Sistem Pengontrolan Dan Sistem Pemantauan Batch Mixer Pada Industri Minuman Menggunakan Atmega8535 Dengan Tampilan Labview

(1)

Diajukan sebagai salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Elektro

Disusun Oleh :

HANRA SYARIYANDI

1.31.06.034

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

Batch mixer merupakan alat yang menampung beberapa bahan baku untuk dicampurkan sehingga menjadi produk dapat digunakan. Pada tugas akhir ini, rancang bangun batch mixer terdiri dari dua buah tangki, yaitu tangki pencampuran (TCMP) dan tangki pemanas (TPMNS). Pada TCMP, terdapat sensor probe yang berfungsi sebagai pendeteksi tingkat ketinggian,dan pengaduk yang digerakan oleh motor DC. Sedangkan pada TPMNS, terdapat sensor suhu LM35 dan pemanas. Terdapat pula tiga buah pompa akuarium yaitu pompa teh cair pahit (PTCP), pompa sirup gula (PSG) dan pompa pencampuran (PCMP). Batch mixer secara dikontrol otomatis menggunakan ATMega8535 dan proses kerja batch mixerdapat dipantau dengan tampilan menggunakan LabVIEW. Kata kunci : batch mixer, pompa akuarium, motor DC, pemanas, sensor probe dan


(3)

is a sensor probe that functions as a detector height levels, and the mixer is driven by DC motors. While on TPMNS, there LM35 temperature sensor and heater. There are also three aquarium pump that pumps liquid tea bitter (PTCP), sugar syrup pump (PSG) and the mixing pump (PCMP). Batch mixers are controlled automatically using ATMEGA8535 batch mixer and work processes can be monitored by the appearance of using LabVIEW.

Key words : batch mixers, aquarium pumps, DC motors, heater, sensor probes and LM35.


(4)

Dengan menyebut nama puji dan syukur penulis telah melimpahkan rahmat menyelesaikan tugas akhir pemantauan batch mixer

dengan tampilan LabVIEW adalah memenuhi syarat

teknik elektro di Universitas Komputer Saya menyadari bahwa dikarenakan keterbatasan sistematika penulisan,

Semoga tugas akhir ini dapat elektro maupun bagi siapapun yang m

Pada kesempatan

semua pihak yang telah membantu terutama kepada :

1. Ayah dan Ibu terci

dan selalu memberikan dorongan m

selama mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan di UNIKOM Ba iii

menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wata’a

hmat serta hidayah-Nya kepada saya, sehingga as akhir yang diberi judul ”sistem pengontrolan dan

mixer pada industri minuman menggunakan ATM abVIEW”. Adapun maksud dari penyusunan tuga syarat kelulusan program strata satu (S1) pada program teknik elektro di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, keterbatasan saya, baik dalam penyajian materi, maup

sumber bacaan, pengetahuan dan pengalaman akhir ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa program studi siapapun yang membaca dan mempelajari tugas akhir ini kesempatan ini, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih yang telah membantu kelancaran dalam penyelesaian tugas

Ibu tercinta, terima kasih atas kasih sayang, nasehat, dukungan memberikan dorongan moril dan materil serta do’a kepada saya, mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan di UNIKOM Bandung.

Maha Penyayang, Wata’ala yang sehingga saya dapat pengontrolan dan sistem ATMega8535 tugas akhir ini pada program studi

kata sempurna, maupun dalam pengalaman saya. program studi teknik dan mempelajari tugas akhir ini.

terimakasih kepada tugas akhir ini,

nasehat, dukungan do’a kepada saya, saikan perkuliahan di UNIKOM Bandung.


(5)

iv

5. Ibu Tri Rahajoeningroem, MT., sebagai dosen wali mahasiswa elektro angkatan 2006 dan koordinator tugas akhir program studi teknik elektro UNIKOM Bandung.

6. Ibu Levy Olivia Nur, MT., sebagai dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di UNIKOM Bandung.

7. Bapak Bobi Kurniawan, ST., M.KOM., sebagai dosen yang telah memberikan pengalaman dalam menyelenggarakan seminar selama saya kuliah di UNIKOM Bandung.

8. Bapak Budi Herdiana, ST., dan Joko Prayitno, ST., sebagai dosen yang telah membantu dalam pemecahan masalah dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Bapak Riyanto, MT., sebagai dosen sistem embedded yang sangat menginsipirasi dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Almarhum Bapak Ir., drs., Abdurachim Wiradikarta, dipl migas., MT., sebagai dosen sistem terdistribusi yang menginsipirasi dalam pemilihan judul tugas akhir ini.


(6)

v

Kalian telah menjadi sahabat saya dalam suka dan duka selama mengikuti perkuliahan pada jurusan teknik elektro di UNIKOM Bandung.

12. Rekan-rekan seperjuangan mencapai gelar sarjana : Idur, Haji, Kuna, Odok, Agus, Dublin, Bobi Hasan, Bonti, Kiwid, Demul, Sagung, Sarmang, Bob, Badrun, Sakir, Abah, Oding, Prima, Duy, Akay, dan Jupri Arab.

13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 , serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

14.Mystery box, yang menyemangati terselesaikannya tugas akhir ini.

Alhamdulillah, saya telah menyelesaikan tugas akhir ini dan saya menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan sebagai bahan masukan bagi saya untuk menghasilkan karya yang lebih baik.

Penulis


(7)

1

Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal dan pikiran. Teknologi terbentuk karena manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Di dunia industri, proses produksi dikerjakan secara manual dengan menggunakan jasa tenaga kerja manusia mengakibatkan proses produksi berjalan lambat dan hasil produksi yang kurang ekonomis. Oleh karena itu dibutuhkan proses produksi yang dikerjakan secara otomatis dengan menggunakan mesin sebagai pengganti jasa manusia.

Pada industri minuman, proses produksi secara manual melibatkan banyak manusia untuk melakukan pencampuran beberapa bahan baku. Bahan baku tersebut ditampung pada sebuah tangki yang kemudian diaduk dan dipanaskan sehingga menjadi produk yang diinginkan. Kesalahan dari ukuran banyaknya pencampuran bahan baku mengakibatkan mutu dari produk yang dihasilkan berkurang.

Proses produksi secara otomatis telah digunakan oleh berbagai industri, misalnya industri yang menghasilkan produk minuman, makanan, minyak, dan lain-lain. Proses produksi tersebut menggunakan suatu alat yang disebut dengan


(8)

Batch mixer merupakan alat yang menampung beberapa bahan baku untuk dicampurkan sehingga menjadi produk dapat digunakan. Bahan baku dapat berupa cairan, padat dan gas. Penggunaan bahan baku dan cara pencampuran bahan baku yang membedakan perancangan batch mixer pada setiap industri.

Untuk mengetahui batch mixer berjalan dengan baik dapat dilakukan pemantauan terhadap batch mixeritu sendiri. Sistem pemantauan langsung, yaitu dengan mengamati kerja batch mixerke tempat produksi dengan melihat tampilan hasil pengukuran dari pengontrolan batch mixer. Terkadang terjadi kekeliruan dalam sistem pemantauan langsung. Kekeliruan tersebut terjadi karena keliru melihat tampilan hasil pengukuran dari pengontrolan batch mixer yang dapat mengakibatkan berkurangnya mutu dari hasil produksi.

Dari uraian di atas, maka dalam tugas akhir ini penulis mencoba membuat sistem pengontrolan dan sistem pemantauan batch mixer pada industri minuman menggunakan ATmega8535 dengan tampilan LabVIEW.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah pada tugas akhir ini adalah :

1. bagaimana proses pencampuran bahan baku untuk mendapatkan suatu produk minuman,

2. bagaimana membuat sistem pengontrolan otomatis dan sistem pemantauan pada batch mixer di industri minuman, dan


(9)

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas akhir ini adalah :

1. mengetahui proses pencampuran bahan baku untuk mendapatkan suatu produk minuman,

2. membuat prototipe batch mixer,

3. membuat sistem pengontrolan otomatis dan sistem pemantauan pada batch mixerpada industri minuman menggunakan ATmega8535,

4. membuat tampilan sistem pemantauan bacth mixerpada industri minuman agar mudah diamati menggunakan LabVIEW.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :

1. proses pencampuran bahan menggunakan dua zat cair yang berbeda, 2. tangki menggunakan wadah yang terbuat dari plastik dan kaleng suatu

pruduk biskuit,

3. pompa untuk memindahkan cairan menggunakan pompa yang biasa digunakan untuk akuarium,


(10)

4. mixer(pengaduk) menggunakan motor DC,

5. heater(pemanas) menggunakan pemanas yang berbentuk spiral,

6. sensor untuk mendeteksi suhu pada tangki menggunakan sensor suhu LM35,

7. sensor untuk mendeteksi ketinggian cairan di dalam tangki menggunakan sensor probe,

8. ATmega8535 digunakan untuk memroses dari sistem pengontrol dan sistem pemantauan batch mixer,

9. perancangan program ATmega8535 menggunakan CodeVisionAVR, sedangkan untuk mengunduh program menggunakan Ponyprog,

10. tampilan sistem pemantauan menggunakan LabVIEW yang menerima data dari ATmega8535,

11. ATmega8535 memberikan data kepada LabVIEW menggunakan port

serial,

12. tidak membahas catu daya, pompa, pemanas, dan relai.

1.5 Metode Penelitian

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan membaca dan mencari buku, paper, atau jurnal yang mempunyai hubungan dengan tugas akhir ini.


(11)

3. Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Merancang program sistem pengontrolan pada ATmega8535 dan membuat tampilan sistem pemantauan menggunakan LabVIEW berdasarkan data yang diterima dari ATmega8535.

4. Pengujian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

Melakukan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak yang dibuat, agar sesuai dengan tujuan dari tugas akhir ini.

5. Pengumpulan Data dan Analisa

Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil pengujian perangkat keras dan perangkat lunak, kemudian menganalisa data yang diperoleh.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan dari perencanaan dan pembuatan sistem ini terbagi dalam beberapa bab yaitu :

1. BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini diberikan penjelasan mengenai pentingnya topik yang dikerjakan dan latar belakang mengapa penulis memilih topik tersebut.


(12)

2. BAB II : Dasar Teori

Berisi pembahasan mengenai ATmega8535, pemrograman ATmega8535, LabVIEW, dan komponen pendukung lainnya.

3. BAB III : Perancangan

Berisi tentang penjelasan bagaimana merancang batch mixer, serta sistem pengontrolan batch mixer dan sistem pemantauan batch mixer pada industri minuman.

4. BAB IV : Pengujian dan Analisa

Membahas tentang pengujian terhadap batch mixer, serta sistem pengontrolan batch mixer dan sistem pemantauan batch mixer, kemudian mengumpulkan data-data hasil pengujian untuk dianalisa.

5. BAB V : Penutup


(13)

7

Batch mixer merupakan alat yang menampung beberapa bahan baku untuk dicampurkan sehingga menjadi produk dapat digunakan. Bahan baku dapat berupa cairan, padat dan gas. Penggunaan bahan baku dan cara pencampuran bahan baku yang membedakan perancangan batch mixer pada setiap industri.

2.1.1 PSIM Programmable Logic Control(PLC) Simulator

Sekarang ini telah banyak simulator mengenai cara kerja batch mixer, salah satunya PSIM PLCSimulator. PSIM PLCSimulatoradalah perangkat lunak yang berisi latihan simulasi PLC menggunakan jenis pemrograman PLC Allen Bradley. Dalam perangkat lunak ini terdiri dari simulasi proses dan simulasi aplikasi industri, yaitu simulasi I/O, simulasi traffic light, simulasi conveyor, dan simulasi


(14)

Gambar 2.1Batch Mixerpada PSIM PLC Simulator

Berikut cara kerja batch mixerpada PSIM PLC Simulator.

1. Saat batch mixerdioperasikan, maka lampu indikator RUNmenyala. 2. Pompa 1 dan pompa 2 mengisi bahan baku ke tangki pencampuran

sampai kondisi high level, kemudian lampu indikator FULL menyala, pompa 1 dan pompa 2 berenti mengisi bahan baku kedalam tangki.

3. Setelah semua bahan baku berada dalam tangki pencampuran, maka bahan baku diaduk dan dipanaskan hingga suhu yang ditentukan. Pada proses ini lampu indikator STANDBYmenyala.

4. Setelah bahan baku diaduk dan dipanaskan hingga suhu yang ditentukan, maka lampu indikator FULLdan STANDBYakan mati, serta pompa 3 aktif menguras tangki sampai kondisi low level.


(15)

pembuatan Teh Botol Sosro pada PT. SOSRO.

1. Penyeduhan Teh

Teh wangi melati diseduh di dalam tangki ekstraksi dengan air mendidih yang sudah melalui filter (penyaring) dan pemanasan. Setelah proses penyeduhan teh selesai, maka teh cair pahit hasil seduhan tersebut dilewatkan ke filter cosmos dan dipindahkan ke tangki pencampuran

mixing tank (tangki pencampuran) hingga mencapai standar yang telah ditentukan menggunakan pompa.

2. Pelarutan Gula

Gula pasir putih dilarutkan dengan air panas di tangki pelarutan gula sampai menjadi sirup gula. Sirup gula ini kemudian disaring dan dipindahkan kedalam tangki penampungan hingga mencapai standar yang telah ditentukan menggunakan pompa.

3. Pencampuran

Teh cair pahit dan sirup gula diaduk mencapai standar yang telah ditentukan hingga menjadi teh cair manis.


(16)

4. Pemananasan

Pada proses ini teh cair manis dipanaskan dengan heat exchanger

(pemanas tidak langsung) hingga mencapai suhu diatas 90°C. Proses pemanasan ini disebut proses pasteurisasi. Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri dan virus.

2.2 Motor DC

Motor DC dapat berputar karena adanya induksi ketika dihubungkan ke sumber tegangan DC. Arah putaran motor DC tergantung pada polaritas sumber tegangan DC, arah putaran motor DC dapat diatur dengan cara membalikkan input dari polaritas sumber tegangan. Kecepatan putaran motor DC tergantung pada besarnya sumber tegangan, selain itu motor DC dapat juga diatur kecepatannya menggunakan PWM (Pulse Width Modulation) atau modulasi lebar pulsa.


(17)

motor DC berada pada garis horizontal) sehingga disebut jembatan-H. Jembatan-H digunakan untuk pengontrol arah putaran motor DC. Pada dasarnya jembatan-Jembatan-H menggunakan transistor sebagai saklar untuk mengontrol arah putaran motor DC.

Gambar 2.3 Rangkaian Jembatan-H

Rangkaian jembatan-H dapat dibangun menggunakan transistor yang berfungsi sebagai saklar. Jika A diberi sumber tegangan mengakibatkan motor DC berputar berlawanan arah jarum jam. Ilustrasi transistor sebagai saklar mengakibatkan motor DC berputar searah jarum jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


(18)

Gambar 2.4 Jembatan-H untuk Mengontrol Arah Putaran Berlawanan Arah Jarum Jam

Seperti terlihat pada diatas, jika B diberi sumber tegangan mengakibatkan motor DC berputar searah jarum jam. Ilustrasi transistor sebagai saklar mengakibatkan motor DC berputar searah jarum jam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Jembatan-H untuk Mengontrol Arah Putaran Motor Searah Jarum Jam

2.4 Transistor Darlington

Transistor Darlington adalah rangkaian elektronika yang terdiri dari sepasang transistor bipolar yang tersambung secara seri. Sambungan seri seperti ini dipakai untuk mendapatkan penguatan (gain) yang tinggi, karena hasil penguatan pada transistor yang pertama akan dikuatkan lebih lanjut oleh transistor kedua.


(19)

Gambar 2.6 Rangkaian Transistor Darlington

2.5 Sensor Tingkat Ketinggian

Pengukuran tingkat ketinggian dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultrasonic, optic, Tehrmal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan digunakan.

2.5.1 Sistem Pelampung

Cara yang paling sederhana dalam mengetaui tingkat ketinggian cairan adalah dengan menggunakan pelampung yang diberi gagang. Pembacaan dapat dilakukan dengan memasang sensor posisi misalnya potensiometer pada bagian engsel gagang pelampung. Cara ini cukup baik diterapkan untuk tangki air yang tidak terlalu tinggi.


(20)

Gambar 2.7 Sensor Tingkat Ketinggian Menggunakan Pelampung

2.5.2 Sistem Tekanan

Untuk mengukur tingkat ketinggian cairan dapat pula dilakukan menggunakan sensor tekanan yang dipasang di bagian dasar dari tabung. Cara ini cukup praktis, akan tetapi ketelitiannya sangat tergantung dari berat jenis dan suhu cairan sehingga kemungkinan kesalahan pembacaan cukup besar.


(21)

Pemancar ultrasonik memancarkan gelombang ultrasonik, ketika gelombang ultrasonik mengenai cairan, maka sinyal ini dipantulkan, dan diterima oleh penerima ultrasonik. Selama menunggu pantulan, pengirim ultrasonik akan menghasilkan sebuah pulsa. Pulsa ini akan berhenti ketika gelombang pantulan terdeteksi oleh penerima ultrasonik. Oleh karena itulah lebar pulsa tersebut dapat merepresentasikan jarak antara sensor dengan objek.

Gambar 2.9 Bentuk Fisik Ping))) Paralac


(22)

2.5.4 Sensor Probe

Sensor probe menggunakan kawat tembaga yang sebagai probe-nya.

Common probe terhubung dengan groundsehingga berlogika 0, sedangkan probe low leveldan high levelterhubung dengan Vcc sehingga berlogika 1.

Gambar 2.11 Konfigurasi Sensor Probe

Apabila common probe dan low level ataupun high level menyentuh air, maka terjadi perubaan logika probe low levelyang semula berlogika 1 menjadi 0. Perubahan logika ini yang dimanfaatkan sebagai pendeteksian ketinggian air.

2.6 Sensor Suhu

Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah suhu menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Berikut penjelasan mengenai sensor suhu.


(23)

logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut.

Bila dua lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah. Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklarNormally Closed(NC) atau Normally Open (NO).

Gambar 2.12 Kontruksi Bimetal

2.6.2 Termokopel

Termokopel dapat mengukur suhu 3000F sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan keramik yang lebih dari 30000F. Termokopel dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan dililit bersama.


(24)

Gambar 2.13 Rangkaian Dasar Termokopel

Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Termokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek seebeck. Efek

seebeck adalah sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis (besi dan konstan) dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference junction dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau 680F (200C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial (electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut.

Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap tegangan. Tipe-tipe kombinasi logam penghantar termokopel, yaitu tipe E (kromel-konstantan), tipe J (besi-konstantan), tipe K (kromel-alumel), tipe R-S (platinum-platinum rhodium) dan tipe T (tembaga-konstantan).


(25)

Gambar 2.14 Bentuk Fisik Termokopel

2.6.3 Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansi.


(26)

Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt, tembaga, besi atau nikel. Bentuk Thermistor :

1. butiran digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ,

2. keping digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya,

3. batang digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik.

Ada dua macam thermistor secara umum: posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan suhunya naik, sementara sifat NTC kebalikan dari PTC.

2.6.4 LM35

Sensor LM35 ini merupakan sensor yang banyak digunakan dalam melakukan pengukuran dan pengontrolan suhu, dikarenakan sensor LM35 ini memiliki keakuratan yang tinggi, kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain serta memiliki karakteristik sensor yang cukup baik.


(27)

Gambar 2.16 Konfigurasi PinLM35 Berikut karakterisitik LM35.

1. Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran celcius karena sensor suhu jenis LM35 ini sudah difungsikan untuk mendeteksi besaran suhu dalam skala celcius.

2. Memiliki sensitivitas suhu dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Karena itu LM35 tidak lagi memerlukan kalibrasi eksternal.

3. Memiliki tingkat kelinieran yang tinggi, yaitu suhu akan naik 1ºC setiap kenaikan 10 mV dan suhu akan turun setiap pengurangan 10mV.

4. Mudah dalam penempatan, yaitu pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula ditempatkan pada permukaan semen akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut.

5. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low self heating) yaitu kurang dari 0,5ºC,sehingga tingkat kesalahan dalam pembacaan suhu rendah. 6. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 7. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt dengan arus rendah yaitu 60 µA.


(28)

2.7 Penguatan Operasional (Op-Amp)

Op-Amp merupakan kumpulan puluhan transistor dan resistor dalam bentuk satu chip IC. Op-Ampmerupakan komponen aktif linear yang merupakan penguat gandeng langsung (direct coupling), dengan penguatan terbuka (open gain) yang sangat besar dan dapat dipakai untuk menjumlahkan, mengalikan, membagi, mendiferensialkan, serta mengintegralkan tegangan listrik. IC Op-Amp sering digunakan untuk perhitungan-perhitungan analog, instrumentasi, maupun berbagai macam aplikasi kontrol.

2.7.1 Penguat Operasional Membalik (Inverting Op-Amp)

Inverting op-amp akan menguatkan tegangan pada masukan serta membalik hasil penguatan tersebut, jadi keluaran dari rangkaian ini akan selalu memiliki polaritas yang berlawananan dengan sinyal masukannya.

Gambar 2.17 Rangkaian Inverting Op-Amp

Penguatan tegangan pada rangkaian inverting op-amp diatas, ditentukan oleh persamaan berikut :


(29)

Tanda minus hanya menunjukkan bahwa keluaran berlawanan fasa terhadap masukannya.

2.7.2 Penguat Operasional Tak Membalik (Non-Inverting Op-Amp)

Dalam konfigurasi non-inverting op-amp, umpan balik digunakan untuk mengatur penguatan tetap diberikan pada masukan membalik, tetapi diberikan pada masukan tak membalik sehingga tegangan keluaran akan selalu sefasa dengan tegangan masukannya.

Gambar 2.18 RangkaianNon-Inverting Op-Amp

Penguatan tegangan pada rangkaian non-inverting op-amp diatas, ditentukan oleh persamaan berikut :


(30)

Tegangan keluaran diperoleh dengan cara mengalikan tegangan masukan yang diketahui dengan faktor penguatan, atau menggunakan persamaan sebagai berikut :

= + ...(2.4)

2.8 Saluran Serial Komputer

Ada 2 macam cara komunikasi data serial, yaitu :

8. komunikasi serial sinkron atau Universal Synchronous serial Receiver and Transmitter(USART) dan

9. komunikasi serial sinkron atau Universal Asynchronous serial Receiver and Transmitter(UART).

Pada komunikasi data serial sinkron, clockdikirimkan bersama sama dengan data serial, tetapi clock tersebut dibangkitkan oleh masing-masing sisi pengirim maupun penerima. Sedangkan pada komunikasi serial asinkron tidak diperlukan

clock karena data dikirimkan dengan kecepatan tertentu yang sama baik pada pengirim dan penerima.

Saluran serial IBM PC termasuk jenis komunikasi serial asinkron. Agar terjadi sinkronisasi antara pengirim dan penerima, maka al-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.


(31)

berhubungan harus dia 11. Setiap byte data

frame (bingkai), yang sebuah transmisi, dan

12.Start bitselalu berlogika renda 13.Stop bitselalu berlogika tinggi. 14. Dapat menambahkan

digunakan untuk sebanyak ganjil atau transfer byte yang

bitparitasnya.

Gambar 2.

berhubungan harus diatur pada kecepatan yang sama.

data akan diberikan bit-bit tambahan yang disebut

(bingkai), yang terdiri dari start bit yang menandakan dimulainya h transmisi, dan stop bityang menandakan akhir dari transmisi.

selalu berlogika rendah. selalu berlogika tinggi.

enambahkan dengan bit parity. Bit parity(paritas) adalah untuk menandakan data memiliki jumlah bit berlogika ganjil atau genap. Paritas dibutuhkan untuk mengetahui

yang cacat, dan menghasilkan data yang tidak sesuai

Gambar 2.19 Sinyal Komunikasi IBM-PC

disebut dengan menandakan dimulainya kan akhir dari transmisi.

adalah bityang berlogika 1 mengetahui jika ada tidak sesuai dengan


(32)

2.8.1 Karakteristik Sinyal Saluran Serial

Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industri Association (EIA). Standar ini hanya menyangkut komunikasi antara Data Terminal Equipment (DTE) dengan alat-alat pelengkap komputer Data Circuit Equipment (DCE). Standar sinyal RS232 memiliki ketentuan tingkat ketinggian tegangan sebagai berikut :

15. Logika ‘1’ disebut ‘mark’ terletak antara -3 Volt sampai -25 Volt, 16. Logika ‘0’ disebut ‘space’ terletak antara +3 Volt sampai +25 Volt, dan 17. Daerah tegangan antara -3 Volt sampai +3 Volt adalah invalid level, yaitu

daerah tegangan yang tidak memiliki logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian juga level tegangan dibawah -25 Volt dan diatas +25 Volt juga harus dihindari karena bisa merusak line driverpada saluran RS232.

2.8.2 Konfigurasi Saluran Serial

Konektor DB9 pada bagian belakang komputer adalah port serial RS232 yang biasa dinamai dengan COM1 dan COM2.


(33)

5 Ground -6 DSR (DCE Ready) Dari DCE 7 RTS (Request to Send) Dari DTE 8 CTS (Clear to Send) Dari DCE 9 RI (Ring Indikator) Dari DCE

Keterangan mengenai fungsi saluran pada konektor DB9 adalah sebagai berikut:

18.Data Carrier Detect, dengan saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa pada konektor masukkan ada data masuk.

19.Receive Data, digunakan DTE menerima data dari DCE. 20.Transmitted Data, digunakan DTE mengirimkan data ke DCE.

21.Data Terminal Ready, pada saluran ini DTE memberitahukan kesiapan konektornya.

22.Signal Groundmerupakan saluran ground.

23. DCE Ready, sinyal aktif pada saluran ini menunjukkan bahwa DCE sudah siap.

24.Request To Send, dengan saluran ini DCE diminta mengirim data oleh DTE.

25.Clear To Send, dengan saluran ini DCE memberitahukan bahwa DTE boleh mulai mengirim data.


(34)

26.Ring Indikator, pada saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah stasiun menghendaki berhubungan dengannya.

Untuk dapat menggunakan saluran serial harus diketahui dahulu alamat dari saluran serial tersebut. Biasanya tersedia dua saluran serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2. COM1 memiliki alamat 1016 (3F8h) dan COM2 memeiliki alamat 760 (2F8h).

Tabel 2.2Registerdan Alamat RegisterSaluran Serial Nama Register COM1 COM2

TX Buffer 3F8h 2F8h

RX Buffer 3F8h 2F8h

Baud Rate Divisor Latch(LSB) 3F8h 2F8h

Baud Rate Divisor Latch(MSB) 3F9h 2F9h

Interrupt Enable Register 3F9h 2F9h

Interrupt Identification Register 3FAh 2FAh

Line Control Register 3FBh 2FBh

Modem Control Register 3FCh 2FCh

Line Status Register 3FDh 2FDh

Modem Status Register 3FEh 2FEh

2.8.3 Flow Control

Jika baud ratedari DTE ke DCE (misal dari komputer ke modem) lebih cepat dari pada pemindahan data dari DCE ke DCE (modem ke modem), maka cepat atau lambat kehilangan data akan terjadi karena buffer (penyangga) pada DCE akan mengalami overflow. Untuk itu diperlukan sistem flow control untuk mengatasi masalah tersebut. Ada 2 macam flow control yaitu secara perangkat keras dan secara perangkat lunak.


(35)

membalas dengan mengatur saluran Clear to Send (CTS) dan komputer akan mulai mengirimkan data. Jika penyangga telah penuh, maka saluran akan kembali ke pengaturan semula (reset) dan komputer akan menghentikan pengiriman data sampai saluran ini diatur kembali.

28.Flow controlsecara perangkat lunak atau yang sering disebut dengan Xon (karakter ASCII 17) dan Xoff (karakter ASCII 19). DCE akan mengirimkan Xoff ke komputer untuk memberitahukan agar komputer menghentikan pengiriman data apabila penyangga pada DCE telah penuh. Jika penyangga telah kembali siap menerima data, DCE akan mengirimkan karakter Xon ke komputer dan komputer akan melanjutkan pengiriman data sampai data terkirim semua.

2.9 LabVIEW

LabVIEW (Laboratory Virtual Instrument Engineering Workbench) adalah sebuah software pemrograman yang diproduksi oleh National Instrument. LabVIEW menggunakan bahasa pemrograman grafis atau blok diagram, berbeda dengan Visual Basic, C++, Borland Delphi, ataupun Matlab yang menggunakan bahasa pemrograman menggunakan teks. LabVIEW berisi seperangkat peralatan untuk memperoleh, menganalisis, menampilkan, dan menyimpan data, dan juga


(36)

sebagai alat untuk memecahkan masalah kode yang dapat digunakan untuk membangun berbagai aplikasi di industri, seperti akuisisi data, sistem instrumen dan control, telekomunikasi, manufaktur, otomotif, dan lain-lain.

LabVIEW disebut juga Virtual Instrument atau VI, disebut VI karena tampilan program LabVIEW dan operasi meniru instrumen fisik. Dalam pemrogramannya LabVIEW terdapat Front Panel dan Block Diagram.berikut penjelasan mengenai Front Paneldan Block Diagram.

2.9.1 Front Panel

Front Panel merupakan salah satu dari dua jendela LabVIEW digunakan untuk membangun sebuah VI selain jendela Block Diagram. Front Panel berisi

control dan indikator. Control berfungsi untuk mensimulasikan perangkat input instrumen, sedangkan indikatorberfungsi untuk mensimulasikan perangkat output instrumen.


(37)

Gambar 2.22Controls Palette

2.9.2 Block Diagram

Setelah membangun Front Panel, programmer dapat menambahkan kode-kode representasi grafis pada Block Diagram. Seperti halnya baris teks yang ditemukan dalam bahasa C atau BASIC, kode-kode tersebut berfungsi untuk mengontrol objek pad Front Panel.


(38)

Function Palettehanya tersedia pada Block Diagram. Function Paletteberisi fungsi yang terletak di subpalettes yang digunakan untuk membangun Block Diagram.

