Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi Di Kota Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam
tiga ranah/kawasan yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam
perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga
ranah tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan
(practice).

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indra mata dan telinga. Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu: 13
a. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan
menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditunjukkan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan
masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan, dan
mendemonstrasikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis

merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau
kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan
merumuskan.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.13

2.2 Sikap
Sikap merupakan suatu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus
ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Sikap terdiri atas
berbagai tingkatan, antara lain:13
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas.
c. Menghargai (valuating)
Menghargai adalah mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan
masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

Universitas Sumatera Utara

suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis,
kemudian ditanyakan pendapat responden.13

2.3 Tindakan
Tindakan merupakan suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan

nyata yang didukung oleh suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan
atas beberapa tingkatan, yaitu:13
a. Persepsi (perception)
Persepsi adalah suatu proses mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi merupakan praktek tingkat
pertama.
b. Respons terpimpin (guide responce)
Respon terpimpin adalah suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Respon terpimpin merupakan
indikator praktek tingkat kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia telah mencapai praktek
tingkat ketiga.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Prosedur Pencegahan Penyakit Menular
Pencegahan penyakit menular di praktek dokter gigi pada umumnya
mengikuti standard precautions yang dikeluarkan oleh Center of Disease Control
and Prevention (CDC) yaitu prosedur yang harus diikuti ketika melakukan tindakan
yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali
keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Pencegahan bertujuan untuk
melindungi dokter gigi, pasien, dan staf dari paparan objek yang infeksius selama
prosedur perawatan berlangsung.14 Pencegahan-pencegahan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

2.4.1 Evaluasi Pasien
Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari setiap pasien dan
diperbaharui pada setiap kunjungan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui
adanya infeksi silang yang kemungkinan terjadi pada praktek dokter gigi. Harus
diperhatikan mengenai adanya penyakit infeksi yang berbahaya.3

2.4.2 Perlindungan Diri
Dalam hal ini termasuk cuci tangan, pemakaian baju praktek, penggunaan
sarung tangan, penggunaan kacamata pelindung, penggunaan masker, penggunaan
rubber dam, dan imunisasi.

1. Cuci tangan

Universitas Sumatera Utara

Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah
merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan
tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. 3,12
Prosedur mencuci tangan yang benar adalah seperti berikut:15
a. Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
b. Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ke tangan dan
digosok sampai berbusa.
c. Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya,
kedua bagian punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga
dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar 10-15 detik.
d. Tangan dibilas bersih dengan air mengalir.
e. Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu.
Mengeringkan tangan dengan kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan
mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan, karena mesin pengering
tangan umumnya menampung banyak bakteri.15
2. Pemakaian jas praktek

Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah
dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi
kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih
klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen
dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama
beberapa hari hingga beberapa minggu.3,14
3. Penggunaan sarung tangan

Universitas Sumatera Utara

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil
sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf, dan pasien. Tujuan
penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan
darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung
tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan
harus diganti setiap selesai perawat pada setiap pasien.3,14,16
Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi,
diantaranya:8
a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi
memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya

perdarahan.
b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.
c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat,
permukaan kerja, atau saat menggunakan bahan kimia.
4. Penggunaan masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan
pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya
aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas
penyaringan dari masker tergantung dari bahan yang dipakai (masker polipropilen
lebih baik daripada masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30-60 menit).
Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.3,14,16
5. Penggunaan kacamata pelindung

Universitas Sumatera Utara

Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi
mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang
gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva,
mikroorganisme, aerosol, dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun

staf.3,8,14
6. Penggunaan rubber dam
Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya
aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk
mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk
mengurangi terjadinya luka dan pendarahan.3
7. Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan
sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya
heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas
tiga tahap yaitu tahap pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan
kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan
agar personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara
lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri,
pertusis, dan tetanus (DPT), influenza, poliomyelitis, TBC (BCG).3,8,14,16

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua

bentuk hidup terutama mikroorganisme termasuk virus dan spora bakteri. Sterilisasi
dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:3,6,8
1. Pembersihan sebelum sterilisasi
Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris
organik, darah, saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat dilakukan dengan
cara pembersihan manual atau pembersihan dengan ultrasonik. Pembersihan dengan
memakai alat ultrasonik dengan larutan deterjen lebih aman, efisien, dan efektif
dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang ditutup selama 10
menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan
dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan
hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat.3,6
2. Pembungkusan
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur
klinik yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus
untuk sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung
sterilisasi yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan penutup yang
dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara individu dengan bungkus
untuk sterilisasi yang dapat dibeli.3,6
3. Proses sterilisasi
Sterilisasi dapat dicapai melalui metoda berikut:

a. Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

Universitas Sumatera Utara

Siklus sterilisasi dari 134 oC selama 3 menit pada 207 kPa untuk instrumen
yang dibungkus maupun yang tidak dibungkus. Cara kerja dari autoclave sama
dengan pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien membunuh mikroorganisme
dibandingkan dengan perebusan maupun pemanasan kering. Instrumen tersebut dapat
dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik yang dapat
menyalurkan uap.3
b. Pemanasan kering (oven)
Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif
dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya,
dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160oC atau 170oC dan waktu yang lebih
lama (2 jam atau 1 jam) untuk proses sterilisasi. Menurut Nisengard dan Newman
suhu yang dipakai adalah 170oC selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalurkan
panas adalah 190oC, sedang untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit.3
c. Uap bahan kimia (chemiclave)
Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kPa
merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari
bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih
lambat dari autoclave yaitu 138-176 kPa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang
dikehendaki. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak oleh
bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi karatan
apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum disterilkan karena kelembaban
yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap
bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi diperoleh
instrumen

yang

kering.

Namun

instrumen

harus

diangin-anginkan

untuk

mengeluarkan uap sisa bahan kimia.3
4. Penyimpanan yang aseptik
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai.
Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena
penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril
lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu disimpan dan
bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan
aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan
yang baik. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan,
apabila dalam waktu satu bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang. 3

2.4.4 Disinfeksi Permukaan
Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora
kuman) dengan cara fisik atau kimia yang dilakukan terhadap benda mati. Disinfeksi
dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada
dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan.14,17
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan
bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disinfeksi
digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting untuk

Universitas Sumatera Utara

membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak
karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-macam disinfektan yang
digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah:3
1. Alkohol
Larutan etil alkohol atau propil alkohol digunakan untuk mendisinfeksi kulit.
Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi
untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi ADA tidak menganjurkan pemakaian alkohol
untuk mendisinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek
sisa.
2. Aldehid
Aldehid merupakan salah satu disinfektan yang populer dan kuat, baik dalam
bentuk tunggal maupun kombinasi. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendisinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi
dengan akuades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi
kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung
tangan heavy duty.
3. Biguanid
Klorheksidin termasuk biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak. Misalnya, 0,4% larutan pada
detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat
pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi tiruan. Zat ini sangat aktif
terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-).

4. Senyawa halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida
seperti chloros, domestos, dan betadine. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat
menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik.
5. Fenol
Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan
untuk membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat
organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun, karena
sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit
dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptik, seperti dettol. Aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan
penggunaannya terbatas sebagai disinfektan.

2.4.5

Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposable

Sterilitas bisa dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali
pakai/disposable. Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk anastesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendirisendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya.8
Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali
pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah-tangkai juga tersedia dalam bentuk steril
untuk sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai/disposable
seperti sarung tangan, masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor, dan lain-lain.8,17

2.4.6 Penanganan Sampah Medis
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu
bekas, dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus
ditangani secara hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan
tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda
tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam
tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik.
Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam.3

2.5

Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen dan bersifat sangat dinamis mikroorganisme sebagai makhluk hidup tentunya
ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok
yang mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Secara
umum, proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi,
yaitu faktor penyebab penyakit (agen); faktor manusia (pejamu/host); dan faktor

Universitas Sumatera Utara

lingkungan. Mikroorganisme (agen) penyebab penyakit diantaranya adalah virus,
bakteri, jamur, dan parasit. Penularan penyakit infeksi dari seseorang kepada orang
lain umumnya melalui suatu alat atau media perantara yang terkontaminasi
mikroorganisme.18,19
Insidens terjadinya penularan penyakit infeksi lebih tinggi ditemukan pada
dokter gigi karena seringnya berkontak dengan mikroorganisme yang terdapat di
dalam cairan mulut dan darah. Di klinik gigi ataupun di tempat praktek dokter gigi,
rute penularan infeksi dapat terjadi melalui:3,6,19
a. Kontak langsung dengan darah, cairan mulut (termasuk saliva), dan cairan
tubuh lainnya.
b. Kontak tidak langsung dengan objek yang terkontaminasi.
c. Kontak mata, hidung, mulut atau membran mukosa dengan droplet yang
mengandung mikroorganisme patogen dari pasien yang terinfeksi.
d. Terhirup mikroorganisme yang mengendap di udara dalam waktu yang
lama.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan selama perawatan gigi antara lain
hepatitis, herpes simpleks, HIV/AIDS, tuberkulosis, dan sebagainya.

