d. Hambatan komunikasi yang dilakukan yang bersifat komunikasi jarak jauhantar negara antar bangsa melalui teknologi tinggi internet, e-mail dan
SLI, sehingga sangat mempengaruhi waktu kegiatan, perubahan jadwal, personil yang terlibat dan acara yang bersifat protokoler.
e. Perlunya secara luas stakeholders dan masyarakat untuk aktif memanfaatkan hubungan dan kerjasama yang dikembangkan baik di dalam negeri dan luar
negeri yang sudah terjalin selama ini, agar hasil dari hubungan dan kerjasama tersebut dapat memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan Kota Medan.
f. Sedangkan di bidang hubungan kerjasama dalam negeri dapat dikatakan tidak banyak masalah yang menonjol, oleh karena itu sejauh ini relatif cepat dan
mudah diatasi. Beberapa solusi yang perlu diupayakan adalah peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia, sekaligus mengembangkan
bentuk-bentuk kerjasama dan kemitraan yang lebih operasional dan efektif guna mengambil manfaat yang lebih optimal dari kerjasama antar daerah yang
sudah terjalin.
B. Mekanisme Pembuatan Perjanjian Internasional oleh Pemerintah Daerah
Mekanisme kerjasama Sister City ini dapat dilihat dari dasar hukum pembuatannya di Indonesia, antara lain :
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Perubahan-perubahannya;
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina
Tahun 1961 Mengenai Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina Tahun 1963 Mengenai Hubungan Konsuler;
3. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;
4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor
09AKPXII200601 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;
7. Permendagri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri.
Tata CaraProsedur Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah
67
1. Penjajakan Kerjasama Luar Negeri
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal penjajakan ini, sebagaimana yang diatur dalam Permendagri Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri dan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor
09AKPVII200601 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut :
a. Inisiatif Kerjasama
Pembentukan hubungan dan kerjasama luar negeri dapat dilakukan atas prakarsa dari bermacam pihak, antara lain :
67
Pemerintah Kota Medan “Panduan Umum : Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
1 Pihak Indonesia
Dari pihak Indonesia, usulan inisiatif pembentukan kerjasama luar negeri dapat berasal dari Pemerintah Daerah sendiri selaku
pelaksana kerjasama, atau dapat pula usulan inisiatif tersebut berasal dari berbagai instansi seperti Kementrian Luar Negeri,
Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, dll. 2
Pihak Asing Dari pihak asing usulan inisiatif pembentukan kerjasama luar
negeri dapat berasal dari Pemerintah Daerah Negeri Luar atau dapat pula berasal dari berbagai instansi lain seperti Kementrian
Luar Negeri, Perwakilan Asing di Indonesia, dll. b.
Penjajakan Kerjasama Atas prakarsa yang muncul dalam pembentukan kerjasama luar
negeri, baik prakarsa yang berasal dari pihak Indonesia maupun negara asing, pemerintah daerah yang berminat selanjutnya mengkoordinasikan
dan mengkonsultasikan kepada Kementrian Dalam Negeri pada Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri AKLN. Kementrian Luar Negeri
pada Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Ditjen HPI dan instansi terkait untuk mendapat pertimbangan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses penjajakan, yakni suatu tahapan dimana para pihak yang ingin membangun kerjasama
melakukan penjajakan untuk saling mengenal dan memahami melalui kegiatan saling tukar menukar informasi dan data tentang profil dan
Universitas Sumatera Utara
potensi para pihak, baik potensi bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan pariwisata, teknologi, dll. Di samping itu, juga untuk mengetahui apakah
minatnya tersebut mendapat tanggapan positif dari pemerintah di luar negeri jika dipandang perlu dapat juga dilakukan kegiatan saling
kunjungan untuk sharing informasi dan data yang lebih detail. Dalam proses ini pemerintah daerah dapat memanfaatkan seoptimal mungkin
perwakilan negara atau kedutaan masing-masing negara untuk mendapatkan informasi dan data yang diinginkan tersebut.
