Pengucapan Irama EKSPRESI DALAM SENI DEKSI DAN MUSIKALISASI PUISI | PUTERA SEMADI | Widya Accarya 305 560 1 SM

176 Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra Oktober 2016 kegagalan itu maka harus punya tekad yang kuat untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi di bidang daya hafal dengan sebaik-baiknya.

2.5 Pengucapan

Sebetulnya masalah intonasi dan pengucapan agak sulit untuk dirumuskan dalam tulisan. Ucapan dalam setiap kesempatan berdeklamasi memang berat diseragamkan. Salah satu contoh yang perlu diketahui; bahwa ucapan bahasa Indonesia sampai saat ini masih keras dipengaruhi oleh ucapan bahasa daerah masing-masing. Setiap pengucapan sangat tidak mungkin dapat dipisahkan dengan intonasi atau lagu kalimat. Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling menopang. Keras-lembut ucapan bunyi bahasa yang teratur dalam puisi termasuk bagian dari irama. Unsur-unsur yang lain dari irama meliputi : bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi yang menimbulkan suatu gerak yang hidup, seperti gemericik air yang mengalir turun tidak putus-putus. Berbicara mengenai pengucapan setidaknya juga menyinggung tentang irama karena ucapan bunyi bahasa dengan teratur merupakan bagian yang tak terpisahkan dari irama itu. Dari ucapan dan intonasi atau irama ini maka seseorang akan cepat memberi petunjuk bahwa seseorang cocok untuk berdeklamasi atau tidak. Jadi, demi terhindar dari kemungkinan yang kurang cocok, maka pengucapan dalam deklamasi harus dijaga semurni dan sebaik-baiknya. Pengaruh ucapan bahasa daerah apalagi sampai mengarah kepada ucapan bahasa asing sudah selayaknya untuk diabaikan.

2.6 Irama

Irama Ing: Rhythm dan Pr. : Rhythme berasal dari bahasa Yunani reo yang berarti riak air. Gerakan-gerakan air, riak air adalah gerakan yang teratur, terus-menerus tidak putus- putus. Itulah barangkali setiap gerak yang teratur disebut reo gerakan air yang mengalir, menjadi ritmos, rhytmus L, kemudian menjadi rhythm, rhythme, ritme jud. Pradopo, 2007:40. Irama, metrum, dan melodi merupakan tiga unsur dalam sajak yang selalu bekerja sama senhingga menghasilkan kesatuan yang indah atau keindahan yang terpadu. Dalam berdeklamasi irama dan ketepatan ekspresi dapat diperoleh dengan menggunakan tekanan-tekanan pada kata yang secara general meliputi : tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo. Tekanan Dinamik fokus pada kata yang terpenting menjadi sari kalimat dan bait sajak. Tekanan nada fokus pada tekanan tinggi-rendah, perasaan rianggembira, marah, keheranan sering menaikkan suara, sedangkan perasaan sedih 177 Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra Oktober 2016 merendahkan suara. Untuk menyatakan hal ini digunakan titilaras : do, re, mi, fa, sol, la, si, do 1,2,3,4,5,6,7,1.. Terakhir, tekanan : tempo, yaitu cepat dan lambatnya pengucapan suku kata atau kata atau kalimat. Pada intinya irama itu adalah jiwa pendeklamasian puisi. Oleh karena itu, maka irama disebut pula sebagai faktor yang utama untuk menghidupkan puisi.

2.7 Batas Sintaksis