ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING LOAN) SEBELUM DAN SESUDAH PSAK NOMOR 31 EFEKTIF DICABUT (STUDI KASUS PADA PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK. CABANG BANDAR LAMPUNG)

ABSTRAK
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH
(NONPERFORMING LOAN) SEBELUM DAN SESUDAH PSAK NOMOR
31 EFEKTIF DICABUT

Oleh
JIRRY MAYFELLA GOVANDA

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi kredit
bermasalah pada PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Sebelum dan sesudah
PSAK Nomor 31 efektif dicabut dan kesesuaiannya dengan PSAK Nomor 50
(revisi 2010), PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dan PSAK Nomor 60 (revisi 2011).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif komparatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah efektif dicabutnya
PSAK Nomor 31 pada 1 Januari 2010 tentang Akuntansi Perbankan maka dalam
perlakuan akuntansi instrumen keuangan aset, ekuitas, dan liabilitas pada PT
Bank Internasional Indonesia Tbk. menggunakan PSAK Nomor 50 (revisi 2010),
PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dan PSAK Nomor 60 (revisi 2011). Praktik

perlakuan kredit bermasalah dan pendapatan bunga pada PT Bank Internasional
Indonesia Tbk. telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dan PSAK
Nomor 60 (revisi 2011). Perlakuan untuk penyisihan kerugian penurunan nilai,
restrukturisasi kredit dan penghapusbukuan kredit sudah sesuai dengan PSAK
No. 55 (revisi 2011). Khusus untuk penyajian kredit bermasalah dan pendapatan
bunga tidak mengalami perubahan karena tidak diatur dalam PSAK Nomor 50
(revisi 2010) yang hanya mengatur penyajian ekuitas dan liabiitas.
Kata kunci : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
Kredit Bermasalah

ABSTRACT
ANALYSIS ACCOUNTING TREATMENT OF NONPERFORMING
LOAN BEFORE AND AFTER PSAK NUMBER 31 IS EFFECTIVELY
REPEALED

By
JIRRY MAYFELLA GOVANDA

This qualitative research aims to know accounting treatment of nonperforming
loan at PT Bank Internasional Indonesia (Ltd,) before and after PSAK Number

31 is effectively repealed and alignment with PSAK Number 50 (revision 2010),
PSAK Number 55 (revision 2011) and PSAK Number 60 (revision 2011). This
research uses literature and field data. The analysis data that used is descriptive
comparative analysis.
Based to results showed that after PSAK Number 31 effectively repealed on 1st of
January 2010 about Banking Accounting so the treatment in instrument
accounting of finance asset, equity, and liability in PT Bank Internasional
Indonesia (ltd,) uses PSAK Number 50 (revision 2010), PSAK Number 55
(revision 2011) and PSAK Number 60 (revision 2011). The practice of treatment
of nonperforming loan and interest income in PT. Bank Internasional Indonesia
(Ltd,) has been in accordance with PSAK Number 55 (revision 2011) and PSAK
Number 60 (revision 2011). The treatment for Impairment loss allowance,
restructurisation credit and conditional write-off have appropriated with PSAK
Number 55 (revision 2011). Specifically to the presentation of nonperforming
loan and interest income hasn’t changed because not arranged in PSAK Number
50 (revision 2010) regulate equity and liability.
Keyword : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
Nonperforming Loan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH

(NONPERFORMING LOAN) SEBELUM DAN SESUDAH PSAK
NOMOR 31 EFEKTIF DICABUT
(STUDI KASUS PADA PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA TBK. CABANG BANDAR LAMPUNG)

Oleh
JIRRY MAYFELLA GOVANDA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Batam, pada tanggal 24 May 1992, sebagai
anak pertama dari pasangan Bapak Susilo Haryono dan Ibu Fenria
Sianipar.
Pada tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan Taman
Kanak-Kanak (TK) di TK Immnauel Batam. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
dimulai tahun 1998 di SD Kristen Immanuel Batam dan lulus pada tahun 2004.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 12
Batam dan berhasil diselesaikan di tahun 2007, dan kemudian dilanjutkan
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Magelang
hingga tahun 2010.

Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.

Selama duduk di bangku perkuliahan, penulis mengikuti organisasi UKMK (Unit
Kegiatam Mahasiswa Kristen) sebagai anggota, HIMAKTA (Himpunan
Mahasiswa Akuntansi dan Pajak) sebagai anggota, PKMK-FEB (Persekutuan
Keluarga Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi dan Bisnis) sebagai Koordinator

divisi Doa dan Pemerhati periode 2012-2013 dan sebagai Tim pendamping
Pelayanan Mahasiswa periode 2013-2015.

Karyaku ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus, Pribadi yang selalu ada buat setiap kehidupanku

Keluargaku, papa, mama dan adik-adikku, Felix dan Steven yang mendukung,
memperhatikan dan yang pasti selalu berdoa untukku yang terpisah jauh ini.

Sahabat-sahabat seperjuangan, tempat suka dan dukaku, tempat memulihkan
semangatku, dan tempat keceriaanku.

Juga untuk keluarga besar Sianipar, dimana selalu memperhatikan, menjaga, dan
mendoakan untukku.

Dan saudara-saudara rohaniku, rekan-rekan pelayananku yang selalu memberikan
doa, semangat dan segala perhatian yang tiada henti.

Serta Almamater tercinta, Universitas Lampung.


