Area Penyesuaian Diri dalam Perkawinan Kriteria Penyesuaian Diri dalam Perkawinan silva

Reaksi setiap orang dalam menghadapi perasaan frustasi berbeda-beda, sehingga bagi pasangan terkadang sulit bereaksi secara normal terhadap situasi tersebut. pasangan yang mengalami frustasi ditandai dengan adanya perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka pasangan akan mengalami kesulitan untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaiaan. 4 Kemampuan untuk belajar Proses penyesuaian dalam perkawinan diidentifikasikan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam pemecahan situasi yang penuh konflik, dan stres. Pasangan melakukan penyesuaian yang ditunjukkan dengan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. 5 Pemanfaatan pengalaman masa lalu Penyesuaian dalam perkawinan juga membutuhkan adanya pengalaman masa lalu dna merupakan cara pasangan untuk belajar. Pemanfaatan masa lalu digunakan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya. 6 Sikap realistik dan objektif Penyesuaian yang baik secara konsisten berhubungan dengan sikap realistik dan objektif. Sikap realistik dan objektif adalah berdasarkan pembelajaran, pengalaman masa lalu, pemikiran rasional untuk menilai situasi, masalah atau keterbatasan personal yang apa adanya. Sikap realistik dan objektif bersumber dari pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan indvidu sesuai dengan kenyataan. 7 Pertimbangan rasional dan pengarahan diri Setiap pasangan menggunakan kemampuannya untuk berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik, mengorganisir pikiran, tingkah dan perasaan untuk memecahkan masalah dalam kondisi sulit. Bila pasangan dikuasai oleh emosi yang berlebihan, maka pasangan sulit melakukan penyesuaian dengan baik.

3. Area Penyesuaian Diri dalam Perkawinan

John, Sutton Webster 1970, menjelaskan bahwa ada beberapa area penyesuaian perkawinan, yaitu : 1 Kepribadian dan kemampuan untuk saling menyesuaikan diri dengan pasangan. Pasangan membiasakan diri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang terduga selama masa pacaran. Point ini juga termasuk bagaimana pasangan menyelesaikan konflik dan perbedaan pendapat yang umumnya terjadi pada hubungan baru terbentuk. 2 Pembagian peran. Suami-isteri membicarakan perannya masing-masing dan keduanya harus membentuk persetujuan timbal balik yang berkaitan dengan masalah rumah tangga. Misalnya: siapa yang berperan sebagai pencari nafkah ?, siapa yang memiliki peran untuk mengurusi rumah tangga ?, dan sebagainya. 3 Pendapatan keluarga. Pasangan melakukan penyesuaian terhadap pengelolaan pendapat atau sumber keuangan keluarga termasuk pemakainya. 4 Rekreasi atau kegiatan waktu luang. Dalam sebuah hubungan, pasti membutuhkan waktu untuk bersenang-senang. Waktu luang yang diisi dengan rekreasi merupakan cara setiap pasangan keluarga untuk menciptakan suasana yang baru.

4. Kriteria Penyesuaian Diri dalam Perkawinan silva

Burgess Locke 1960 memberikan batasan kriteria penyesuian dalam perkawinan yang ditandai dengan : 1 Adanya kesesuaian pendapat antara suami dan isteri dalam hal yang dapat menjadi masalah. 2 Adanya minat dan kegiatan bersama 3 Adanya pengungkapan kasih sayang dan rasa saling percaya 4 Memiliki sedikit keluhan 5 Tidak banyak memiliki perasaan kesepian, sedih, marah, dan semacamnya. Dengan terpeenuhinya kriteria-kriteria tersebut dapat mengindikasikan dan menunjukkan adanya penyesuaian perkawinan. Semakin banyak tanda-tanda yang muncul, maka semakin tinggi tingkat penyesuaian diantara suami dan isteri.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dalam Perkawinan vika