Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di KPP Pratama Majalaya
1 1.1. LATAR BELAKANG
Untuk memperlancar pembangunan nasional diperlukan beberapa faktor pendukung yaitu stabilitas yang baik dan terjamin. Selain itu ada faktor yang lebih penting, yaitu dana yang harus cukup dan memadai. Dana tersebut diproleh dari dana dalam dan luar negeri. Pada dasarnya dana yang diterima dari luar negeri hanya sebagai pelengkap atau cadangan, bilamana dana yang didapat dari dalam negeri tidak mencukupi untuk pembangunan. Tapi pada kenyataannya dana dari dalam negeri sangat tidak mencukupi.
Salah satu sumber dana dalam negeri yang paling tinggi adalah hasil dari pemungutan pajak. Sudah lazim di setiap negara-negara, pajak adalah pendapatan terbesar yang dapat diterima oleh suatu negara atas penerimaan dana dalam negeri. Pajak yang di pungut dari masyarakat antara lain :
1. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
(2)
2. Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994 tanggal 9 November 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.
3. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah . Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau
(3)
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
1. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.
Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun fihak yang memungut PPnBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan dengan pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.
(4)
5. Pajak Bea Cukai
Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara. Di Indonesia, instansi yang menjalankan tugas-tugas ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan cukai. Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
Cukai adalah pungutan negara yang dinakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu, yaitu: konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.
Untuk membayar pajak tersebut masyarakat dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak atau wajib pajak. Secar otomatis wajib pajak tersebut harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai nomor identitas wajib pajak yang terdaftar. Prosedur Nomor PokokWajib Pajak (NPWP) telah diatur dalam peraturan Direktur Jendral Pajak No. PER 41/PJ/2009 tentang tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
(5)
(NPWP) dan/ atau pengukuhan pengusaha keana pajak, perubahan data dan pemindahan wajib pajak dan/ atau pengusaha kena pajak. Hal tersebut membuat penulis merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tersebut ke dalam sebuah
laporan kerja praktek yang berjudul “ Prosedur Pengurusan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP
Pratama Majalaya”
1.2. TUJUAN KERJA PRAKTEK
Adapun tujuan dari kerja praktek lapangan ini adalah : Untuk mengetahui,
1. Prosedur pengurusan NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan badan.
2. Hambatan dalam pengurusan NPWP bagi wajib pajak orang
pribadi dan badan.
3. Penanggulangan dalam mengatasi hambatan-hambatan pengurusan
NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan badan.
1.3. KEGUNAAN KERJA PRAKTEK
Ada beberapa manfaat yang di dapat daari kerja praktek yang dilakukan, antara lain :
(6)
a. Bagi Penulis
Dapat menjadi landasan bagi penulis dan pandang tentang apa yang akan dilakukan saat memasuki dunia kerja dan sudah terbiasa dengan keadaan yang ada sehingga memudahkan untuk beradaptasi dengan cepat.
b. Bagi KPP Majalaya
Ikut menunjang program akademik, dan secara langsung membantu pemerintah menyiapkan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.
Ikut membantu pemerntah untuk menyiapkan mahasiswa untuk menjadi para pekerja yang berkualitas.
Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Intansi kerja dan pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan kompetetif.
c. Bagi Universitas
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran yang diperoleh dibangku kuliah.
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi.
Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
(7)
1.4. LOKASI dan WAKTU KERJA PRAKTEK
Penulisan ini dibuat dengan melalui kerja praktek untuk memperoleh data yang di inginkan yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya, yang beralamat di Jl. Peta No.7 Bandung.
Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010.
(8)
8
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasrkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.
Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks. Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7 Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP. PBB Bandung Dua.
(9)
Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di wilayah
Kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah
Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.
Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain: Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.
Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan dalam menyusun monografi fiskal ini adalah buku ‘Kabupaten Bandung Dalam Angka 2007 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan Badan Pembangunan Daerah.
(10)
Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya antara lain menggambarkan :
1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di masing-masing daerah
Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan (termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara rata-rata mengalami peningkatan.
2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor
perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor
pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.
3. Sektor-sektor Strategis dari wilayah yang bersangkutan
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.
(11)
4. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi yang ada
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor pariwisata.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, kami berusaha
‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan intensifikasi melalui
rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
2.1.2. Geografis
Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30 kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di Kabupaten Bandung Barat).