c. Prinsip Kerjasama
Kerjasama yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan pihak luar negeri harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut : 1
Persamaan kedudukan 2
Memberikan manfaat dan saling menguntungkan 3
Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan perekonomian dalam negeri
4 Menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
5 Mempertahankan keberlanjutan lingkungan
6 Mendukung pengarusutamaan gender, dan
7 Sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Syarat Kerjasama
Di samping memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana yang ditetapkan di atas, kerjasama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
dan pihak luar negeri harus dilaksanakan dengan memperhatikan 5 lima
Universitas Sumatera Utara
hal penting, antara lain kesetaraan status administrasi, kesamaan karakteristik, kesamaan permasalahan, upaya saling melengkapi, dan
peningkatan hubungan antar masyarakat dan juga harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1 Merupakan pelengkap dalam penyelenggaraan pemerintah daerah
2 Dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan
Indonesia dan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
3 Sesuai dengan bidang kewenangan pemerintah daerah sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional Republik Indonesia
4 Tidak membuka kantor perwakilan di luar negeri
5 Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri masing-
masing negara 6
Berdasarkan azas persamaan hak dan tidak saling memakasakan kehendak
7 Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan
manfaat dan saling menguntungkan bagi pemerintah daerah dan masyarakat
8 Mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
nasional dan daerah serta pemberdayaan perempuan. Pelaksanaan kerjasama Luar Negeri juga harus aman dari berbagai segi :
a Politis. Tidak bertentangan dengan politik luar negeri pemerintah pusat
pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
b Keamanan. Kerjasama luar negeri tidak digunakan atau
disalahgunakan sebagai akses atau kedok bagi kegiatan asing spionase yang dapat mengganggu atau mengacam stabilitas dan
keamanan dalam negeri. c
Yuridis. Terdapat jaminan kepastian hukum yang secara maksimal dapat menutup celah-celah loopholes yang merugikan bagi
pencapaian tujuan kerjasama. d
Teknis. Tidak bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh departemen teknis yang terkait.
2. Penyusunan dan Penandatanganan Letter of Intent LoI
Setelah proses penjajakan selesai dilaksanakan dan apabila dalam proses penjajakan tersebut keinginan untuk bekerja sama mendapat sambutan positif dari
masing-masing pihak, maka Pemerintah Daerah setelah melalui koordinasi dan konsultasi dengan Depdagri dan Deplu dapat menyiapkan Draft Letter of Intent
68
68
Letter of Intent LOI atau LoI , dan kadang-kadang dikapitalisasi sebagai Letter of Intent adalah dokumen yang menjelaskan kesepakatan antara dua pihak atau lebih sebelum
kesepakatan tersebut selesai. Konsep ini mirip dengan
untuk disampaikan dan dimintakan tanggapan pada mitra asing di luar negeri dan dilakukan penandatanganan oleh pimpinan atau pejabat yang setingkat dari kedua
pihak Pemerintah Daerah apabila naskah tersebut telah disepakati bersama. Dalam proses tersebut di atas, dapat pula Pemerintah Daerah mengajukan permohonan
fasilitas berupa Rapat Interdept kepada Depdagri cq. Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri AKLN untuk penyusunan LoI tersebut.
kepala kesepakatan. Perjanjian tersebut mungkin Perjanjian Pembelian Aset, Saham Perjanjian Pembelian, Perjanjian Joint Venture-,
Perjanjian Sewa, dan secara keseluruhan semua Perjanjian yang bertujuan untuk menutup kesepakatan besar secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
3. Persetujuan DPRD
Proses pembuatan perjanjian Internasional oleh daerah pada hakekatnya mengikuti pola mekanisme umum Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh
Daerah. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebelum tahapan penandatanganan perjanjian Internasional, daerah harus
mengikuti mekanisme Internal Daerah yaitu adanya pendapat dan pertimbangan Internasional di daerah serta adanya persetujuan DPRD terhadap rencana
kerjasama Internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, maka Pemerintah harus
mengajukan surat persetujuan kerjasama Luar Negeri kepada DPRD yang dilampiri dengan naskah L0I yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Persetujuan DPRD atas rencana kerjasama Luar Negeri tersebut harus diberikan paling lama 30 tiga puluh hari sejak diterimanya surat permohonan
tersebut yang ditetapkan dengan keputusan DPRD. Apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari kerja rencana kerjasama tersebut tidak mendapat tanggapan
oleh DPRD, maka rencana kerjasama tersebut dianggap disetujui, dan Kepala Daerah dapat menyusun rancangan Memorandum of Understanding MoU atau
disebut juga sebagai Naskah Saling Pengertian. Penyusunan rancangan MOU harus sudah selesai paling lama 30 tiga puluh hari kerja setelah kerjasama
mendapat persetujuan DPRD. 4.
Penyusunan Draft MoU Setelah DPRD memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama,
Pemerintah Daerah selanjutnya mengajukan permohonan fasilitasi berupa Rapat
Universitas Sumatera Utara
Interdept kepada Kemendagri cq. Pusat AKLN untuk Penyusunan Draft atau Rancangan Memorandum of Understanding MoU.
