SISTEM PENGONTROLAN LAMPU PIJAR DENGAN MENGGUNAKAN INFRA MERAH.
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
SISTEM PENGONTROLAN LAMPU PIJAR DENGAN
MENGGUNAKAN INFRA MERAH
PROYEK AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Teknik Elektro
Disusun oleh:
Agiel Setiawan Putera
NIM. 1000248
PROGRAM STUDY DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
Inframerah
Oleh
Agiel Setiawan Putera
Sebuah proyek akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Agiel Setiawan Putera Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Proyek akhir ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
“SISTEM PENGONTROL LAMPU PIJAR DENGAN MENGGUNAKAN INFRA
MERAH”
Oleh :
Agiel Setiawan Putera NIM 1000248
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Drs. Tjetje Gunawan NIP.19511122 198101 1 001
Dosen Penguji Dosen Penguji
Wawan Purnama,Spd,M.Si Wasimudin Surya S, ST, MT
NIP.19671026 199403 1 004 NIP. 19510630 198203 1 001
Mengetahui,
Ketua Prodi Diploma III Teknik Elektro Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro
FPTK UPI
Dandhi Kuswardhana, MT Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan,ST,MSIE
(4)
ABSTRAK
Tugas akhir ini membahas pembuatan alat “sistem pengontrolan lampu pijar dengan menggunakan sensor sinar inframerah”, digunakan untuk mengendalikan lampu (on-off), untuk penerangan pada lorong atau gang secara otomatis. Pada pembuatan alat ini digunakan komponen – komponennya yaitu terdiri dari rangkaian Catu daya, rangkaian pemancar Inframerah, rangkaian penerima inframerah, rangkaian digital, rangkaian driver relay dan rangkaian dimmer. Lamanya lampu menyala dapat diatur oleh potensiometer dengan tahanan yang diperlukan 47 kΩ. Dari hasil pengujian keluarannya lampu menyala minimal 22 detik dan maksimal 3,27 menit.
(5)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
ABSTRAC
This final assignment discusses the creation of “ incandescent light control
system with infrared sensor”. Used to control the light ( on-off), for lighting in the hallway or alley automatically. In this tool used the manufacture of the components that made the power supply, circuit, infrared transmitter circuit, relay driver circuit and dimmer circuit. Length of the light can be adjusted by potentiometer with 47 kΩ resistance. The result of the test light on at least 22 seconds and maximum 3,27 minutes.
(6)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lampu merupakan salah satu komponen penting dalam penerangan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Lampu memberikan manfaat yang sangat besar khususnya pada malam hari. Teknologi lampu dalam memberikan pencahayaan saat ini telah banyak membantu aktifitas masyarakat dalam melakukan pekerjaannya sehari – hari.
Karena peranan lampu sangat penting, maka banyak industri – industri menciptakan berbagai macam produk dan merk lampu dari yang murah sampai yang mahal. Lampu – lampu yang sering digunakan saat ini adalah lampu neon dan lampu pijar. Pada lampu neon daya yang dikeluarkan kecil tetapi memberikan intensitas yang besar. Sedangkan lampu pijar cahaya yang dihasilkan sesuai dengan daya yang dikeluarkan lampu.
Dalam tugas akhir ini lebih difokuskan pada penggunaan lampu pijar, karena selain memberikan cahaya, lampu pijar juga dapat di atur besar kecil daya dan intensitas cahayanya dengan merubah arus yang mengalir ke lampu.
Dengan paparan diatas penulis ingin membuat alat yang dapat mengatur intensitas cahaya dengan merubah arusnya. Pembuatan alat ini adalah pengembangan dari rangkaian lampu dimmer yang dapat merubah intensitas cahaya lampu pijar yang dioperasikan secara manual. Pada tugas akhir ini penulis
(7)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
I-2
akan merancang alat pengontrolan lampu pijar dengan menggunakan inframerah. Alat yang dimaksud adalah “Sistem pengontrolan untuk lampu pijar dengan menggunakan inframerah”.
