masalah yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada, maka dibuat suatu hipotesis yaitu:

a. Kepercayan merek berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk telepon seluler Blackberry.

b. Harga berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk telepon seluler Blackberry.

c. Kepercayan merek dan harga berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk melakukan pembelian produk telepon seluler Blackberry.

Kepercayaan Merek (X1)

(Kotler, 2001) Harga

(X2) (Tjiptono, 2001)

Keputusan pembelian (Y)


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitan

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Efendi (1997), penelitian eksplanatori merupakan tipe penelitian yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kepercayaan merek dan harga terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan penjelasan mengenai arti konsep. Konsep adalah generalisasi dari sekelompok kejadian atau fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Mardalis, 2004). Konsep terkadang terlalu mudah untuk dimengerti, oleh karena itu dekat sekali dengan objek yang sedang kita selidiki, tapi tekadang ada yang sukar. Variabel–variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(47)

1. Variabel bebas (X)

a. Variabel Kepercayaan Merek (X1) yaitu kemauan konsumen mempercayai

merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa merek tersebut dapat memberikan hasil yang positif baginya (Kotler, 2003). b. Variabel Harga (X2) yaitu sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu

produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa (Saladin, 2003).

2. Variabel terikat (Y)

Variabel Keputusan Pembelian (Y) yaitu Keputusan pembelian merupakan proses pengenalan masalah mencakup bagaimana memilih produk yang ada, serta melakukan evaluasi terhadap produk yang akan dibeli (Kotler, 1999).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005). Adapun yang menjadi definisi operasional penelitian ini adalah:


(48)

40

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator

Item Skala

Kepercayaan Merek

(X1)

Harga (X2)

Kemauan konsumen mempercayai merek dengan segala resikonya, karena ada harapan bahwa merek tersebut dapat memberikan hasil yang positif baginya. Harga merupakan sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. a.Kompetensi b. Integritas c. Benevolence a. Keterjangkau an Harga b. Potongan harga atau diskon

c. Daya saing harga 1. harapan 2. konsistensi 3. perilaku 1. kejujuran 2. menepati janji

3. loyalitas pada konsumen 1. perhatian

2. motivasi 3. tindakan

1. murah 2. harga sesuai

dengan semua lapisan masyarakat 3. harga bervariasi 1. pembelian secara kredit 2. hadiah gratis 3. servicegratis 1. harga sesuai

dengan pasaran 2. harga sesuai

dengan pesaing 3. harga terjangkau Likert Likert


(49)

Keputusan Pembelian

(Y)

Keputusan yang diambil konsumen dari suatu pemikiran tentang apa yang harus diperbuat untuk menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif menggunakan jasa kebugaran yang ada untuk memenuhi kebutuhan. a. Pengenalan masalah b. Pencarian informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan pembelian e. Perilaku purna beli 1. kebutuhan 2. harapan 3. kondisi yang

dirasakan 1. browsing

internet 2. bertanya ke

kerabat 3. media massa 1. keputusan 2. memproses informasi 3. pemilihan informasi 1. evaluasi 2. tujuan pemilihan 3. peringkat pilihan 1. kepuasan 2. komplain 3. bercerita Likert

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan merek dan harga terhadap keputusan pembelian telepon seluler Blackberry adalah Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti sehingga penulis menggunakan pendapat Roscoe (1975) dalam Sekaran (1992) yang memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut:


(50)

42

1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30-500 elemen.

2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD/SLTP/SMU, dan sebagainya), jumlah minimum subsampel harus 30. 3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran

sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis.

4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10-20 elemen.

