Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRIs

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

O L E H

NAMA : RISKA LAILA MAULIDAH NOOR

NIM : 082600085

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

P

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.

Laporan Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna baik dalam susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang lebih baik.

Penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Hasibuan Batubara, M.Si selaku Ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Dra.Rosmiani, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dan memberikan pengarahan dalam proses penyelesaian laporan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar Program Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU yang telah member ilmu dn wawasannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Seluruh Staf dan Pegawai di Diploma III Perpajakan FISIP USU.

6. Bapak Hermansyah, S.H Selaku Kasubbag Umum KPP Pratama Binjai

yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melakukan riset di KPP Pratama Binjai.

7. Seluruh Kepala Seksi dan Staf Pegawai KPP Pratama Binjai yang telah

banyak memberi bantuan, bimbingan, dan informasi dan arahan kepada penulis.

8. Kedua Orang tua saya yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi dan

selalu mendukung dan membimbing saya dalam suka maupun duka.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU

Stambuk 2008 Khususnya kelas B yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan hingga dapat


(4)

menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Akhir kata penulis harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Juni 2011 Penulis,

(Riska Laila Maulidah Noor) Nim : 082600085


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri .. 14

BAB II. GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) …...………16

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 16

B. Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 17

D. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 23

BAB III. GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ... 25

A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak………25

B. Dasar Hukum Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 26

C. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak ... 27

D. Arti dari Kode Nomor Pokok Wajib Pajak ... 27

E. Pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak ... 29

F. Perubahan Data Wajib Pajak ... 29

G. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 30

H. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ... 30

1. Pendaftaran NPWP dan PKP Ke Kantor Pelayanan Pajak ... 30

2. Pendaftaran NPWP dan PKP Melalui Elektronik (Electronic Registration) ... 35


(6)

I. Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak ... 35

J. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ... 38

K. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 38

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI ….………...40

A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 40

B. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pengusaha Kena Pajak Melalui Elektronik (Electronic Registration) ... 42

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Petugas Pajak Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 47

D. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Oleh Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Dalam Melaksanakan Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak .... 51

E. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 52

F. Solusi Yang Diberikan Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Wajib Pajak Mengenai Sulitnya Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ... 53

G. Solusi Yang Dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Yang Sudah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Tetapi Tidak Menggunakan Hak Yang Dimilikinya ... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran-Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam perekonomian. Siapapun terutama wajib pajak pasti akan berurusan dengan pajak, kendati pajak merupakan hal yang terpenting dalam perekonomian, namun tidak sedikit masyarakat kesulitan dalam menetapkan pajak. Hal itu disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik sehingga kurang memahami tentang pajak. Bagi masyarakat pada umumnya pajak merupakan hal yang mengalami masalah dalam upayanya melaporkan serta membayar kewajiban pajaknya.

Pajak menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebenar-benarnya kemakmuran rakyat.

Menurut salah satu ahli terkemuka Prof.DR.Rochmat Soemitro, S.H dalam kutipan Siti Resmi (2007: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak


(8)

mendapat jasa timbal balik yang berlangsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Perkembangan ekonomi dan teknologi semakin pesat membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang telah ada dipergunakan pemerintah untuk membangun fasilitas-fasilitas sosial seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit, dan lain-lain. Dalam kondisi yang sekarang ini diperlukan dana yang banyak serta adanya cara pengelolaan dana yang baik. Hal itu disebabkan banyak fasilitas-fasilitas sosial yang tidak layak lagi untuk digunakan, sehingga diperlukan dana yang banyak untuk memperbaiki fasilitas tersebut.

Salah satu sektor penerimaan pemerintah yakni pajak. Pemerintah berusaha untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak, usaha itu ditempuh dengan melakukan perubahan peraturan perpajakan. Hal itu dilakukan untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang ada agar penerimaan dari sektor pajak dapat diperoleh secara maksimal. Dengan melihat perkembangan penerimaan sektor pajak yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka pemerintah berupaya untuk menggali potensi sumber dana dalam negeri. Namun demikian potensi ini akan sulit digali secara optimal jika hambatan untuk pelaksanaannya masih belum dapat diatasi. Hambatan tersebut antara lain kurangnya pemahaman tentang perpajakan, rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan, administrasi perpajakan dan kemampuan lembaga perpajakan.

Untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, wajib pajak harus memiliki pengetahuan tentang


(9)

perpajakan yang cukup, selain itu perlu adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kesadaran bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, seperti adanya Undang-Undang atau peraturan yang meringankan wajib pajak.

Maka diperlukan kesigapan aparat perpajakan untuk memperluas pemahaman Undang-Undang misalnya melalui penyuluhan sebagai sarana sosialisasi formal maupun informal, media massa seperti surat kabar, majalah ataupun televisi.

Sebagai acuannya adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut dengan UU KUP) dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 tanggal 6 februari 2008.

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri menurut Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya (Sihaloho, 2003:87).

Sehubungan dengan diadakannya program praktik kerja lapangan mandiri ini penulis ingin mengetahui bagaimana sebenarnya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) tersebut. Hal ini penulis tuangkan dalam laporan yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi


(10)

Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara yang berjudul : “PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui tentang Prosedur dan Tata Cara Pendaftaran

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi wajib pajak orang pribadi dan badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Pratama Binjai.

b. Untuk mengetahui perkembangan jumlah wajib pajak berdasarkan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi wajib pajak dan


(11)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Mahasiswa:

Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM khususnya menyangkut Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

a. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam masalah yang nyata dalam dunia kerja dan pemecahannya.

b. Memahami prosedur permohonan dalam pengurusan Nomor Pokok

Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

c. Mendapatkan pengalaman nyata di lapangan sehingga dapat

menambah wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian kerja.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas Sumatera Utara:

a. Membina hubungan kerjasama antara pihak Universitas khususnya

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi pemerintahan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Memberikan Kesempatan untuk menguji teori yang dipelajari di

bangku perkuliahan khususnya permasalahan NPWP dan Administrasi Perpajakan.


(12)

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai:

a. Membina Kerjasama antara lembaga pendidikan Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Mendapatkan Ide-Ide baru dalam pengelolaan pajak.

c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui mahasiswa Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

C. Uraian Teoritis

Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehingga pajak dapat dikatakan sebagai suatu paksaan yang mau tidak mau harus ditanggung Wajib Pajak.

Pajak mempunyai fungsi budgetair¸artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara (Resmi, 2007:3)


(13)

Salah satu upaya untuk meningkatkan peran pajak dalam masyarakat adalah dengan menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang wajib dimiliki oleh setiap Wajib Pajak yang penghasilannya telah melebihi atau diatas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), yang mana sesuai dengan tertera dalam peraturan perundang-undangan. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun adalah:

• Rp. 15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak.

• Rp. 1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

• Rp.15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

• Rp. 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 (tiga) orang untuk tiap keluarga (pajak.go.id).

Pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak telah melakukan berbagai kebijakan dan salah satunya adalah melalui ekstensifikasi. Ekstensifikasi adalah upaya menambah jumlah wajib pajak. Ekstensifikasi pajak dilakukan untuk membidik wajib pajak baru karena potensi calon wajib sebenarnya sangat besar. Ekstensifikasi wajib pajak memfokuskan pada peningkatan kesadaran wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Dengan ekstensifikasi, masyarakat dihimbau untuk melaksanakan pendaftaran sebagai wajib pajak.


(14)

Peraturan Undang-Undang Perpajakan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan ekonomi maupun sosial. Perubahan selalu dibuat untuk menyesuaikan kondisi yang ada, pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perpajakan sedemikian rupa melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi pemungutan pajak sehingga diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak (Resmi, 2005:17).

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang KUP (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Nomor Pokok Wajib Pajak sangat diperlukan karena administrasi di kantor pajak pun berbasis Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), bahkan beberapa instansi di luar kantor pajak pun mensyaratkan adanya Nomor Pokok Wajib Pajak ini. Misalnya dalam mengikuti tender pemerintah, menjadi rekanan pemerintah, urusan perbankan, telekomunikasi, dan sebagainya.

Bagi kantor pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memudahkan banyak urusan misalnya berkaitan dengan perekaman/penyusunan data, penyiapan data, kegiatan penelitian pemeriksaan dan kegiatan lainnya.


(15)

Dengan melihat betapa pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak, maka kantor pajak berupaya agar pemberian Nomor Pokok Wajib dapat dilakukan dalam waktu setengah jam (30 menit) bila data sudah lengkap, upaya pelayanan semacam ini hendaknya terus menerus ditingkatkan (Rakyat Merdeka, 2008)

Sesuai dengan “Self Assessment System” yaitu suatu sistem yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang, namun tetap dilakukan pengawasan atas pelaksanaan kewajiban itu (Suandy, 2008:130).

Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem Self Assessment wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak. Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri maka dapat diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Bagi wajib pajak yang telah memenuhi peraturan perundang-Undangan Perpajakan tertentu tetapi tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak akan dikenakan sanksi (Resmi, 2005:23).

Ada 6 (enam) sasaran dalam pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan, yakni:


(16)

2. Pemilik mobil mewah

3. Pemilik kapal pesiar atau yacht

4. Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri 5. Orang asing

6. Pegawai tetap yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan lain-lain, yang belum ber-NPWP (laporpajak.com)

Pada tahun 2010 tepatnya 1 januari 2010 yang lalu Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE-141/PJ/2010, dimana pemerintah membebaskan biaya fiskal luar negeri bagi seluruh warga Indonesia mulai 1 januari 2010. Peraturan ini termasuk untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ketentuan tentang tidak dikenakannya kewajiban membayar fiskal diatur dalam Pasal 25 ayat (8a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Sebelumnya, pada periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2010, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke luar negeri wajib membayar fiskal. Fiskal itu sebesar Rp. 2.500.000 bagi yang menggunakan pesawat udara, dan Rp. 1.000.000 bagi yang menggunakan angkutan laut. (vivanews.com)

Dengan berpedoman pada pengertian materiil tentang dimulai dan berakhirnya menjadi Wajib Pajak, maka Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak mudah untuk dihapus. Bagi orang pribadi, Nomor Pokok Wajib Pajak


(17)

(NPWP) baru dapat dihapus apabila yang bersangkutan meninggal dunia, meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau menerima penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (pajak.go.id).

Hukum pajak materiil merupakan norma-norma yang menjelaskan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besarnya pajak. Dengan kata lain, hukum pajak materiil mengatur tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya hutang pajak beserta hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak (Resmi, 2008:5).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1. Prosedur dan Tata Cara Permohonan Pengurusan Nomor Pokok Wajib

Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan Subjek Pajak enggan ataupun tidak mau

mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Upaya yang dilakukan pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan


(18)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulisan menggunakan metode sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini Penulis melakukan pengajuan dan pengesahan judul oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, seminar proposal, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Dalam tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber- sumber pustaka seperti buku-buku Perpajakan,Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Pada tahap ini penulis mencari data dan informasi dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, serta mempelajari laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data


(19)

Mengumpulkan secara langsung dari sumbernya yaitu dengan wawancara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

b. Data Sekunder

Mengumpulkan data dari hasil dokumentasi berupa buku, literatur, dan perundang-undangan.

