Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RESTRUKTURISASI KREDIT TERHADAP KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
AR RAZAQ SUBHAN JATH 110522131
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2013
NIM. 110522131 Ar Razaq Subhan Jath
(3)
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Restrukturisasi Kredit terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Hipotesis dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Desain penelitian yang dilakukan yaitu penelitian asosiatif kausal . Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan dari populasi sebanyak 33 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang telah diaudit mulai dari tahun 2003 – 2012. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunggah laporan keuangan yang diperoleh dari internet melalui situs Metode analisis data yang digunakan adalah akan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel restrukturisasi kredit (X) berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Secara parsial, variabel restrukturisasi kredit (X) berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hasil uji Koefisien Determinasi (R-Square) dapat dilihat bahwa kemampuan variabel independen, restrukturisasi kredit (X) dalam menerangkan variasi variabel dependen, kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain.
(4)
ABSTRACT
Analyze The Influence of The Restructuring Credit toward Non Performing Loan in The Banking Companies Listed on The Stock Exchange
This research aims to analyze the influence of the Restructuring Credit toward Non Performing Loan in the Banking Companies listed on the Stock Exchange. The hypothesis of the research is the influence of the Restructuring Credit toward Non Performing Loan in the Banking Companies listed on the Stock Exchange.
The Design of research is conducted associative causal. Sample of the research are 10 companies of 33 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange as population and have consolidated financial statements with independent auditors’ report 2003 to 2012. Data has collected by downloading the financial statements obtained from the internet via the website http://114.57.38.118/. The methods of analysis are using the assumptions of classical test and hypothesis test.
The simultaneously test indicated that debt restructuring (X) give a significant influence to non-performing loans (Y). The partially test indicated that debt restructuring (X) give a significant influence to non-performing loans (Y). The Coefficient of Determination (R-Square) test indicated that it can be seen that the ability of the independent variables, debt restructuring (X), to explain the variation in the dependent variable, non-performing loans (Y), is 14.50% and the remaining 85.50% is influenced by other variables.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Salawat beriring salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW atas segala akhlaknya yang mulia.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan dukungan serta doa dari orang tua tercinta (Ayahanda Athar Valevy dan Ibunda Jariah Nasution) yang sangat penulis hormati dan cintai yang telah membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, MEc., Ac., Ak.,
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
selaku Pelaksana tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Risanty, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Mohd. Agung Fattahillah Jath, Aulia Rachman Jath, Freisty Yuwika, yang
senantiasa menemani dan memberikan penulis motivasi dalam mengerjakan skripsi ini.
(6)
Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penyajian dan penyampaian skripsi ini, sungguh hanya Allah yang memiliki kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Medan, Juli 2013
NIM. 110522131 Ar Razaq Subhan Jath
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8
2.1.1 Pengertian Kredit ... 8
2.1.2 Jenis – Jenis Kredit ... 9
2.1.3 Kolektibilitas Kredit ... 10
2.1.4 Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) ... 11
2.1.5 Restrukturisasi Kredit ... 13
2.2 Penelitian Terdahulu ... 14
2.3 Kerangka Konseptual ... 16
2.4 Hipotesis ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 19
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23
3.6 Metode Analisis Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 29
4.2 Analisis Data ... 30
4.2.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 30
4.2.1.1 Uji Normalitas ... 30
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas ... 33
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 34
4.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 36
(8)
4.2.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 39
4.2.2.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 40
4.2.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R-Squares) ... 41
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 14
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 20
4.1 Sampel Penelitian ... 29
4.2 Uji Kolmogorov - Smirnov ... 33
4.3 Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) ... 34
4.4 Uji Statistik Glejser ... 36
4.5 Uji Durbin – Watson ... 36
4.6 Uji Runs Test ... 37
4.7 Uji Box - Ljung ... 38
4.8 Hasil Uji F ... 40
4.9 Hasil Uji t ... 41
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 17
4.1 Grafik Normal Probability Plot ... 31
4.2 Grafik Histogram ... 32
4.3 Grafik Scatterplot ... 35
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
(12)
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Restrukturisasi Kredit terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI. Hipotesis dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Desain penelitian yang dilakukan yaitu penelitian asosiatif kausal . Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan dari populasi sebanyak 33 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang telah diaudit mulai dari tahun 2003 – 2012. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunggah laporan keuangan yang diperoleh dari internet melalui situs Metode analisis data yang digunakan adalah akan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel restrukturisasi kredit (X) berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Secara parsial, variabel restrukturisasi kredit (X) berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hasil uji Koefisien Determinasi (R-Square) dapat dilihat bahwa kemampuan variabel independen, restrukturisasi kredit (X) dalam menerangkan variasi variabel dependen, kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain.