MOTO

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
(Kolose 3:23)

“ Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik, bahwasannya untuk
selamanya kasih Setia-Nya. ”
(1 Tawarikh 16:34)
“ Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat
menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? ”
(Matius 6:27)

Berbahagialah dengan apa yang kamu miliki apapun kondisinya !
karena mungkin masih banyak orang yang dengan tanpa kata ingin
hidup sepertimu.
Jirry M Govanda

SANWACANA


Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan hikmat
anugrah dan kasih yang tiada bandinganya sehingga penelitian dan skripsi ini
dapat terselesaikan. Skripsi ini dengan judul “ANALISIS PERLAKUAN
AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING LOAN)
SEBELUM DAN SESUDAH PSAK NOMOR 31 EFEKTIF DICABUT ”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian
persyaratan untuk meraih gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Bapak Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., C.A., C.P.A. selaku Pembimbing
Pertama, atas kesediannya memberikan bimbingan dan masukan yang
sangat membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt., C.A. selaku Pembimbing Kedua, atas
kesediannya memberikan bimbingan dan masukan dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
6. Ibu Dr. Lindrianasari S.E., M.Si., Akt., C.A. selaku Penguji Utama, atas
masukan, kritik dan saran dalam menyempurnakan skripsi ini;
7. Bapak Drs. Zubaidi Indra M.M., C.P.A., selaku Pembimbing Akademik,
untuk nasehat dan bimbingannya selama ini;
8. Pak Sobari untuk kesabarannya dalam membantu mengurus skripsi dan
proses birokrasinya. Mas Yana dan Mas Yono, Mbak Sri, Mpok, Mas
Leman;
9. Papa, Mama dan Adikku yang selalu memberiku doa dan semangat.
Terimakasih untuk kasih sayangnya, perhatian, dan didikannya.
Terimakasih untuk semua doa dan semangat, dan perhatiannya.
10. Keluarga besarku, Tulang Iben, Nantulang Novi, Matua Eti, Uda atur,
Tante Masda, terimakasih atas doa dan dukungannya.
11. Sahabat-sahabat dan saudara-saudariku yang selalu mendampingi,

Yobelliana, Sharon Naomi Sinaga, Rica Widia Pardosi, Yasni Sambarina
Ginting, Elza Rozaline, Ben Marshall, Edwin Wijaya, semua sudah kita
lewati, senang, sedih, tawa, canda bersama-sama. Terimakasih untuk
semangatnya, segala dukungan kalian, segala pengertiannya, semua
nasehat-nasehat dan masukannya.
12. Keluarga dan rekan pelayananku PKMK-FEB, Kak Ivana, Hana, Ko
Ricad, Bang Ivandi, Hasna, Mondang, JK, Rimto, Elsa, Loren, Marcus,
Lastiur, Yuli, Redes, Rani, Septa, dan yang tidak dapat disebut satupersatu terimakasih untuk pelayanan dan kebersamaannya. Terimakasih
telah menjadi keluarga dari PKMK.
13. Yobelliana S.E, yang terkasih. Terimakasih untuk doa, kasih, semangat,
kesabaran, pengorbanan, dan semua hal yang telah diberikan.
14. Kelompok Kecilku, Robert, Dwi dan Holong. Terimakasih telah menjadi
salah satu sumber semangatku, untuk doa, dukungan, dan segala keceriaan
yang kalian buat.

15. Komselku yang terkasih, Berta, Tejo, Vika, Cindy, Tania, Nesa, Sella,
Agung, Ferdi, dan Elka. Terimakasih telah menjadi salah satu sumber
semangatku, untuk doa, dukungan, dan segala keceriaan yang kalian buat.
16. Rekan dan Mentor Pelayananku, Edwin, Ko Rudi, Ci Fani, Prince, Anes,
Markus, Ishak, Benhard, Ruben, Aldo, Glen, Kevin, Febi, Cikak, Erik,

Joshua, Kak Gito, Wendry, Ricky, Ko William, dan yang lainnya. Terima
kasih untuk doa dan dukungannya.
17. Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, Yogi, Hendik, Teja, Mahmud,
Satria, Wahyu, Taufik, Ari, Andri, Jeni, Sela, Ira, Dwi, Rossy, Deni, Citra,
Tia, Ivona, Iga, Mareta, Yesi, Novia, Tiwi, Eka, Arlenti, Echa, Egha,
Syarif, Pungki dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
per satu di dalam skripsi ini. Terimakasih untuk semangat dan
kebersamaannya selama empat tahun ini.
18. Teman-teman KKN Desa Badak, Kec. Limau, Tanggamus, Rere, Desmon,
Inoey, Rahmat, Nurul, Binsar, Andar, Iguh, Dian, terimakasih untuk
kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian
skripsi ini karena itu penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun.
Akhir kata Penulis mengucapkan “Terima Kasih“.

Bandarlampung, Maret 2015
Penulis,

Jirry M Govanda


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………

1

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah……...………………..

6

1.2.1 Rumusan Masalah……...……………………………….

6

1.2.2 Batasan Masalah……...………………..……...………... 7
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……………………… 7
1.3.1 Tujuan Penelitian……...………………..……...…………. 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ………………………………………. 7

II. Landasan Teori
2.1 Definisi Akuntansi …………………………………………… 8
2.2 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

.…………………... 9

2.3 Kredit
2.3.1 Definisi Kredit

….……………………………………. 10

2.3.2 Penetapan Kualitas Kredit Menurut Bank Indonesia … 11
2.4 Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
2.4.1 Pengertian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) ... 18
2.4.2 Penilaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) …. 19
2.4.3 Penyelesaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) .. 21

2.5 Restrukturisasi Bank

………………………………………….. 22

2.6 Perbandingan PSAK 31 dengan PSAK 50, 55 dan 60
2.7 Penelitian Terdahulu

………... 26

………………………………………….. 28

III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian

….…………………………………………... 31

3.2 Metode Pengumpulan Data

…………………………………… 31

3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data ……………………………………………... 32
3.3.2 Sumber Data …….…………………………………….. 32
3.4 Metode Analisis Data