Penelitian ini mengandung tiga variabel yaitu kepercayaan merek (X1), harga (X2), dan keputusan pembelian (Y) sehingga menurut poin ke 1 dari pendapat Roscoe penelitian ini menggunakan 80 sample, karena mengambil sampel di antara 30-500. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini penulis menggunakanpurposivedengan kriteria sebagai berikut :

1. Bersedia menjadi responden

2. Memiliki telepon seluler Blackberry

E. Skala Pengukuran Likert

Dalam penelitian ini untuk mengukur setiap variabel penulis menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan skala Likert, yaitu skala yang menunjukkan nilai-nilai skala yang sama dalam karakteristik yang diukur. Menurut Sugiono (2006), untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban setiap item instrumen dapat diberi skor misalnya:


(51)

1. Sangat Setuju/Selalu/Sangat Positif diberi skor 5

2. Setuju/Sering/Positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral diberi skor 3 4. Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah/Negatif diberi skor 2

F.

5. Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah diberi skor Pengujian Instrumen

1

1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat, karena suatu alat ukur yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya sebuah alat ukur yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Validitas dapat diketahui dengan menggunakan rumus Product Moment Coefficient of Corelation sebagai berikut :

Keterangan :

= Koefisien Korelasi antara Xi dan Yi

Xi =∑ skor dari masing-masing variabel (faktor yang mempengaruhi) Yi =∑ skor dari seluruh variabel (skor total)

n = banyaknya variabel sampel yang dianalisis Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut : 1. Jika r hitung > r tabel, maka koesioner valid 2. Jika r hitung < r tabel, maka koesioner tidak valid Sumber : (Sugiyono, 2011)


(52)

44

Pada penelitian ini, penguji menguji validitas dengan cara menguji masing-masing item. Pengujian dilakukan secara memisahkan item berskala likert dengan item berskala nominal. Pengujian validitas hanya menguji item berskala likert sedangkan untuk item berskala nominal langsung didistribusikan ke analisis deskriptif. Untuk item yang berskala likert penghitungan menggunakan koefisien pearson. Uji validitas menggunakan rumusKorelasi Product Momentdengan bantuan program SPSS 16.

Uji validitas digunakan sebagai satu ukuran yang menunjukkan tingkat revelan atau kesahihan instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengunggkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Suatu instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi dan sebaliknya. (Arikunto, 2002). Uji validitas kuesioner dilakukan pada setiap sub variabel yang dimana setiap sub variabel terdiri dari beberapa item pernyataan. Pengukuran validitas dilakukan dengan analisis korelasi Product Moment dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel maka kuesioner valid. 2. Jika r hitung < r tabel maka kuesioner tidak valid


(53)

seluler Blackberry di FISIP Universitas Lampung. Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 30 responden, hal ini sesuai pendapat Singarimbun dan Efendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal untuk uji coba kuesioner adalah minimal 30 orang responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurve normal. Selanjutnya ditetapkan r-tabel sebesar 0,361 maka instrumen tersebut adalah valid.


(54)

Variabel Item

Pertanyaan

r hitung r tabel Kondisi Ket Kepercayaan Merek (X1) Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 0, 431 0, 519 0, 623 0, 733 0, 680 0, 674 0, 813 0, 733 0, 680 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Merek (X2) Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18 0, 494 0, 558 0, 536 0, 881 0, 536 0, 555 0, 616 0, 579 0, 738 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Keputusan Pembelian (Y) Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 Item 25 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item 32 Item 33 0, 379 0, 710 0, 632 0, 838 0, 668 0, 613 0, 614 0, 578 0, 627 0, 656 0, 632 0, 838 0, 668 0, 628 0, 709 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361

r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 46 Tabel 3. Hasil Uji Validitas


(55)

2 t

2 i

2 i 2 t

= Nilai reabilitas instrumen

k =

=

Jumlah item pernyataan

Nilai varians masing-masing item pernyataan = Varians total

Menurut Singarimbun (1997) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat ukur. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mencari reabilitas keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus KoefisienAlpha CronBach’s.