(13)
ABSTRACT
Analyze The Influence of The Restructuring Credit toward Non Performing Loan in The Banking Companies Listed on The Stock Exchange
This research aims to analyze the influence of the Restructuring Credit toward Non Performing Loan in the Banking Companies listed on the Stock Exchange. The hypothesis of the research is the influence of the Restructuring Credit toward Non Performing Loan in the Banking Companies listed on the Stock Exchange.
The Design of research is conducted associative causal. Sample of the research are 10 companies of 33 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange as population and have consolidated financial statements with independent auditors’ report 2003 to 2012. Data has collected by downloading the financial statements obtained from the internet via the website http://114.57.38.118/. The methods of analysis are using the assumptions of classical test and hypothesis test.
The simultaneously test indicated that debt restructuring (X) give a significant influence to non-performing loans (Y). The partially test indicated that debt restructuring (X) give a significant influence to non-performing loans (Y). The Coefficient of Determination (R-Square) test indicated that it can be seen that the ability of the independent variables, debt restructuring (X), to explain the variation in the dependent variable, non-performing loans (Y), is 14.50% and the remaining 85.50% is influenced by other variables.
(14)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan dan kegiatan ekonomi di dalam masyarakat. Dalam menunjang kelancaran kegiatan perekonomian, dibutuhkan peranan lembaga keuangan untuk mengatur kegiatan perekonomian. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mana mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Fungsi bank dalam menghimpun dana sangat menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang dapat dialokasikan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menguntungkan. Menurut Kasmir (2008 : 95), Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau yang dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai aset yang dianggap menguntungkan bank. Sedangkan menurut Mulyono (2001 : 1) apabila ditinjau dari sisi yang lain yaitu dari sudut pandangan perbankan atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang
(15)
berbentuk perkreditan tersebut, maka kredit mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang sebab antara volume permintaan akan dana jauh lebih besar dari penawaran dana yang ada di masyarakat.
Disamping itu, sesuai dengan kedudukannya yang sangat istimewa, kredit juga merupakan jenis kegiatan menanamkan dana yang memiliki risiko yang besar dan sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Oleh karena itu, stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pihak-pihak yang mengelola kredit. Namun dalam pemberian kredit kepada calon debitur, bank harus siap menerima resiko kredit. Karena kredit ini merupakan Risk Assets bagi bank, dengan maksud bahwa dana tersebut dikuasai oleh pihak diluar bank yaitu oleh debitur. Resiko yang dihadapi bank dalam pemberian kredit, salah satunya adalah terjadinya kredit bermasalah dan resiko kredit yang harus diperhatikan oleh bank yaitu pada saat pemberian kredit jangka panjang. Dimana kredit jangka panjang sangat rentan dengan gejolak ekonomi sehingga dapat mengganggu kelancaran pembayaran kredit nasabah yang akhirnya menimbulkan kerugian bagi bank. Resiko terbesar yang akan dihadapi oleh bank, bila dalam suatu bank terdapat kredit bermasalah yang telah jatuh tempo.
Andalan pendanaan pada setiap bank bertumpu pada Dana Pihak Ketiga (DPK). Salah satunya adalah kegiatan menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Kredit merupakan salah satu pendapatan bank yang paling besar dengan risiko yang besar pula dan sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Hal ini menyebabkan dalam melakukan penyaluran kredit harus
(16)
melakukannya dengan prinsip kehati-hatian melalui analisis yang akurat dan mendalam, penyaluran kredit yang tepat dan pengawasan kredit yang ketat, serta perjanjian kredit yang sah. Semua tindakan tersebut semata-mata bertujuan agar kredit yang disalurkan oleh pihak bank kepada masyarakat dapat kembali tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian kreditnya. Kredit yang dianalisa dengan prinsip kehati-hatian akan menempatkan kredit pada kualitas kredit yang
performing loan sehingga dapat memberikan pendapatan yang besar bagi pihak bank.
Bank mengharapkan semua kredit yang disalurkan pada kualitas performing loan sehingga pendapatan yang diperoleh akan optimal, tetapi terkadang tidak selalu demikian. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya bunga kredit akan mempengaruhi roda perekonomian secara umum. Kondisi seperti ini akan berimbas pada menurunnya kemampuan membayar para debitur dan bahkan pada kegagalan usaha debitur. Menurunnya kemampuan membayar para debitur dan kegagalan usaha debitur merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Hermansyah (2008 : 75) menyatakan bahwa
kredit bermasalah atau non performing loan merupakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau non performing loan di perbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor misalnya, ada kesengajaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain seperti faktor makroekonomi. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tersebut adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet.
(17)
Terhadap kredit macet yang timbul tersebut diperlukan penanganan dengan segera oleh pihak bank. Jika persentasenya terus meningkat akan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendapatan suatu bank. Oleh karena itu bank harus berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit macet agar tidak melebihi ketentuan PBI No.13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Pasal 3 ayat 1 dan 2 yang berbunyi Bank Indonesia menetapkan bank dalam pengawasan intensif apabila dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan Bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabilan memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut : (d) rasio kredit atau pembiayaan bermasalah (non performing loan / financing) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit atau total pembiayaan.
Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank karena bank tidak mungkin menghindari adanya kredit bermasalah. Membicarakan tentang kredit macet maka dalam hal ini pihak bank harus melakukan usaha penyelamatan bahkan penyelesaian kredit macet tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh bank dalam usaha menyelamatkan dan menyelesaikan kredit macet akan berbeda-beda tergantung pada kondisi kredit tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak Bank tidak menderita kerugian lebih besar. Bila debitur kooperatif dalam upaya penyelesaian kredit macet dan apabila usaha debitur masih memiliki prospek yang baik maka salah satu usaha yang dilakukan oleh bank adalah dengan cara melakukan restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang
(18)
dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi kredit yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan/penurunan tingkat suku bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga dan atau denda/penalty, pengurangan tunggakan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali, penambahan fasilitas kredit atau suplesi kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara bank pada perusahaan debitur, pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian, penjualan agunan, dan kombinasi dari berbagai alternatif tersebut diatas (Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP: S. 94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit). Hal ini bertujuan menyelesaikan permasalahan kredit sehingga memberikan keuntungan baik kepada debitur maupun kreditur dan mengurangi tingkat kredit macet pada bank tersebut.
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh restrukturisasi kredit diantaranya adalah Anggun Dieta Cahyani (2010), dengan judul penelitiannya yaitu Analisis Implementasi Restrukturisasi Kredit dalam Upaya Meminimalisir Non Performing Loan (NPL) (Studi Kasus pada Restrukturisasi KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang) yang menunjukkan bahwa apabila restrukturisasi KPR berhasil diimplementasikan maka kredit yang semula dikategorikan non performing loan
akan menjadi performing loan dengan demikian NPL dapat diminimalisir terbukti secara umum NPL tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan NPL
(19)
yang signifikan setelah dilakukan restrukturisasi KPR. Serta penelitian yang dilakukan Ar Razaq Subhan Jath (2011), dengan judul Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menunjukan bahwa Restrukturisasi kredit memiliki kontribusi yang tinggi dalam mengurangi kredit bermasalah karena dengan dilakukannya restrukturisasi maka NPL akan dapat berkurang rata-rata 1,02% atau Rp 1.401.305,67 dari jumlah kredit bermasalah sebelum dilakukannya restrukturisasi kredit.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI?”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui besarnya pengaruh restrukturisasi kredit dalam
(20)
mengurangi kredit bermasalah pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis, yaitu untuk memenuhi persyaratan akademis dan
tambahan wawasan sebagai pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti.
2. Bagi Perusahaan, yaitu untuk bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menekan angka kredit bermasalah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, yaitu untuk bahan pertimbangan dan informasi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang dan sebagai bahan referensi untuk melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Kredit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermansyah, 2008:57).
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang, atau jasa (T. Suyatno, 2003:12).
Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang akan disepakati (Mulyono, 2001:9).
(22)
2.1.2. Jenis – Jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:
1. Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi
Biasanya digunakan untuk diperlukan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang realtif lebih lama.
b. Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses perusahaan.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.
b. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasikan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan ruamh tangga, dan kredit konsumtif lainnya. c. Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek
(23)
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kredit berkisar 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumstif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jamian, jaminan tersebut dapat berupan barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.
b. Kedit tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama ini. (Kasmir, 2003:103)
2.1.3. Kolektibilitas Kredit
Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:
1. Lancar (pas)
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
b. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
c. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau;
d. Bagian dari kedit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dari atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau
(24)
c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau
d. Mutasi rekening relatif aktif; atau e. Didukung dengan pinjaman baru. 3. Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya:
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah; atau
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumen pinjaman yang lemah. 4. Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria di antaranya : a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga;
e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.
5. Macet (loss)
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angusaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai yang wajar. (Kasmir, 2003: 123)
2.1.4. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No.31 (2000), kredit bermasalah (non performing loan) pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokoknya dan atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non
(25)
performing terdiri atas kredit yang digolongkan kurang lancar, diragukan, macet.
“Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tersebut adalah apabila kualitas kredit tergolong pada tingkat kolektibitas kurang lancar, diragukan, atau macet” (Hermansyah, 2008:75).
“Kredit bermasalah adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak adak pembayaran” (Siswanto, 2007:181).