…………………………………………. 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan

…………………………… 34

4.1.2 Struktur Organisasi BII KCP Bandar Lampung …..…… 35
4.2 Pembahasan ……………………...…………………………….. 37
4.2.1 Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah Sebelum dan
Setelah PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut ……………… 41
4.2.1.1 Pengakuan Kredit Bermasalah ……………………… 41
4.2.1.2 Pengukuran Kredit Bermasalah …………………….. 43
4.2.1.3 Penyajian Kredit Bermasalah ………………………. 44
4.2.1.4 Pengungkapan Kredit Bermasalah ………………….. 45
4.2.2 Perlakuan Akuntansi Pendapatan Bunga Sebelum dan
Setelah PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut ……………… 46
4.2.2.1 Pengakuan Pendapatan Bunga ……………………….. 46
4.2.2.2 Pengukuran Pendapatan Bunga ……………………... 48
4.2.2.3 Penyajian Pendapatan Bunga ……………………….. 49
4.2.2.4 Pengungkapan Pendapatan Bunga ………………….. 50
4.2.3 Perlakuan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Sebelum
dan Setelah PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut …………. 52

4.2.4 Perlakuan Restrukturisasi Kredit Sebelum dan Setelah
PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut …………….………… 55
4.2.5 Penghapusbukuan Kredit Sebelum dan Setelah PSAK
Nomor 31 Efektif Dicabut …………………………...… 57
4.2.6 Analsis Terhadap Nonperforming Loan (NPL) ............... 59

V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

………………………………………………....... 62

5.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………………….

63

5.3 Saran …………………………………………………………..

63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penetapan Kualitas Kredit Menurut Bank Indonesia ………….. 12
Tabel 2.2 Perbandingan PSAK 31 dengan PSAK 50,55, dan 60 ………… 26
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu …………………………….…. 28
Tabel 4.1 Pinjaman yang Diberikan Berdasarkan Jenis, Mata Uang,
Kolektibilitas …………………………………………..…….… 38
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kredit Bermasalah (Nonperformin Loan)
PT Bank Internasional Indonesia …………………….………… 40
Tabel 4.3 Rasio Kredit Bermasalah ……………………….………………. 41
Tabel 4.4 Perbandingan Pengakuan Kredit Bermasalah Sebelum dan
Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut ……………………………… 41
Tabel 4.5 Kategori Golongan Berdasarkan Tunggakan Angsuran Bulanan
Kredit ………………………………………….………………. 42
Tabel 4.6 Perbandingan Pengukuran Kredit Bermasalah Sebelum dan
Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut ……………………………… 43
Tabel 4.7 Perbandingan Penyajian Kredit Bermasalah Sebelum dan
Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut ………………...…………… 44
Tabel 4.8 Perbandingan Pengungkapan Kredit Bermasalah Sebelum
dan Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut …………………………. 45
Tabel 4.9 Perbandingan Pengakuan Pendapatan Bunga Sebelum dan
Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut ……………………………… 46

Tabel 4.10 Perbandingan Pengukuran Pendapatan Bunga Sebelum
dan Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut …..…………………… 48
Tabel 4.11 Perbandingan Penyajian Pendapatan Bunga Sebelum dan
Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut ……………………………. 49
Tabel 4.12 Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi ………………. 50
Tabel 4.13 Perbandingan Pengungkapan Pendapatan Bunga Sebelum
dan Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut …...…………………… 51
Tabel 4.14 Perbandingan Perlakuan Penyisihan Kerugian Penurunan
Nilai Sebelum dan Setelah PSAK 31 Efektif Dicabut …...…… 52
Tabel 4.15 Penyisihan Minimum …………………………………………. 53
Tabel 4.16 Perubahan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai …..………… 55
Tabel 4.17 Perbandingan Perlakuan Restrukturisasi Kredit Sebelum dan
Setelah PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut ……………………. 55
Tabel 4.18 Pinjaman yang Direstrukturisasi ……………………...………. 57
Tabel 4.19 Perbandingan Penghapusbukuan Kredit Sebelum dan Setelah
PSAK Nomor 31 Efektif Dicabut ..…………………………… 57

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2013 dan 2012
Lampiran 2. Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2009 dan 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang perkembangan ekonominya
meningkat pesat. Peningkatan ekonomi yang pesat ini diikuti dengan banyaknya
peningkatan kebutuhan masyarakat di Indonesia. Di saat kebutuhan meningkat
inilah bank-bank memberikan layanan dengan banyak fasilitas, seperti menerima
simpanan, menerima pembayaran setoran listrik, air, telepon, pulsa, pajak, uang
kuliah, dan pembayaran lainnya termasuk pemberian kredit.

Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang “Perbankan” menyatakan bahwa
fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Bank berfungsi untuk menjembatani
kedua kelompok masyarakat yang saling membutuhkan. Masyarakat yang
memiliki kelebihan dana dapat menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan,
deposito, atau giro pada bank. Sedangkan masyarakat yang membutuhkan dana
untuk modal usaha atau untuk memenuhi kebutuhan lainnya dapat memperoleh
pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh bank (Jayanti, 2012).

2

Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha
atas kredit yang disalurkan. Pemberian kredit merupakan sumber pendapatan yang
utama, dimana rata-rata jumlah harta bank dibanyak negara maju dan berkembang
terikat dengan kredit. Pengertian kredit menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sesuai dengan ketentuan tersebut
maka dalam pemberiaan kredit bank harus didasarkan persetujuan atas
kesepakatan pinjaman atau dengan kata lain dengan adanya perjanjian kredit.

