Pengetahuan Dan Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih Bahan Tumpatan Direk Untuk Gigi Posterior Pada Praktik Dokter Gigi Umum Di Kota Medan.

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN DOKTER GIGI DALAM MEMILIH BAHAN TUMPATAN DIREK
UNTUK GIGI POSTERIOR PADA PRAKTIK DOKTER GIGI UMUM DI KOTA MEDAN
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh: ZULKADRI HABIBI AMIN
NIM: 070600051
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2014
Zulkadri Habibi Amin
Pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan. ix + 54 halaman
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi gigi terus meningkat dan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan tumpatan direk. Dokter gigi perlu untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tindakan ini agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.
Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi umum di 21 kecamatan Kota Medan dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Dari jumlah sampel 100 orang dokter gigi, 50% dokter gigi kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun, 40,74% kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun serta 9,26% kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 15 tahun memiliki pengetahuan dengan kategori baik. 38,89% dokter gigi laki-laki tergolong dalam kategori baik, 41,3% cukup dan sebanyak 61,1% dokter gigi perempuan tergolong dalam kategori baik dan 58,7% cukup. 44,44% dokter gigi

dengan jenis praktik perorangan tergolong dalam kategori baik, 47,82% cukup dan sebanyak 55,56% dokter gigi dengan jenis praktik bersama tergolong dalam kategori baik dan 52,18% cukup. Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior diperoleh data 90% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alas an indikasi klinis. Pada klas II gigi posterior diperoleh data 50% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alasan indikasi klinis. Pada klas V gigi posterior diperoleh data 76% dokter gigi memilih bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikas iklinis.
Pengetahuan dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan termasuk dalam kategori baik dan untuk tindakan restorasi klas I dan klas II sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan resin komposit, sedangkan untuk restorasi klas V sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikasi klinis.
Daftar rujukan : 28 (2000-2012) Keyword : Pengetahuan, tindakan, dokter gigi, bahan tumpatan, restorasi direk.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing
1. Nevi Yanti, drg., M. Kes NIP : 19631127 199203 2 004
2. Widi Prasetia, drg NIP : 19800213 200912 1 004

Medan, April2014 Tanda Tangan
.................................
.................................

TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 29 April 2014

TIM PENGUJI

KETUA

: Nevi Yanti, drg., M. Kes

ANGGOTA : 1. Widi Prasetia, drg


2. Cut Nurliza, drg., M. Kes

3. Darwis Aswal, drg

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Doa yang tiada terputus dan tulus dari penulis kepada ayahanda M. Isya Amin (Alm.), rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada Ibunda Herwina Haraphy Siregar, adik penulis Siti Yuni Fadlina Amin dan Ade Ulfa Amin atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Nevi Yanti, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing utama dan tim penguji, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasihat dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Widi Prasetia,drg., selaku dosen pembimbing kedua dan tim penguji, atas keluangan waktu dan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Darwis Aswal,drg., selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Ariyani, drg., selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKG USU Periode 2013-2014 Dendy Dwi Gunawan beserta staff dan jajarannya serta keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKG USU yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakanda Efril, Mitra, Vay, Oki, Wahyu, Daru, dan Adinda Budi,Lailan, Tya, Rizka, Dimas, Rasyid, Aulia, Rasyid, Arga, Sarah, Ade, Indy, Raja atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis Roni, Kiki, Fachri, Hardi, Tasya, Coni, Tika, Uta, Nuria serta teman-teman stambuk 2007 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 29 April 2014 Penulis,
(Zulkadri Habibi Amin) NIM. 070600051

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................

iii


KATA PENGANTAR ................................................................................................

iv

DAFTAR ISI...............................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL....................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................

ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan .......................................................................................... 2.2 Tindakan................................................................................................ 2.3 RestorasiDirek....................................................................................... 2.3.1 Amalgam .................................................................................... 2.3.2 Resin Komposit........................................................................... 2.3.3 Glass Ionomer Cement................................................................ 2.4 KerangkaKonsep ...................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 3.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................. 3.4 Besar Sampel.........................................................................................