Rincian Non Performing Loan (NPL) adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, Non Performing Loan (NPL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Non Performing Loan (NPL) = Kredit Bermasalah
Total Kredit × 100% = …. %
Keterangan :
NPL = Non Performing Loan
Kredit Bermasalah = Kurang Lancar + Diragukan + Macet Total Kredit = Jumlah Kredit yang Diberikan
(26)
2.1.5. Restrukturisasi Kredit
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 1 menyatakan bahwa
Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:
a. Penurunan suku bunga Kredit; b. Perpanjangan jangka waktu Kredit; c. Pengurangan tunggakan bunga Kredit; d. Pengurangan tunggakan pokok Kredit; e. Penambahan fasilitas Kredit; dan/atau
f. Konversi Kredit menjadi Penyertaan Modal Sementara Alasan Bank melakukan restrukturisasi kredit dapat diantaranya sebagai berikut:
1. Debitur tidak melakukan pembayaran kewajiban sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kredit dan/atau perjanjian turutannya dan debitur masih cooperative dengan Bank, yaitu memiliki itikad baik serta kredibilitas managemen tinggi dan mempunyai sikap positif dalam membayar kewajibannya.
2. Restrukturisasi dilakukan oleh karena debitur tidak dapat melakukan pembayaran sesuai dengan yang diperjanjikan akan tetapi usaha debitur masih berjalan dan hanya dapat memberikan pembayaran sebagian kewajiban, sehingga dapat dilakukan restrukturisasi maka debitur tetap masih baik dan masih beroperasi serta berjalan terus.
3. Memperbaiki dokumentasi hukum sehingga dapat memperkuat posisi Bank. Pertimbangan lain dalam melakukan restrukturisasi, yaitu :
a. Apabila ada keyakinan dari Bank bahwa debitur akan melakukan pembayaran kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi kredit.
b. Bank mempunyai keyakinan bahwa prospek usaha dari debitur akan membaik.
c. Bank tidak bisa menarik seluruh dana yang diberikan kepada debitur melalui eksekusi dari jaminan fasilitas kredit. (Endang Suhartati: 2008, 25)
(27)
Ketentuan umum restrukturisasi kredit sesuai dengan Nomor: 14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Pasal 52 dan 53 yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 52
Bank hanya dapat melakukan Restrukturisasi Kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan / atau bunga Kredit; dan
b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah Kredit direstrukturisasi.
Pasal 53
Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit dengan tujuan hanya untuk:
a. Memperbaiki kualitas Kredit; atau
b. Menghindari peningkatan pembentukan PPA tanpa memperhatikan kriteria debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan pengaruh restrukturisasi kredit yang telah dilakukan oleh peneleti sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan
1. Ar Razaq Subhan Jath Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing
Variabel independen : Restrukturisasi Kredit Variabel Restrukturisasi kredit memiliki kontribusi yang tinggi dalam mengurangi kredit bermasalah karena dengan dilakukannya
(28)
No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan
Loan) Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (2011) dependen : Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
restrukturisasi maka NPL akan dapat berkurang rata-rata 1,02% atau Rp 1.401.305,67 dari jumlah kredit bermasalah
sebelum dilakukannya restrukturisasi kredit
2. Anggun Dieta Cahyani Analisis Implementasi Restrukturisasi Kredit dalam Upaya Meminimalisir Non Performing Loan (NPL) (Studi
Kasus pada Restrukturisasi
KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang) (2010) Variabel independen : Restrukturisasi Kredit Variabel dependen : Non Performing Loan (NPL)
Apabila restrukturisasi KPR berhasil diimplementasikan maka kredit yang semula dikategorikan non performing loan akan menjadi performing loan dengan demikian NPL dapat diminimalisir terbukti secara umum NPL tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan NPL yang signifikan setelah dilakukan restrukturisasi KPR
(29)
2.3. Kerangka Konseptual
Kredit bermasalah yang timbul harus dilakukan penanganan segera oleh pihak bank. Hal ini untuk menghindari jumlah kredit bermasalah yang ditetapkan oleh oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan PBI No.13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Pasal 3 ayat 1 dan 2 yaitu tidak melebihi 5% secara neto. Oleh karena itu, salah satu upaya pihak bank dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah adalah melakukan restrukturisasi kredit. Terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan pengaruh upaya restrukturisasi kredit dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah diantaranya adalah Anggun Dieta Cahyani (2010) tentang implementasi restruktusasi kredit dalam upaya meminimalisir NPL. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan variabel depeden yaitu restrukturisasi kredit dan variabel independen yaitu non performing loan. Hasilnya adalah terjadi penurunan NPL yang signifikan setelah dilakukan restrukturisasi KPR. Serta penelitian yang dilakukan Ar Razaq Subhan Jath (2011) tentang kontribusi restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dengan restrukturisasi kredit sebagai variabel dependen dan kredit bermasalah sebagai variabel independen dengan hasil bahwa restrukturisasi kredit memiliki kontribusi yang tinggi dalam mengurangi kredit bermasalah. Oleh karena itu, restrukturisasi kredit
(30)
yang merupakan variabel X berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) yang merupakan variabel Y.