Namun perjanjian kredit yang bank berikan kepada nasabah bukanlah tanpa risiko,
risiko tersebut berupa kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan kredit. Semakin
besar kredit yang mengalami kemacetan, maka semakin menurun pula tingkat
kesehatan bank tersebut atau menurunnya pendapatan yang diharapkan, karena hal
ini bersangkutan dengan kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut. Semakin
besar jumlah kredit yang macet, maka semakin besar juga jumlah cadangan yang
harus disediakan serta makin besar pula tanggungan bank untuk mengadakan dana
cadangan tersebut karena kerugian bank akan mengurangi modal sendiri.

Kredit bermasalah (Nonperforming Loan) merupakan salah satu masalah utama
perbankan, apalagi ditengah krisis global yang belum stabil ini. Perbankan harus
lebih berhati-hati dalam pemberian kredit dan lebih memperkuat manajemen
kreditnya.

3

Salah satu ruang lingkup kegiatan PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk
adalah memberi fasilitas kredit pada sektor usaha, dimana kredit tersebut
bersumber dari dana yang dihimpun dari giro, deposito, dan tabungan. PT Bank
Internasional Indonesia (BII) Tbk. memberikan layanan keuangan kepada individu
dan korporasi melalui perbankan UKM, Korporasi dan Komersial serta Konsumer
selain itu pembiayaan otomotif kendaraan bermotor roda dua dan kendaraan
bermotor roda empat. PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk telah ikut serta
secara aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat atau sektor usaha yang
pembiayaannya bersumber dari dana yang dihimpun dari masyarakat itu sendiri
untuk tujuan perkreditan tersebut. Target pinjaman kredit yang dijangkau PT
Bank Internasional Indonesia Tbk. lebih kepada kredit menegah keatas, yang
berarti semakin besar pinjaman maka semakin besar kemungkinan adanya
pinjaman kredit yang bermasalah.

Standar akuntansi yang berkualitas sangat penting untuk pengembangan
kualitas struktur pelaporan keuangan global. Kebutuhan memenuhi standar
akuntansi yang berkualitas tersebut menuntun pengadopsian IFRS (International
Financial Reporting Standart) untuk meningkatkan kualitas akuntansi dan
keseragaman standar global. Dengan pengadopsian IFRS sedikit banyak
mengubah standar keuangan di Indonesia, terbukti dengan adanya penerapan 19
PSAK dan 7 ISAK (Cahyonowati dan Ratmono, 2012) dengan salah satu yang
dihapuskan PSAK Nomor 31 tentang Akuntansi Perbankan agar standar keuangan
perbankan juga mengikuti keseragaman entitas lainnya.

Di Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan

4

(SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sebelum
tanggal 1 Januari 2010, industri perbankan merupakan suatu perusahaan yang
memiliki suatu karakteritik tersendiri yang dibuat suatu standar khusus untuk
pelaporan keuangan yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 31 (revisi 2000) mengenai Perbankan. PSAK Nomor 31 tentang
Akuntansi Perbankan yang telah diterapkan oleh bank dalam mempersiapkan
laporan keuangan tahun 2009 telah dicabut efektif tanggal 1 Januari 2010,
berkaitan dengan penerapan PSAK Nomor 55 (Revisi 2006) tentang Pengakuan
dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan PSAK Nomor 50 (Revisi 2006) tentang
Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan efektif berlaku pada 1 Januari
2010. Akan tetapi, sejak 1 Januari 2012 bank mulai menerapkan PSAK Nomor 50
(Revisi 2010) tentang Peyajian Instrumen Keuangan, PSAK Nomor 55 (Revisi
2011) tentang Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan dan PSAK
Nomor 60 tentang Pengungkapan Instrumen Keuangan. Ketiga PSAK tersebut
menggantikan PSAK Nomor 55 (Revisi 2006) dan PSAK Nomor 50 (Revisi
2006) efektif sejak 1 Januari 2012.

PSAK Nomor 50 (revisi 2010) berisi persyaratan penyajian dari instrument
keuangan dan pengidentifikasian informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan
penyajian tersebut diterapkan terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari
perspektif penerbit dalam aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen
ekuitas, pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian
dan keuntungan, dan keadaan dimana aset keuangan dan kewajiban saling hapus.
PSAK ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa depan

5

suatu entitas terkait dengan instrument keuangan dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan untuk instrumen tersebut.

PSAK Nomor 55 (revisi 2011) menetapkan prinsip untuk pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak pembelian atau
penjualan item nonkeuangan. PSAK ini memberikan definisi dan karakteristik
derivatif, kategori-kategori dari masing-masing instrumen keuangan, pengakuan
dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan dari hubungan lindung
nilai.

PSAK Nomor 60 mensyaratkan pengungkapan signifikan atas masing-masing
instrumen keuangan untuk posisi keuangan dan kinerjanya, serta sifat dan
tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang dihadapi oleh PT Bank
Internasional Indonesia (BII) Tbk. selama periode berjalan dan pada akhir
periode pelaporan, dan bagaimana PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk,
mengelola risiko tersebut.

Ketiga standar tersebut merupakan standar akuntansi yang mengacu pada
International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and
Measurement of Financial Instruments dan IAS 32 mengenai Presentation and
Disclosures of Financial Instruments. Dengan demikian ketiga standar tersebut
telah sesuai dengan International Financial Reporting System (IFRS) yang
sebelumya telah diterapkan oleh perbankan internasional. Hal ini mengakibatkan
sejak tanggal 1 Januari 2010 pula Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 31 efektif dicabut. Keputusan ini diambil agar perbankan Indonesia bisa
diakui secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global.

6

Penelitian ini mengembangkan starting point penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Zakariah (2011) yang meneliti tentang kesuaian bank Mandiri
mengggunakan PSAK 31 dalam perlakuan akuntansi untuk kredit bermasalah.
Penelitian ini juga mengembangkan penelitian dari Jayanti (2012) yang meneliti
kesesuaian PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) sebagai pengganti
dari PSAK 31 (revisi 2000) yang efektif dicabut pada 1 Januari 2010. Penelitian
ini akan lebih membahas perkembangan dari PSAK 50 (revisi 2010), PSAK 55
(revisi 2011), dan PSAK 60 (revisi 2011) dengan membandingkan PSAK 31 yang
telah efektif dicabut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul “Analisis Perlakuan
Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Sebelum dan Setelah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 Efektif Dicabut (Studi
Kasus Pada PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk cabang Bandar
Lampung)”

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana perlakuan akuntansi terhadap kredit bermasalah
(nonperforming loan) pada PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk. sebelum
dan setelah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 efektif dicabut?

7

1.2.2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk melihat perlakuan akuntansi
terhadap kredit bermasalah (nonperforming loan) pada PT Bank Internasional
Indonesia (BII) Tbk. sebelum dan setelah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 31 efektif dicabut.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian ini untuk membandingkan kesesuaian antara perlakuan akuntansi
yang diterapkan oleh PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk. sebelum dan
setelah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 efektif dicabut.

1.3.2. Manfaat Penelitian
1.3.2.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang perlakuan
akuntansi terhadap kredit bermasalah (nonperforming loan) kesesuainnya sebelum
dan setelah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 efektif dicabut.

1.3.2.2.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang bermanfaat bagi
penulis dan pembaca dalam rangka menambah wawasan dalam studi akuntansi
perbankan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai
informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat
keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam
mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara
luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis" (www.Wikipedia.com).

Menurut Ismail (2010), akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam melakukan
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran, yang mana hasil akhirnya tercipta
sebuah informasi seluruh aktivitas keuangan perusahaan. Tujuan akuntansi yang
digambarkan dalam laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan para pemakai.

American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) dalam Harahap
(2005), akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengiktisaran
dengan cara tertentu dan dengan ukuran moneter, transaksi dan kejadiankejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya.

9

American Accounting Asosiation (AAA) yang dikutip dalam Soemarmo (2004)
mengidentifikasikan akuntansi sebagai proses mengindentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaiandan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian, yakni:
1. Kegiatan Akuntansi
Bahwa kegiatan akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.
2. Kegunaan Akuntansi
Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan
berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan
usaha yang bersangkutan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
sebagai alat ukur yang memberikan informasi umumnya dalam ukuran uang
mengenai suatu badan ekonomi yang berguna bagi pihak-pihak intern maupun
ekstern perusahaan dalam mengambil keputusan.

2.2 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan merupakan aturan dan pedoman bagi
manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Dengan adanya Standar
Akuntansi yang baik, laporan keuangan menjadi lebih berguna, dapat
diperbandingkan, tidak menyesatkan dan dapat menciptakan transparasi
perusahaan.

10

Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) medefinisikan Standar
Akuntansi adalah metode yang seragam untuk menyajikan informasi, sehingga
laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan
dengan lebih mudah kumpulan konsep, standar, prosedur, metode, konvensi,
kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap berterima umum. Standar
akuntansi keuangan (SAK) yang dibuat oleh IAI selalu mengikuti
perkembangan International Accounting Standards Committee (IASC).

Selain mengikuti IAS, SAK juga mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan
usaha yang ada di Indonesia sehingga diharapkan SAK yang diterbitkan sesuai
dengan kebutuhan dunia usaha di Indonesia sejalan dengan standar akuntansi
internasional.

2.3 Kredit

2.3.1 Definisi Kredit
Menurut PSAK 31 (revisi 2000) kredit adalah peminjaman uang yang dapat
dipersamakan dengan itu dipersamakan persetujuan atau persepakatan pinjammeminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan,
atau pembagian hasil keuntungan.

Di dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, mengemukakan definisi kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan untuk kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

11

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/2/PBI/2005, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu yang ditentukan dengan pemberian bunga, termasuk:
a. Cerukan (over draft) yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang
tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari.

b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
c. Pengambilalihan atau pembelian kredit pada pihak lain.

Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan, dalam bahasa latin kredit
berarti ”credere” artinya percaya. Maksud dari percaya dari si pemberi kredit
adalah ia percaya pada si pemberi kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan
penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
dengan jangka waktu tertentu (Kasmir dalam Wulandari, 2009).

2.3.2 Penetapan Kualitas Kredit Menurut Bank Indonesia
Penetapan kualitas suatu kredit sudah diatur dalam ketentuan Bank Indonesia
selaku pemegang regulator perbankan di Indonesia. Seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 dimana penetapan kualitas kredit diklasifikasikan dalam 5
kelompok, yaitu: Lancar, Dalam Perhatian, Kurang Lancar, Diragukan, dan
Macet. Serta komponen-komponen yang terkait dengan penetapan kualitas kredit
yang dijabarkan kedalam kelima klasifikasi.

Tabel 2.1
Penetapan Kualitas Kredit Menurut Bank Indonesia
KOMPONEN

LANCAR

DALAM
PERHATIAN
Kegiatan usaha memiliki
potensi pertumbuhan yang
terbatas.

KURANG LANCAR

Potensi
pertumbuhan
usaha

Kegiatan usaha
memiliki potensi
pertumbuhan yang
baik.

Kondisi pasar
dan posisi
debitur dalam
persaingan

• Pasar yang stabil dan
• Posisi di pasar baik, tidak • Pasar dipengaruhi oleh
tidak dipengaruhi oleh
banyak dipengaruhi oleh
perubahan kondisi
perubahan kondisi
perubahan kondisi
perekonomian.
perekonomian.
perekonomian.
• Posisi di pasar cukup baik
• Persaingan yang
tetapi banyak pesaing,
• Pangsa pasar sebanding
terbatas, termasuk
dengan pesaing.
namun dapat pulih kembali
posisi yang kuat dalam
jika melaksanakan strategi
• Beroperasi pada kapasitas
pasar.
bisnis yang baru.
yang hampir optimum.
• Beroperasi pada
• Tidak beroperasi pada
kapasitas optimum.
kapasitas optimum.
• Manajemen yang sangat • Manajemen yang baik.
• Manajemen cukup baik.
baik.
• Tenaga kerja yang
• Tenaga kerja pada
• Tenaga kerja berlebihan
memadai dan belum
umumnya memadai,
dan terdapat perselisihan/
pernah tercatat
pernah mengalami
pemogokan tenaga kerja
mengalami perselisihan
perselisihan/ pemogokan
dengan dampak yang
tenaga kerja yang telah
cukup material bagi
atau pemogokan tenaga
diselesaikan dengan baik
kegiatan usaha debitur.
kerja, atau pernah
mengalami perselisihan/
namun masih ada
kemungkinan untuk
pemogokan ringan
namun telah
terulang kembali.
terselesaikan dengan
baik.

Kualitas
manajemen
dan
permasalahan
tenaga kerja

Kegiatan usaha menunjukkan
potensi pertumbuhan yang
sangat terbatas atau tidak
mengalami pertumbuhan.

DIRAGUKAN
Kegiatan usaha menurun.

• Pasar sangat dipengaruhi
oleh perubahan kondisi
perekonomian.
• Persaingan usaha sangat
ketat dan operasional
perusahaan mengalami
permasalahan yang serius.
• Kapasitas tidak pada level
yang dapat mendukung
operasional.
• Manajemen kurang
berpengalaman.
• Tenaga kerja berlebihan
dalam jumlah yang cukup
besar sehingga dapat
menimbulkan keresahan
dan terdapat perselisihan/
pemogokan tenaga kerja
dengan dampak yang
cukup material bagi
kegiatan usaha debitur.

MACET
• Kelangsungan usaha
sangat diragukan,
dan sulit untuk pulih
kembali.
• Kemungkinan besar
kegiatan usaha akan
terhenti.
• Kehilangan pasar sejalan
dengan kondisi
perekonomian yang
menurun.
• Operasional tidak
kontinyu.

• Manajemen sangat
lemah.
• Tenaga kerja berlebihan
dalam jumlah yang besar
sehingga menimbulkan
keresahan dan terdapat
perselisihan/pemogokan
tenaga kerja dengan
dampak yang material
bagi kegiatan usaha
debitur.

12

Dukungan dari
grup atau
afiliasi

Perusahaan afiliasi atau
grup stabil dan
mendukung usaha.

Perusahaan afiliasi atau
grup stabil dan tidak
memiliki dampak yang
memberatkan terhadap
debitur.

Hubungan dengan
perusahaan afiliasi atau grup
mulai memberikan dampak
yang memberatkan terhadap
debitur.

Perusahaan afiliasi atau grup
telah memberikan dampak
yang memberatkan
debitur.

Perusahaan afiliasi
sangat merugikan
debitur.

Upaya yang
dilakukan
debitur dalam
rangka
memelihara
lingkungan
hidup (bagi
debitur
berskala besar
yang memiliki
dampak
penting
terhadap
lingkungan
hidup)

Upaya pengelolaan
lingkungan hidup baik
dan mencapai hasil yang
sekurang-kurangnya
sesuai dengan persyaratan
minimum yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku.

Upaya pengelolaan
lingkungan hidup kurang
baik dan belum mencapai
persyaratan minimum yang
ditentukan sebagaimana
diatur dalam perundangundangan yang berlaku.

Upaya pengelolaan
lingkungan hidup kurang
baik dan belum
mencapai persyaratan
minimum yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku,
dengan penyimpangan yang
cukup material.

Perusahaan belum
melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan
hidup yang berarti atau telah
dilakukan upaya
pengelolaan namun belum
mencapai persyaratan yang
ditentukan sebagaimana
diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, dengan
penyimpangan yang material.

Perusahaan belum
melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan
hidup yang berarti atau
telah dilakukan upaya
pengelolaan namun belum
mencapai persyaratan
minimum yang ditentukan
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku,
dan memiliki kemungkinan
untuk dituntut
dipengadilan.

13

• Laba sangat kecil atau
negatif.
• Kerugian operasional
dibiayai dengan penjualan
aset.
Rasio utang terhadap modal
tinggi.

• Mengalami kerugian
yang besar.
• Debitur tidak mampu
memenuhi seluruh
kewajiban dan kegiatan
Rasio utang terhadap modal
sangat tinggi.

• Likuditas kurang dan
modal kerja terbatas.
• Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
debitur hanya mampu
membayar bunga dan
sebagian dari pokok.

• Likuiditas sangat rendah.
• Analisis arus kas
menunjukkan
ketidakmampuan
membayar pokok dan
bunga.
• Tambahan pinjaman
baru digunakan untuk
memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.

• Kesulitan likuiditas.
• Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
debitur tidak mampu
menutup biaya produksi.
• Tambahan pinjaman baru
digunakan untuk
memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo, secara
material.

Kegiatan usaha terpengaruh
perubahan nilai tukar valuta
asing dan suku bunga.

Kegiatan usaha terancam
karena perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku bunga

Kegiatan usaha terancam
karena fluktuasi nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga

Perolehan laba

Perolehan laba tinggi dan
stabil.

Perolehan laba cukup baik
namun memiliki potensi
menurun.

Perolehan laba rendah.

Struktur
Permodalan

Permodalan kuat.

Permodalan cukup baik
dan pemilik mempunyai
kemampuan untuk
memberikan modal
tambahan apabila
diperlukan.

Rasio utang terhadap modal
cukup tinggi.