1 4 4 5

6 10 12 12 15 21 24
25 25 25 25

3.5 Cara Sampling ....................................................................................... 3.6 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional....................................... 3.7 Cara Pengumpulan Data........................................................................ 3.8 Pengolahan Data....................................................................................
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanUsiadan Lama Praktek ........................................ 4.2 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisKelamin ........................................................ 4.3 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisPraktek.......................................................... 4.4 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanUsiadan Lama Praktek ......................................... 4.5 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisKelamin ........................................................ 4.6 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan BerdasarkanJenisPraktek..........................................................
BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................................... 5.1 PengetahuanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan................................................................................................... 5.2 TindakanDokter Gigi DalamMemilihBahanTumpatanDirek Untuk Gigi Posterior PadaPraktikDokter Gigi Umum Di Kota Medan...................................................................................................

26 27 29 29
31
32
33
34
37
40 43
43
45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan........................................................................................... 6.2 Saran.....................................................................................................

50 50


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. LAMPIRAN

52

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Komposisi jumlah ukuran sampel penelitian ..................................................

27

2. Variabel penelitian dan defenisi operasional ..................................................

27

3. Variabel penelitian dan defenisi operasional ..................................................


28

4. Pengetahuan doktergigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan usia dan lama praktik.............................................................................................

31

5. Pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi

posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis

kelamin...........................................................................................................

32

6. Pengetahuan doktergigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan berdasarkan jenis praktik ............................................................................................................

33

7 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ............... 34


8 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan.............. 35

9 Pemilihan bahan pada restorasi klas V dan alasan pemilihan bahan .............

36

10 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ...............

37

11 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan .............

38

12 Pemilihan bahan pada restorasi klas V dan alasan pemilihan bahan .............

39

13 Pemilihan bahan pada restorasi klas I dan alasan pemilihan bahan ...............


40

14 Pemilihan bahan pada restorasi klas II dan alasan pemilihan bahan .............

41

15 Pemilihan bahan pada restorasi klas V dan alasan pemilihan bahan .............

42

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan
tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktek dokter gigi umum di kota Medan
2 Surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU
3 Tabulasi Data

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi gigi terus meningkat dan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan tumpatan direk. Dokter gigi perlu untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan tindakan ini agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan secara survey deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 100 orang dokter gigi umum di 21 kecamatan Kota Medan dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Dari jumlah sampel 100 orang dokter gigi, 50% dokter gigi kelompok usia 31-40 tahun dan lama praktik 6-15 tahun, 40,74% kelompok usia 25-30 tahun dan lama praktik < 5 tahun serta 9,26% kelompok usia > 40 tahun dan lama praktik > 15 tahun memiliki pengetahuan dengan kategori baik. 38,89% dokter gigi laki-laki tergolong dalam kategori baik, 41,3% cukup dan sebanyak 61,1% dokter gigi perempuan tergolong dalam kategori baik dan 58,7% cukup. 44,44% dokter gigi dengan jenis praktik perorangan tergolong dalam kategori baik, 47,82% cukup dan sebanyak 55,56% dokter gigi dengan jenis praktik bersama tergolong dalam kategori baik dan 52,18% cukup. Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan pada klas I gigi posterior diperoleh data 90% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alas an indikasi klinis. Pada klas II gigi posterior diperoleh data 50% dokter gigi memilih bahan tumpatan resin komposit dengan alasan indikasi klinis. Pada klas V gigi posterior diperoleh data 76% dokter gigi memilih bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikas iklinis. Pengetahuan dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan termasuk dalam kategori baik dan untuk tindakan restorasi klas I dan klas II sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan resin komposit, sedangkan untuk restorasi klas V sebagian besar dokter gigi menggunakan bahan tumpatan glass ionomer cement dengan alasan indikasi klinis.

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pasien dan dokter gigi mempunyai berbagai pilihan dalam memilih bahan material dan prosedur dalam merawat lesi karies atau gigi yang hilang.Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan bahan material semakin meningkat dan beragam.Dalam beberapa tahun terakhir, dokter gigi diuntungkan dari peningkatan yang signifikan dalam perkembangan bahan estetik, termasuk keramik dan senyawa plastik.Namunkehadiran dari bahan material baru ini tidak menghilangkan kegunaan dari bahan restorasi tradisional seperti amalgam.1 Bahan tumpatan dibedakan menjadi 2 jenisyaitu bahan tumpatan direk dan bahan tumpatan indirek.Bahan tumpatan direk adalah bahan yang diletakkan segera kedalam kavitas gigi setelah dibersihkan dalam satu kali kunjungan.Yang termasuk bahan tumpatan direk adalah amalgam, resin komposit dan glass ionomer cement. Amalgam merupakan campuran beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan beberapa logam lainnya yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis amalgam.Sampai saat ini amalgam adalah bahan tumpatan yang paling umum digunakan dan merupakan salah satu bahan tumpatan yang tertua.1,2 Amalgam memiliki sifat fisik yang dapat dilihat dari perubahan dimensi diakibatkan oleh faktor saat manipulasi.Amalgam juga dapat menimbulkan creep, korosi, tarnish dan memiliki mekanisme perlekatan secara mekanis dengan gigi.Sifat lain yang dimiliki oleh amalgam adalah kekuatan tekan bahan tersebut yang sangat besar sehingga dapat dipakai untuk waktu yang lama dan pada tekanan pengunyahan yang besar. Amalgam memiliki kelemahan dalam hal estetik karena warna bahan tambalan amalgam sangat kontras dengan warna gigi.Selain itu kekhawatiran tentang

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini.1,2,3
Resin komposit adalah suatu bahan tumpatan yang terdiri dari polimer ditambah dengan bahan pengisi keramik. Untuk merekatkan bahan pengisi keramik ke matriks resin plastis, bahan pengisi dilapisi dengan silane dan bahan adhesif.Resin komposit umumnya digolongkan kedalam tiga tipe utama berdasarkan ukuran, jumlah dan komposisi bahan pengisi anorganik yaitu konvensional komposit, mikrofil komposit dan hibrid komposit. Saat ini perkembangan pada komposisi komposit menghasilkan beberapa tipe kategori hibrid termasuk flowable, packable, dan nanofill komposit.1,2,3
Indikasi resin komposit digunakan untuk pit dan fisur sealant, lesi awal klas I dan II menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi gigi klas I dan II ukuran sedang, restorasi klas V dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. Keuntungan dari resin komposit adalah estetik, preparasi minimal, konduktivitas thermal yang rendah, dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior, melekat pada struktur gigi dan dapat diperbaiki. Kelemahan bahan ini adalah dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder akibat polimerisasi shrinkage dan memiliki prosedur yang sulit dalam pengerjaannya.2
Glass ionomer cement merupakan bahan tumpatan terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder dimana fluoride tersebut mengandung kalsium atau strontium aluminosilikat.1,2
Indikasi glass ionomer cement digunakan pada restorasi gigi permanen klas V, restorasi gigi desidui klas I-VI, rampan karies dan karies botol, serta digunakan sebagai bahan luting dan semen. Keuntungan dari glass ionomer cement adalah bahan ini dapat merekat ke jaringan keras gigi secara kimia dengan cara pertukaran ion, biokompatibel, antikariogenik, dan memiliki warna tumpatan yang sewarna dengan gigi. Kelemahan bahan ini yaitu rapuh dan mudah aus, ketahanan pemakaian yang