Berdasarkan hal yang dikemukan diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual yang menjelaskan pengaruh restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah (non performing loan). Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit yaitu jumlah kredit yang direstrukturisasi selama tahun berjalan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Variabel independen adalah jumlah kredit bermasalah (non performing loan) yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet.
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2006 : 51). Sesuai dengan judul penelitian yang diambil maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Kredit Bermasalah (NPL) (Y)
Restrukturisasi Kredit (X)
(31)
H0
(non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI : Restrukturisasi kredit tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah
H1
performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI : Restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non
(32)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan yaitu penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003 : 30).
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2006 : 90). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 33 perusahaan (http://sahamok.com/emiten/sektor-keuangan-bei/sub-sektor-bank/).
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data yang sebenarnya (Sugiyono, 2006 : 96). Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi. Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2006 : 78). Berikut ini merupakan tiga kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan peneliti :
(33)
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2003 – 2012 yang mencantumkan data secara lengkap berturut-turut selama periode penelitian.
2. Perusahaan perbankan yang memiliki laporan keuangan lengkap yang telah diaudit pada tahun 2003 – 2012.
3. Perusahaan perbankan yang melakukan kegiatan restrukturisasi kredit pada tahun 2003 – 2012.
Berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 perusahaan.
Tabel 3.1.
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel I II III
1. Bank Artha Graha Internasional Tbk. - - √ -
2. Bank Bukopin Tbk. - - √ -
3. Bank Bumi Arta Tbk. - - √ -
4. Bank Capital Indonesia Tbk. - - √ -
5. Bank Central Asia Tbk. √ √ √ Sampel 1
6. Bank CIMB Niaga Tbk. √ √ √ Sampel 2
7. Bank Danamon Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 3 8. Bank Ekonomi Raharja Tbk. - - √ - 9. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. - - √ -
(34)
No. Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel I II III
11. Bank Internasional Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 4
12. Bank Jabar Banaten Tbk. - - √ -
13. Bank Kesawan Tbk √ √ √ Sampel 5
14. Bank Mandiri Tbk. √ √ √ Sampel 6
15. Bank Mayapada Internasional Tbk. √ - √ -
16. Bank Mega Tbk. √ - √ -
17. Bank Mutiara Tbk. √ - √ -
18. Bank Nationalnobu Tbk. - - √ -
19. Bank Negara Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 7 20. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. √ - √ -
21. Bank OCBC NISP Tbk. √ √ √ Sampel 8
22. Bank Pan Indonesia Tbk. √ - √ -
23. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. - - √ -
24. Bank Permata Tbk. √ - √ -
25. Bank Pundi Indonesia Tbk. - - √ -
26. Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk. √ - √ - 27. Bank Rakyat Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 9
28. Bank Sinar Mas Tbk. - - √ -
29. Bank Swadesi Tbk. √ - √ -
(35)
No. Nama Perusahaan
Kriteria
Sampel I II III
31. Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. - - √ - 32. Bank Victoria Internasional Tbk. √ - √ - 33. Bank Windu Kentjana Internasional Tbk. - - √ -
Sumber : Bursa Efek Jakarta
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, seperti Laporan keuangan konsolidasi beserta laporan auditor independen. Sumber data diperoleh dari Bursa Efek Jakarta melalui situs http://114.57.38.118/. Sifat data ini adalah data deret waktu (time series) yaitu data yang merupakan hasil pengamatan dalam suatu rentang waktu tertentu.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data sekunder adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan laporan keuangan, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari media internet dengan cara mengunggah laporan keuangan perusahaan perbankan dari
(36)
Bursa Efek Jakarta melalui situssoft copy
laporan keuangan.
3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset. Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Uma Sekaran, 2006 : 116). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah restrukturisasi kredit yaitu jumlah kredit yang direstrukturisasi selama tahun berjalan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negative. Yaitu, jika terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas,
(37)
terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terkait (Uma Sekaran, 2006 : 117). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah kredit bermasalah (non performing loan) yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet.
3.6. Metode Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linear dengan bantuan software SPSS 21.0. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110) “ uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka residual memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik normal probability plot dan grafik histogram. Dasar
(38)
pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut:
1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005 : 91). Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2005 : 92).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
(39)
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Hengky & Selva (2013 : 66) ada beberapa cara untuk mendeteksi problem heteroskedastisitas pada model regresi antara lain yaitu: 1) Dengan melihat grafik scatterplot, yaitu ploting titik-titik
menyebar secara acak dan tidak berkumpul pada satu tempat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi problem heteroskedastisitas,
2) Dengan melakukan uji statistik glejser yaitu dengan mentransformasi nilai resudial menjadi obsolut resudial dan meregresnya dengan variabel independen dalam model (Gujarati dan Poter 2010). Jika diperoleh nilai signifikansi untuk variabel independen > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat problem heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005 : 95) “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Menurut Hengky & Selva (2013 : 73) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya problem autokorelasi pada model regresi yaitu dengan melakukan uji statistik Durbin-Watson, uji Runs Test dan uji Box-Ljung. Untuk uji Durbin-Watson kita akan membandingkan hasil DW statistik dengan DW tabel. Jika DW statistik > DW tabel, maka dapat disimpulkan
(40)
bahwa tidak terdapat problem autokorelasi. Sedangkan pada uji statistik Runs Test jika diperoleh nilai signifikansi > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data kita memenuhi asumsi klasik autokorelasi. Dan pada uji Box-Ljung jika dari 16 lag yang dihasilkan terdapat dua lag atau lebih yang nilainya signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa data kita tidak terjadi problem autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear. Model regresi untuk menguji hipotesis tersebut dinyatakan dalam bentuk fungsi perubahan kredit bermasalah (non performing loan).