Arus kas

• Likuiditas dan modal
• Likuiditas dan modal
kerja kuat.
kerja umumnya baik.
• Analisis arus kas
• Analisis arus kas
menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa
debitur dapat
meskipun debitur mampu
memenuhikewajiban
memenuhi kewajiban
pembayaran pokok serta
pembayaran pokok serta
bunga tanpa dukungan
bunga namun terdapat
sumber dana tambahan.
indikasi masalah tertentu
yang apabila tidak diatasi
akan mempengaruhi
pembayaran dimasa
mendatang.

Sensitivitas
terhadap risiko
pasar

Jumlah portofolio yang
sensitif terhadap
perubahan nilai tukar
valuta asing dan suku
bunga relatif sedikit atau
telah dilakukan lindung
nilai (hedging) secara
baik.

Beberapa portofolio
sensitive
terhadap perubahan nilai
tukar valuta asing dan suku
bunga tetapi masih
terkendali.

14

Ketepatan
pembayaran
pokok dan
bunga

Ketersediaan
dan keakuratan
informasi
keuangan
debitur

Kelengkapan
dokumentasi
kredit

Pembayaran tepat waktu, • Terdapat tunggakan
perkembangan rekening
pembayaran pokok dan
baik dan tidak ada
atau bunga sampai
tunggakan serta sesuai
dengan 90 (sembilan
dengan persyaratan kredit. puluh) hari.
• Jarang mengalami
cerukan.

• Hubungan debitur
dengan bank baik,
debitur selalu
menyampaikan
informasi keuangan
secara teratur dan
akurat.
• Terdapat laporan
keuangan terkini dan
adanya hasil analisis
Bank atas laporan
keuangan/informasi
keuangan yang
disampaikan debitur
Dokumentasi kredit
lengkap.

• Hubungan debitur
dengan bank cukup baik
dan debitur selalu
menyampaikan informasi
keuangan secara teratur
dan masih akurat.
• Terdapat laporan
keuangan terkini dan
adanya hasil analisis Bank
atas laporan
keuangan/informasi
keuangan yang
disampaikan debitur.

Dokumentasi kredit
lengkap.

• Terdapat tunggakan
• Terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan
pembayaran pokok dan
atau bunga yang telah
atau bunga yang telah
melampaui 90(sembilan
melampaui 180 (seratus
puluh) hari sampai dengan
delapan puluh) hari sampai
180 (seratus delapan puluh)
dengan 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari.
hari.
• Terjadi cerukan yang
• Terdapat cerukan yang
bersifat permanen
berulang kali khususnya
untuk menutupi kerugian
khususnya untuk menutupi
kerugian operasional dan
operasional dan
kekurangan arus kas.
kekurangan arus kas.

Terdapat tunggakan pokok
dan atau bunga yang telah
melampaui 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari.

Hubungan debitur dengan
bank memburuk dan informasi
keuangan tidak
dapat dipercaya atau tidak
terdapat hasil analisis Bank
atas laporan keuangan/
informasi keuangan yang
disampaikan debitur.

Hubungan debitur dengan
bank semakin memburuk dan
informasi keuangan tidak
tersedia atau tidak dapat
dipercaya.

Hubungan debitur dengan
bank sangat buruk dan
informasi keuangan tidak
tersedia atau tidak dapat
dipercaya.

Dokumentasi kredit kurang
lengkap.

Dokumentasi kredit tidak
lengkap.

Tidak terdapat dokumentasi
kredit.

15

Kepatuhan
terhadap
perjanjian
kredit

Tidak terdapat
pelanggaran perjanjian
kredit.

Pelanggaran perjanjian
kredit yang tidak prinsipil.

Kesesuaian
penggunaan
dana

• Penggunaan dana sesuai • Penggunaan dana kurang
dengan pengajuan
sesuai dengan pengajuan
pinjaman.
pinjaman, namun
jumlahnya tidak material.
• Jumlah dan jenis
• Jumlah dan jenis fasilitas
fasilitas diberikan
diberikan lebih besar dari
sesuai dengan
kebutuhan, namun
kebutuhan.
jumlahnya tidak material.
• Perpanjangan kredit
• Perpanjangan kredit
sesuai dengan analisis
kurang sesuai dengan
kebutuhan debitur.
analisis kebutuhan
debitur.

Pelanggaran terhadap
persyaratan pokok kredit
yang cukup prinsipil.

Pelanggaran yang prinsipil
terhadap persyaratan pokok
dalam perjanjian kredit.

Pelanggaran yang sangat
prinsipil terhadap
persyaratan pokok dalam
perjanjian kredit.

• Penggunaan dana kurang
• Penggunaan dana kurang
• Sebagian besar
sesuai dengan pengajuan
sesuai dengan pengajuan
penggunaan dana tidak
pinjaman, dengan jumlah
pinjaman, dengan jumlah
sesuai dengan pengajuan
yang cukup material.
yang material.
pinjaman.
• Jumlah dan jenis fasilitas
• Jumlah dan jenis fasilitas
• Jumlah dan jenis fasilitas
diberikan lebih besar dari
diberikan lebih besar dari
diberikan lebih besar dari
kebutuhan, dengan jumlah
kebutuhan, dengan jumlah
kebutuhan, dengan
yang cukup material.
yang material.
jumlah yang sangat
material.
• Perpanjangan kredit tidak
• Perpanjangan kredit tidak
sesuai dengan analisis
sesuai dengan analisis
• Perpanjangan kredit tanpa
kebutuhan debitur
kebutuhan debitur
analisis kebutuhan
(perpanjangan kredit untuk
(perpanjangan kredit untuk
debitur.
menyembunyikan kesulitan
menyembunyikan kesulitan
keuangan).
keuangan), dengan
penyimpangan yang cukup
material.

16

Kewajaran
sumber
pembayaran
kewajiban

• Sumber pembayaran
dapat diidentifikasi
dengan jelas dan
disepakati oleh bank
dan debitur.
• Sumber pembayaran
sesuai dengan
struktur/jenis pinjaman.

• Sumber pembayaran
dapat diidentifikasi dan
disepakati oleh bank dan
debitur.
• Sumber pembayaran
kurang sesuai dengan
struktur/jenis pinjaman.

• Pembayaran berasal dari
sumber lain dari yang
disepakati.
• Sumber pembayaran
kurang sesuai dengan
struktur/jenis pinjaman
secara cukup material.

Kewajaran
sumber
pembayaran
kewajiban

• Skema pembayaran
kembali yang wajar
(termasuk dalam
pemberian grace
period).
• Pendapatan valas
mencukupi untuk
mendukung
pengembalian kredit
valas.

• Skema pembayaran
kembali yang cukup
wajar (termasuk dalam
pemberian grace period).
• Pendapatan valas kurang
mencukupi untuk
mendukung
pengembalian kredit
valas.

• Skema pembayaran
kembali yang kurang wajar
dan terdapat pemberian
grace period yang tidak
sesuai dengan jenis kredit.
• Pendapatan valas tidak
mencukupi untuk
mendukung pengembalian
kredit valas, secara cukup
material.

• Sumber pembayaran tidak
diketahui, sementara
sumber yang disepakati
sudah tidak
memungkinkan.
• Sumber pembayaran
kurang sesuai dengan
struktur/jenis pinjaman
secara material.
• Skema pembayaran
kembali yang kurang wajar
dan terdapat pemberian
grace periode yang tidak
sesuai dengan jenis kredit
dengan kurun waktu yang
cukup panjang.
• Pendapatan valas tidak
mencukupi untuk
mendukung pengembalian
kredit valas secara
material.

• Tidak terdapat sumber
pembayaran yang
memungkinkan.
• Sumber pembayaran
tidak sesuai dengan
struktur/jenis pinjaman.

• Skema pembayaran
kembali yang tidak wajar
dan terdapat pemberian
grace period yang tidak
sesuai dengan jenis kredit
dengan kurun waktu yang
cukup panjang.
• Tidak terdapat
penerimaan valas untuk
mendukung
pengembalian kredit
valas.

Sumber: Andi Jayanti (2012)

17

18

2.4 Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
2.4.1 Pengertian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan
atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan
pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran (Siswanto,1997).

Menurut Suhardjono dalam Dlaudatul (2009) Kredit bermasalah adalah suatu
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
kredit.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.31 (2000), kredit bermasalah
(nonperforming loan) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran
angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh
tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.
Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar,
diragukan, macet.

Jadi dapat disimpulkan, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah
sudah tidak sanggup membayar sebagian atas seluruh kewajibannya kepada bank
seperti yang telah diperjanjikan dan dapat menimbulkan kerugian potensial
kepada bank.

19

2.4.2 Penilaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)
Pada penelitian kali ini rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur
terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio nonperforming loan. Rasio
nonperforming loan merupakan rasio kredit yang menunjukan jumlah kredit yang
disalurkan yang mengalami masalah tentang kegagalan pihak debitur untuk
memenuhi kewajibannya membayar angsuran (cicilan) pokok beserta bunga yang
telah disepakati (Dendawijaya, 2003).

Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa
standar rasio kredit bermasalah (NPL) adalah kurang dari 5% (PBI Nomor:
3/25/2001). Secara matematis NPL dapat dirumukan sebagai berikut:

Keterangan:
Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet
Total Kredit = Lancar + Perhatian Khusus +Kurang Lancar + Diragukan + Macet

Menurut Kasmir (2008) untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit
perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas
kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
a) Lancar (pas)
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
1) Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif
3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

20

b) Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di antara lain:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang
belum melampui dari 90 hari
2) Kadang-kadang terjadi cerukan
3) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
4) Mutasi rekening reklatif aktif
5) Didukung dengan pinjaman baru.

c) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang
telah melampui 90 hari
2) Sering terjadi cerukan
3) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
4) Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumen pinjaman yang lemah.

d) Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya:
1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui 180 hari
2) Terjadi cerukan yang besifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

21

4) Terjadi kapitalisasi bunga
5) Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
peningkatan jaminan.

e) Macet (loss)
1) Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:
2) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui 270 hari
3) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
4) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai yang wajar.

2.4.3 Penyelesaian Kredit Bermasalah
Menurut Hariyani (2010), apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank
ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa
penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit macet (write-off).
Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau
penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off, dan hapus tagih atau
penghapusan secara mutlak atau absolute write-off.

Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil
mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat
menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses
peradilan) maupun jalur non-litigasi (diluar proses peradilan).

22

2.5 Restrukturisasi Kredit
Restrukturisasi kredit diberikan kepada debitur yang tidak dapat memenuhi
kewajibannya atau debitur yang diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga sesuai dengan jadwal yang
diperjanjikan. Bank melakukan restrukturisasi kredit kepada debitur berdasarkan
pertimbangan ekonomi dan hukum yang pemberiannya terbatas pada adanya
kesulitan keuangan debitur sehingga perlu dibantu oleh bank dalam
menyelesaikannya. Bank memiliki keyakinan bahwa dengan dilakukan
restrukturisasi kredit kepada debitur, maka kondisi keuangan debitur akan
menjadi lebih baik, sehingga kualitas kredit debitur meningkat.

Menurut PSAK 31 (2000), kredit nonperforming yang telah direstrukturisasi,
dengan cara memberi keringanan kepada peminjam yang sedang mengalami
kesulitan keuangan, tetap diklasifikasikan sebagai nonperforming sampai dengan
kredit tersebut menjadi performing, yaitu pada saat pembaya