rendah, dan sensivitas air pada waktu pengerasan memberikan efek terhadap sifat fisik dan estetik.2,3
Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan tumpatan.Makhija,4menyatakan bahwa pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karies gigi, pengetahuan dan kemampuan klinis seorang dokter gigi, serta permintaan pasien.Penelitian yang dilakukan melibatkan dua bahan tumpat yaitu amalgam dan resin komposit.Hasilnya penggunaan amalgam lebih sering dilakukan daripada resin komposit oleh dokter gigi pada penambalan lesi karies posterior. Penelitian yang dilakukan pada 700 dokter gigi di Amerika Serikat ini menunjukkan bahwa dari 5.908 kasus restorasi molar, 36 persen (2.104 kasus) menggunakan tambalan amalgam dan hanya 7 persen (400 kasus) menggunakan tambalan resin komposit.4
Dalam penelitian Gilmour,6 menunjukkan bahwa 61 persen dokter gigi menyatakan penggunaan amalgam berkurang sejak 5 tahun terakhir, 75 persen menyatakan penggunaan resin komposit posterior meningkat.5
Burke,7mengatakan bahwa pemilihan bahan tumpat oleh dokter gigi dipengaruhi oleh indikasi klinis, iklan dari majalah dokter gigi, informasi dari majalah dokter gigi, permintaan estetik pasien, permintaan pasien terhadap bahan tumpat tertentu, kondisi finansial pasien, dan saran dosen kedokteran gigi. Penelitian tersebut juga menunjukkan 100 persen responden menyatakan indikasi klinis merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap pemilihan bahan material, 99 persen permintaan estetik pasien, 95 persen permintaan pasien dan 92 persen karena kondisi finansial pasien.6
Saat ini tidak ada satupun bahan tumpatan direk yang ideal, suatu bahan tumpatan direk hanya dapat memberikan hasil yang optimal jika digunakan sesuai indikasinya serta dimanipulasi dengan cara yang benar. Dokter gigi memiliki peranan penting dalam pemilihan bahan tumpatan direk. Indikasi penggunaan bahan tumpatan, sifat-sifat bahan tumpatan, keunggulan dan kelemahan masing-masing bahan tumpatan direk, serta kemampuan klinis seorang dokter gigi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan bahan tumpatan yang akan digunakan. Hal tersebut

harus diketahui dan dimiliki oleh seorang dokter gigi.Penelitian para ahli sebelumnya juga menunjukkan pemilihan bahan tumpatan yang akan digunakan memiliki faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam memilih bahan tumpat yang akan digunakan.
Penelitian mengenai pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior tersebut pada praktik dokter gigi khususnya dokter gigi di Indonesia belum pernah dilakukan sehingga belum ada data yang menunjukkan bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi terhadap pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior.Padahal saat ini profesi dokter gigi sudah semakin berkembang dengan ditandai dengan meningkatnya jumlah dokter gigi dan perkembangan ilmu kedokteran gigi.Jumlah dokter gigi yang meningkat dapat meningkatkan pelayanan terhadap upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
Dari latar belakang diatas maka dianggap perlu untuk dilakukan survei mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigiumum di Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu : 1. Bagaimana pengetahuan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan ? 2. Bagaimana tindakan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di KotaMedan ?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengetahuan dokter gigi dalam memilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi umum di Kota Medan.


I.4Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mendapatkan data mengenai pengetahuan dan tindakan dokter gigi dalammemilih bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktikdokter gigi umum di Kota Medan. 2. Menjadi masukan bagi dokter gigi umum dalam melakukan pemilihan terhadap bahan tumpatan direk untuk gigi posterior pada praktik dokter gigi di Kota Medan. 3. Mengetahui faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan bahan restorasi direk pada gigi posterior padapraktik dokter gigi umum di Kota Medan. 4. Menjadi dasar penelitian bagi penelitian berikutnya. 5. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam bidang restorasi. 6. Menjadi masukan untuk Fakultas Kedokteran Gigi USU dalam kurikulum pendidikan. 7. Menjadi pengalaman secara perorangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Benyamin bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga ranah tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).14,17
2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuanterjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuandiperoleh melalui mata dan telinga.Proses yang didasarioleh pengetahuan kesadaran dan sikappositif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknyaapabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran makatidak akan berlangsung lama Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.14,17 b. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan

menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditujukan dalam bentuk kemampuan menguraikan inti pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.14,17
c. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata.Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan, dan mendemonstrasikan.14,17 d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.14,17 e. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.14,17 f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau telah disusun misalnya mendukung, menentang, dan merumuskan.14,17 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.14,17 Pengetahuan dalam diri seseorang dapat dipengarui oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keperoranganan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.14,17 b. Informasi / Media Massa Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu yang mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data.14,17 Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.14,17 c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga

akanmenentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.14,17
d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.14,17 e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.14,17 f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.14,17

Pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu:

1. Cara tradisional

a. Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakankemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabilakemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.14,17

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yangdikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpaterlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baikberdasarkan penalaransendiri.14,17

fakta

empiris

ataupun

berdasarkan

c. Pengalaman perorangan

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yangdihadapi pada masa yang lalu.14,17

d. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telahmenggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupundeduksi.14,17

2. Cara modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebihsistematis,

logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitianilmiah, atau metodelogi penelitian.14,17

2.2 Tindakan Tindakan merupakan suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu: a. Persepsi (perception) Persepsi adalah suatu proses mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi merupakan praktik tingkat pertama.14,17

b. Respon terpimpin (guide response) Respon terpimpin adalah suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.Respon terpimpin merupakan indikator praktik tingkat kedua.14,17 c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia telah mencapai praktik tingkat tiga.14,17 d. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.14,17 Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yangdiketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).18 Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. 18 Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi).Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.18

2.3 Restorasi Direk Restorasi direk memiliki pengertian restorasi yang dilakukan langsung pada rongga mulut.Ciri khas bahan restorasi direk adalah bahan tersebut dimasukkan pada kavitas gigi yang telah dipreparasi oleh dokter gigi ketika menghilangkan karies.Bahan restorasi direk meliputi amalgam, resin komposit, glass ionomer cement.1,2,6 Restorasi direk diindikasikan pada gigi dengan kerusakan yang belum cukup luas, sehinggastruktur gigi yang masih ada dapat digunakan sebagai tempat meletakkan material restorasi tersebut. Kontraindikasi pemakaian restorasi direk adalah gigi dengan kavitas yang cukup luas sehingga memerlukan pembuatan crown, inlay, onlay, veneer atau bridge yaitu restorasi yang diperlukan untuk melindungi permukaan oklusal, restorasi yang dilakukan pada gigi yang telah banyak kehilangan jaringan, dan restorasi yang diperlukan untuk melindungi gigi dari kemungkinan fraktur mahkota akar pada gigi pasca perawatan endodonti yang menjadi lemah dan memerlukan perlindungan maksimal. 1,2
2.3.1 Amalgam Amalgam merupakan campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi, yaitu sebuah proses ketika powder alloy dan cairan merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu – abu.1,2
A. Klasifikasi Amalgam Berdasarkan kandungan tembaga, bentuk partikel dan elemen umum yang ada di partikel spherical dalam partikel amalgam campuran, amalgam dapat diklasifikasikan kedalam enam tipe yaitu :