Gambar 2.24Function Palette

2.9.3 Komunikasi Serial LabVIEW

LabVIEW dapat melakukan komunikasi dengan peralatan lain. Melalui port

serial, LabVIEW dapat melakukan komunikasi kemudian mengontrol ataupun memantau peralatan yang terhubung. Pada function pallete telah tersedia sub-vi

yang memudakan dalam menggunakan file-file LabVIEW. Sub-vi adalah anak dari LabVIEW atau dianalogikan seperti sub bab dalam bab.

Pada function pallete tersedia VISA serial configure serial port (Instr).vi. VISA serial configure serial port (Instr).vi berfungsi untuk menentukan inisialisasi baudrate, parity, data bit, stop bit, dan sebagainya. VISA serial configure serial port (Instr).vi dapat diperoleh pada Function palleteInstrumentI/OSerialVISA serial configure serial port.


(39)

Gambar 2.25 Tampilan Icon Visa Serial Configure Serial Port.Vi pada block diagramLabVIEW

Gambar 2.26 Tampilan Visa Serial Configure Serial Port.Vipada Front Panel

Keterangan :

29.Enable TerminationChar

Berfungsi untuk mempersiapkan perangkat serial untuk termination char.

Jika enable termination berlogika true (default), maka VI_ATTR_ASRL_END_IN berarti peralatan serial mengenali termination char. Jika false berarti VI_ATTR_ASRL_END_IN berlogika 0 (None) dan peralatan serial tidak mengenali termination char.


(40)

30.Termination Char

Merupakan pemanggilan untuk pembacaan operasi. Operasi pembacaan karakter berakhir ketika terminasi char dibaca dari perangkat serial. 0xA setara dengan karakter linefeed (\n). 0xD adalah pesan string pada saat termination char tidak dibaca lagi, yang setara dengancarriage return(/r).

31.Timeout

Berfungsi untuk menntukan waktu dalam milidetik untuk operasi penulisan maupun pembacaan. Timeoutmemiliki nilai default 10000.

32. VISAresource name

Berfungsi untuk menentukan alamat port.

33.Baud rate

Baud rateadalah tingkat kecepatan transfer data. Baud ratememiliki nilai

default9600.

34.Data bits

Data bits adalah jumlah bit saat data masuk atau terbaca. Nilai data bits antara 5 sampai 8. Nilai defaultdata bits adalah 8.

35.Parity

Parity berfungsi untuk menentukan paritas digunakan untuk setiap frame


(41)

keluarga AVR, maka ATmega8535 juga menggunakan arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing).

AVR memilki keunggulan dibandingkan dengan mikrokontroler lain, keunggulan mikrokontroler AVR yaitu memiliki kecepatan dalam mengeksekusi program yang lebih cepat, karena sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock (lebih cepat dibandingkan mikrokontroler keluarga MCS51 yang memiliki arsitektur Complex Intrukstion Set Computer (CISC)). ATmega8535 memiliki fitur-fitur , antara lain :

36. sistem mikroprosesor berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 Mhz, 37. memiliki memory flashuntuk program sebesar 8 Kb,

38. SRAM sebesar 512 byte, 39. EEPROM sebesar 512 byte,

40. 2 buah Timer/Counter8 bit dan 1 buah Timer/Counter16 bit, 41. 4 channel PWM,

42. 8 channelADC dengan resolusi 10 bit, 43. komunikasi USART.


(42)

2.10.2 Konfigurasi Pin

Gambar 2.27 Konfigurasi PinATmega8535

Gambar diatas merupakan konfigurasi pin ATmega8535 dengan kemasan 40

pin DIP (Dual In-line Package). Berikut penjelasan fungsi-fungsi pin ATmega8535 :

44. VCC merupakan pinyang berfungsi sebagai pinmasukan catu daya. 45. GND merupakan pin ground.

46. PORTA (PA0..PA7) merupakan pinI/O dua arah dan pinmasukan ADC 47. PORTB (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus,

yaitu timer/counter, comparator analog,dan SPI.

48. PORTC (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu TWI, comparator analogdan timer oscillator.

49. PORTD (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu comparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.


(43)

2.10.3 Dasar I/O

ATmega8535 memiliki 4 buah PORT I/O dinamakan PORTA, PORTB, PORTC, dan PORTD. Masing-masing PORT memiliki 3 registerPORTx, DDRx dan PINx (x = urutan, misalnya PORTA, DDRA, PINA). Masing-masing register

dapat diaturdan dibaca tiap bit-nya. DDRx merupakan register pengaturan arah PORT, sedangkan PORTx digunakan untuk mengeluarkan dan PINx untuk membaca dari PORT.

Tabel 2.3 Pengaturan PORT

DDR bit= 1 DDR bit = 0 PORT bit= 1 Output High Input Pull-up

PORT bit= 0 Output Low Input floating (Tri-state)

2.10.4 ADC

ATMega8535 telah dilengkapi dengan 8 channel 10-bit Analog to Digital Converter(ADC). Rangkaian internal ADC ini memiliki catu daya tersendiri yaitu kaki AVCC. Data pembacaan ADC terdapat pada registerADCH dan ADCL.


(44)

Sedangkan untuk pengaturan digunakan register ADMUX, ADCSRA, dan SFIOR.

Tabel 2.4 ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

REFS1 REFS0 ADLAR MUX4 MUX3 MUX2 MUX1 MUX0 ADMUX

Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

54. REFS1:0 (Reference Selection Bits), untuk mengatur sumber tegangan referensi untuk ADC.

55. ADLAR (ADC Left Adjust Result), untuk format penyimpanan data ADC. 56. MUX4:0 (Analog Channel and Gain Selection Bits), untuk memilih

saluran pembacaan ADC.

Tabel 2.5 ADCSRA (ADC Control and Status RegisterA)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

ADEN ADSC ADATE ADIF ADIE ADPS2 ADPS1 ADPS0 ADCSRA

Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

57. ADEN (ADC Enable).

58. ADCS (ADC Start Conversion). Di-set untuk mulai konversi ADC. Bitini akan aktif selama ADC sibuk dan akan bernilai 0 jika telah selesai dikonversi.


(45)

61. ADIE (ADC Interrupt Enable) .

62. ADPS2:0 (ADC Prescaler Select). Mengatur prescaleruntuk ADC.

ATmega8535 mengubah tegangan atau data analog ke digital dengan rumus sebagai berikut :

= × ...(2.5)

Keterangan :

ADC : hasil konversi data analog ke digital Vin : tegangan input analog

n : jumlah resolusi (8 bit atau 10 bit) Vref : tegangan referensi

Berikut contoh pemrograman ADC dan hasil pembacaan ADC ditampilkan pada led :

#include <mega8535.h> #include <delay.h>

#define ADC_VREF_TYPE 0x60

unsigned char read_adc(unsigned char adc_input) {

ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);

// Delay needed for Teh stabilization of Teh ADC input voltage delay_us(10);

// Start Teh AD conversion ADCSRA|=0x40;


(46)

// Wait for Teh AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0);

ADCSRA|=0x10; return ADCH; } void main(void) { PORTC=0xff; DDRC=0xff;

ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff; ADCSRA=0x84;

SFIOR&=0xEF; while (1)

{

// Place your code here read_adc(0);

PORTC=ADCH; };}

2.10.5 Timer/Counter

ATmega8535 Memiliki 3 buah timer/counter, yaitu timer/counter0 (8-bit),

Timer/counter1 (16-bit) dan timer/counter2 (8-bit). Penjelasan untuk masing-masing timer/counterakan dijelaskan berikut ini :

2.10.5.1 Timer/Counter0dan Timer/Counter2

Timer/counter0 dan timer/counter2 adalah 8-bit timer/counter yang serbaguna. Kedua timer/countertersebut memiliki fitur antara lain :

63. 1 channel counter,

64.timerdinolkan (clear) pada match-compare(auto reload), 65.glitch-free, phase correct pulse width modulator(PWM), 66.counteryang di-trigger dari luar (hanya pada timer/counter0),


(47)

merupakan register pembanding, jika nilai OCRn = TCNTn maka terjadi

Compare Match. Compare Match dapat digunakan untuk menghasilkan pulsa pada pinOCn. Pengaturan timer/counter0dan timer/counter2 dilakukan melalui

register Timer/Counter Control Register(TCCRn).

Tabel 2.6 TCCRn (Timer/Counter Control Registern)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

FOCn WGMn0 COMn1 COMn0 WGMn1 CSn2 CSn1 CSn0 TCCRn

Read/Write W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

69. FOCn (Force Output Compare)

Memaksakan operasi Compare Match. Hanya aktif pada mode non-PWM. FOCn tidak akan memicu terjadinya interupsi atau men-clear-kan timer

pada mode CTC.

70. WGMn1:0 (Waveform Generation Mode)

Bit-bit ini mengontrol kenaikkan dari counter, sumber dari nilai maksimal dari counter dan tipe timer/counteryang akan digunakan.


(48)

71. COMn1: 0 (Compare Match Output)

Bit-bit ini mengontrol pin Output Compare n (OCn). Apabila kedua bit

tersebut bernilai 0 maka OCn akan berfungsi sebagai pin biasa. Apabila salah satu bit bernilai 1 maka fungsi dari OC0 bergantung pada pengaturan pada WGMn1:0.

72. CSn2:0 (Clock Select)

Bit-bit ini mengontrol sumber clock yang akan digunakan dan prescaler -nya. Terdapat perbedaan konfigurasi t CSn2:0 untuk kedua timer/counter. Sumber clock untuk timer/counter2 default-nya terhubung dengan MCU

clock (clk). Timer/counter2 dapat menggunakan clock eksternal yang terhubung dengan pin TOSC1 dan TOSC2 dan mengaktifkan bit AS2 pada register Asynchronous Status Register(ASSR).

2.10.5.2 Timer/Counter1

Timer/counter1 merupakan timer/counter 16-bit yang memungkinkan pewaktuan yang lebih akurat. Fitur dari Timer/Counter1antara lain :

73. 16-bit(memungkinkan untuk 16-bitPWM), 2 buah compare unit, 74. 2 buah registerpembanding,

75. 1 buah input capture unitdengan noise canceller, 76.clear timerpada match compare(auto reload),


(49)

Register TCNT1H:TCNT1L (Timer/Counter1 Register) merupakan register

16-bit yang menyimpan nilai dari timer/counter1. Timer/counter1 memiliki 2

register pembanding OCR1AH:OCR1AL dan OCR1BH:OCR1BL (Output Compare Register) merupakan registerpembanding 16-bit.

Selain diatas timer/counter1 juga memiliki register ICR1H:ICR1L (Input Capture Register) yang mencacah kejadian pada pin ICP1. Pengaturan

timer/counter1 dilakukan melalui 2 buah register Timer/Counter1 Control Register (TCCR1A dan TCCR1B).

Tabel 2.7 TCCR1A (Timer/Counter1 Control RegisterA)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

COM1A1 COM1A0 COM1B1 COM1B0 F0C1A F0C1B WGM11 WGM10 TCCR Read/Write R/W R/W R/W R/W W W R/W R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

82. COM1A1: 0 (Compare Match Output Modeuntuk channelA) 83. COM1B1: 0 (Compare Match OutputMode untuk channelB) 84. FOC1A (Force Output Compareuntuk channelA)


(50)

Tabel 2.8 TCCR1B (Timer/Counter1 Control RegisterB)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

ICNC1 ICES1 - WGM13 WGM12 CS12 CS11 CS10 TCCR

Read/Write R/W R/W R/W R/W W W R/W R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

86. WGM13:0 (Waveform Generation Mode)

87. ICNC1 (Input Noise Canceler ), diberi nilai 1 untuk mengaktifkan noise canceler untuk masukkanpinICP1.

88. ICES (Input Capture Edge Select), mengontrol jenis pemicuan yang akan mengaktifkan capturepada pinICP1 (0 = falling edge, 1 = rising edge) 89. CS12:0 (Clock Select), bit-bit ini mengontrol sumber clock yang akan

digunakan dan prescaler-nya. Terdapat perbedaan konfigurasi t CSn2:0 untuk kedua timer/counter.

Berikut contoh penggunaan timer pada ATmega8535, program ini menampilkan timer menggunakan led :

#include <mega8535.h> unsigned char led=0xfe;

void main (void) {

DDRC=0xff; // port C sebagai output PORTC=led;

TCNT0=0x00; // setting inisial counter0 TCCR0=0x05; // setting skala clock

TIMSK=0x01; // aktifkan interrupt timer0 TIFR=0x00; // hapus bendera interrupt timer0 #asm ("sei");

while(1)

{PORTC=led;} }


(51)

2.10.6 Interrupt(Interupsi)

Interupsi adalah kondisi di mana pada saat program utama dieksekusi/dikerjakan oleh CPU kemudian tiba-tiba berhenti untuk sementara waktu karena ada rutin lain yang harus ditangani terlebih dahulu oleh CPU, dan setelah selesai mengerjakan rutin tersebut CPU kembali mengerjakan instruksi pada program utama. ATmega8535 mempunyai beberapa 21 buah sumber interupsi. Untuk mengaktifkan interrupt bit I (Global Interrupt Enable) pada SREG perlu diaktifkan terlebih dahulu kemudian melakukan pengaturan pada


(52)

Tabel 2.9 Alamat Interrupt

No Nama Alamat Sumber 1 Reset 0x0000 Reset

2 INT0 0x0001 External Interrupt Request 0

3 INT1 0x0002 External Interrupt Request 1

4 TIMER2 COMP 0x0003 Timer/Counter 2 Compare Match

5 TIMER2 OVF 0x0004 Timer/Counter 2 Overflow

6 TIMER1 CAPT 0x0005 Timer/Counter 1 Capture Event

7 TIMER1 COMPA 0x0006 Timer/Counter 1 Compare Match A

8 TIMER1 COMPB 0x0007 Timer/Counter 1 Compare Match B

9 TIMER1 OVF 0x0008 Timer/Counter 1 Overflow

10 TIMER0 OVF 0x0009 Timer/Counter 0 Overflow

11 SPI STC 0x000A Serial Transfer Complete

12 USART RXC 0x000B USART Rx Complete

13 USART UDRE 0x000C USART Data Register Empty

14 USART TXC 0x000D USART Tx Complete

15 ADC 0x000E ADC Conversion Complete

16 EE_RDY 0x000F EEPROM Ready

17 ANA_COMP 0x0010 Analog Comparator

18 TWI 0x0011 Two-Wire Serial Interface

19 INT2 0x0012 External Interrupt Request 2

20 TIMER2_COMP 0x0013 Timer/Counter0 Compare Match

21 SPM_RDY 0x0014 Store Program Memory Ready

ATmega8535 memiliki 3 buah sumber interupsi eksternal (INT0, INT1 dan INT2). Untuk INT0 dan INT1 pengaturan keadaan yang menyebabkan terjadinya interupsi terdapat pada register MCUCR (MCU Control Register), sedangkan untuk INT2 terdapat pada MCUCSR (MCU Control and Status Register).

Tabel 2.10 MCUCR (MCU Control Register)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

SM2 SE SM1 SM0 ISC11 ISC10 ISC01 ISC00 MCUCR Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value


(53)

ISC11 ISC10 Deskripsi

0 0 Logika 0 pada INT1 menyebabkan interupsi 0 1 Perubahan logika INT1 menyebabkan interupsi 1 0 Transisi dari 1 ke 0 (falling edge) pada INT1 menyebabkan

interupsi

1 1 Transisi dari 0 ke 1 (rising edge) pada INT1 menyebabkan interupsi

Tabel 2.12 MCUCSR (MCU Control and Status Register)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

- ISC2 - - WRDF BORF EXTRF PORF MCUCSR Read/Write R/W R/W R R/W R/W R/W R/W R/W

Initial Value

0 0 0

Tabel 2.13 Pengaturan Kondisi Terjadinya Interupsi pada INT2 ISC2

ISC2 Deskripsi

0 Transisi dari 1 ke 0 (falling edge) pada INT2 menyebabkan interupsi 1 Transisi dari 0 ke 1 (rising edge) pada INT2 menyebabkan interupsi

Untuk mengaktifkan masing-masing interupsi selain bit I pada SREG harus aktif juga dilakukan pengaturan pada register GICR (Global Interrupt Control Register).


(54)

Tabel 2.14 GICR (Global Interrupt Control Register)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

INT1 INT0 INT2 - - - IVSEL IVCE GICR Read/Write R/W R/W R R R R R R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2.15Bit-Bituntuk Mengaktifkan Interupsi Eksternal Bit

Bit Deskripsi

INT1 External Interrupt Request1 Enable(diberi nilai 1 untuk mengaktifkan) INT0 External Interrupt Request0 Enable(diberi nilai 1 untuk mengaktifkan) INT2 External Interrupt Request2 Enable(diberi nilai 1 untuk mengaktifkan)

Berikut contoh program penggunaan interupsi pada ATmega8535.

//INTERUPSI EKSTERNAL 0 DAN EKSTERNAL 1 #include<mega8535.h> void main() { DDRC=0xff; PORTC=0xff; DDRD=0xff; PORTD=0xff; GICR=0b11000000; #asm("sei") while(1) {;}}

interrupt [2] void interupsi_ext0(void) { PORTC=0xF0; }

interrupt [3] void interupsi_ext1(void) { PORTC=0x0F;}

2.10.7 Komunikasi Serial ATmega8535

ATmega8535 telah dilengkapi Universal Synchronous and Asynchronous serial Receiver and Transmitter (USART). Terdapat 2 jenis cara komunikasi USART, yaitu : sinkron dan asinkron. Melalui USART dapat dilakukan komunikasi serial dengan komputer atau perangkat lainnya.


(55)

mengirim dan terima digunakan register UDR (USART Data Register), menulis ke UDR akan mengirimkan data sedangkan membaca dari UDR akan mengambil data dari buffer.

Tabel 2.16 UCSRA (USART Control and Status RegisterA)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

RXC TXC UDRE FE DOR PE U2X MPCM UCSRA Read/Write R R/W R R R R R/W R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

90. RXC (USARTReceive Complete). Bitini akan aktif jika ada data masuk. 91. TCX (USART Transmit Complete). Bit ini akan aktif pada saat selesai

melakukan pengirim data.

92. UDRE (USART Data Register Empty). Bit ini menandakan transmitter siap untuk menerima data.

93. FE (Framing Error). Bit ini akan aktif jika terdapat error saat menerima data.

94. DOR (Data OveRun). Bit ini akan aktf jika ada data yang masuk namun register UDR penuh (belum dibaca).

95. PE (Parity Error). Bit ini akan aktif jika terdapat error parity saat menerima data.


(56)

96. U2X (Double USART Transmission Speed). Bit ini digunakan untuk menganda kecepatan baud rate.

97. MPCM (Multi-processor Communication Mode). Enable Multi-processor Communication.

Tabel 2.17 UCSRB (USART Control and Status RegisterB)

Bit 7 6 5 4 3 2 1 0

RXCIE TXCIE UDRIE RXIE TXEN UCSZ2 RXB8 TXB8 UCSRB

Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R R/W

Initial Value

0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan :

98. RXCIE (USART Receive Complete Interrupt Enable) 99. TCX (USART Transmit Complete Interrupt Enable)

100. UDRIE (USART Data Register Empty Interrupt Enable) 101. RXEN (Receive Enable)

102. TXEN (Transmit Enable) 103. UCSZ2 (Character Size)

104. RXB8 (Receive Data Bit 8). Menampung bit ke 8 pada penerimaan 9-bit.


(57)

Value

Keterangan :

106. URSEL (Register Select). Karena UCSRC memiliki alamat yang sama dengan UBBRH bitini harus aktif untuk menulis ke UCSRC.

107. UMSEL (USART Mode Select). Memilih mode Asynchronous(0) atau Synchronous(1)

108. UPM1:0 (Parity Mode).

109. USBS (Stop Bit Select). Memilih ukuran stop bit (0 = 1-bit, 1 =

2-bit).