5. Analisis dan Evaluasi

Penulis melakukan analisis dan evaluasi data mengenai prosedur dan tata cara pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpul data sebagai berikut:

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung melibatkan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan secara langsung di tempat praktik Kerja lapangan


(20)

mandiri (PKLM) sehubungan dengan objek pajak studi yang dispesialisasikan oleh penulis.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data yang bersumber dari dokumen-dokumen, buku-buku, Undang-Undang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Surat Edaran, sumber-sumber lain yang mendukung penulisan ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika dalam melakukan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Penelitian,Uraian teoritis, Ruang Lingkup, Metode Pengumpulan Data, dan bentuk Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam hal ini diuraikan gambaran umum mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu sejarah singkat berdirinya Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Binjai, tugas dan fungsi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP), dan Struktur Organisasi. BAB III : GAMBARAN DATA


(21)

Dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama meliputi pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak, fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak, Tempat pendaftaran Wajib Pajak, jangka waktu pendaftaran dan penghapusannya, syarat-syarat memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, serta penyebab dan kendala yang sering timbul dalam pendaftaran dan perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

BAB IV : ANALISA DATA DAN EVALUASI

Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisaan data yang diperoleh kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk pemecahan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Di dalam bab ini terdiri dari dua hal, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK-1/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut :

1) Kota Madya Binjai

2) Kabupaten Langkat

3) Kabupaten Deli Serdang

a. Kecamatan Labuhan Deli

b. Kecamatan Sunggal c. Kecamatan Pancur Batu d. Kecamatan Hamparan Perak e. Kecamatan Sibolangit f. Kecamatan Kutalimbaru 4) Kabupaten Tanah Karo

Pada tanggal 27 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai wilayah kerja sebagai berikut:


(23)

1) Kota Binjai

2) Kabupaten Langkat

B. Lokasi Geografis Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletk di jalan Jambi Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Sub Bagian Umum, dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai maka disini penulis akan menggambarkan tentang struktur organisasi.

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dan masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi yang merupakan gambaran sistematis tentang


(24)

hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksananya fungsi pengorganisasian dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan ini akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan Undang-Undang yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai menyelenggarakan fungsi :

1) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

2) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan

dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya.


(25)

3) Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

4) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

5) Pelaksanaan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi

perpajakan.

6) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

7) Pelaksanaan penyuluhan dan konsultasi perpajakan. 8) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi.

9) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Binjai.

Adapun struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi dan melaksanakan penyuluhan, pelayanan,


(26)

pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum memiliki Tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Melakukan urusan tata usaha

2. Melakukan urusan kepegawaian

3. Melakukan urusan keuangan

4. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT),

surat wajib pajak lainnya, melakukan penatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan

penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) dan kearsipan wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(27)

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi

perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

2. Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak. 3. Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima

kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.

4. Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan

wajib pajak.

5. Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat

keluar.

6. Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung

pajak dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).

7. Membuat data base Wajib Pajak.

5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi memiliki Tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,

penyajian informasi perpajakan.

2. Perekaman dokumen perpajakan.


(28)

4. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A, dan 1107B.

5. Merekam PPh Pasal 21.

6. Merekam PPh Pasal 23/26.

7. Merekam PPh Final Pasal 4

8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

9. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

10. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer.

11. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing

12. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.

13. Penyiapan laporan kinerja. 6. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:

1. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan

piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut:


(29)

2. Pendataan objek dan subjek pajak.

3. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak

dalam menunjang ekstensifikasi. 8. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan memiliki Tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan.

2. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,

3. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak pratama dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

D. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1) Sub Bagian Umum

Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kasubbag Umum)

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)


(30)

3) Seksi Pelayanan

Jumlah Pegawai : 9 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

Jumlah Pegawai : 5 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 5) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 6) Seksi Ekstensifikasi

Jumlah Pegawai : 7 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 7) Seksi Penagihan

Jumlah Pegawai : 6 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 8) Seksi Pemeriksaan

Jumlah Pegawai : 2 Orang (termasuk 1 (satu) orang Kepala Seksi) 9) Seksi Fungsi Pemeriksaan

Jumlah Pegawai : 10 Orang 10)Seksi Fungsional Penilai PBB


(31)

BAB III

GAMBARAN UMUM PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah Nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak tertentu.

Dengan identitas ini wajib pajak dapat dengan mudah menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan pemungutan kewajiban perpajakan baik mengenai pembayaran pajak, kepindahan lokasi usaha, perubahan badan usaha atau kegiatan lain yang diisyaratkan untuk memiliki identitas perpajakan. Setiap wajib pajak hanya memiliki satu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk semua jenis pajak yang menjadi kewajibannya.


(32)

B. Dasar Hukum Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Dasar Hukum yang menyangkut tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-27/PJ./1995

tanggal 23 Maret 1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-150/PJ/1999

tentang Perubahan KEP-27/PJ./1995.

4. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-515/PJ./2000

tanggal 4 Desember 2000 tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha Bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu.

5. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-516/PJ./2000

tanggal 4 Desember 2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

6. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-161/PJ./2001


(33)

Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. (http ://www.pajakonline.com)

C. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-41/PJ./2003 adapun fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

1. Sarana dalam administrasi perpajakan.

2. Tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan

administrasi perpajakan.