Y = a + bX Keterangan :
Y : Perubahan Kredit Bermasalah (NPL) a : Kontansta
b : Koefisien
X : Restrukturisasi Kredit a. Uji signifikansi simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
(41)
bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan ketentuan:
jika F hitung < F tabel pada α 0.05, maka H1 jika F hitung > F tabel pada α 0.05, maka H
ditolak dan 1
b. Uji signifikansi parsial
diterima.
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan:
jika t hitung < t tabel pada α 0.05, maka H1 jika t hitung > t tabel pada α 0.05, maka H
ditolak dan 1 diterima.
(42)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Bursa Efek Jakarta yang diperoleh dari internet melalui situs adalah sebanyak 10 perusahaan dari populasi sebanyak 33 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memiliki laporan keuangan lengkap yang telah diaudit mulai dari tahun 2003 – 2012. Sehingga diperoleh sampel berjumlah 10 x 10 tahun = 100 observasi.
Berikut ini adalah 10 perusahaan perbankan sebagai sampel yang digunakan penelitian ini:
Tabel 4.1. Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan 1. BBCA Bank Central Asia Tbk. 2. BBNI Bank Negara Indonesia Tbk. 3. BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 4. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 5. BKSW Bank Kesawan Tbk
6. BMRI Bank Mandiri Tbk. 7. BNGA Bank Niaga Tbk.
(43)
No. Kode Nama Perusahaan 9. BNLI Bank Permata Tbk.
10. NISP Bank OCBC NISP Tbk. Sumber : Bursa Efek Jakarta
4.2. Analisis Data
4.2.1. Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1.1.Uji Normalitas
Pengujian terhadap asumsi klasik normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah resudial data dari model regresi linear memiliki distribusi normal ataukah tidak. Jika resudial data tidak terdistribusi dengan normal maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Dalam penelitian ini ada dua cara untuk mendeteksi resudial data yaitu dengan analisis grafik normal probability plot dan grafik histogram dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini hasil uji normalitas.
(44)
Gambar 4.1.
Grafik Normal Probability Plot
Dari grafik normal probability plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik plot menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan terdistribusi normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas.
(45)
Dependent variabel : Restructuring
Gambar 4.2. Grafik Histogram
Dari grafik histogram di atas dapat diketahui bahwa grafik memiliki pola distribusi normal karena bentuknya yang simetris. Namun demikian dengan melihat grafik normal probability plot dan grafik histogram saja tidaklah cukup. Untuk itu dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk memastikan apakah data normal atau tidak.
(46)
Tabel 4.2.
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .77590295
Most Extreme Differences
Absolute .064 Positive .064 Negative -.047 Kolmogorov-Smirnov Z .642 Asymp. Sig. (2-tailed) .805
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov di atas diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.805. Karena Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
4.2.1.2.Uji Multikolinearitas
Pengujian terhadap asumsi klasik multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen dalam model regresi. Cara umum yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya problem multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Berikut ini hasil uji multikolinearitas.
(47)
Tabel 4.3.
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1.577 .280 5.638 .000
Restrukturisasi .252 .060 .392 4.213 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: NPL
Dari hasil uji multikolinearitas di atas diperoleh nilai Tolarance > 0.10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi uji asumsi klasik multikolinearitas.
4.2.1.3.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya berbeda atau tetap. Ada beberapa cara untuk mendeteksi problem heteroskedastisitas yaitu dengan grafik scatterplot dan uji statistik glejser. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas.
(48)
Gambar 4.3. Grafik Scatterplot
Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik berkumpul pada satu tempat dan tidak menyebar. Hal ini mengindikasikan bahwa pada data terjadi problem heteroskedastisitas atau tidak memenuhi asumsi klasik heteroskedastisitas. Namun analisis menggunakan grafik scatterpolt memiliki kelemahan karena tergantung pada jumlah sampel. Oleh karena itu dibutuhkan teknik lain yang lebih akurat untuk mendeteksi ada atau tidaknya problem heteroskedastisitas yaitu dengan melakukan uji statistik glejser.