Rumus KoefisienAlpha CronBach’s

k 1

k 1 Keterangan:

Sumber: (Arikunto, 2002)

Batas maksimal nilai reliabilitas adalah 1,00 dengan batasan nilai yang dianggap pas yaitu > 0,6 (Sugiyono, 2011). Peneliti melakukan uji realibilitas terhadap masing-masing instrumen variabel kepercayaan merek, harga, dan keputusan pembelian dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Dari hasil analisis dengan bantuan SPSS 16, didapat hasil sebagai berikut :


(56)

48

Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Kepercayaan Merek (X1) 0,827 Reliabel

Harga (X2) 0,839 Reliabel

Keputusan Pembelian (Y) 0,882 Reliabel

Sumber : Data Diolah 2012

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Gujarati, 2003). Untuk mengujinya akan digunakan alat uji normalitas, yaitu dengan melihat Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual.

Dasar pengambilan keputusan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residualadalah:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(57)

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2000).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidak terjadi heteroskedastisitas dalam suatu model regresi yaitu dengan melihat grafikscatterplot(Santoso, 2000). Dasar pengambilan keputusannya adalah: a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel dalam model regresi (Priyatno, 2008). Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor. Kedua ukuran ini menujukkan setap variabel bebas manakah


(58)

50

yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF (karena VIF =1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolenieritas yang tinggi. Menurut Priyatno (2008), pada umumnya jikaVIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Pada penelitian ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah: 1. Mempunyai nilaiVIFdi sekitar angka 1.

2. Mempunyai angkatolerancemendekati 1.

G. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menganalisis masalah dan pemecahannya digunakan rumus regresi linear berganda yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel. Dengan modifikasi rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Y = a + b1X1+ b2X2+ et a = NilaiIntercept(konstanta)

X1 = Pembentukan Sikap

X2 = Kepercayaan merek

b1 = Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 et =Disturbance term

Y = Keputusan Pembelian


(59)

R 1

Suatu penghitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0diterima. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji F dan uji t untuk melihat pengaruh Kepercayaan Merek dan Harga secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian telepon seluler Blackberry.

a. Uji F (pengaruh secara simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah Kepercayaan Merek dan Harga secara simultan parsial terhadap keputusan pembelian telepon seluler Blackberry.

Nilai F dapat dirumuskan sebagai berikut: R2

N m

F =

m1 2 Keterangan:

R2= koefisien korelasi ganda N = Jumlah sampel

m = jumlah prediktor Sumber : (Sugiyono, 2007)

Hasil penghitungan untuk uji F dapat ditemui pada tabel ANOVA (Analysis of Variance) darioutputSPSS. Pengujian hipotesis yaitu:

a. apabila nilai Fhitung > Ftabel dan signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Kepercayaan Merek dan Harga berpengaruh secara


(60)

r 3 1

52

simultan dan signifikan terhadap keputusan pembelian telepon seluler Blackberry pada tingkat keyakinan tertentu.

b. apabila nilai Fhitung < Ftabel dan signifikan > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti Kepercayaan Merek dan Harga tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keputusan pembelian telepon seluler Blackberry pada tingkat keyakinan tertentu.

Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 5%, derajat bebas pembilang df1 = (k-1) dan derajat bebas penyebut df2= (n – k), di mana k merupakan banyaknya parameter (koefisien) model regresi linier dannmerupakan jumlah pengamatan.

b. Uji t (Pengujian Secara Parsial)

Uji t – parsial digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas benar memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah jika secara terpisah, suatu variabel X masih memberikan kontribusi secara signifikan terhadap variabel terikat Y. Rumus uji t – parsial adalah:

rp n t

2 p

Keterangan :

t = Nilai th i t un g rp = Nilai korelasi

n = Banyaknya pengamatan Sumber : (Sugiono, 2002)


(1)

53 Hipotesis statistik uji t dinyatakan dengan :

- apabila nilai t hitung > t tabel dan signifikan < 0,05, berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kepercayaan merek dan harga secara parsial dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

- apabila nilai thitung< ttabel, H0dan Signifikan > 0 ,05 , berarti H0diterima dan Ha ditolak. Artinya kepercayaan merek dan harga tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

c. Uji R2(Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) adalah besarnya nilai pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan kisaran nilai koefisien antara 0 s.d. 1. Dengan kata lain, variabel keputusan pembelian dijelaskan oleh Kepercayaan Merek dan Harga.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kepercayaan merek dan harga terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepercayaan Merek (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung.