110. UCPOL (Clock Polarity). Mengatur pemicuan pengiriman dan penerimaan data pada mode synchronous.

Berikut contoh program penggunaan komunikasi serial antara ATmega8535 dengan komputer. Proram berikut menerima data dari komputer lalu mengirimkannya kembali ke komputer :

#include <mega8535.h> #include <stdio.h> void main(void) {

char c;

UCSRA=0x00; UCSRB=0x98;


(58)

UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x47; while (1)

{ c=getchar(); putchar(c); };}

Saluran serial pada mikrokontroler terdiri atas dua kaki yaitu RXD dan TXD, RXD berfungsi untuk menerima data dari komputer/perangkat lainnya, TXD berfungsi untuk mengirim data ke komputer atau perangkat lainnya.

Saluran serial pada komputer atau disebut saluran RS-232 memberikan kemudahan untuk komunikasi antara komputer dengan perangkat lainnya. Tidak seperti saluran paralel yang memiliki tingkat tegangan logika (0 – 5 Volt), saluran serial memiliki tegangan positf dan negatif.

Standar komunikasi serial untuk komputer ialah RS-232, RS-232 mempunyai standar tegangan yang berbeda dengan saluran serial mikrokontroler, sehingga agar sesuai dengan RS-232 maka dibutuhkan suatu rangkaian level conditioner.

2.11 Pemrograman Bahasa C ATmega8535 2.11.1 Bentuk Dasar

Sebuah program dalam bahasa C setidaknya harus memiliki sebuah fungsi. Fungsi dasar ini disebut fungsi utama (fungsi main) dan memiliki kerangka program sebagai berikut:

void main (void) {

//pernyataan-pernyataan }


(59)

dijalankan melalui pernyataan-pernyataan yang berada di dalam fungsi utama. Contoh:

void inisialisasi_port (charA, charB, charC, charD); //prototipe fungsi inisialisasi port

{ DDRB = B; DDRC = C; DDRD = D;} void main (void) //fungsi utama

{Inisialisasi_port (0xFF, 0xF0, 0x0F, 0x00); } ;

2.11.2 Pengenal

Pengenal atau identifier merupakan sebuah nama yang didefinisikan oleh pemrogram untuk menunjukkan identitas dari sebuah konstanta, variabel, fungsi, label atau type data khusus. Pemberian nama sebuah pengenal dapat ditentukan bebas sesuai keinginan pemrogram tetapi tetap mengikuti aturan berikut ini:

111. Karakter pertama tidak boleh menggunakan angka.

112. Karakter kedua dapat berupa huruf, angka atau garis bawah. 113. Tidak boleh menggunakan spasi.

114. Bersifat case sensitive, artinya huruf kapital dan huruf kecil dianggap berbeda.

115. Tidak boleh menggunakan kata-kata yang merupakan sintaks maupun operator dalam pemrograman C, misalnya: void, bit, long, char


(60)

2.11.3 Konstanta dan Variabel

Konstanta berisi data yang nilainya tetap, tidak dapat diubah selama program dijalankan.

const [tipe_data] [nama_konstanta]=[nilai] const char kontantaku = 0x10;

Variabel berisi data yang bisa berubah nilainya pada saat program dijalankan.

[tipe_data] [nama_variabel]=[nilai_awal] char variabelku; //atau char variabelku = 0x20;

Tabel 2.19 Tipe Data, Ukuran dan Jangkauan Nilai Tipe Data Ukuran Jangkauan Nilai

Bit 1 bit 0 atau 1

Char 1 byte -128 s/d 127

Unsigned Char 1 byte 0 s/d 255

Signed Char 1 byte -128 s/d 127

Int 2 byte -32.768 s/d 32.767

Short Int 2 byte -32.768 s/d 32.767

Unsigned Int 2 byte 0 s/d 65.535

Signed Int 2 byte -32.768 s/d 32.767

Long Int 4 byte -2.147.483.648 s/d 2.147.483.647

Unsigned Long Int 4 byte 0 s/d 4.294.967.295

Signed Long Int 4 byte -2.147.483.648 s/d 2.147.483.647

Float 4 byte 1.2*10-38 s/d 3.4*1038

Double 4 byte 1.2*10-38 s/d 3.4*1038

2.11.4 Fungsi Pustaka

Bahasa C memiliki sejumlah fungsi pustaka yang berada pada file-filetertentu dan sengaja disediakan untuk menangani berbagai hal dengan cara memanggil


(61)

menggunakan fungsi pustaka adalah sebagai berikut: Contoh:

# include<lcd.h> # include<string.h> # include<mem.h>

2.11.5 Pengarah Prosesor

Digunakan untuk mendefinisikan prosesor yang digunakan, dalam hal ini adalah untuk mendefinisikan jenis mikrokontroler yang digunakan. Dengan pengarah preprosesor ini, pendeklarasian register-register dan penamaannya dilakukan pada file lain yang disisipkan dalam program utama dengan sintaks sebagai berikut:

# include<nama_prosesor> # include<mega8535.h> // Contoh

2.11.6 Operator Aritmatika

Operator aritmatika merupakan beberapa operator yang digunakan untuk melakukan perhitunganaritmatika.

Tabel 2.20 Operator Aritmatika Operator Keterangan + Penjumlahan


(62)

- Pengurangan * Perkalian / Pembagian % Sisa Pembagian

2.11.7 Operator Bit

Operator bit merupakan operator logika yang bekerja pada tingkat bit. Berbeda dengan operator logika, dimana pada operator logika menghasilkan benar atau salah (boolean), pada operator ini akan dihasilkan data dalam bentuk biner.

Tabel 2.21 Operator bit

Operator Keterangan

& Operasi AND level bit(biner) | Operasi OR

^ Operasi XOR ~ Operasi NOT

<< Operasi untuk menggeser ke kiri >> Operasi untuk mengeser ke kanan

a = 0x12; b = 0x34;

maka, a&b = 0x10 dan a<<1 = 0x24

2.11.8 Operator Penugasan

Operator penugasan digunakan untuk memberikan nilai atau memanipulasi data sebuah variabel.

Tabel 2.22 Operator Penugasan Operator Keterangan

= Operator untuk memberi nilai variabel += Operator untuk menambahkan nilai variabel


(63)

a +=2;

/*artinya nilai variabel a berubah menjadi a=a+2b *=4; artinya nilai variabel b berubah menjadi b=b*2 */

Selain operator penugasan di atas, juga ada operator penugasan yang berkaitan dengan operasi bitseperti tabel berikut:

Tabel 2.23 Operator PenugasanBit

Operator Contoh Arti

&= X&=1 Variabel x di-AND-kan dengan 1 |= x|=1 Variabel x di-OR-kan dengan 1 ^= x^=1 Variabel x di_XOR-kan dengan 1 <<= x<<1 Variabel x digeser ke kiri 1 kali >>= x>>1 Variabel x digeser ke kanan 1 kali

2.11.9 Operator Penambahan dan Pengurangan

Merupakan operator yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan nilai sebuah variabel dengan selisih 1.

Tabel 2.24 Operator Penambahan dan Pengurangan Operator Keterangan

++ Penambahan nilai variabel dengan 1 -- Pengurangan nilai variabel dengan 1

x++ ; //sama saja seperti x=x+1 x--; // sama saja seperti x=x-1


(64)

2.11.10 Pernyataan If...Else

Hampir sama dengan pernyataan if, yaitu digunakan untuk melakukan keputusan terhadap dua buah kemungkinan, yang membedakan adalah kedua kemungkinan yang akan diputuskan masing-masing mengerjakan suatu blok pernyataan atau mengerjakan blok pernyataan yang lain.

If(kondisi )

{//blok pernyataan yang akan dikerjakan jika kondisi if dipenuhi }

Else

{//blok pernyataan yang akan dikerjakan jika kondisi if tidak dipenuhi }

Contoh:

If(PINA>0x 80) {Dataku = PINA; PORTC=0xFF; } Else

{Dataku = ~PINA; PORTC=0x00;}

Pernyataan if…elsedi atas memeriksa apakah data yang terbaca oleh Port A (PINA) nilainya lebih dari 0x80 atau tidak, jika “ya‟, maka variabeldataku diisi dengan nilai PINA dan data 0xFF dikeluarkan ke PORTC, tetapi jika tidak, maka variabel dataku diisi dengan nilai komplemen dari PINA dan data 0x00 dikeluarkan ke PORTC.


(65)

Switch(ekspresi) {

Case nilai_1 : pernyataan_1;break; Case nilai_2 : pernyataan_2;break; Case nilai_3 : pernyataan_3;break; ...

Default : pernyataan_default ; break ; }

Pada pernyataan switch, masing-masing pernyataan (pernyataan_1 sampai dengan pernyataan default) dapat berupa satu atau beberapa perintah dan tidak perlu berupa blok pernyataan. Pernyataan_1 akan dikerjakan jikaekspresi bernilai sama dengan nilai_1, pernyataan_2 akan dikerjakan jika ekspresi bernilai sama dengan nilai_2 dan seterusnya. Pernyataan defaultbersifat optional, artinya boleh ada boleh tidak. Setiap akhir dari pernyaan harus diakhiri dengan break, karena digunakan untuk keluar dari pernyataan switch.

Contoh:

Switch(PIN A) {

Case 0xFE : PORTC=0x00;break; Case 0xFD : PORTC=0xFF;break; }

Artinya, PORTA akan dibaca dan dicocokkan datanya (PINA) dengan nilai


(66)

2.11.12 Pernyataan While

Digunakan untuk pengulangan sebuah pernyataan atau blok pernyataan secara terus menerus selama kondisi tertentu masih terpenuhi. Bentuk pernyataan while

adalah sebagai berikut:

While(kondisi )

{// sebuah pernyataan atau blok pernyataan }

Jika pernyataan yang akan diulang hanya berupa sebuah pernyataan saja maka tanda {dan} dapat dihilangkan.

Contoh:

unsigned char a=0; ...

while(a<10)

{PORTC=a; a++; }

Pernyataan di atas akan mengeluarkan data a ke PORTC secara berulang-ulang. Setiap kali pengulangan, nilai a akan bertambah 1 dan setelah nilai a tidak lagi lebih kecil dari 10 maka pengulangan akan berhenti.

2.11.13 Pernyataan For

Digunakan untuk melakukan pengulangan sebuah pernyataan atau blok pernyataan, tetapi berapa kali jumlah pengulangannya dapat ditentukan terlebih spesifik.

for (nilai_awal , kondisi , perubahan) {

//sebuah pernyataan atau blok pernyataan }


(67)

Selanjutnya, data a dinaikkan (a++) jika kondisi a < 10 masih terpenuhi, maka data a akan terus dikeluarkan ke PORTC.

2.11.14Array

Array merupakan sekumpulan data dengan tipe yang sama yang dideklarasikan dalam satu nama variabel. Arraydapat memiliki dimensi satu, dua atau lebih, tetapi umumnya hanya sampai 3 dimensi.

Char data[ 7] ;

Artinya, variabel array dengan namadata terdiri dari 8 elemen data yang bertipe sama, yaitu : char.

Nama_array [indeks]; Indeks adalah penunjuk data elemen tertentu pada variabel array yang nilainya selalu dimulai dari 0.

char dataku[7] = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}; char data[]; //tidak boleh dilakukan char data[]={0, 1, 2, 3, 4, 5, 6};

char data[]={“Mikrokontroler ATmega8535”}; //atau Char data[]=”Mikrokontroler ATmega8535”;


(68)

2.11.15 CodevisionAVR

CodevisionAVR merupakan compiler bahasa C, didesain khusus untuk mikrokontroler keluarga Atmel AVR. Dapat digunakan pada Windows 98, Me, NT 4, XP, dan Vista. Fungsi utama CodevisionAVR ialah untuk menuliskan program yang akan kita masukkan kedalam mikrokontroler. Selain dengan CodevisionAVR masih ada jenis lainnya (compilerlain) yakni WinAVR.

Selain library standar C, CodeVisionAVR C compiler juga memiliki library lainnya, yaitu alphanumeric LCD modules, philips I2C bus, national

semiconductorLM75 temperature sensor, dan sebagainya.

Gambar 2.28 Tampilan Awal CodeVisionAVR

CodeVisionAVR memiliki CodeWizardAVR yang memudahkan dalam penulisan program inisialisasi AVR. Dengan cara mengatur konfigurasi dari Chip,


(69)

Gambar 2.29Tampilan CodeWizardAVR

Setelah mengatur konfigurasi inisialisasi yang akan digunakan, maka secara otomatis program inisilisasi telah tertulis pada CodeVisionAVR.

Gambar 2.30 Program inisialisasi dari konfigurasi CodeVisionAVR

Agar program dalam bahasa C dapat ditulis ke dalam ATmega8535, maka terlebih dahulu diubah menjadi file yang berekstensi “.hex”. CodeVisionAVR telah menyediakan file yang berekstensi “.hex”, walaupun program yang dirancang adalah program yang menggunakan bahasa C.


(70)

2.11.16 Pengunduh Program ATmega8535

Ponyprog merupakan perangkat lunak yang dapat mengunduhkan program kedalam AVR. Ponyprog mendukung pengunduh menggunakan pengunduh serial. Program yang diunduhkan berupa file yang berekstensi “.hex”. Ponyprog mempunyai default rangkaian untuk mengunduh ke dalam AVR.

Gambar 2.31 Rangkaian Pengunduh Serial Ponyprog

Konektor DB9 pada rangkaian diatas terhubung dengan saluran serial DB9 pada komputer. Kemudian keluaran rangkaian pengunduh serial ponyprog terubung dengan pin reset, SCK, MISO dan MOSI pada AVR. Berikut langkah-langkah pengunduhan AVR menggunakan pengunduh serial ponyprog :


(71)

Gambar 2.32 Tampilan Ponyprog

2. Menkonfigurasi interface board setup, yakni menentukan alamat saluran serial (COM1,COM2 atau COM3).


(72)

3. Menentukan AVR yang digunakan

Gambar 2.34 Konfigurasi AVR yang Digunakan

4. Mulai memindahkan program ke AVR dengan menekan write device.


(73)

67

Sebelum merancang sistem pengontrolan batch mixerdan sistem pemantauan

batch mixer pada industri minuman, terlebih dahulu penulis merancang batch mixer. Batch mixer terdiri dari dua buah tangki, tiga buah pompa, sebuah pengaduk, dan pemanas yang berbentuk spiral.

3.1.1 Pompa

Terdapat tiga buah pompa. Ketiga pompa tersebut merupakan pompa akuarium, yaitu pompa Teh cair pahit (PTCP), pompa sirup gula (PSG) dan pompa pencampuran (PCMP). Pompa-pompa tersebut berfungsi untuk memindahkan cairan dari satu tangki ke tangki lainnya.

3.1.2 Pengaduk

Pengaduk terdapat pada tangki pencampuran. Pengaduk berfungsi untuk mengaduk bahan-bahan yang dimasukkan kedalam tangki pencampuran. Pengaduk tersebut terbuat dari motor DC sebagai pemutar dari baling-baling pengaduk.


(74)

3.1.3 Pemanas

Pemanas terdapat pada tangki pemanas. Pemanas berfungsi untuk memanaskan bahan-bahan yang telah tercampur. Pemanas yang digunakan merupakan pemanas spiral yang memiliki daya 1000 Watt dan dapat bekerja dengan tegangan 220 Volt AC.

3.1.4 Tangki

Terdapat dua buah tangki yaitu tangki pencampuran (TCMP) dan tangki pemanas (TPMNS). Tangki pencampuran terbuat dari plastik yang memiliki kapasitas daya tampung sebesar 6 liter. Sedangkan tangki pemanas menggunakan wadah suatu produk biskuit.

Berikut gambar rancang bangun batch mixerpada tugas akhir ini.


(75)

2. PSG memindahkan Sirup Gula (SG) ke TCMP. PSG mengisi TCMP hingga ¼ volumedari TCMP.

3. Motor DC memutarkan baling-baling pengaduk hingga TCP tercampur dan SG didalam TCMP. Hasil pencampuran dari TCP dan SG disebut dengan Teh Cair Manis (TCM). Motor DC memutar baling-baling pengaduk selama 5 menit.

4. PCMP akan memindahkan TCM ke TPMNS. Saat TCM telah dipindakan ke TPMNS, maka tahap 1 dan tahap 5 berjalan bersamaan.

5. Pemanas yang ada pada TPMNS akan memanaskan TCM hingga mencapai suhu 100°C.

3.2 Perancangan Sistem

Pada bagian ini, membahas tentang perancangan sistem. Sistem yang dimaksud adalah sistem pengontrolan dan sistem pemantauan batch mixer pada industri minuman. Agar batch mixer dapat berjalan sesuai dengan tujuan tugas akhir ini, maka dibutuhkan perangkat yang dapat mengontrol batch mixersecara otomatis dan dapat memantau batch mixerdengan tampilan yang mudah diamati.


(76)

(77)

dalam sistem pengontrolan dan sistem pemantauan batch mixer. Sistem minimum ATmega8535 mengontrol perangkat-perangkat lainnya seperti PTCP, PSG, PCMP, motor DC (pengaduk) dan pemanas.

Sistem minimum ATmega8535 juga memantau tingkat ketinggian cairan pada TCMP dan memantau suhu TCM pada TPMNS. Sistem minimum ATmega8535 dapat mendeteksi tingkat ketinggian cairan dengan cara menerima data dari sensor pendeteksi ketinggian, yaitu dari sensor probe. Sedangkan untuk mendeteksi suhu, sistem minimum ATmega8535 menerima data dari pendeteksi suhu LM35. Sistem minimum ATmega8535 memantau tingkat ketinggian cairan dan suhu, yang kemudian ditampilkan pada LabVIEW.


(78)

Gambar 3.3 Perangkat Sistem Pengontrolan dan Perangkat Sistem Pemantauan

Batch Mixer

3.2.1 Perancangan Perangkat Keras

3.2.1.1 Rangkaian Sistem Minimum ATmega8535

Sistem mimimum adalah sistem elektronika yang terdiri dari komponen-komponen dasar yang dibutuhkan oleh suatu mikrokontroler untuk dapat berfungsi dengan baik. Pada perancangan tugas akhir ini, sistem minimum ATmega8535 menggunakan reset dan osilator eksternal.


(79)

juga dapat menggunakan osilator eksternal. Osilator eksternal tehubung dengan pin XTAL1 dan pin XTAL2. Dibawah ini rangkaian osilator eksternal menggunakan kristal yang berfrekuensi 3,6864 MHz.

Gambar 3.5 Rangkaian Osilator Eksternal

Kristal membangkit clock(osilator), dimana setiap 1 intruksi dalam program dieksekusi dalam 1 siklus clock. Dibawah ini gambar rangkaian sistem minimum ATmega8535 secara keseluruhan.


(80)

3.2.1.2 Rangkaian Push Button

Rangkaian push button berfungsi sebagai pengontrol geraknya batch mixer. Berikut gambar rangkaian push buttondalam perancangan tugas akhir ini.

Gambar 3.7 Rangkaian Push Button

Saat push button run ataupun stop ditekan, maka akan terhubung dengan

ground. Push button run terhubung dengan PORTB.0 pada sistem minimum ATmega8535, sedangkan push button stop terhubung dengan PORTB.1 pada sistem minimum ATmega8535.

3.2.1.3 Rangkaian Indikator Led

Rangkaian indikator led berfungsi sebagai indikator batch mixer. Rangkaian ini menggunakan tiga buah led yaitu led run, led standby, dan led stop. Led run

terhubung dengan PORTB.2, led standby terhubung dengan PORTB.3 dan led


(81)

Gambar 3.8 Rangkaian Indikator LED

Masing-masing dari ketiga LED yang ditunjukkan seperti gambar diatas dapat menyala, jika PORTB.2, PORTB.3, dan PORTB.4 berlogika 0. Sedangkan LED akan padam, jika PORTB.2, PORTB.3, dan PORTB.4 berlogika 1.

3.2.1.4 Rangkaian Pengontrol Pompa dan Pemanas

Pompa dan pemanas dapat bekerja jika diberi masukan 220 Volt AC, sedangkan sistem minimum ATmega8535 dapat mengontrol pompa menggunakan tegangan 5 Volt DC. Oleh karena itu, sistem minimum ATmega8535 dibantu oleh ULN2003 yang terhubung dengan relai untuk mengontrol pompa dan pemanas.

ULN2003 adalah sebuah IC dengan ciri memiliki 7-bit input, tegangan maksimum 50 volt dan arus 500mA. IC ini termasuk jenis TTL. Di dalam IC ini terdapat transistor darlington. Transistor darlington merupakan 2 buah transistor yang dirangkai dengan konfigurasi khusus untuk mendapatkan penguatan ganda sehingga dapat menghasilkan penguatan arus yang besar.


(82)

Gambar 3.9 Rangkaian Transistor Darlington pada ULN2003

ULN2003 mempunyai 16 buah pin. ULN2003 biasa digunakan sebagai pengendali motor steppermaupun relai.


(83)

Berikut tabel pengontrolan pompa dan pemanas oleh sistem minimum ATmega8535.

Tabel 3.1 Pengontrolan Pompa TCP Oleh Sistem Minimum ATmega8535 PORTD.2 Pompa TCP

1 ON

0 OFF

Tabel 3.2 Pengontrolan Pompa Sirup Gula Oleh Sistem Minimum ATmega8535 PORTD.3 Pompa TSG

1 ON

0 OFF

Tabel 3.3 Pengontrolan Pompa Pencampuran Oleh Sistem Minimum ATmega8535

PORTD.4 Pompa TCMP

1 ON

0 OFF

Tabel 3.4 Pengontrolan Pemanas Oleh Sistem Minimum ATmega8535 PORTD.5 Pompa Pemanas

1 ON


(84)

3.2.1.5 Rangkaian Pengontrol Pengaduk

Pengaduk tersebut terbuat dari motor DC sebagai pemutar dari baling-baling pengaduk. Sistem minimum ATmega8535 dan kecepatan putaran motor DC dengan bantuan L293D.

L293D adalah sebuah Integrated Circuit (IC) merupakan IC yang berdasarkan jembatan-H. L293D terdiri dari 4 channel (kanal) yang dirancang untuk menerima DTL (Diode Transistor Logic) standar atau tingkat logika TTL (Transistor Transistor Logic) dan pengendali beban induktif pada solenoides, relai, motor DC, motor stepperdan lain-lain.

Gambar 3.11 Konfigurasi Pin L293D

L293D mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600 mA hingga maksimum 1,2 A. Vs pada pin 8 merupakan masukan sumber tegangan untuk beban, sedangkan Vss pada pin 16 merupakan sumber masukan tegangan untuk L293D.

L293D terdiri dari dua pasang jembatan-H yang masing-masing dikendalikan oleh pin enable 1 dan enable2. Pin enableberfungsi untuk mengontrol keluaran. Berikut gambar rangkaian pengontrol pengaduk.


(85)

Gambar 3.12 Rangkaian Pengontrol Pengaduk

Pada rangkaian pengontrol pengaduk diatas, pinIN1 L293D diberi logika 1. Sedangkan pinIN2 dan pinEN1 diberi logika 0. Saat pinEN1 diberikan logika 1, maka motor DC akan berputar. PinEN1 terhubung dengan PORTD.6 pada sistem minimum ATmega8535.

3.2.1.6 Rangkaian Sensor Probe

Sensor probemenggunakan kawat tembaga yang sebagai probe-nya. Terdapat 9 kawat tembaga, 8 kawat tembaga untuk mendeteksi ketinggian cairan dan 1 kawat tembaga sebagai ground. Dibawah ini rangkaian sensor pendeteksi ketinggian cairan.


(86)

Gambar 3.13 Rangkaian Sensor ProbePendeteksi Ketinggian Air

Apabila diantara dari kedelapan kawat tembaga belum menyentuh air, maka kawat tembaga berlogika 1. Sedangkan apabila diantara kedelapan dari kawat tembaga telah menyentuh air, maka kawat tembaga berlogika 0. Kedelapan dari kawat tembaga tersebut terhubung dengan PORTC pada sistem minimum ATmega8535. Berikut tabel ketinggian air menggunakan sensor probe.

Tabel 3.5 Ketinggian Air Menggunakan Sensor Probe

Kawat Tembaga Tingkat Ketinggian Cairan

1 0%

2 14.3%

3 28.6%

4 42.9%

5 57.1%

6 71.4%

7 85.7%


(87)

batch mixer. ATmega8535 dan komputer yang menjalankan LabVIEW saling berkomunikasi menggunakan saluran serial.

Standar komunikasi serial untuk komputer ialah RS-232, RS-232 mempunyai standar tegangan yang berbeda dengan saluran serial mikrokontroler, sehingga agar sesuai dengan RS-232 maka dibutuhkan suatu rangkaian level conditioner. Pada tugas akhir ini, penulis menggunakan MAX232 sebagai level conditioner.

MAX232 adalah sebuah IC yang berisikan dua buah RS232Line Driverdan dua buah RS232 Line Receiver. RS232 adalah sebuah standar komunikasi serial yang di dalamnya terdapat standarisasi penggunaan tegangan, kecepatan transmisi dan impedansi untuk berkomunikasi.


(88)

MAX232 dilengkapi pula dengan pengganda tegangan DC, sehingga meskipun catu daya untuk MAX232 hanya +5 Volt, tetapi sanggup melayani level tegangan RS232 antara –10 Volt sampai +10 Volt.

Gambar 3.15 Rangkaian Komunikasi ATmega8535 dengan LabVIEW

3.2.1.8 Rangkaian Pendeteksi Suhu LM35

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan LM35 untuk mendeteksi suhu pada tangki pemanasan. LM35 memiliki bentuk fisik yang kecil dan mengukur dalam ºC. Tingkat kelinieran LM35, yaitu suhu akan naik 1ºC setiap kenaikan 10 mV dan suhu akan turun setiap pengurangan 10 mV.


(89)

3.2.2 Perancangan Perangkat Lunak

Dalam tugas akhir ini, perancangan perangkat lunak dibagi menjadi dua, yaitu pemrograman ATmega8535 dan pemrograman LabVIEW. Sistem minimum ATmega8535 diprogram untuk mengontrol dan memantau batch mixer. Sedangkan LabVIEW diprogram untuk menerima data yang dikrimkan oleh sistem minimum ATmega8535 dan kemudian LabVIEW menampilkan data tersebut kedalam tampilan batch mixer.


(90)

3.2.2.1 Pemrograman Sistem Minimum ATmega8535


(91)

Gambar 3.18 Lanjutan Diagram Alir Program Utama Sistem Minimum ATmega8535


(92)

Gambar 3.19 Diagram Alir Program Interupsi Timer0 Sistem Minimum ATmega8535


(93)

(94)

(95)

89

Pengujian push button dan indikator led dilakukan dengan bantuan sistem minimum ATmega8535. Berikut rangkaian pengujian push buttondan led.

Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Push Buttondan Indikator Led

Terlihat pada gambar diatas, bahwa push button run terhubung dengan PORTB.0 dan push button stop terhubung dengan PORTB.1 pada sistem minimum ATmega8535. Push button digunakan sebagai input sistem minimum ATmega8535.

Sedangkan led run terhubung dengan PORTB.2, led standby terhubung dengan PORTB.3 dan led stopterhubung dengan PORTB.4 pada sistem minimum ATmega8535. Kemudian sistem minimum ATmega8535 dimasukkan program sebagai berikut :


(1)

105

// Clock source: Sistem Clock // Clock value: 3.600 kHz // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x05;

TCNT0=0x4C; OCR0=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x01;

// USART initialization

// Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity // USART Receiver: On

// USART Transmitter: On // USART Mode: Asynchronous // USART Baud rate: 9600 UCSRA=0x00;

UCSRB=0x18; UCSRC=0x86; UBRRH=0x00; UBRRL=0x17; // ADC initialization

// ADC Clock frequency: 28.800 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // ADC High Speed Mode: Off

// ADC Auto Trigger Source: None ADMUX=ADC_VREF_TYPE; ADCSRA=0x87;

SFIOR&=0xEF;

// Global enable interrupts #asm("sei")

while (1) { };}


(2)

106

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sistem pengontrolan dan sistem pemantauan batch mixer pada industri minuman menggunakan ATmega8535 dengan tampilan LabVIEW, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Tegangan keluaran sensor probe berlogika 0 dan 1, sehingga dapat dijadikan masukkan untuk sistem minimum ATmega8535,

2. LM35 bekerja dengan baik dalam mendeteksi suhu pada cairan dengan tingkat error0.2,

3. ATmega8535 dapat mengontrol prototipe batch mixer dan mengirimkan data kerja batch mixersehingga data tersebut diterima oleh LabVIEW,

4. LabVIEW dapat menerima data dari ATmega8535 dengan komponen VISA serial,

5. LabVIEW dapat menampilkan kerja batch mixer dengan tampilan yang mudah diamati.


(3)

107

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk pengembangan sistem ini kedepannya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian cairan, agar ketinggian cairan dapat terdeteksi dengan tingkat ketelitian yang lebih baik,

2. Memasang sensor untuk mengetahui ratio per minute (rpm) pada motor DC ataupun pompa,

3. Menggunakan alarm apabila terjadi kesalahan dalam proses kerja batch mixerserta membuat database alarm pada LabVIEW,

4. Batch mixer dapat dipantau pada jarak jauh menggunakan wireless ataupun via internet.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Winoto, Ardi. 2010. Mikrokontroler AVR ATmega8/16/32/8535 dan Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR. Edisi Revisi, Bandung : Informatika.

Arduino+LabVIEW.(http://web.me.com/iklln6/automation/LabVIEW.html, diakses 07 Desember 2010).

PSIM PLC Training Simulator. (http://thelearningpit.com/plc/psim/psim.html, diakses 06 Desember 2010).

Suryana, Taryana. 2007. Perusahaan Global di Indonesia Studi Kasus PT.Sosro. (http://sms.unikom.ac.id/taryana/download/tugas_leadership_kasus sosro.pdf, diakses 21 Januari 2011).


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Hanra Syariyandi

Nim : 13106034

Tampat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Mei 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Mahasiswa

Alamat : Komp. Lebak Indah D26 no.14 Terondol. Serang - Banten

No. Handphone : 08179287810


(6)

II. PENDIDIKAN FORMAL

1992 - 1994 : TK AL-AQSHA Bekasi 1994 - 2000 : SDN Kaligandu Serang

2000 – 2003 : SLTPN 1 Cipocok Jaya Serang 2003 – 2006 : SMAN 1 Ciruas Serang