(12)
Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis
umum letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ –108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah
176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dsb.) dan Kabupaten Sumedang; sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dsb.).
Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya): a.Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara
dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan, persawahan, perkebunan.
b.Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai
(13)
Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri (garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.
c.Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang didominasi oleh bukit-bukit yang memiliki potensi dan nilai strategis bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan raya lintas propinsi.
d.Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor perikanan.
e.Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang didominasi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling menonjol untuk bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan teh – karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini. Semua itu tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).
Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007 meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :
(14)
1. Wilayah Selatan, meliputi:
- Kecamatan Kertasari;
- Kecamatan Pacet;
- Kecataman Ibun.
2. Wilayah Tengah, meliputi:
- Kecamatan Majalaya;
- Kecamatan Solokanjeruk.
3. Wilayah Utara, meliputi:
- Kecamatan Cimenyan;
- Kecamatan Cilengkrang;
- Kecamatan Cileunyi;
- Kecamatan Rancaekek.
4. Wilayah Timur, meliputi:
- Kecamatan Nagreg;
- Kecamatan Cicalengka;
- Kecamatan Cikancung;
- Kecamatan Paseh.
5. Wilayah Barat, meliputi:
- Kecamatan Bojongsoang;
(15)
2.1.3. Gambaran Sektor Usaha
Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:
1.Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan dan minuman.
2.Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk listrik, gas dan air meningkat.
3.Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas (cash flow) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung.
(16)
2.1.4. Visi dan Misi
Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan perpajakan.
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
2.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job description dalam pelaksaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan. KPP Pratama Bandung Majalaya yang merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan struktur organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
(17)
Penulis akan mengemukakan Struktur Organisasi dan uraian tugas di KPP Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara vertikal, dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya
Kepala Kantor
Kasubag
Bendahara & Pembuat Daftar Gaji
Pelaksana Kepegawaian Pelaksana Rumah Tangga Kasi Pelayanan Pelaksana Kasi Pengolahan Data & Informasi
Kasi Waskon I Kasi Waskon II Operator Console Account Representatif Account Representatif
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Supervisor Fungsional Pemeriksa Kasi Waskon III Kasi Penagihan Kasi Ekstensifikasi Kasi Pemeriksaan Juru Sita Pajak Account Representatif Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Fungsional Penilai PBB
Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya
Gambar.2.1
(18)
2.3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. Dan memiliki tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai
2. Kepala Subbagian Umum
Memiliki wewenang melaksanakan tugas pelayanan
kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki wewenang membantu pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan kinerja 4. Seksi Pelayanan
Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan registrasi Wajib Pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
(19)
5. Kepala Seksi Penagihan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
(20)
9. Juru Sita Pajak
Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
10.Account Representative
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
11.Operator Console
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan
back-up data dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap pemakai
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan
Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana setiap bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh setiap bagian.
(21)
Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP Pratama Bandung Majalaya yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
a.Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum b.Meneliti ketetapan pajak/produk hukum
c.Menyetujui dan menandatangani ketetapan pajak/produk hukum.
2. Kepala Subbagian Umum
a.Menerima arsip in aktif (non berkas Wajib Pajak) yang diserahkan oleh Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara
b.Menugaskan Pelaksana untuk menyimpan dan menata arsip yang masih mempunyai nilai guna berdasarkan klasifikasi arsip yang berlaku dalam filing, box atau sarana penyimpan arsip lainnya
c.Menugaskan Pelaksana untuk membuat daftar inventaris penyimpanan arsip
d.Menugaskan Pelaksana untuk melayani peminjaman arsip dengan
membuat bon peminjaman
e.Memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
a.Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi b.Menyusun laporan kegiatan Seksi
c.Menyampaikan Laporan Kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor.
4. Seksi Pelayanan
(22)
b.Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala Kantor c.Melakukan koordinasi dengan Subbagian Umum dan seksi terkait
d.Melaksanakan program penyuluhan.
5. Kepala Seksi Penagihan
a.Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan b.Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi
Komputer
c.Meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan Pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
a.Menerima penugasan dari Kepala Kantor mengenai rencana pemeriksaan pajak dari Kantor Wilayah
b.Meneliti dan menganalisis kemampuan beban kerja Kelompok Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak
c.Menugaskan Pelaksana untuk menyusun konsep penyesuaian rencana pemeriksaan pajak
d.Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep
penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor. 7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
a.Menerima pertanyaan secara tertulis dari Wajib Pajak tentang ketentuan teknis perpajakan
(23)
b.Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari permasalahan Wajib Pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis
c.Meneliti dan menyetujui konsep surat jawaban atas pertanyaan tentang ketentuan teknis perpajakan serta meneruskan kepada Kepala Kantor untuk ditandatangani
d.Menugaskan AR untuk menatausahakan surat jawaban serta
mengirimkannya melalui Subbagian Umum dengan Buku Ekspedisi. 8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
a.Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi
b.Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak c.Menyampaikan laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi kepada Kepala
Kantor. 9. Juru Sita Pajak
a.Menerima tugas dari Kepala Seksi Penagihan untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer
b.Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan
(24)
c.Menerima kembali Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan Pemblokiran yang telah ditandatangani Kepala Kantor serta menatausahakan dan melaksanakan
10.Account Representative
a.Mengumpulkan, menerima atau mencari data atau informasi yang
berhubungan langsung dengan isi Profil Wajib Pajak
b.Membuat/memutakhirkan Profil Wajib Pajak pada Sistem Aplikasi
Komputer dan Profil manual Wajib Pajak
c.Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam rangka pengawasan/pemutakhiran data Wajib Pajak
d.Melakukan kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak berdasarkan Surat Tugas
e.Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak serta laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
11.Operator Console
a.Menerima tugas dari Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk menyajikan informasi perpajakan
b.Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan; c.Menyampaikan konsep informasi perpajakan kepada Kepala Seksi d.Pengolahan Data dan Informasi
(25)
25
3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 – 26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya dan penulis ditempatkan di bagianPelayanan. Dalam menjalankan Kerja Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.
3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Kegitan Kerja Praktek
Tanggal Kegiatan Jam
26-07-2010 s/d 26-08 -2010
Melayani pembuatan NPWP
Menginput data pribadi atau badan yang mendaftar NPWP
Melayani pajak bumi dan bangunan (PBB) Mengantarkan berkas data ke seksi-seksi lain
(26)
3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1. Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan
Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan
menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan :
1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan :
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau foto kopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing;
o Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk WP Badan :
o Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat
(27)
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.
o Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong
o Fotokopi KTP bendaharawan.
o Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.
5. Untuk Joint Operation sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:
o Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation.
o Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation.
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus joint operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat keterangan terdaftar.
7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus.
(28)
3.3.1.1Pendafataran NPWP dan PKP Melalui Elektronik (Elektronic Registration)
Pendaftaran NPWP dan PKP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id. Wajib Pajak cukup memasukan data-data pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh NPWP. Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui internet :
1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat www.pajak.go.id.
2. Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration).
3. Pilih menu “buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta . 4. Setelah itu anda akan masuk ke menu “Formulir Registrasi Wajib Pajak
Orang Pribadi”. Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang anda miliki.
5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang
berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak SKT sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orag Pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
6. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung bersama SKT sementara serta persyaratan lainnya ke Kantor Pelayanan
(29)
Pajak seperti yang tertera pada SKT sementara anda. Setelah itu anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.
3.3.1.2. Wajib Pajak Pindah
Dalam hal WP pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, WP agar melaporkan diri ke KPP lama maupun KPP baru dengan ketentuan:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan
Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi non usaha
Surat keterangan tempat tinggal baru dari lurah atau Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan.
Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha; adalah surat keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.
(30)
3.3.1.3.Penghapusan NPWP dan Persyaratannya
1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang.
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil.
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris.
4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP.
6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
3.3.1.4Pencabutan Pengukuhan PKP
1. PKP pindah alamat.
2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi.
(31)
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.
3.3.2. Hambatan-hambatan dalam pengurusan NPWP
1. Tempat KPP tidak sesuai dengan wilayah yang dimilikinya atau dipegangnya.
2. Masih kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh KPP tentang pentingnya NPWP yang harus dimilki bagi wajib pajak.
3. Masih kurangnya pelayanan dan media-media untuk
mempermudah pengurusan NPWP.
3.3.3. Penanggulangan dalam hambatan-hambatan pengurusan NPWP
1. Dibuatnya tempat KPP yang lebih strategis yang mudah dicapai oleh wilayah-wilayah yang dimilikinya atau dipegangnya.
2. Dilakukannya penyuluhan secara besar-besaran mengenai
pentingnya memiliki NPWP bagi wajib pajak.
3. Lebih ditingkatkannya mutu pelayanan karyawan KPP dan
(32)
32
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan ketentuan yg sudah diberikan.
2. Dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pun ada
hambatan-hambatan yang di dapat seperti tempat yg kurang strategis, masih kurangny penyuluhan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dilakukan oleh petugas berwenang, masih kurangny pelayanan dan media-media untuk mempermudah pengurusan NPWP.
3. Adapun beberapa penanggulangan yang dilakukan petugas berwenang tentang hambatan-hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak (WP) bisa memahami ataw mengetahui dengan pasti apa saja
(33)
Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar pengurusan dapat berjalan dengan lancar.
2. Kantor pajak dan petugas pajak bisa dapat memperkecil hambatan-hambatan dandapat menahan sesuatu yang secara besar akan menjadi hambatan-hambatan yang akan menambah hambatan-hambatan yang telah ada.
3. Penanggulangan yang harus dilakukan ialah adanya solusi yang dapat menguntungkan semua yang berhubungan langsung dengan pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar tidak ada salah satu pihak yang di rugikan sama sekali.
(34)
(NPWP) BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN
DI KPP PRATAMA MAJALAYA
Laporan Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Dalam menempuh Jenjang SI
Program Studi Manajemen
Oleh :
NAMA : Andika Perdana Barori
NIM : 21207114
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(1)
29
Pajak seperti yang tertera pada SKT sementara anda. Setelah itu anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.
3.3.1.2. Wajib Pajak Pindah
Dalam hal WP pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha, WP agar melaporkan diri ke KPP lama maupun KPP baru dengan ketentuan:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan
Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang (Lurah atau Kepala Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi non usaha
Surat keterangan tempat tinggal baru dari lurah atau Kepala Desa, atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan.
Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha; adalah surat keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.
(2)
3.3.1.3.Penghapusan NPWP dan Persyaratannya
1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang berwenang.
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil.
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak. Apabila sudah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris.
4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang berwenang.
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP.
6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
3.3.1.4Pencabutan Pengukuhan PKP
1. PKP pindah alamat.
2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi.
(3)
31
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.
3.3.2. Hambatan-hambatan dalam pengurusan NPWP
1. Tempat KPP tidak sesuai dengan wilayah yang dimilikinya atau dipegangnya.
2. Masih kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh KPP tentang pentingnya NPWP yang harus dimilki bagi wajib pajak.
3. Masih kurangnya pelayanan dan media-media untuk mempermudah pengurusan NPWP.
3.3.3. Penanggulangan dalam hambatan-hambatan pengurusan NPWP
1. Dibuatnya tempat KPP yang lebih strategis yang mudah dicapai oleh wilayah-wilayah yang dimilikinya atau dipegangnya.
2. Dilakukannya penyuluhan secara besar-besaran mengenai pentingnya memiliki NPWP bagi wajib pajak.
3. Lebih ditingkatkannya mutu pelayanan karyawan KPP dan membuat media-media yang memudahkan pengurusan NPWP.
(4)
32
4.1. Kesimpulan
1. Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan ketentuan yg sudah diberikan.
2. Dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pun ada hambatan-hambatan yang di dapat seperti tempat yg kurang strategis, masih kurangny penyuluhan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dilakukan oleh petugas berwenang, masih kurangny pelayanan dan media-media untuk mempermudah pengurusan NPWP.
3. Adapun beberapa penanggulangan yang dilakukan petugas berwenang tentang hambatan-hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak (WP) bisa memahami ataw mengetahui dengan pasti apa saja yang diperlukan dan apa saja yang dilampirkan dalam pengurusan Nomor
(5)
33
Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar pengurusan dapat berjalan dengan lancar.
2. Kantor pajak dan petugas pajak bisa dapat memperkecil hambatan-hambatan dandapat menahan sesuatu yang secara besar akan menjadi hambatan-hambatan yang akan menambah hambatan-hambatan yang telah ada.
3. Penanggulangan yang harus dilakukan ialah adanya solusi yang dapat menguntungkan semua yang berhubungan langsung dengan pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar tidak ada salah satu pihak yang di rugikan sama sekali.
(6)