4. Untuk dicantumkan dalam semua dokumen perpajakan

D. Arti dari Kode Nomor Pokok Wajib Pajak

Kode Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terdiri dari 15 digit, dengan perincian sebagai berikut :

1. Dua digit pertama merupakan identitas wajib pajak, yaitu:

a. 01 s.d. 03 = Wajib Pajak Badan

b. 04 s.d. 06 = Wajib Pajak Pengusaha


(34)

d. 07,08, dan 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi

2. Enam digit kedua merupakan nomor registrasi / urut yang diberikan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), contoh : 885.071

3. Satu digit ketiga diberikan untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), contoh : 4

4. Tiga digit keempat adalah kode Kantor Pelayanan Pajak, contoh : 119

5. Tiga digit terakhir adalah status wajib pajak (Tunggal,Pusat atau Cabang), yaitu :

a. 000 = Tunggal atau Pusat

b. 00, dan seterusnya = Cabang ke-, dan seterusnya.

Contoh: NPWP PT.BCA : 01.885.071.4-119.000. dengan penjelasan sebagai berikut :

a. 01 artinya Wajib Pajak Badan.

b. 885.071. artinya nomor registrasi / nomor urut terdaftar.

c. 4 artinya kode cek digit.

d. 119 artinya kode Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai


(35)

E. Pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain :

1. Formulir-formulir perpajakan yang dipergunakan Wajib Pajak.

2. Surat-menyurat dalam hubungan perpajakan.

3. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan

mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak.

F. Perubahan Data Wajib Pajak

Yang dimaksud dengan perubahan data wajib pajak meliputi perubahan identitas wajib pajak, pemindahan wajib pajak atau pengusaha kena pajak, serta penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Perubahan Identitas wajib pajak meliputi:

a. Perbaikan data karena kesalahan dalam keluaran (data dalam dokumen

masukan tidak sama dengan data keluaran).

b. Perubahan Nomor Pokok Wajib Pajak karena adanya kesalahan

misalnya kode wajib pajak cabang tidak sama dengan pusat.

c. Perubahan nama wajib pajak karena penggantian nama.

d. Perubahan bentuk badan hukum.

e. Perubahan alamat wajib pajak karena perpindahan tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama.


(36)

f. Perubahan status usaha wajib pajak.

g. Perubahan jenis pajak karena suatu hal yang mengakibatkan

kewajiban jenis pajaknya berubah.

G. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 44/PJ/2008 tentang pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ditentukan sebagai berikut:

1. Tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (orang/pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak

berada pada dua atau lebih wilayah kerja Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

H. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Pendaftaran NPWP dan PKP ke Kantor Pelayanan Pajak

Dalam hal ini Wajib Pajak dapat mendaftarkan dirinya dengan cara datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan SE-65/PJ/2008 Nomor 44/PJ/2008 tentang Tata Cara Pendaftaran


(37)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan Pajak dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak harus mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran

Wajib Pajak dan atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara lengkap dan jelas. Dalam hal Wajib Pajak membutuhkan bantuan dalam mengisi formulir tersebut dapat menanyakan kepada Petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

2. Wajib Pajak menyerahkan Formulir Permohonan Pendaftaran

Wajib dan atau Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang telah diisi secara lengkap dan jelas serta ditandatangani Wajib Pajak dan atau kuasanya kepada Petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas:

1. Menerima Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan

atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak atau kuasanya yang sah.

2. Memeriksa kelengkapan pengisian Formulir Permohonan

Pendaftaran Wajib Pajak dan atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam hal Formulir belum sepenuhnya diisi oleh pemohon, petugas


(38)

mengembalikan formulir kepada pemohon untuk dilengkapi pengisiannya.

3. Merekam dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen

(LPAD) serta menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada pemohon setelah ditandatangani petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

4. Mengisi kolom-kolom pada Formulir Permohonan Perubahan

Data dan Wajib Pajak Pindah dan atau Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak yang diberi keterangan “Diisi oleh petugas”.

5. Melakukan penelitian administrasi untuk mengetahui apakah

pemohon telah terdaftar sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak pada tata usaha Kantor Pelayanan Pajak atau belum.

6. Apabila berdasarkan hasil penelitian administrasi ternyata:

a. Pemohon telah terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya

tidak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lagi, atau

b. Pemohon pernah terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya

diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang pernah diberikan, atau


(39)

c. Pemohon terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dengan catatan khusus untuk pemohon berstatus cabang atau orang pribadi, pengusaha tertentu atau wanit kawin tidak pisah harta atau penghasilan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

d. Pemohon telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

(PKP), kepadanya tidak diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP), atau

e. Pemohon belum dikukuhkan sebagai (PKP), kepadanya

diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).

7. Merekam data Permohonan sesuai isian pada Formulir

Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan atau Formulir Permohonan Pengusaha Kena Pajak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.

8. Merekam kewajiban Perpajakan Wajib Pajak pada menu

aplikasi Wajib Pajak.

9. Dalam hal pemohon mendaftarkan diri untuk memperoleh

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), petugas pendaftaran Wajib Pajak:


(40)

a. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

b. Meneruskan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Surat

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) kepada Kepala Seksi Pelayanan/Tata Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.

c. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan kartu

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

10. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang

diberikan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.

11. Mengadministrasikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan

Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) yang diterbitkan.


(41)

2. Pendaftaran NPWP dan PKP melalui elektronik (Electronic Registration)

Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) selain dengan datang langsung ke Kantor Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

Wajib Pajak cukup memasukkan data-data pribadi seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), SIM, Paspor untuk dapat memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pendaftaran melalui internet ini dapat memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak yang tidak mempunyai banyak waktu untuk pergi ke Kantor Pelayanan Pajak. Dan yang paling penting Wajib Pajak dapat menghemat waktu dan tenaga karena Wajib Pajak dapat melakukan registrasi dimana saja dan kapan saja sepanjang ada koneksi internet.

I. Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dilakukan dalam hal diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh:

1. Wajib Pajak dan atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan Peraturan Undang-Undang Perpajakan, misalnya:


(42)

a. Wajib Pajak meninggal dan tidak meninggalkan harta warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang.

b. Wajib Pajak meninggal dan meninggalkan warisan. Apabla

selesai dibagi kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh ahli warisnya.

c. Wajib Pajak Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak (WP), disyaratkan surat pernyataan dan keterangan dari instansi yang berwenang.

2. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta serta suaminya telah terdaftar sebagai Wajib Pajak, disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil.

3. Wajib Pajak Badan dalam rangka likuidasi atau telah dibubarkan

secara resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang karena sesuatu hal kehilangan

statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya Permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukun bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai Wajib Pajak.


(43)

Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) hanya dapat disetujui apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah kadaluarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain karena:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dengan tidak

meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan atau,

b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.

Permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Wajib Pajak harus diberikan keputusan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu 6 bulan tersebut telah lewat, maka permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak (NPWP OP) dianggap dikabulkan dan harus diterbitkan surat keputusan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka paling lama 1 (satu) bulan setelah berkahirnya jangka waktu tersebut.


(44)

J. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam hal diajukan permohonan pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena pajak oleh:

a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) lain.

b. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha

Kena Pajak.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan melalui proses pemeriksaan dn memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan Wajib Pajak diterima secara lengkap.

Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut telah lewat, maka permohonan penghapusan Pengusaha Kena Pajak oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan harus diterbitkan surat keputusan mengenai Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhirnya jangka waktu tersebut.

K. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di dalam pasal 39 ayat (1) disebutkan setiap orang yang dengan sengaja:


(45)

1. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,

2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok

Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,

3. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/keterangan yang isinya

tidak benar atau tidak lengkap.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun, dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4(empat) kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar.


(46)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama setempat dengan melampirkan:

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan

usaha atau pekerjaan bebas:

a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi

paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak),

b. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha

pekerjaan bebas dari Wajib Pajak (bentuk formulir ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak).

2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas:

a. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi


(47)

dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak),

b. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha

pekerjaan bebas dari Wajib Pajak (bentuk formulir ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak).

3. Untuk Wajib Pajak Badan:

a. Fotokopi akte pendirian dan perubahan atau surat

keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT),

b. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi

paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing (bentuk formulir ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak), dari salah seorang pengurus aktif,

c. Surat pernyataan tempat kegiatan usaha dari salah satu

pengurus aktif.

4. Untuk Bendahara sebagai Pemungut/Pemotong:

a. Fotokopi KTP bendahara,

b. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara.

5. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak

Pemotong/Pemungut:

a. Fotokopi perjanjian kerjasama sebagai joint operation,


(48)

c. Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing (formulir ditentukan Direktorat Jenderal Pajak), dari salah seorang pengurus joint operation.

6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha

tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar Kantor Pusat/domisili/suami.

B. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak Melalui Elektronik (Electronic Registration)

Aplikasi e-Registration untuk Wajib Pajak adalah aplikasi yang dapat memudahkan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri secara online melalui internet. Sistem aplikasi ini sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak.

Sistem ini terbagi dua bagian, yaitu sistem yang dipergunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online dan sistem yang dipergunakan oleh Petugas Pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.


(49)

Berikut ini tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) melalui internet:

1. Membuka situs Direktorat jenderal Pajak dengan alamat

2. Memilih menu sistem e-Registration,

3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem

e-Registration,

4. Login ke system sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat,

5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau

Pengukuhan PKP”,

6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan, atau Bendahara),

7. Mengisi formulir permohonan pada layar computer dengan lengkap

dan benar,

8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan

Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP,

9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap

dan Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) melalui aplikasi e-Registration,

10.Menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha kena Pajak


(50)

(SPPKP) dari Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Bila berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak ternyata Wajib Pajak memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak.

Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan biasanya dilakukan oleh petugas pajak setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan ekstensifikasi pajak yaitu dengan jalan penyisiran yang dilakukan di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tersebut.

Penyisiran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak. Penyisiran dilakukan guna mengetahui apakah masyarakat sudah mendaftarkan dirinya menjadi Wajib Pajak dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak serta melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Ketika Subjek Pajak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, maka petugas pajak akan memberikan formulir dimana formulir tersebut berguna untuk mengetahui data-data Wajib Pajak. Dalam hal pengisian formulir Wajib Pajak dapat menanyakan secara langsung kepada petugas pajak mengenai hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian formulir tersebut. Karena petuas pajak berkewajiban untuk


(51)

member petunjuk, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak dengan sejelas-jelasnya khususnya mengenai Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Secara umum tahap-tahap dalam mengisi formulir antara lain: 1. Mengisi formulir yang telah diberikan oleh petugas pajak. 2. Mengisi data yang ada dalam formulir dengan benar dan jelas.

3. Menandatangai formulir tersebut oleh Subjek Pajak ataupun

ditandatangani oleh kuasa hukum Subjek Pajak yang sah.

4. Memberikan lampiran-lampiran yang diminta oleh petugas pajak. Setelah selesai mengisi formulir dan memberikan data-data yang baik dan benar maka Subjek Pajak selesai dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Setelah itu petugas pajak akan mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Subjek Pajak tersebut sampai selesai. Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak, penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) paling lama 1 (satu) hari sejak permohonan diterima lengkap.

Apabila pengurusan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sudah selesai, maka:

1. Subjek Pajak telah menjadi Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan Direktorat Jenderal Pajak.


(52)

3. Subjek Pajak mendapat pelayanan dari Instansi dimana Subjek Pajak bisa mendapatkan atau mengajukan kredit dan dapat membuat izin usaha.

Oleh karena itu, semua Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha yang berhubungan dengan perpajakan agar menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dengan sebagaimana mestinya, yaitu dengan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak pada setiap dokumen ataupun berkas perpajakan.

Berikut ini akan disajikan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk 3 tahun dapat dilihat dari table di bawah ini:

Tabel : Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

WAJIB PAJAK TERDAFTAR T A H U N

2009 2010 2011

PPh ORANG PRIBADI 56.267 69.849 75.186

PPh BADAN 3.129 3.755 4.002

Sumber: Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah Wajib Pajak terdaftar selama 3 tahun terakhir. Dari data di atas menunjukkan jumlah Wajib Pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Dalam pengurusan permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak, tidak selalu berjalan lancar. Kadang-kadang sering timbul kendala-kendala atau hambatan-hambatan baik yang datangnya dari dalam Kantor Pelayanan Pajak itu sendiri maupun dari luar yang disebabkan oleh Wajib Pajak itu sendiri.


(53)

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Petugas Pajak dalam Melayani Wajib Pajak Untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Berikut ini beberapa kendala yang sering timbul dalam pendaftaran dan perolehan Nomor Pokok Wajib Pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai:

1. Jangka waktu penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Pemenuhan jangka waktu penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan salah satu masalah yang dialami oleh pegawai Seksi Pelayanan. Penyelesaian pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak terkadang lebih dari 1 (satu) hari kerja sejak dokumen diterima lengkap sehingga sering menimbulkan komplain dari Wajib Pajak yang ingin agar proses pendaftaran NPWP-nya dapat diproses secepat mungkin, terutama oleh Wajib Pajak yang memiliki kepentingan cukup mendesak. Apalagi Wajib Pajak sering membandingkan jangka waktu penyelesaian pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya yang ada di Kantor Wilayah Sumut I yang jangka waktu penyelesaian pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak bahkan ada yang hanya 15 menit. Hal ini membuat petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) harus bisa memberikan keterangan dengan baik tentang kendala


(54)

yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya.

2. Kesulitan menentukan Kelompok Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak

Nomor Kelompok Lapangan Usaha (KLU) yang akan diberikan kepada Wajib Pajak dalam penyelesaian proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sangat berpengaruh terhadap hak dan kewajiban yang akan diperoleh oleh Wajib Pajak sehingga pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh petugas TPT agar tidak terjadi kesalahan pemenuhan kewajiban dan perolehan hak wajib pajak di bidang perpajakan di kemudian hari.

3. Adanya pendaftaran kembali Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) oleh Wajib Pajak yang sama

Terkadang terjadi masalah dimana Wajib Pajak tersebut telah terdaftar namun mengajukan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak kembali.

4. Jaringan e-Registrasi yang sering bermasalah

Sistem e-Registrasi merupakan sistem yang digunakan oleh Seksi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai untuk melakukan proses perekaman data pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak. Proses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak sering mengalami kendala akibat jaringan e-Registrasi sering mengalami


(55)

gangguan sehingga sistem e-Registrasi sama sekali tidak bisa diakses. Jaringan e-Registrasi paling sering mengalami gangguan apabila terjadi hujan yang deras.

5. Besarnya jumlah permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Jumlah permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak setiap hari kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berkisar antara 50 sampai dengan 200 permohonan. Banyaknya jumlah permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak ini dikarenakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebanyak 2 (dua) Daerah Tingkat II, yaitu Kotamadya Binjai yang terdiri dari 5 Kecamatan dan Kabupaten Langkat yang terdiri dari 23 Kecamatan. Untuk memproses permohonan yang relatif besar tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya.

6. Relatif luasnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Luasnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai juga berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk memproses permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain memberikan pelayanan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, petugas TPT juga bertugas memberikan pelayanan


(56)

terhadap penerimaan dokumen masuk lainnya seperti menerima Surat Pemberitahuan Masa dan memberikan penjelasan ataupun jawaban atas pertanyaan Wajib Pajak tentang hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan yang cenderung memerlukan waktu yang lama. Luasnya wilayah kerja ini terlihat dari besarnya jumlah Wajib Pajak setiap harinya dengan berbagai kepentingan. Dalam 1 (satu) hari kerja, nomor antrian Wajib Pajak di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) berkisar antara 120 sampai dengan 250.

7. Jumlah SDM yang tidak sesuai dengan beban kerja secara keseluruhan

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yang khusus memberikan pelayanan terhadap bidang perpajakan selain Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak sebanding dengan beban kerja yang diemban. Selain menerima dokumen masuk serta memberikan penjelasan kepada Wajib Pajak tentang aspek perpajakan tertentu dan memproses pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, petugas TPT juga melaksanakan tugas-tugas administrasi lainnya. Oleh karena itu petugas TPT tidak langsung memproses permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yang diajukan Wajib Pajak.

Hal-hal tersebut mengakibatkan penundaan penyelesaian pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak hingga 3 (tiga) hari kerja


(57)

yang seharusnya hanya 1(satu) hari kerja menurut ketentuan yang berlaku.

D. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Dalam Melaksanakan Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Oleh Subjek Pajak

Berikut ini beberapa langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak atau lebih dikenal dengan DJP (Fiskus) agar Subjek Pajak mau mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak:

1. Sunset Policy 2008, pada tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak

mengadakan Sunset Policy dimana Wajib Pajak yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam tahun 2008 dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) untuk tahun 2007 maka tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Nomor 28 tahun 2007.

2. Membuat aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Massal (PWPM)

adalah program aplikasi yang digunakan oleh Fiskus untuk memproses pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan berdasarkan e-NPWP atau daftar Nominatif.


(58)

3. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan yang berhubungan dengan pajak khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, keunggulan Nomor Pokok Wajib Pajak, beserta sanksi yang diberikan jika Subjek Pajak dengan sengaja tidak mau mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Menggunakan media cetak dan elektronik agar dapat memberikan

informasi yang lebih luas tentang perpajakan.

5. Mengadakan seminar-seminar.

E. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Setiap Wajib Pajak yang sudah memenuhi persyaratan Subjektif dan Objektif sesuai dengan Ketentuan Peraturan Undang-Undang Perpajakan diwajibkan untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. Tetapi ada faktor yang menyebabkan Subjek Pajak tersebut enggan ataupun tidak mau mendaftarkan dirinya, diantaranya:

1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentinya pajak, banyak yang beranggapan bahwa membayar pajak merupakan beban bagi dirinya bukan kewajiban. Semua fasilitas yang dibangun merupakan kewajiban pemerintah sendiri. Masyarakat merasa terlibat sebagai orang yang mempunyai hutang yang harus menyisihkan uangnya (penghasilannya) untuk pemerintah.


(59)

2. Adanya anggapan bahwa prosedur pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak berbelit-belit dan lama proses administrasinya.

3. Adanya anggapan bahwa permohonan pengurusan Nomor Pokok

Wajib Pajak dipungut biaya padahal dalam mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak tidak dikenakan biaya sedikitpun.

F. Solusi Yang Diberikan Oleh Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Wajib Pajak Mengenai Sulitnya Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Demi kemudahan bagi Wajib Pajak adapun solusi-solusi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) kepada Wajib Pajak dalam hal memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak melaksanakan penyuluhan dan pelayanan

konsultasi perpajakan kepada masyarakat.

2. Kantor Pajak memberikan pelayanan terhadap masyarakat di

bidang perpajakan dalam rangka membantu pelaksanaan administrasi perpajakan.

3. Kantor Pajak melakukan pengamatan potensi perpajakan dan


(60)

G. Solusi Yang dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Yang Sudah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Tetapi Tidak Menggunakan Hak Yang Dimilikinya

Adapun solusi yang dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) kepada yang sudah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi tidak menggunakan hak yang dimilikinya adalah sebagai berikut:

1. Seksi Pelayanan melakukan bimbingan dan konsultasi teknis

perpajakan masyarakat atau wajib pajak.

2. Seksi Pelayanan melakukan pengamatan potensi perpajakan dan

membuat spanduk-spanduk yang berkenaan dengan pajak.

3. Seksi Pelayanan meyakinkan masyarakat/Wajib Pajak bahwa pajak

yang dibayar bukan kepentingan pribadi melainkan kepentingan bersama.

4. Seksi Pelayanan langsung ke lapangan untuk memeriksa Wajib


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan data yang ada, dapat disimpulkan:

1. Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Binjai telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak, SE-65/PJ/2008 Nomor 44/PJ/2008. Adanya beberapa keuntungan yang diberikan jika Wajib Pajak mau mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan daya tarik yang sangat kuat untuk bagi Wajib Pajak, disamping kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, seperti pendaftaran dengan menggunakan internet. Dengan kemudahan tersebut diharapkan Wajib Pajak akan semakin sadar akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan juga pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak bagi beberapa dokumen yang berhubungan dengan perpajakan. Yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliknya.

2. Langkah-langkah yang dilakukan fiskus untuk mendorong Wajib

Pajak agar mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak tidaklah gampang. Fiskus senantiasa berupaya untuk menyadarkan masyarakat luas akan


(62)

pentingnya mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Adanya beberapa anggapan yang salah mengenai Prosedur

Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak menyebabkan banyak Wajib Pajak enggan ataupun tidak mau untuk mendaftarkan dirinya guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini tentu akan membuat langkah-langkah yang dilakukan oleh fiskus menjadi tidak efektif. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara fiskus dan masyarakat dengan cara fiskus memberikan kontribusi yang nyata yang dapat dinikmati langsung oleh masyarakat seperti perbaikan fasilitas umum, pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, juga subsidi untuk sekolah, rumah sakit, dll.

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

dalam rangka meningkatkan Subjek Pajak harus terus dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar Subjek Pajak tersebut merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya memang adalah kewajiban dan bukan beban. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu fiskus atau petugas pajak dengan lembaga pendidikan yang mempunya program Studi Perpajakan guna menyebarluaskan informasi perpajakan khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak kepada masyarakat.


(63)

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam membina dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, petugas pajak dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih baik. Agar Wajib Pajak merasa nyaman untuk berkonsultasi seputar masalah perpajakannya dan juga dapat menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Dalam rangka Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak tidak hanya

Petugas Pajak saja yang berperan, tetapi Wajib Pajak sendiri diharapkan juga berperan lebih aktif seperti dalam sistem Self Assessment dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung hutang pajaknya sendiri dan melaporkan hasil penghitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak.

3. Petugas Pajak mengadakan sosialisasi seputar perpajakan khususnya

mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak atau dapat menggunakan artikel-artikel, spanduk-spanduk yang lebih menarik agar masyarakat lebih mengerti dan lebih paham akan arti pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

_________, 2007, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

_________, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2003, Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo, Persada.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2007, tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Berstatus Sebagai Pengurus Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-116/PJ/2007, PER-32/PJ/2008, tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-35/PJ/2008, tentang Kewajiban Pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dalam Rangka Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.


(65)

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2008, tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2009, tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration.

____________________, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor PMK-20/PMK.30/2008, tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-06/PJ.9/2001, tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-65/PJ/2008, Nomor 44/PJ/2008, tentang Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Tata Cara Perpajakan.

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-141/PJ/2010, tentang Pelayanan Kepada Wajib Pajak Sehubungan Dengan Berakhirnya Pengenaan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Yang Bertolak Ke Luar Negeri (Fiskal Luar Negeri).


(1)

G. Solusi Yang dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) Kepada Yang Sudah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak Tetapi Tidak Menggunakan Hak Yang Dimilikinya

Adapun solusi yang dilakukan Pihak Direktorat Jenderal Pajak (Fiskus) kepada yang sudah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak tetapi tidak menggunakan hak yang dimilikinya adalah sebagai berikut:

1. Seksi Pelayanan melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan masyarakat atau wajib pajak.

2. Seksi Pelayanan melakukan pengamatan potensi perpajakan dan membuat spanduk-spanduk yang berkenaan dengan pajak.

3. Seksi Pelayanan meyakinkan masyarakat/Wajib Pajak bahwa pajak yang dibayar bukan kepentingan pribadi melainkan kepentingan bersama.

4. Seksi Pelayanan langsung ke lapangan untuk memeriksa Wajib Pajak yang tidak menggunakan hak yang dimilikinya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan data yang ada, dapat disimpulkan: 1. Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Binjai telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak, SE-65/PJ/2008 Nomor 44/PJ/2008. Adanya beberapa keuntungan yang diberikan jika Wajib Pajak mau mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan daya tarik yang sangat kuat untuk bagi Wajib Pajak, disamping kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, seperti pendaftaran dengan menggunakan internet. Dengan kemudahan tersebut diharapkan Wajib Pajak akan semakin sadar akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan juga pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak bagi beberapa dokumen yang berhubungan dengan perpajakan. Yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliknya.

2. Langkah-langkah yang dilakukan fiskus untuk mendorong Wajib Pajak agar mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak tidaklah gampang. Fiskus senantiasa berupaya untuk menyadarkan masyarakat luas akan


(3)

pentingnya mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Adanya beberapa anggapan yang salah mengenai Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak menyebabkan banyak Wajib Pajak enggan ataupun tidak mau untuk mendaftarkan dirinya guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini tentu akan membuat langkah-langkah yang dilakukan oleh fiskus menjadi tidak efektif. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara fiskus dan masyarakat dengan cara fiskus memberikan kontribusi yang nyata yang dapat dinikmati langsung oleh masyarakat seperti perbaikan fasilitas umum, pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, juga subsidi untuk sekolah, rumah sakit, dll.

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam rangka meningkatkan Subjek Pajak harus terus dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar Subjek Pajak tersebut merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya memang adalah kewajiban dan bukan beban. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu fiskus atau petugas pajak dengan lembaga pendidikan yang mempunya program Studi Perpajakan guna menyebarluaskan informasi perpajakan khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak kepada masyarakat.


(4)

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam membina dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, petugas pajak dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih baik. Agar Wajib Pajak merasa nyaman untuk berkonsultasi seputar masalah perpajakannya dan juga dapat menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat untuk mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Dalam rangka Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak tidak hanya Petugas Pajak saja yang berperan, tetapi Wajib Pajak sendiri diharapkan juga berperan lebih aktif seperti dalam sistem Self Assessment dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung hutang pajaknya sendiri dan melaporkan hasil penghitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. 3. Petugas Pajak mengadakan sosialisasi seputar perpajakan khususnya

mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak atau dapat menggunakan artikel-artikel, spanduk-spanduk yang lebih menarik agar masyarakat lebih mengerti dan lebih paham akan arti pentingnya Nomor Pokok Wajib Pajak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

_________, 2007, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

_________, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus (Jilid I), Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Sihaloho, Cyrus, 2003, Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, PT. Raja Grafindo, Persada.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2007, tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Berstatus Sebagai Pengurus Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-116/PJ/2007, PER-32/PJ/2008, tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-35/PJ/2008, tentang Kewajiban Pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dalam Rangka Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.


(6)

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2008, tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak.

_____________________, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2009, tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak Dengan Sistem E-Registration.

____________________, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor PMK-20/PMK.30/2008, tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-06/PJ.9/2001, tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-65/PJ/2008, Nomor 44/PJ/2008, tentang Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Tata Cara Perpajakan.

_____________________, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak SE-141/PJ/2010, tentang Pelayanan Kepada Wajib Pajak Sehubungan Dengan Berakhirnya Pengenaan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Yang Bertolak Ke Luar Negeri (Fiskal Luar Negeri).