Adapun keunggulan dari penggunaan lampu pijar ini adalah pengoperasiannya bisa dilakukan dari jarak jauh dan dekat penggunaannya lebih praktis. Kekurangan dari lampu pijar ini perubahan nilai resistansi yang di berikan menggunakan sistem diskrit atau bertahap. Sedangkan pada rangkaian lampu dimmer keunggulannya selain biaya yang murah lampu dimmer ini memberikan perubahan nilai resistansi diatur dengan sistem kontinyu.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang timbul yaitu, ”Bagaimana merancang alat pengontrol lampu pijar dengan menggunakan infra merah”.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Agar lebih terfokus dan mencapai tujuan yang diinginkan, pembahasan ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut, yaitu :
• Alat kendali ini hanya digunakan pada lampu pijar • Daya maksimal lampu yang digunakan sebesar 100 watt
• Sensor yang digunakan adalah sensor IR (Infra Red/Infra Merah) • Pengoperasian alat dengan sistem diskrit atau bertahap.
(8)
• Biaya tidak dibahas dalam perancangan ini.
• Penulis hanya membahas prinsip kerja pada alat ini.
1.4 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah :
• Memahami alat yang telah dirancang dengan alat pengontrol lampu pijar dengan menggunakan inframerah untuk pencahayaan di lorong atau di gang gelap secara otomatis.
• Dapat merancang batas waktu yang diperlukan untuk mengakomodasi waktu/Timer yang telah menyala secara otomatis.
• memahami prinsip kerja pengontrolan instensitas pada lampu dengan menggunakan infra merah.
1.5 MANFAAT
Semoga dalam pembuatan alat ini dapat bermanfaat untuk: 1. Masyarakat
• Dapat bisa memberikan penerangan kalau terjadi dalam keadaan gelap. • Dapat menidentifikasi intensitas cahaya di lorong atau di gang. • Aktivitas pembuatan alat ini dapat menggembangkan kreatifitas
(9)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
I-4
1.6 METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
• Metode kepustakaan (library method)
Mempelajari teori-teori yang mengenai rangkaian logika dan elektronika dari buku-buku dan jurnal-jurnal.
• Metode perancangan
Dimaksudkan untuk merancang alat yang akan dibuat yaitu sistem pengontrollan lampu pijar dengan menggunakan infra merah.
• Metode pengujian
Dilakukan untuk mendapatkan hasil dan analisis dari alat tersebut.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, Perumusan Masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan singkat mengenai sistem kerja komponen - komponen elektronika yang digunakan.
(10)
BAB III RANCANGAN ALAT PENGONTROLAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN INFRA MERAH
Berisi rancangan rangkaian alat dan cara kerja alat tersebut.
BAB IV ANALISIS
Berisi hasil dan analisa dari prinsip kerja alat yang telah dirancang.
BAB V PENUTUP
(11)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-1
BAB III
PERANCANGAN ALAT
3.1. Perancangan
Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya di lorong atau gang gelap secara otomatis sesuai dengan pembuatan alat yang diberikan. Perancangan alat pengontrol cahaya pada lampu pijar ini di realisasikan sesuai dengan komponen yang mudah didapat.
3.1.1. Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk mewujudkan gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi kerja dari rangkaian pemancar dan penerima infra merah, untuk kemudian dipadukan dengan komponen -komponen yang ada pada alat tersebut sehingga menghasilkan alat yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan, dan adapun tujuan dari perencanaan pembuatan alat adalah:
1. Menentukan deskripsi kerja dari alat yang direncanakan. 2. Menentukan komponen-komponen yang diperlukan. 3. Sebagai pedoman dalam pembuatan alat.