(49)
Tabel 4.4. Uji Statistik Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .849 .183 4.644 .000
Restrukturisasi .206 .039 .469 5.255 .000
a. Dependent Variable: Glejser
Dari hasil uji glejser di atas diperoleh nilai signifikansi untuk variabel < 0.05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data tidak memenuhi asumsi klasik heteroskedastisitas.
4.2.1.4.Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan uji statistik Durbin-Watson, uji Runs Test dan uji Box-Ljung. Berikut ini hasil uji autokorelasi.
Tabel 4.5. Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .392a .153 .145 2.18088% 1.926
a. Predictors: (Constant), Restrukturisasi b. Dependent Variable: NPL
(50)
Dari hasil analisis di atas diperoleh nilai DW statistik sebesar 1.926. Jumlah variabel yang digunakan ada dua (k = 2) dengan sampel n = 100, maka diperoleh nilai DW tabel sebesar 1.715. Karena nilai DW statistik lebih besar dari nilai tabel yaitu 1.926 > 1.715, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat problem autokorelasi. Selanjutnya dilakukan uji Runs Test untuk memastikan apakah data terdapat problem autokorelasi atau tidak.
Tabel 4.6. Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -.60949 Cases < Test Value 50 Cases >= Test Value 50 Total Cases 100 Number of Runs 50
Z -.201
Asymp. Sig. (2-tailed) .841
a. Median
Dari hasil uji statistik Runs Test di atas diperoleh nilai signifikansi 0.841. Artinya nilai signifikansi 0.841 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat problem autokorelasi atau memenuhi asumsi klasik autokorelasi. Dan selanjutnya untuk meyakinkan apakah data tidak terdapat problem autokorelasi dilakukan uji Box-Ljung.
(51)
Tabel 4.7. Uji Box-Ljung
Autocorrelations
Series: Unstandardized Residual
Lag Autocorrelation Std. Errora Box-Ljung Statistic
Value df Sig.b
1 .021 .099 .044 1 .833
2 -.007 .098 .050 2 .975
3 .354 .098 13.214 3 .004
4 .261 .097 20.425 4 .000
5 -.076 .097 21.038 5 .001
6 .139 .096 23.129 6 .001
7 .280 .095 31.734 7 .000
8 -.040 .095 31.908 8 .000 9 -.059 .094 32.303 9 .000 10 .396 .094 50.092 10 .000 11 -.028 .093 50.181 11 .000 12 -.113 .093 51.665 12 .000 13 .208 .092 56.720 13 .000 14 .132 .092 58.792 14 .000 15 -.103 .091 60.055 15 .000 16 -.047 .091 60.327 16 .000
a. The underlying process assumed is independence (white noise). b. Based on the asymptotic chi-square approximation.
Dari hasil uji Box-ljung di atas dapat dilihat bahwa terdapat lebih dari dua lag yang mempunyai nilai signifikansi kurang dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat problem autokorelasi.
(52)
Gambar 4.4. Grafik Autokorelasi 4.2.2. Pengujian Hipotesis
4.2.2.1.Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen atau tidak. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji F P < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen
(53)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini hasil uji F.
Tabel 4.8. Hasil Uji F
ANOVA
Model
a
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 84.410 1 84.410 17.747 .000b Residual 466.112 98 4.756
Total 550.522 99
a. Dependent Variable: NPL
b. Predictors: (Constant), Restrukturisasi
Berdasarkan nilai statistik pada hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 17.747 dengan nilai signifikansi 0.000. Karena nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y).
4.2.2.2.Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui secara individual pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini hasil uji t.
(54)
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.577 .280 5.638 .000
Restrukturisasi .252 .060 .392 4.213 .000
a. Dependent Variable: NPL
Berdasarkan nilai statistik pada hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar 4.213 dengan nilai signifikansi untuk variabel Restrukturisasi adalah 0.000. Karena nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y).
4.2.2.3.Koefisien Determinasi (R-Squares)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R-Square yang mendekati 1 menunjukkan bahwa model kuat dan yang mendekati 0 menunjukkan bahwa model lemah. Berikut ini hasil koefisien determinasi.
Tabel 4.10
(55)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .392a .153 .145 2.18088% 1.926
a. Predictors: (Constant), Restrukturisasi b. Dependent Variable: NPL
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa model regresi linear sederhana adalah Y = 1.577 + 0.252 X. Koefisien Determinasi sebesar 0.145 yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk menghindari munculnya bias dalam analisis data serta untuk menghindari kesalahan spesifikasi model regresi yang digunakan, hanya terdapat problem heteroskedastisitas yaitu variance dari resudial data dalam penelitian ini adalah sama. Hal ini dibuktikan dengan grafik scatterplot yang tidak menyebar secara acak dan berkumpul pada satu tempat dan uji statistik Glejser diperoleh nilai sigifikansi sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat problem heterokedastisitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05.
