Konsekuensi Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja .1 Konsep Kepuasan Kerja

31 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha 6. Kondisi kerja. Jika kondisi tempat bekerja baik, nyaman, dan aman, bila diatur dengan tepat akan memengaruhi kepuasan kerja. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja, yaitu: - Kepuasan kerja Lund, 2003:228; Chang Lee, 2007:176. Budaya organisasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. - Kepuasan kerja Rizi, 2013:9; Wallace, 1995:187. Kepuasan kerja dipengaruhi secara positif oleh gaya kepemimpinan. - The operation of learning organization memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja Chang Lee, 2007:176

2.1.4.4 Konsekuensi Kepuasan Kerja

Robbins Judge 2011:119-121 mengemukakan dampak kepuasan kerja sebagai berikut: 1. Kinerja Bila dilihat pada level organisasi, bukan individual, organisasi dengan karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif dibandingkan dengan organisasi dengan karyawan yang lebih tidak puas . 2. Organizational Citizenship Behavior Karyawan yang puas akan cenderung membicarakan hal yang positif dengan organisasi, membantu orang lain, dan bekerja melebihi apa yang diharapkan dalam pekerjaannya. Lebih lanjut, karyawan yang puas lebih 32 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha mau untuk mengerjakan tugas di luar pekerjaan mereka karena mereka ingin mendapatkan pengalaman yang postif. Beberapa penelitian berikutnya mengatakan kepuasan kerja memengaruhi OCB melalui persepsi keadilan. 3. Kepuasan pelanggan Karyawan yang puas cenderung lebih ramah, ceria, dan responsif yang dihargai oleh pelanggan. Kualitas ini membangun kepuasan dan kesetiaan pelanggan. Karyawan yang puas bisa meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan. 4. Absenteeism Ada hubungan negatif yang moderat antara kepuasan kerja dan absenteeism. Karyawan yang tidak puas akan lebih sering meninggalkan pekerjaan, sedangkan karyawan yang lebih puas cenderung memiliki kehadiran yang lebih tinggi dibanding karyawan yang lebih tidak puas. 5. Turnover Ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan turnover, namun untuk hal ini, hubungannya lebih kuat dibandingkan absenteeism. Meskipun demikian, ada faktor-faktor lain di luar kepuasan yang juga memengaruhi kecenderungan seseorang untuk meninggalkan organisasi, seperti kondisi bursa kerja, harapan terhadap peluang pekerjaan lainnya, dan posisi seseorang dalam organisasi tersebut. Penelitian sebelumnya mendapati adanya moderator antara kepuasan kerja dan turnover yaitu level kinerja karyawan. Secara spesifik, tingkat kepuasan lebih tidak penting digunakan 33 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha untuk memprediksi turnover bagi superior performes karena organisasi biasanya memberikan effort yang lebih terhadap individu tersebut, baik dalam hal kenaikan gaji, pujian, pengakuan, kesempatan promosi dan selanjutnya. Namun hal sebaliknya terjadi pada individu dengan poor performance. Mereka kemungkinan akan merasakan tekanan yang lebih besar yang mendorong mereka untuk berhenti. Oleh karenanya, kepuasan kerja lebih signifikan memengaruhi poor performers untuk tetap bertahan dalam organisasi dibandingkan dengan superior performers. 6. Perilaku menyimpang di tempat kerja Ketidakpuasan kerja memprediksi banyak perilaku khusus, termasuk upaya pembentukan serikat kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian di tempat kerja, pergaulan yang tidak pantas, dan kelambanan. Para peneliti berpendapat bahwa perilaku ini adalah indikator sebuah sindrom yang lebih luas yang disebut perilaku menyimpang di tempat kerja atau penarikan diri karyawan. Robbins dan Judge 2015:52-53 membedakan dua dimensi konstruktifdestruktif dan aktifpasif untuk memahami konsekuensi ketidakpuasan, sebagai berikut: - Keluar. Respon keluar mengarahkan perilaku untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari sebuah posisi yang baru serta pengunduran diri. - Suara. Respon suara termasuk secara aktif dan konstruktif mencoba untuk memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan mengambil beberapa bentuk aktivitas serikat. 34 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha - Kesetiaan. Respon kesetiaan berarti secara pasif tetapi optimis menunggu kondisi membaik, termasuk berbicara untuk organisasi saat menghadapi kritikan eksternal. - Pengabaian. Respon pengabaian secara pasif membiarkan kondisi-kondisi itu memburuk, termasuk absen atau keterlambatan kronis, berkurangnya usaha, dan tingkat kesalahan yang bertambah. Gambar 2.2 Respon-respon terhadap Ketidakpuasan Kerja Sumber : Robbins, dan Judge., 2011: 118 103 Program Magister Manajemen Universitas Kristen Maranatha BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang budaya organisasi dan gaya kepemimpinan yang mengambil studi pada tenaga perawat Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Yayasan Buddha Tzu Chi di Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1 Budaya organisasi di Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Yayasan Buddha Tzu Chi di Jakarta dalam penelitian ini ada dalam kategori lemah, artinya budaya organisasi belum sepenuhnya dapat dipahami secara baik oleh perawat. Padahal budaya organisasi berdampak pada kesuksesan suatu organisasi. Organisasi yang sukses adalah hasil dari budaya yang kuat dan positif. Budaya organisasi dan sistem di dalam industri kesehatan mempengaruhi rendahnya kesalahan medis dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien. 2 Gaya kepemimpinan yang menonjol di Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Yayasan Buddha Tzu Chi di Jakarta pada penelitian ini adalah adalah gaya kepemimpinan achievement oriented style dan directive style, yang keduanya berada pada kategori moderat. Artinya, perawat menghayati pemimpinnya memberikan pemahaman yang jelas akan tugas dan tanggung jawabnya, serta mendorong perawat untuk mencapai tujuan tersebut. Selain

Dokumen yang terkait

Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit Tk. II Kesdam I/BB tahun 2004

1 37 87

Pengaruh Kompetensi, Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Tenaga Perawat Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa

0 6 226

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PERAWAT PADA RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR.

0 3 18

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PERAWAT PADA RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN DENGAN

0 2 13

PENDAHULUAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PERAWAT PADA RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR.

0 3 10

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DAN KARYAWAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DAN KARYAWAN PADA YAYASAN TRI ASIH JAKARTA.

0 3 15

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Organisasi Publik (StudiEmpiris pada SKPD Pemerintah Kab

1 6 17

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pdam Boyolali.

1 1 14

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pdam Boyolali.

0 1 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, IKLIM ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Nuning Purwanti

0 0 14