(12)
3.2 Deskripsi sistem pengontrol lampu pijar
3.2.1. spesifikasi awal dari alat yang dibuat
Spesifikasi menjadi batasan dan acuan dalam perancangan sistem kontrol untuk lampu pijar,dan spesifikasinya sebagai berikut:
1. Timmer/waktu untuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu.
2. Listrik dari tegangan PLN 220 V disalurkan melalui kabel lalu ke komponen – komponen alat utama yang akan menggerakan atau menyalakan lampu.
3. Pada rangkaian pemancar terdapat sensor infra merah yang telah dikemas dalam satu paket yang terdiri dari dua buah komponen elektronika yaitu dioda pemancar cahaya (LED) jenis infra merah yang menghasilkan radiasi dan phototransistor / LDR sebagai rangkaian penerima. Rangkaian penerima akan aktif jika pada rangkaian pemancar memancarkan cahaya oleh LED infra merah dengan jarak tertentu.
3.2.2 Diagram blok
Diagram blok alat pengontrol lampu pijar menggunakan inframerah terdiri dari 8 unit rangkaian, yaitu :
1. Unit Pemancar Infra merah 2. Unit Penerima Infra merah
(13)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-3
3. Unit Pencacah Digital 4. Unit Driver Relay 5. Unit Dimmer 6. Unit Catu Daya
Adapun diagram blok dari rancangan alat ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian
3.2.3. Prinsip kerja sistem
1. Cara kerja sistem pengontrol lampu pijar menggunakan infra merah itu harus diberi tegangan dari PLN daya sebesar 220 V dan memberi masukan ke catu daya lalu kepada unit penerima infra merah lalu ke pencacah digital, driver relay ini dikerjakan dari pemancar infra merah ke catu daya menggunakan relay dan ke unit dimmer dihubungkan ke lampu. Pada saat penerima infra merah mendapatkan sinyal dari pemancar infra merah
Catu daya DC 220 V AC Pemancar Infra Merah Penerima Infra Merah Pencacah Digital Dimmer Lampu Pijar Driver Relay
(14)
maka infra merah tersebut akan menyalurkan atau menyuplai sinyal ke lampu. Sinyal mengeluarkan berupa logika 0 dan 1, lalu dari unit lampu ini disalurkan ke driver relay, saat mendapatkan sinyal masukan dari unit pencacah digital berupa logika 1 dan dari driver relay diberikan logika 0 maka unit ini tidak akan bekerja. Dari unit driver relay ini keluarannya dihubungkan ke unit dimmer dimana keluarannya nanti akan menyalurkan ke potensio untuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu.
Tahap perancangan ini direalisasikan beberapa tahapan komponen alat dari diagram blok rangkaian tersebut,yaitu:
3.3. Rangkaian Catu Daya
LM7912 LM7905
220 12
D2 D1
D3 D4 C1 C2 C3
GND VCC 12V
VCC 5V
Gambar 3.2. Rancangan Rangkaian Catu Daya
Dalam rangkaian catu daya DC transformator yang digunakan adalah transformator penurun tegangan (Step down Transformator) dengan masukan primer 220 Volt dan keluaran skunder 12 Volt.
(15)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-5
Terminal 0 Volt dan 220 Volt pada sisi primer dihubungkan dengan jala – jala PLN. Sedangkan terminal 0 Volt, 5 Volt dan 12 Volt pada sisi skunder dihubungkan kerangkaian penyearah jembatan. Jenis rangkaian penyearah yang digunakan terbangun dari dioda tipe IN 4002. Dioda ini mempunyai kemampuan arus 1 A dan
Tegangan DC setelah melewati penapis kapasitor hampir mendekati rata, akan tetapi tegangan ini akan terpengaruh dari naik turunnya jala-jala PLN ataupun perubahan beban. Untuk lebih memantapkan lagi tegangan keluaran catu daya DC ini maka digunakan rangkaian integrasi berupa IC regulator positif LM 7812 dan LM 7805.