1. Low copper, lathe cut 2. Low copper, spherical 3. High copper, lathe cut 4. High copper, spherical 5. High copper campuran Ag-Sn-Cu 6. High copper campuran Ag-Cu
B. Sifat Amalgam 1. Sifat fisik a. Stabilitas Dimensional Amalgam mempunyai stabilitas dimensional jangka panjang, memiliki nilai thermal diffusivity (penyebaran panas) yang tinggi dan dapat terjadi proses abrasi pada saat mastikasi makanan.Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. 2,8 2. Sifat kimia Pada bahan amalgam dapat terjadi korosi.Korosi adalah kerusakan pada metal akibat terjadi reaksi kimia/elektrokimia dengan lingkungannya. Bahan amalgam juga sangat mudah terjadi perubahan warna (diskolorasi) setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Oleh karena sifat ini amalgam tidak digunakan untuk tambalan gigi anterior karena nilai estetisnya yang kurang baik.8 3. Sifat mekanik Amalgam memiliki compressive strength (kekuatan kompresi / tekan)sebesar 80 Mpa setelah 1 jam pengerasan, dengan besar tekanan sekitar 25 mm/menit. Nilai tinggi untuk kekuatan kompresi pada amalgam merupakan keuntungan karena dapat mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur pada saat tekanan kunyah yang sangat kuat dari pasien sebelum terbentuk kekuatan maksimal (setelah 7 hari) tercapai.Amalgam juga memiliki tensile strength (kekuatan tarik)sebesar 500 kg/cm2 danmodulus elastik (kemampuan untuk meregang)sekitar 0,025-0,125 mm/menit.8

4. Sifat biologis Merkuri yang terkandung dalam amalgam tidak berbahaya bagi pasien, namun berbahaya bagi dokter gigi (operator), staff, dan lingkungan sekitar apabila sisa amalgam dibuang di sembarang tempat.Hingga kini isu tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.1,2,3Namun keamanan pemakaian amalgam juga disampaikan oleh British Dental Association yang menyatakan “hingga saat ini, riset yang telah dilakukan secara ekstensif telah gagal membuktikan adanya hubungan antara pemakaian amalgam dan penurunan kesehatan secara umum. Beberapa negara yang membatasi pemakaian amalgam lebih beralasan untuk membatasi level merkuri pada lingkungan”. Department of Health’s Committe on toxicity European Commision juga menyatakan dental amalgam aman dari resiko terjadinya keracunan sistemik dan hanya ditemui beberapa hipersensitivitas dari pemakaian dental amalgam.9 Badan kesehatan dunia World Health Organisation (WHO), Food And Drug Administration (FDA) juga menyatakan bahwa dental amalgam aman digunakan sebagai bahan restorasi. Persatuan dokter gigi Amerika Serikat (ADA) pada tahun 1983, telah mengeluarkan pernyataan mengenai amannya penggunaan amalgam.10
C. Keuntungan dan Kekurangan Amalgam Keuntungan bahan amalgam yaitu manipulasi mudah, ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut, memliki high compressive strength dan dapat beradaptasi di dalam rongga mulut.2,3 Kekurangan bahan amalgam yaitu secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi

dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.Kurang konservatif dan preparasi lebih sulit.2,3
D. Indikasi dan Kontraindikasi Amalgam Amalgam diindikasikan pada restorasi klas I dan II yang moderat hingga luas (menerima beban kunyah yang besar dan perluasan ke akar).restorasi klas V, restorasi sementara dan foundation(untuk meningkatkan resistensi dan retensi crown atau onlay logam). Sedangkan kontraindikasi amalgam adalah pada restorasi klas I dan klas II yang kecil hingga sedang dan tidak diindikasikan pada penambalan yang memerlukan estetik.2,3
E. Teknik Manipulasi Tahapan teknik manipulasi terdiri dari pembuatan desain kavitas, triturasi, pengisian amalgam, Carving, Burnish dan Finishing.2,3
2.3.2 Resin komposit Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Dewasa ini, bahan restorasi resin komposit secara umum telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah servikal sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan stuktur gigi.1,2,19 Resin komposit merupakan bahan restorasi yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) inorganik, dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut sebagai coupling agent. Selain itu, resin komposit juga mengandung pigmen agar warna resin komposit dapat menyerupai warna stuktur gigi dan inisiator serta akselerator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan/polimerisasi.Resin komposit mengeras melalui mekanisme polimerisasi yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu resin diaktivasi secara kimiawi dan resin diaktivasi oleh sinar.2,19

A. Klasifikasi Resin Komposit Sistem klasifikasi dalam beberapa tahun terakhir berdasarkarkan pada bentuk partikel, bentuk distribusi dan persentase bahan pengisi resin. Klasifikasi yang diperkenalkan oleh Lutz dan Philips,2 tahun 1983 terdiri atas: 1. Resin komposit makrofil Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-10 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur. Kejelekan klinis yang utama dari resin komposit makrofil adalah terjadinya permukaan yang kasar setelah dipolish. 2. Resin komposit mikrofil Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan warnanya stabil. 3. Resin komposit hybrid Resin komposit hybrid merupakan gabungan makrofil dan mikrofil sehingga mempunyai ukuran filler yang beraneka ragam. Resin komposit ini mempunyai karakteristik gabungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil. Resin komposit tipe ini mempunyai kehalusan permukan dan kekuatan yang baik. Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya, yaitu : 1. Resin komposit flowable Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %. 2. Resin komposit packable Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-65 % volume. 2,19

Sistem Adhesif Resin Komposit Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke substansi lainnya. Permukaan atau substansi yang berlekatan disebut adherend.Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan beban melalui perlekatannya.19 Berdasarkan perkembangannya, sistem adhesif dibagi dalam beberapa generasi, yaitu:2,19 1. Generasi ke-1 dari sistem adhesif diperkenalkan oleh Buonocore et al. (1956) dengan menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang dilekatkan ke dentin yang telah di etsa dengan asam hidroklorik. 2,19 2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem ini menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan kalsium yang bermuatan positif. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-2 yaitu Bondlite (Kerr Corporation) dan Prisma Universal Bond (Dentsply).2,19 3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer dengan pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan penetrasi bahan adhesif tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Misalnya XR Bond.2,19 4. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke-4. Yang mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer, dan adhesif. Nakabayshi et al. (1982) mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah terbentuknya lapisan hibrid (hybrid layer atau hybrid zone). Pengetsaan dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif yang akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian berpolimerasi membentuk resin

tag. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-4 yaitu All-Bond 2 (Bisco), OptiBond FL (Kerr Corporation), dan Scocthbond Multi Purpose (3M ESPE).2,19
5. Sistem adhesif generasi ke-5 terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-bottle system merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phospor 35-37 % selama 15-20 detik. Misalnya Gluma Coomfort Bond, OptiBond Solo, EasyBond, Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond (3M Dental Product). Sedangkan, self-etching primer merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Beberapa contoh bahan adhesif Self-etching primer antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner Bond II, Unfil Bond (GC Product).2,19
6. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Sel-etching primer atau two-step selfetch adhesive merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen.2,19
7. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-etch yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan adhesif, sistem ini dikenal dengan one-step self-etch system atau single solution. Contohnya Prompt L-Pop (3M Dental Product), iBondTM.2,19
Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas empat kategori yaitu:19
1. Total-etch adhesive system Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,antara lain : a. Three-step total-etch adhesive Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. b. Two-step total-etch adhesive Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu

tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.19
2. Self-etch adhesive system Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain: a. Two-step self-etch adhesive Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif. b. One-step self-etch adhesive Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.19
B. Sifat Bahan Resin Komposit Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain: 1. Sifat fisik Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. 2. Sifat mekanis Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.2,19

C. Keuntungan dan KekuranganResin Komposit Keuntungan resin komposit antara lain estetik sangat memuaskan, sistem perlekatan ke enamel yang sangat baik, resin komposit hanya membutuhkan preparasi gigi yang minimal, ketahanan pemakaian yang baik dan memiliki kondisi thermal yang rendah.2,3,4 Kekurangan dari resin komposit antara lainmaterial ini membutuhkan tahapan-tahapan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup mendalam dari dokter gigi.Pada saat penambalan diperlukan isolasi daerah kerja yang cukup kering karena kontaminasi saliva dapat mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin komposit, seperti kekuatan dan daya tahannya.Sifat re