(56)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05.
Hasil dari koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sebesar 0.145 atau 14.50% yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel X dalam menerangkan variasi variabel Y dalam kategori lemah karena angka koefisien determinasi mendekati angka 0.
(57)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F maka bahwa nilai F hitung sebesar 17.747 dengan nilai signifikansi 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y) dan Nilai F hitung > F Tabel pada α 0.05, maka H1
2. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t bahwa nilai t hitung sebesar 4.213 dengan nilai signifikansi 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y) dan Nilai t hitung > t Tabel pada α 0.05, maka H
diterima yang artinya restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
1 diterima yang artinya restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
(58)
3. Dari hasil uji Koefisien Determinasi (R-Square) dapat dilihat bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sebesar 14.50% yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan) agar berada dibawah 5% sesuai dengan ketentuan PBI No.13/3/PBI/2011, perusahaan perbankan diharapakan mencari upaya lain dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah.
2. Perusahaan perbankan harus melakukan analisis pemberian kredit kepada nasabah secara selektif untuk menekan jumlah kredit bermasalah dan mendukung pelaksanaan restrukturisasi kredit.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Implementasi Restrukturisasi Kredit
Dalam Upaya Meminimalisir Non Performi
Pada Restrukturisasi KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Malang), Malang.
Hermansyah, 2008.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hukum Perbankan NasionalIndonesia, Kencana, Jakarta.
Jath, Ar Razaq Subhan, 2011. Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Medan.
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyono, Teguh Pudjo, 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Latan, Hengky dan Selva Temalagi, 2013. Analisis Multivariate teknik dan aplikasi menggunakan program IBM SPSS 20.0, Alfabeta, Bandung.
Peraturan Bank Indonesia No.13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank
Sekaran, Uma. 2006.
Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Alfabeta, Bandung.
Metodologi Penelitian Untuk Bisnis 1, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.
Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP: S. 94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama,Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
(60)
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
(1)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .392a .153 .145 2.18088% 1.926
a. Predictors: (Constant), Restrukturisasi b. Dependent Variable: NPL
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa model regresi linear sederhana adalah Y = 1.577 + 0.252 X. Koefisien Determinasi sebesar 0.145 yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk menghindari munculnya bias dalam analisis data serta untuk menghindari kesalahan spesifikasi model regresi yang digunakan, hanya terdapat problem heteroskedastisitas yaitu variance dari resudial data dalam penelitian ini adalah sama. Hal ini dibuktikan dengan grafik scatterplot yang tidak menyebar secara acak dan berkumpul pada satu tempat dan uji statistik Glejser diperoleh nilai sigifikansi sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat problem heterokedastisitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05.
(2)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05.
Hasil dari koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sebesar 0.145 atau 14.50% yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel X dalam menerangkan variasi variabel Y dalam kategori lemah karena angka koefisien determinasi mendekati angka 0.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F maka bahwa nilai F hitung sebesar 17.747 dengan nilai signifikansi 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y) dan Nilai F hitung > F Tabel pada α 0.05, maka H1
2. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t bahwa nilai t hitung sebesar 4.213 dengan nilai signifikansi 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel restrukturisasi kredit (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel kredit macet (Y) dan Nilai t hitung > t Tabel pada α 0.05, maka H
diterima yang artinya restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
1
diterima yang artinya restrukturisasi kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalah (non performing loan) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
(4)
3. Dari hasil uji Koefisien Determinasi (R-Square) dapat dilihat bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sebesar 14.50% yang berarti bahwa pengaruh restrukturisasi kredit (X) terhadap kredit bermasalah (Y) sebesar 14.50% dan sisanya 85.50% dipengaruhi oleh variabel lain.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan) agar berada dibawah 5% sesuai dengan ketentuan PBI No.13/3/PBI/2011, perusahaan perbankan diharapakan mencari upaya lain dalam mengurangi jumlah kredit bermasalah.
2. Perusahaan perbankan harus melakukan analisis pemberian kredit kepada nasabah secara selektif untuk menekan jumlah kredit bermasalah dan mendukung pelaksanaan restrukturisasi kredit.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Implementasi Restrukturisasi Kredit Dalam Upaya Meminimalisir Non Performi Pada Restrukturisasi KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Malang), Malang.
Hermansyah, 2008.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta.
Jath, Ar Razaq Subhan, 2011. Analisis Kontribusi Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Medan.
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyono, Teguh Pudjo, 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Latan, Hengky dan Selva Temalagi, 2013. Analisis Multivariate teknik dan aplikasi menggunakan program IBM SPSS 20.0, Alfabeta, Bandung.
Peraturan Bank Indonesia No.13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank
Sekaran, Uma. 2006.
Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Alfabeta, Bandung.
Metodologi Penelitian Untuk Bisnis 1, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.
Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP: S. 94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Edisi Pertama,Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
(6)
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan