Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 3 Ayat di atas menjelaskan bahwa Islam memerintahkan untuk mencari karunia rezeki untuk kehidupan dunianya, dan salah satu di antara mencari rezeki itu adalah dengan bekerja untuk mendapatkan uang. Islam tidak melarang seseorang hidup kaya dan banyak uang selama orang itu mau memanfaatkan uangnya untuk hal-hal yang dian jurkan menurut syari’at. Di era modern dan global uang berlaku tidak hanya dikawasan tertentu. Setiap negara memiliki mata uang sendiri dan Setiap negara ingin menggunakan mata uangnya dalam melakukan transaksi perdagangan internasional international trade, hal inilah yang melatarbelakangi adanya nilai tukar kurs di pasar valuta asing foreign exchange market. 4 Indonesia merupakan salah satu negara yang melakukan transaksi perdangan internasional yang aktif, sehingga nilai kurs sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian negara ini. Melemahnya mata uang suatu negara depresiasi terhadap mata uang asing seperti rupiah terhadap dolar yang sangat besar yang prosesnya mendadak dan berlangsung terus menerus menimbulkan krisis keuangan bagi negara ini 5 Indonesia pernah mengalami pengalaman buruk dalam sistem keuangannya. Prosesnya mulai terjadi pada pertengahan kedua tahun 1997 dan terus berlangsung higga mencapai di atas Rp. 10.000 per satu dolar AS dalam periode 6 bulan pertama tahun 1998. Pemerintah waktu itu berupaya menghentikan jatuhnya nilai tukar rupiah dan sekaligus membalikan arus modal yang lari kembali ke dalam negeri dengan menaikkan tingkat suku bunga tabungan dalam suatu persentase yang paling tinggi yang pernah dilakukan oleh otoritas moneter Indonesia. Namun, upaya itu gagal menghentikan laju penurunan nilai rupiah dan tidak mampu menarik modal dari luar Indonesia. Akhirnya pemerintah Indonesia terpaksa melepas sistem penentuan kurs rupiah manage floating bebas terkendali 3 Departemen Agama, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005, h. 442 4 Ai Siti farida, Sistem Ekonomi Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2011, h. 208 5 Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama hingga Jokowi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2015, h. 75 kurs rupiah bebas bergerak ke atas dan kebawah namun ada batas minimum dan maksimum pada tahun 1998, karena Indonesia mulai kehabisan stok dolar AS untuk intervensi pasar; Artinya, sejak itu pergerakan kurs rupiah sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar permintaan dan penawaran dan ini yang membuat nilai rupiah terus meluncur ke bawah. 6 Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga pernah dirasakan bangsa Indonesia di awal pemerintahan presiden Joko Widodo. Dimana naik turunnya nilai tukar kurs banyak dimanfaatkan oleh para spekulan untuk meraut keuntungan dari selisih nilai tukar. Berdasarkan pengalaman, jika terjadi depresiasi rupiah, masyarakat cenderung akan memborong dollar AS. 7 Tindakan spekulan ini justru semakin memperburuk rupiah sebagaimana yang terjadi di tahun 2015 penguatan dolar tidak terbendung, sampai pada posisi tertingginya Rp 14.458. 8 Seorang pakar ekonomi barat yang terkenal dengan bukunya The General Theory of Employment, Interest, and Money mengemukakan teorinya tentang hal ini, yang dikenal dengan teori liquidity preference. Di dalam buku tersebut Keynes menyatakan: “The three divisions of liquidity-preference which we have distinguished above may be defined as depending on i the transactions-motive, i.e. the need of cash for the current transaction of personal and business exchanges; ii the precautionary-motive, i.e. the desire for security as to the future cash equivalent of a certain proportion of total resources; and iii the speculative-motive, i.e. the object of securing profit from knowing better than the market what the future will bring forth..” 9 Tiga pembagian preferensi likuiditas yang telah kita bedakan sebelumnya, bahwa liquidity preference tergantung pada tiga motif i motif transaksi, yaitu kebutuhan akan uang tunai untuk transaksi pertukaran baik personal maupun bisnis;ii motif berjaga-jaga, yaitu keinginan untuk mengamankan setara dengan uang kas di masa depan berupa sebagian dari total sumberdaya; dan iii motif 6 Ibid., h. 85-86 7 http:bisniskeuangan.kompas.comread20150312103900626Rupiah.Anjlok.Aksi.Spek ulasi.Marak 8 http:finance.detik.comread2015091616442730206606dolar-as-tertinggi-di-rp- 14458-ini-penampakannya 9 Jhon Maynard keynes, The General Theory of Employment, Interest, and Money,India: Atlantic Publishers, 2008, h. 153 spekulasi, yaitu objek mengamankan keuntungan dengan pengetahuan lebih mengenai apa yang akan terjadi di pasar. Paparan keynes ini menjelaskan tentang motif permintaan masyarakat akan uang. Keynes berpendapat ada tiga motif yang mendasarinya, yaitu: Transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi. Motif spekulasi tersebut berpengaruh besar terhadap fungsi uang dengan menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. 10 Lembaga perbankan konvensional juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian kredit dengan bunga interest sebagai instrumen harga yang digunakan. Jauh sebelumnya, dalam maha karya al-Ghazali yang berjudul Ihyâ ‘Ulûmuddin, yang oleh masyarakat awam dianggap kumpulan kitab tasawuf mistisme dalam Islam, sehingga para pengkaji dan sarjana baik muslim maupun non muslim sarjana barat menjadikan kitab yang satu ini sebagai rujukan dalam bidang tasawuf, pendidikan, psikologi, akhlak, dan sejenisnya dalam ilmu-ilmu keagamaan, ternyata menyuguhkan pula persoalan-persoalan yang menyangkut keduniaan yaitu ilmu ekonomi. 11 Al-Ghazali menyadari bahwa salah satu penemuan terpenting dalam perekonomian adalah uang. Hal ini setidaknya terlihat dari beberapa pembahasannya mengenai uang. Al-Ghazali menekankan bahwa uang fungsinya bukan sebagai komoditas perdagangan, namun sebatas media pertukaran medium of exchange dan alat kesatuan hitung Unit of account. Uang baru akan memiliki nilai jika digunakan dalam suatu pertukaran. Dalam hal ini, ia menyatakan : لاومأا رئاس نب نطسوتمو نمكاح مهاردلاو رناندلا ىاعت ها قلخف امه لاومأا ردقت ىح ، دقنلا كلذكف نول لك يكحو ،اه نول ا ةآرماك ضرغ لك ىإ ةليسو وهو هيف ضرغ ا . 10 Mustafa Edwin, Op.cit., h. 249 11 Abdul Aziz, Ekonomi Sufistik Model Al-Ghazali, Bandung: Alfabeta, 2011, h. ix Allah telah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim dan penengah diantara berbagai harta benda yang mana dengan keduanya semua dapat diukur..Uang ibarat cermin tidak memiliki warna pada dirinya tetapi dapat memantulkkan tiap warna, begitu juga uang tidak memiliki manfaat pada dirinya tetapi dapat bermanfaat sebagai media pertukaran. 12 Uang memiliki peran dan pengaruh di dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga Islam sangat memperhatikan akan kehadirannya. Perhatian Islam terhadap uang nampak di dalam penetapan kaidah-kaidah yang menjamin keselamatan interaksi keuangan; seperti Islam melarang cara apapun yang berdampak buruk terhadap uang. Sedangkan masalah-masalah ijtihâdiyah yang berubah disebabkan perubahan waktu dan tempat, maka Islam meninggalkan rincian-rinciannya kepada pihak yang berkompeten ulul amri untuk berijtihad di dalamnya dengan apa yang dilihatnya dapat merealisasikan kemaslahatan kaum muslimin. 13 Oleh karena itu, Pada penelitian ini penulis mencoba menganalisis lebih dalam pemikiran tokoh ekonom Muslim, Abu Hamid Al-Ghazali lebih spesifik tentang permasalahan uang. Kemudian membandingkan antara teori uang seorang Pemikir muslim ini dengan teori modern J.M Keynes yang merupakan ahli ekonomi Barat tentang hal serupa.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: a. Al-Ghazali diidentikan hanya sebagai tokoh sufi b. Uang banyak digunakan untuk tujuan duniawi saja c. Kurs dijadikan ajang untuk spekulasi d. Motif spekulasi menjadikan uang lebih banyak diperdagangkan e. Melemahnya rupiah yang terlalu dalam dan terus menerus merupakan salah satu penyebab krisis 12 Abu Hamid Al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulûmuddîn, Jilid IV, Beirut: Dar al-Nadwah, t.t, h.96 13 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fiqih Ekonomi Umar bin Al-Khatab. Penerjemah Asmuni Solihan Zamakhsari Jakarta: Pustaka-Al-Kautsar, 2006, h. 326 f. Lembaga keuangan konvensional menjadikan uang sebagai komoditas dalam memberikan kredit dan menjadikan bunga sebagai instrumen harga

2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah agar pembahasan dapat mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu: a. Teori Abu Hamid al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes tentang uang b. Persamaan, Perbedaan, dan Faktor penyebab perbedaan teori keduanya. c. Relevansi Teori Abu Hamid al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes terhadap sistem keuangan di Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana teori uang dalam perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes? 2. Apa persamaan dan perbedaan serta faktor penyebab perbedaan perspektif antara Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes tentang teori uang? 3. Bagaimana relevansi teori keduanya terhadap sistem keuangan di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada hakikatnya merupakan harapan atau sesuatu yang hendak dicapai yang dapat dijadikan arahan atas apa yang harus dilakukan dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui analisis teori Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes tentang uang. b. Mengetahui analisis persamaan dan perbedaan serta faktor penyebab perbedaan perspektif antara Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes tentang teori uang. c. Mengetahui relevansi teori keduanya terhadap sistem keuangan di Indonesia.