2.5.1 Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang ditularkan oleh virus. Dalam bidang
kedokteran gigi dikenal hepatitis B dan C yang mempunyai risiko penularan yang
tinggi. Risiko penularan hepatitis dari dokter gigi ke pasien adalah sangat kecil

Universitas Sumatera Utara

apabila dibandingkan risiko penularan dari pasien ke pekerja kesehatan gigi yang
jauh lebih besar.8,20
Hepatitis B disebabkan oleh Hepatitis B Virus (HBV). Terdapat dua macam
pola penularan hepatitis B yaitu pola penularan horizontal (penularan melalui kulit,
penularan melalui mukosa seperti mulut, mata, hidung, saluran makan bagian bawah
dan alat kelamin) dan pola penularan vertikal (dari ibu hamil yang mengidap hepatitis
B kepada bayi yang dilahirkan). Dalam bidang kedokteran gigi, penyakit hepatitis B
dapat ditularkam melalui darah, saliva, dan sekret nasofaringeal. Di dalam mulut
konsentrasi HBV tertinggi terdapat di sulkus gingiva. Penyakit hepatitis B dapat di
cegah dengan imunisasi.21
Hepatitis C disebabkan oleh Hepatitis C Virus (HCV). Penularan penyakit
hepatitis C ini sama seperti hepatitis B. Akan tetapi, belum ada imunisasi yang dapat
mencegah terjadinya penyakit ini.21

2.5.2 Herpes simpleks
Virus penyebab herpes simpleks dapat diklasifikasikan menjadi virus herpes
simpleks tipe-1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe-2 (HSV-2). Antibodi untuk
HSV-1 terdapat hampir universal pada populasi dewasa. HSV-1 memiliki manifestasi
primer di rongga mulut. Meskipun kebanyakan HSV-2 melibatkan daerah genital,
kurang lebih 10% lesi oral adalah tipe 2. Lesi yang disebabkan oleh HSV-1 secara
klinis tidak bisa dibedakan dengan HSV-2. Ada beberapa indikasi bahwa 5% pasien
herpes rongga mulut yang asimtomatik mempunyai virus pada salivanya. Karena

Universitas Sumatera Utara

hampir semua pasien dewasa secara potensial dapat menularkan virus melalui saliva,
semua lesi di dalam mulut harus dirawat dengan hati-hati.8

2.5.3 HIV/AIDS
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome,
yang artinya menurunkan system kekebalan tubuh. Penyebab penyakit ini adalah
virus HIV (Human Immuno Deviciency Virus) yaitu sejenis virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh. Cara penularan HIV sampai saat ini diketahui adalah melalui
hubungan seksual (homoseksual maupun heteroseksual) dan secara non seksual
(darah atau produk darah dan transplasental/perinatal). Yang perlu di perhatikan
bahwa seorang pengidap HIV dapat tampak sehat tetapi potensial sebagai sumber
penularan seumur hidup.22
Ketakutan terkena infeksi HIV/AIDS melanda semua orang termasuk dokter
gigi sebagai seorang tenaga kesehatan yang selalu berkontak dengan saliva dan darah.
Cara penularan dapat berupa infeksi silang dari pasien ke pasien melalui alat-alat
tercemar. Di bidang kedokteran gigi, tindakan perawatan yang berisiko penularan
antara lain berupa pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, pengasahan gigi
terutama di daerah servikal, insisi, serta tindakan lain yang dapat menimbulkan luka.7
Di bidang kedokteran gigi, masalah HIV/AIDS cukup mendapat perhatian
karena adanya manifestasi HIV/AIDS di rongga mulut. Oral Candidiasis dan hairy
leukoplakia dapat merupakan awal manifestasi klinis dan dapat juga sebagai tanda
perkembangan penyakit dan memperburuk prognosis. Ada laporan yang mengatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa selain terdapat pada darah, virus HIV yang menjadi penyebab AIDS juga
ditemukan dalam saliva meskipun dalam kadar kecil.8,23

2.5.4 Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk, butir-butir air ludah
berterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paruparunya kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.24
Penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi tuberkulosis paru dan
tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini
merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang menular. Tuberkulosis ekstra paru
merupakan bentuk penyakit TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru-paru,
seperti pleura, kelenjar limfa, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan
saraf pusat dan perut.24
Penderita TB dapat menunjukkan gejala klinis di rongga mulut, walaupun
sangat jarang dan pada umumnya merupakan manifestasi sekunder dari TB paru.
Manifestasi TB di rongga mulut dapat berbentuk ulserasi di dorsum lidah, gingiva,
dasar mulut, mukosa bukal dan labial, palatum lunak, tersering ditemukan di lidah.25

Universitas Sumatera Utara