2. Harga (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung. 3. Kepercayaan Merek (X1) dan Harga (X2) secara simultan (bersama-sama)

berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk telepon seluler Blackberry pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung.


(3)

83

B. Saran

Beberapa saran yang diajukan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan merek sangat diperlukan untuk mempertahankan produk. Produsen telepon seluler Blackberry hendaknya meningkatkan fitur-fitur yang ada menjadi lebih berkualitas. Dengan demikian konsumen semakin percaya dengan produk Blackberry yang dapat memecahkan masalah berkomunikasi dalam keseharian mereka.

2. Penentuan harga jual produk harus diperhatikan oleh produsen telepon seluler Blackberry. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan strategi harga stabil yaitu tetap pada harga jual rata-rata. Produsen juga sebaiknya memberikan potongan harga/diskon yang berbeda dengan produk pesaingnya, serta harga produk yang tidak berbeda jauh dengan produk telepon seluler lainnya.

3. Walaupun hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan merek dan harga secara bersama-sama memberikan pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, akan tetapi Blackberry harus tetap memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memberikan manfaat bagi penggunanya. Dengan demikian konsumen akan memperhatikan tujuan dari produsen sehingga dapat memberikan nilai positif bagi konsumen, sehingga konsumen akan semakin yakin dan percaya untuk melakukan keputusan pembelian dan tidak beralih kepada produk telepon seluler lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achrol, R.S. 1997. Journal of the Academy of Marketing Science. Cambridge Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

PT.Rineka Cipta. Jakarta

Delgado, 2005. Development and Validition of A Brand trust Scale, International Journal Market Search

Engel, J.F, Blackwell dan Miniard, 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binaputra Ferrinadewi, Erna.2005. Pengaruh Tipe Keterlibatan Konsumen Terhadap

Kepercayaan Merek dan Dampaknya Pada keputusan Pembelian : Jakarta

Ferrinadewi, Erna.2008. Pengaruh Threat Emotion Konsumen dan Brand Trust Pada Keputusan Pembelian Produk Susu Anlene di Surabaya : Surabaya

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonomimetrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Haryani, 2006. Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Deterjen DAIA Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan

Gebang Kabupaten Purworejo.

Herawati,Atik 2011. Dimensi Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan

Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Merek Grand (studi kasus pada

masyarakat kecamatan raja basa): Universitas Lampung

Kotler, Phillip. 1996. Marketing, Jilid satu. Jakarta: Erlangga

Kotler, Phillip. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat. Kotler, Phillip. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid kedua. Jakarta:

Prendhallindo

Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid I (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT Prenhalindo Indonesia.

Kotler dan Armstrong. 2001. Dasar- Dasar Pemasaran. Edisi Se belas. Jakarta : Erlangga


(5)

Kotler, Philip. 2003. Dasar- Dasar Pemasaran. Edisi Kedua belas. Jakarta : Erlangga

Kotler dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Alih Bahasa Bob Sabran. Jakarta: Erlangga

Kotler dan Amstrong. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Tema Baru Kwandayani, Anita. 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Komunikasi

Word of mouth, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di

Bidang Jasa Fahrenheit Event Organizer Surabaya: Universitas Surabaya

Payne, Adrian. 2000. The Essence of Services Marketing – Pemasaran Jasa.

Yogyakarta: Andi.

