Relevansi konsep uang al-ghazali dalam sistem keuangan kontemporer

(1)

(2)

(3)

iv

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Februari 2011 M

12 Rabiul Awal 1432 H


(4)

v

Berdasarkan logika kapitalisme uang, definisi uang adalah kekayaan, dan tujuan aktivitas ekonomi adalah bagaimana menciptakan uang sebanyak mungkin. Kapitalisme uang telah memberikan kesempatan kepada orang yang memiliki uang untuk meningkatkan tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat yang sesungguhnya tanpa memberi kontribusi kepada produksinya. Aktivitas seperti itu, menyebabkan sejumlah kecil orang menjadi kaya tapi tidak produktif, dan Sejarah menunjukan manakala sistem financial semakin besar, maka resiko terjadinya gejolak dan krisis juga semakin tinggi. Maka dari itu, sektor financial menjadi transmisi yang paling efektif untuk memunculkan gejolak dan krisis.

Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Kesalahan konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang.

Sebelum kapitalisme berjaya, Imam al-Ghazali pada abad ke 11-12, telah memperingatkan bahwa memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang. Jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang, dan Ia pun menegaskan bahwa uang tidak mempunyai manfaat pada zatnya sendiri. Menurutnya, uang ibarat cermin, ia tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua warna, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku, jurnal ilmiah, dan artikel-artikel yan berhubungan dengan pembahasan judul skripsi, serta tulisan-tulisan ilmiah dari koran, majalah, maupun internet yang ada hubungannya dengan pembahasan di atas, kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Al-Ghazali memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas atau barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demad for transaction), bukan untuk spekulasi atau trading. Dan Islam pun tidak mengenal spekulasi (money demand for speculation) karena pada hakikatnya uang adalah milik Allah Swt yang diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz); karena akan membuat perekonomian menjadi lesu, Uang juga tidak boleh idle (menganggur), ia harus diproduktifkan dalam bisnis riil.


(5)

vi

kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya akhirnya dengan penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.

Shalawat beserta salam tak terupakan kepada baginda kita Muhammad SAW, yang telah berhasil membawa umatnya dari kemiskinan etika, moral, serta norma agama.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat penyelesaian tugas akhir.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat dalam mengikuti perkuliahan.


(6)

vii

4. Bapak A Chaerul Hadi MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang juga sangat telah membantu dan meluangkan waktu serta perhatiannya hingga skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH sebagai Pembimbing Akademik yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Staf akademik dan Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orang Tua ku Tercinta Bp Warman & Ibu Inah R, yang telah membimbing serta mengarahkan penulis sehingga bisa bertahan dan terus belajar untuk selalu bersyukur dalam menghadapi hidup dan memperbaiki diri.

9. Adik-adikku Ade Irawan & Ridwan Aji, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

viii

terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006.

12. