Aspek-aspek Penyesuaian diri Penyesuaian Hidup Berkeluarga 1. Pengertian

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah penyatuan hubungan antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tanggung jawab yang berkaitan dengan seksual, ekonomi, dan status sosil yang disahkan oleh hukum.

B. Penyesuaian Hidup Berkeluarga 1. Pengertian

Penyesuaian diri adalah perilaku penyesuaian yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi tantangan dan mengatasi masalah-masalah peristiwa kehidupannya Prihartanti, 2004. Lasswell dan Lasswell 1987 mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah dua individu yang belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan. Dyer 1983 menyatakan pernyesuaian perkawinan adalah adanya berbagai macam proses dan penyesuaian di dalam hubungan perkawinan antar pasangan, di mana adanya proses akomodasi terhadap situasi sehari-hari, adanya keseimbangan kebutuhan masing- masing, ketertarikan, role-expectation, pandangan, dan adaptasi untuk perubahan kondisi perkawinan dan hidup keluarga. Menurut Schneiders 1964 menjelaskan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adala suatu seni kehidupan yang memiliki manfat, tanggung jawab, dan pengharapan yang merupakan dasar dalam perkawinan. Sedangkan, Duvall dan Miller 1985, penyesuaian perkawinan adalah proses pembiasaan diri pada kondisi yang baru dan berbeda sebagai suami isteri dengan harapan dapat melakukan tanggung jawab dan peran. Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah sepasang suami isteri yang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi dan kondisi yang baru baik dalam hal kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan.

2. Aspek-aspek Penyesuaian diri

Schneiders 1964 menjelaskan bahwa penyesuaian yang baik meliputi tujuh aspek, yaitu : 1 Tidak terdapat emosionalitas yang berlebih Menekankan adanya kontrol emosi individu. Artinya setiap pasangan, mengekspresikan emosi secara lebih tepat, sehingga dalam pemecahan masalah dapat diatasi secara baik. 2 Tidak terdapat mekanisme psikologis Menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan yang mengindikasikan respon yang normal daripada penyelesaian masalah yang seringkali ditandai dengan adanya mekanisme pertahanan diri untuk mengubah suatu kondisi. 3 Tidak terdapat perasaan frustasi personal Reaksi setiap orang dalam menghadapi perasaan frustasi berbeda-beda, sehingga bagi pasangan terkadang sulit bereaksi secara normal terhadap situasi tersebut. pasangan yang mengalami frustasi ditandai dengan adanya perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka pasangan akan mengalami kesulitan untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaiaan. 4 Kemampuan untuk belajar Proses penyesuaian dalam perkawinan diidentifikasikan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam pemecahan situasi yang penuh konflik, dan stres. Pasangan melakukan penyesuaian yang ditunjukkan dengan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. 5 Pemanfaatan pengalaman masa lalu Penyesuaian dalam perkawinan juga membutuhkan adanya pengalaman masa lalu dna merupakan cara pasangan untuk belajar. Pemanfaatan masa lalu digunakan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya. 6 Sikap realistik dan objektif Penyesuaian yang baik secara konsisten berhubungan dengan sikap realistik dan objektif. Sikap realistik dan objektif adalah berdasarkan pembelajaran, pengalaman masa lalu, pemikiran rasional untuk menilai situasi, masalah atau keterbatasan personal yang apa adanya. Sikap realistik dan objektif bersumber dari pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan indvidu sesuai dengan kenyataan. 7 Pertimbangan rasional dan pengarahan diri Setiap pasangan menggunakan kemampuannya untuk berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik, mengorganisir pikiran, tingkah dan perasaan untuk memecahkan masalah dalam kondisi sulit. Bila pasangan dikuasai oleh emosi yang berlebihan, maka pasangan sulit melakukan penyesuaian dengan baik.

3. Area Penyesuaian Diri dalam Perkawinan