Priyanto, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: Mediakom

Rahardjo, 2007. Analisis Pengaruh Sikap Pada Iklan Axe Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen: Unika Atma Jaya

Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brands.cetakan ketiga. Jakarta: Gramedia Rangkuti, Freddy. 2005. The Power of Brands. Jakarta: Gramedia

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia

Santoso, Singgih. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia

Santoso, Singgih. 2003. Riset Pemasaran (Konsep dan Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia

Saputra, Erik. 2005. Pengaruh threat emotion konsumen dan brand trust pada keputusan pembelian produk pasta gigi Pepsodent varian Pencegah Gigi

Berlubang di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta:

Universitas Yogyakarta.

Schiffman, L. G. & Kanuk, Leslie L. 2004. Consumer Behavior. Edisi delapan. New Jersey: Prentice Hall.

Sekaran, Uma. 1992. Metedologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Erlangga Setyawan, Dedy. 2011. Pengaruh threat emotion dan brand trust terhadap minta

beli produk notebook merek IBM (Studi di Hi-Tech mall Surabaya):


(6)

Singarimbun, Sofyan Effendi, 1997. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Solasi, Roda. 2010. Pengaruh emotional branding terhadap kepercayaan dan

pengaruhnya terhadap sikap pengambilan keputusan pemakaian jasa

kesehatan oleh komunitas diabetes rumah sakit Telogorejo. Universitas

Lampung

Staton, William J. 1996. Fundamental of Marketing. Mc. Graw Hill Inc. Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB.

Swastha, Basu. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Swastha, Basu dan Irawan. 1992. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Liberty

Swastha, Basu. 2003. Manajemen Pemasaran Modern, edisi kedua cetakan ke sebelas. Yogyakarta: Liberty Offset

Yusati, Krishna Santosa. 2011. Penerapan variabel trust in a brand dan threat emotions dalam mempengaruhi customer buying motive decision.

Universitas Trisakti

Tjiptono, Fandy. 2001. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Andi Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. Sumber Internet

http://www.google.com/asosiasi telepon seluler http://insideit.wordpress.com

http://sorot.vivanews.com http://www.teknojurnal.com http://www.sharingvision.biz http://www.BerryIndo.com


Dokumen yang terkait

The Effect of Using Word Square Method to the Students’ Achievement in Mastering Vocabulary in Eighth Year Students of SMPN 11 Medan

23 139 104

The Effect of Product Attributes,Price and Marketing Communication on Perceived Quality of the GSM Hand Phone User (Case Study atUIN Students)

0 11 102

THE EFFECT OF BRAND IMAGE, PRODUCT QUALITY AND PRICE TOWARD PURCHASE DECISION The Effect of Brand Image, Product Quality and Price Toward Purchase Decision (Emprical Study on Consumer Cv.Rown Division in Surakarta).

0 3 13

INTRODUCTION The Effect of Brand Image, Product Quality and Price Toward Purchase Decision (Emprical Study on Consumer Cv.Rown Division in Surakarta).

0 3 7

THE EFFECT OF BRAND IMAGE, PRODUCT QUALITY AND PRICE TOWARD PURCHASE DECISION The Effect of Brand Image, Product Quality and Price Toward Purchase Decision (Emprical Study on Consumer Cv.Rown Division in Surakarta).

0 3 13

ANALYZING THE EFFECT OF TRUST AND PERCEIVED VALUE ON PURCHASE INTENTION (Case Study of Shopee)

0 0 14

Effect Of Trust, Convinience, Security And Quality Of Service On Online Purchase Decision (Consumer Case Study In Tangerang Selatan Area)

0 0 9

THE EFFECT OF SOCIAL COMMERCE CONSTRUCT AND BRAND IMAGE ON CONSUMER TRUST AND PURCHASE INTENTION

0 0 13

THE EFFECT OF GREEN MARKETING ON BRAND IMAGE AND PURCHASE DECISION (Study on Consumer of Starbucks Café Ubud, Gianyar Bali)

0 1 8

The Effect of Brand Equity and Word of Mouth on Purchase Decision of Wimcycle Bike in Surabaya

0 0 24