Kapasitor C1 dan C2 pada Gambar 3.2 berfungsi sebagai pengurang riple dari jala-jala listrik bolak-balik. Sedangkan C3 berfungsi untuk memperbaiki tanggapan transien pada tegangan keluaran pada saat beban bertambah.
Komponen yang digunakan adalah. C1, C2 = 2200 µF/25V
C3 = 100 nF
D1 .. D4 = IN 4002
IC1, IC2 = LM7812, LM7805
3.4. Rangkaian Pemancar Infra Merah
Rangkaian pemancar sinar infra merah ini berfungsi untuk memancarkan sinar infra merah dalam daerah frekuensi (38-40 kHz). Pada Gambar 3.3 interval frekuensi ini diatur dengan sebuah tahanan variable (VR).
(16)
555
2 5 8
1 4
6 7
3 R1
R2
R3
R4
VR
C1
C2
Gambar 3.3. Rangkaian Pemancar Sinar Infra Merah dengan Menggunakan IC NE 555 dalam Operasi Stabil
Integrated Circuit atau yang disingkat IC, merupakan sebagian unit komponen elektronika yang berfungsi tertentu didalam proses kerjanya. Tiap – tiap tipe IC yang diproduksi pabrik mempunyai penggunaan tertentu. IC yang tidak sama tipe dan proses kerjanya tidak dapat kita pergunakan untuk menggantikan IC yang rusak. Tujuan pembuatan IC adalah untuk menyederhanakan suatu rangkaian elektronika, untuk mengurangi efek sampingan seperti cacat suara karena distorsi, rumitnya suatu rangkaian elektronika dan untuk mengurangi bocornya suatu rangkaian elektronika. seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4 dibawah ini:
VBB = 2,75V
Vcc R3
(17)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-7
Gambar 3.4. Rangkaian Transistor Switching.
Arus yang dibutuhkan Led IR Gambar 3.4 adalah arus yang melalui R3 dan arus kolektor. Transistor yang dipasang adalah BD 139 dengan arus kolektor itu ketika basis kita putus atau diambil, atau tidak diberi tegangan maka kaki kolektor akan terputus dan apabila diberi tegangan maka kolektror dari transistor switch pun akan menyambung atau nyala suatu rangkaian dari transistor sebagai switch atau saklar.
3.5. Rangkaian Penerima Sinar Infra Merah dan Rangkaian Pewaktu Multivibrator Monostabil
Rangkaian penerima infra merah menggunakan modul phototransistor yang dihubungkan dengan sumber tegangan, keluaran dari modul phototransistor tranceiver duhubungkan ke input rangkaian pewaktu monostabil. Modul phototransistor merupakan alat yang sudah jadi dalam satu paket. Gambar Rangkaian dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Output Input 2 5 8 1 4 6 7 3 555 1 M 22 K 1uF 1nF +Vcc Vcc GND RXO 1 2 IR Module 3
(18)
Gambar 3.5. Rangkaian Penerima Inframerah dan Rangkaian Pewaktu Monostabil
Rangkaian pewaktu pada perancangan ini dibangun dari IC 555 dengan operasi monostabil yang artinya piranti ini akan stabil pada satu kondisi (tinggi atau rendah) dalam beberapa saat saja.
Bila rangkaian penerima Infra merah aktif maka akan memberikan sinyal masukan pada rangkaian monostabil untuk memicu IC 555. Dengan terpicunya IC555 pada pin 2 maka rangkaian pewaktu aktif, untuk selanjutnya akan memicu rangkaian pencacah.
Kapasitor harus diisi melalui resistor, semakin besar tetapan waktu T=RC maka makin lama tegangan kapasitor untuk mencapai +2/3 Vcc, dengan kata lain tetapan waktu RC mengendalikan lebar pulsa keluaran, lamanya pulsa keluaran ini diberikan dalam persamaan:
T = R.C
1000000.1x106 1 s
Jadi pada rangkaian ini dapat digunakan tahanan sebesar 1MΩ dan Capasitor sebesar 1µF.
(19)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-9
3.6. Rangkaian Pencacah
Pada rangkaian pencacah ini digunakan IC 74192 yang merupakan IC Up-Down Caunter. IC ini memiliki masukan Up-Down yang terpisah, pada pin 4 untuk menghitung turun dan pada pin 5 untuk menghitung naik.
3 2 6 7 4
5
10 9 1 15 16
8 13 12 11 10 9 15 14
7 1 2 6
16 8
+5V
+5V
14
74192 7447 +5V
Input Down Counter Input Up Counter
(20)
3.7. Rangkaian Driver Relay
Input
Vcc In
NC
NO Vcc
GND
Gambar 3.7. Rangkaian Driver Relay
Rangkaian Driver Relay berfungsi untuk mengendalikan relay mekanik dalam posisi On-Off, yang sesuai dengan perubahan yang diterima rangkaian pencacah, rangkaian ini menggunakan sebuah transistor BC 547A dan relay DC 12V/ 5 pole dan dioda yang digunakan IN 4002/ IN4004. Tahanan dalam relay jenis ini
sebesar 400Ω. Sedangkan transistor switching BC 547A memiliki arus kolektor
maksimal sebesar Ic(mak) = 200mA dengan bati penguatan (hfe) sebesar 250. Untuk membuat transistor bekerja sebagai saklar maka basis harus dicatu arus atau tegangan.
3.8. Rangkaian Dimmer
Pada rangkaian ini menggunakan Triac BT 137/600 sebagai penyaklaran arus AC. Triac bekerja saat mendapat amplitude denyut pada pin gate. Pegaturan terang redupnya lampu pijar diatur oleh tahanan yang diberikan ke TRIAC. Terang redupnya lampu berdasarkan besar tahanan yang diberikan, semakin besar tahanan yang diberikan maka arus yang mengalir ke lampu menjadi kecil sehingga menyebabkan
(21)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
III-11
lampu menjadi redup, demikian sebaliknya jika tahanan yang diberikan kecil maka arus yang mengalir ke lampu menjadi besar sehingga menyebabkan lampu menjadi terang. Gambar rangkaian lampu dimmer dapat dilihat pada Gambar 3.11. Rangkaian lampu dimmer ini merupakan alat yang sudah ada di pasaran.
Gambar 3.8. Rangkaian Dimmer
Prinsip cara kerja dimmer itu untuk mengurangi kecerahan dari pancaran sinar lampu, dan untuk juga digunakan mengatur cahaya bola lampu pijar dari padam, redup, terang, hingga sangat terang. Rangkaian ini dapat dipasang bola lampu hingga 100 watt. Selain itu dengan menggunakan potensiometer maka kekuatan cahaya bias disesuaikan dengan keinginan dengan cara memutar kekanan dan kekiri, dimana potensio ini dihubungkan dengan rangkaian yang terdiri dari beberapa komponen pendukung lainnya, contohnya resistor, kapasitor, IC NE 555, TRIAC, DIODA.
3.9. Lampu pijar
(22)
dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang kasat mata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam. Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati 100.
(23)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil perancangan, pengamatan dan pengujian alat pengatur intensitas cahaya untuk lampu pijar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan dan pengujian terlihat setiap rangkaian bekerja dengan baik sesuai dengan yang dirancang.
2. Pengujian dari alat tersebut dilakukan 10 tahapan dengan timmer dari potensio dengan hasil keluaran waktu lama lampu menyala.
3. Jarak antara rangkaian pemancar infra merah LED dan penerima infra merah Phototransistor sebagai sensor LDR ditentukan dari besar frekuensi yang diberikan.
4. Modul Penerima inframerah atau phototransistor merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kerja alat yang dirancang, karena modul ini memiliki sensitivitas yang tinggi dan kalau tidak ada penerima infra merah atau phototransistor maka alat yang dirancang tidak dapat bekerja.
5. hasil pengukuran dan hasil perhitungan driver relay, besar nilai arus basis dan arus kolektor tidak mengalami perbedaan yang besar, tetapi perbedaan pada nilai arus kolektor antara hasil pengukuran dan perhitungan disebabkan oleh perbedaan nilai arus basis yang didapat secara perhitungan dan pengukuran.
(24)
Karena yang menentukan besar kecilnya arus yang lewat dikolektor transistor ditentukan oleh besar arus yang masuk ke basis transistor dikali dengan besar dari satuan penguatan untuk transistor.
5.2. Saran
Adapun masukan atau saran agar alat ini bekerja dengan baik, diantaranya: 1. Masukan Kekurangan dari alat ini yaitu tidak memakai seven segment karena
kalau memakai rangkaian tersebut bisa mengukur besaran yang dihasilkan dari potensio yang akan bisa melihat waktu yang akan lama digunakan.
2. Alat ini dapat dibuat dengan menggunakan program, dengan begitu tidak banyak komponen yang digunakan. Dibandingkan dengan perancangan dengan sistem kerja digital secara keseluruhan.
(25)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
DAFTAR PUSTAKA
Delton T.Horn. (1988). Teknik Merancang Dengan Transistor. Jakarta: penerbit PT Elex Media Komputindo.Kelompok Gramedia.
Ibrahim K.F. (1986). Teknik Digital, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Malvino A.P. (1995). Prinsip – prinsip Elektronika Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ritz. H . (1987). Teknik Digit 1 Kursus Dasar Elektronika Digit, Jakarta: penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia.
Rufus. P. Turner & Brinton L. Rutherford. (1993). 133 Rangkaian Elektronika, Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Soedarto G. (1998). Dasar – dasar Sistem Digital, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Tokheim. R. L. (2003). Elektronika Digital Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rusmadi. D. (2007). Mengenal Teknik Elektronika, Bandung: penerbit CV. Pionir Jaya.
Kularatna, Nihal (2003), "Fundamentals of Oscilloscopes", Digital and Analogue Instrumentation: Testing and Measurement, Institution of Engineering and Technology. http://lpwi.blogspot.com/2011/03/cara-menggunakan-oscilloscope.html
(1)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III-10
3.7. Rangkaian Driver Relay
Input
Vcc In
NC
NO Vcc
GND
Gambar 3.7. Rangkaian Driver Relay
Rangkaian Driver Relay berfungsi untuk mengendalikan relay mekanik dalam posisi On-Off, yang sesuai dengan perubahan yang diterima rangkaian pencacah, rangkaian ini menggunakan sebuah transistor BC 547A dan relay DC 12V/ 5 pole dan dioda yang digunakan IN 4002/ IN4004. Tahanan dalam relay jenis ini
sebesar 400Ω. Sedangkan transistor switching BC 547A memiliki arus kolektor maksimal sebesar Ic(mak) = 200mA dengan bati penguatan (hfe) sebesar 250. Untuk membuat transistor bekerja sebagai saklar maka basis harus dicatu arus atau tegangan.
3.8. Rangkaian Dimmer
Pada rangkaian ini menggunakan Triac BT 137/600 sebagai penyaklaran arus AC. Triac bekerja saat mendapat amplitude denyut pada pin gate. Pegaturan terang redupnya lampu pijar diatur oleh tahanan yang diberikan ke TRIAC. Terang redupnya lampu berdasarkan besar tahanan yang diberikan, semakin besar tahanan yang diberikan maka arus yang mengalir ke lampu menjadi kecil sehingga menyebabkan
(2)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III-11
lampu menjadi redup, demikian sebaliknya jika tahanan yang diberikan kecil maka arus yang mengalir ke lampu menjadi besar sehingga menyebabkan lampu menjadi terang. Gambar rangkaian lampu dimmer dapat dilihat pada Gambar 3.11. Rangkaian lampu dimmer ini merupakan alat yang sudah ada di pasaran.
Gambar 3.8. Rangkaian Dimmer
Prinsip cara kerja dimmer itu untuk mengurangi kecerahan dari pancaran sinar lampu, dan untuk juga digunakan mengatur cahaya bola lampu pijar dari padam, redup, terang, hingga sangat terang. Rangkaian ini dapat dipasang bola lampu hingga 100 watt. Selain itu dengan menggunakan potensiometer maka kekuatan cahaya bias disesuaikan dengan keinginan dengan cara memutar kekanan dan kekiri, dimana potensio ini dihubungkan dengan rangkaian yang terdiri dari beberapa komponen pendukung lainnya, contohnya resistor, kapasitor, IC NE 555, TRIAC, DIODA.
3.9. Lampu pijar
(3)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III-12
dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin. Ini menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang kasat mata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam. Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati 100.
(4)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil perancangan, pengamatan dan pengujian alat pengatur intensitas cahaya untuk lampu pijar, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan dan pengujian terlihat setiap rangkaian bekerja dengan baik sesuai dengan yang dirancang.
2. Pengujian dari alat tersebut dilakukan 10 tahapan dengan timmer dari potensio dengan hasil keluaran waktu lama lampu menyala.
3. Jarak antara rangkaian pemancar infra merah LED dan penerima infra merah Phototransistor sebagai sensor LDR ditentukan dari besar frekuensi yang diberikan.
4. Modul Penerima inframerah atau phototransistor merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap kerja alat yang dirancang, karena modul ini memiliki sensitivitas yang tinggi dan kalau tidak ada penerima infra merah atau phototransistor maka alat yang dirancang tidak dapat bekerja.
5. hasil pengukuran dan hasil perhitungan driver relay, besar nilai arus basis dan arus kolektor tidak mengalami perbedaan yang besar, tetapi perbedaan pada nilai arus kolektor antara hasil pengukuran dan perhitungan disebabkan oleh perbedaan nilai arus basis yang didapat secara perhitungan dan pengukuran.
(5)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena yang menentukan besar kecilnya arus yang lewat dikolektor transistor ditentukan oleh besar arus yang masuk ke basis transistor dikali dengan besar dari satuan penguatan untuk transistor.
5.2. Saran
Adapun masukan atau saran agar alat ini bekerja dengan baik, diantaranya: 1. Masukan Kekurangan dari alat ini yaitu tidak memakai seven segment karena
kalau memakai rangkaian tersebut bisa mengukur besaran yang dihasilkan dari potensio yang akan bisa melihat waktu yang akan lama digunakan.
2. Alat ini dapat dibuat dengan menggunakan program, dengan begitu tidak banyak komponen yang digunakan. Dibandingkan dengan perancangan dengan sistem kerja digital secara keseluruhan.
(6)
Agiel Setiawan Putera,2013
Sistem Pengontrolan Lampu Pijar Dengan Menggunakan Infra Merah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Delton T.Horn. (1988). Teknik Merancang Dengan Transistor. Jakarta: penerbit PT Elex Media Komputindo.Kelompok Gramedia.
Ibrahim K.F. (1986). Teknik Digital, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Malvino A.P. (1995). Prinsip – prinsip Elektronika Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ritz. H . (1987). Teknik Digit 1 Kursus Dasar Elektronika Digit, Jakarta: penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia.
Rufus. P. Turner & Brinton L. Rutherford. (1993). 133 Rangkaian Elektronika, Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Soedarto G. (1998). Dasar – dasar Sistem Digital, Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Tokheim. R. L. (2003). Elektronika Digital Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rusmadi. D. (2007). Mengenal Teknik Elektronika, Bandung: penerbit CV. Pionir Jaya.
Kularatna, Nihal (2003), "Fundamentals of Oscilloscopes", Digital and Analogue Instrumentation: Testing and Measurement, Institution of Engineering and Technology. http://lpwi.blogspot.com/2011/03/cara-menggunakan-oscilloscope.html