Rapat Interdept dilaksanakan di Jakarta Kemendagri dengan melibatkan Departemen atau Lembaga Pemerintah non Departemen terkait untuk memberikan
pertimbangan terhadap rencana kerjasama tersebut. Rancangan naskah MoU dapat membuat bidang kerjasama yang akan
disepakati dengan memperhatikan pula aturan tentang pemberian visa, ijin tinggal, perpajakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Materi kerjasama yang akan ditandatangani membuat hal hal sebagai berikut :
a Subjek kerjasama
b Latar belakang
c Maksud dan tujuan kerjasama
d Objek kerjasama
e Ruang lingkup kerjasama
f Kewenangan daerah
g Hak, kewajiban dan tanggung jawab
h Tata cara pelaksanaan
i Pengorganisasian
j Sumber pembiayaan
k Penyelesaian perselisihan
l Perubahan amandemen kerjasama
m Jangka waktu kerjasama
n Keadaan memaksa force majeur
o Pemberlakuan dan pengahiran kerjasama
Universitas Sumatera Utara
Draft MoU hasil rapat interdept selanjutnya didiskusikan dan dikordinasikan dengan pihak luar negeri. Dalam hal ini para pihak sepakat untuk
melakukan penandatanganan terhadap MoU tersebut, selanjutnya draft naskah MoU disampaikan ole Kemendagri kepada Sekretariat Negara guna mendapat
persetujuan Pemerintah. Apabila draft MoU tersebut tidak memerlukan perbaikan, maka Sekretariat Negara akan mengeluarkan Surat Persetujuan Pemerintah atas isi
rancangan MoU tersebut. Surat Persetujuan Pemerintah ditujukan kepada Sekretariat Jenderal Kementrian Luar Negeri.
Pemerintah Daerah selanjutnya mengajukan permohonan Surat Kuasa Full Power kepada Menteri Luar Negeri melalui Menteri Dalam Negeri dengan
melampirkan Draft MoU yang sudah di paraf oleh masing-masing pihak. Setelah dilakukan pertimbangan, Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negeri atas nama
Menteri Dalam Negeri mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri untuk penerbitan surat kuasa penandatanganan MoU. Sesuai yang dipersyaratkan
undang-undang, Kementrian Luar Negeri menerbitkan Surat Kuasa kepada wakil Pemerintah Daerah atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia
yang akan menandatangani perjanjian Internasional. Surat Kuasa sebagaimana tersebut di atas dapat dijadikan sebagai dasar untuk menandatangani
Memorandum Saling Pengertian oleh Pemerintah Daerah dan Pihak Luar Negeri. 5.
Penandatanganan MoU Setelah Surat Kuasa diterbitkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
selanjutnya dapat melakukan penandatanganan MoU dengan Pemerintah kota
Universitas Sumatera Utara
mitra kerjasama di Luar Negeri. Penandatanganan dapat dilakukan di dalam negeri atau di luar negeri.
MoU yang sudah ditandatangani kemudian diserahkan oleh Pemerintah Daerah kepada Kementrian Luar Negeri pada Direktorat Perjanjian Ekonomi dan
Sosial Budaya, untuk disimpan di ruang perjanjian Treaty Room. Selanjutnya, Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya akan membuat salinan naskah
resmi Certified True Copy untuk kepentingan arsip Pemerintah Daerah. Selain itu, MoU juga diserahkan kepada Kementrian Dalam Negeri.
6. Pelaksanaan Kerjasama
Setelah MoU secara resmi ditandatangani, maka dokumen tersebut mengikat kedua belah pihak untuk merealisasikan program-program yang telah
disepakati bersama. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kerjasama tersebut melalui APBN, APBD dan
sumber-sumber lain yang sah dan telah disepakati dalam MoU. Pada tahap awal kerjasama ini, para pihak dapat membuat working group
kelompok kerja yang bertugas untuk membahas sektor-sektor prioritas kerjasama yang akan dilaksanakan dalam periode waktu yang ditentukan.
- Penyelesaian Perselisihan
Peselisihan yang timbul dalam pelaksanaan kerjasama Luar Negeri antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri diselesaikan sesuai dengan naskah
MoU yang telah ditanda tangani oleh para pihak. -
Pelaporan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Daerah menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama dengan pihak luar negeri kepada Menteri Dalam Negeri dan pimpinan instansi terkait
melalui Gubernur. 7.
Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Evaluasi pelaksanaan kerjasama luar negeri dilakukan untuk melihat
apakah program kerjasama yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan membawa manfaat atau tidak, oleh karena itu pemerintah kota wajib
menyampaikan laporan secara periodik kepada Kementrian Dalam Negeri tentang pelaksanaan program kerja tersebut.
- Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kerjasama luar negeri yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri dilakukan oleh
Menteri Dalam Negeri. Dan dalam melakukan proses dan pembinaan dan pengawasan ini, Menteri Dalam Negeri dapat melimpahkan wewenang tersebut
kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat. Pembinaaan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
a Kordinasi pelaksanaan kerjasama antar susunan pemerintahn
b Pemberian pedoman dan standar dan pelaksanaan kerjasama
c Perencanaan, penelitian dan pengembangan
d Bimbingan Supervise dan Konsultasi serta
e Pendidikan dan pelatihan.
Sedangan pembinaan oleh Gubernur meliputi kegiatan sebagai berikut : a
Perencanaan penelitian dan pengembangan b
Bimbingan Supervise dan Konsultasi c
Pendidikan dan pelatihan
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud di atas meliputi : a
Pemantauan b
Evaluasi, dan c
Pemeriksaan
C. Status Hukum Perjanjian Internasional Sister City Kota Bersaudara yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah dan
Pemerintah Kota Ichikawa
Praktek pembuatan suatu perjanjian internasional di antara negara-negara selama ini melahirkan berbagai bentuk terminologi perjanjian internasional yang
kadang kala berbeda cara pemakaiannya menurut negara, wilayah maupun jenis perangkat internasional lainnya. Terminologi yang digunakan atas perangkat
internasional tersebut pada umumnya tidak mengurangi hak dan kewajiban yang terkandung di dalamnya. Konvensi Wina Tahun 1969 dan 1986 yang mengatur
mengenai perjanjian internasional tidak mengatur mengenai perbedaan atas berbagai bentuk dan nama perjanjian internasional. Selain itu, Pasal 102 Piagam
PBB juga hanya membedakan perjanjian internasional menurut terminologi treaty dan international agreement.
69
Menurut undang-undang perjanjian internasional, yang dimaksud dengan perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk
dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
70
69
Mauna, Boer., Hukum Internasional Pengertian : Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: Alumni, 2000, hlm. 89.
70
Indonesia, Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri, Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999, LN No. 156 Tahun 1999 , TLN No. 3882., pasal 1 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk dan nama perjanjian internasional dalam prakteknya cukup beragam yang menujukkan bahwa materi yang diatur oleh perjanjian tersebut
memiliki bobot kerjasama yang berbeda tingkatannya. Namun demikian, secara hukum, perbedaan tersebut tidak mengurangi hak dan kewajiban para pihak yang
tertuang di dalam suatu perjanjian internasional. Penggunaan suatu bentuk dan nama tertentu bagi perjanjian internasional, pada dasarnya menunjukkan
keinginan dan maksud para pihak terkait serta dampak politiknya bagi para pihak.
71
Dalam kerjasama kota bersaudara Sister City, pada umumnya dituangkan dalam sebuah perjanjian dalam bentuk Memorandum Saling Pengertian atau
Memorandum of Understanding MoU. Secara harfiah MoU dapat dikatakan sebagai Nota Kesepakatan atau Memorandum Saling Pengertian. Dari perspektif
politis Indonesia menggunakan MoU untuk menggambarkan perjanjian yang tidak terlalu formal dan tidak membutuhkan prosedur yang sulit “tidak terlalu
mengikat”. MoU merupakan suatu judul yang paling sering digunakan di Indonesia dalam perjanjian perjanjian bilateral.
72
Berdasarkan Pasal 29 Konvensi Wina Tahun 1969 tentang lingkup teritorial dari perjanjian internasional menyatakan bahwa :
“Unless a different intention appears from the treaty or is otherwise established, a treaty is binding upon each party in respect of its entire
territory.” Dalam terjemahan bebas berarti :
71
Ibid., Penjelasan Bagian Umum.
72
Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik Indonesia. Bandung: Refika Aditama, hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
Kecuali niat yang berbeda muncul dari perjanjian atau jika tidak ditetapkan, perjanjian yang mengikat masing-masing pihak dalam hal
seluruh wilayahnya. Berdasarkan perjanjian tersebut maka suatu negara dapat membuat suatu
perjanjian internasional yang hanya berlaku khusus untuk sebagian wilayah negaranya bila memang diperjanjikan demikian oleh pihak-pihak yang membuat
perjanjian tersebut. Apabila dilihat dari konsep perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah Kota
Medan dan Kota Ichikawa, konsep perjanjian yang disetujui merupakan MoU Memorandum of Understanding. Dimana Memorandum Saling Pengertian ini
disetujui oleh kedua belah pihak dan ditandatangani oleh kedua Kepala Daerah masing-masing kota dalam hal ini Walikota Medan dan Walikota Ichikawa.
Memorandum yang berisikan 8 Pasal dan diartikan dalam 3 bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris ini memuat bentuk-bentuk
kerjasama yang dilakukan antar kedua kota. Bisa diartikan status hukumnya bersifat sah karena memiliki dasar hukum yang kuat dalam pembentukannya dan
dalam proses administrasinya. Memorandum ini dapat dijalankan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak antara Pemerintah Kota Medan dan Kota Ichikawa
yang sudah berlangsung sejak tahun 1989 hingga saat ini. Dan merupakan salah satu dari berbagai bentuk kerjasama antar kota yang dilakukan Pemerintah Kota
Medan dan kota-kota yang ada di berbagai daerah di dunia lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan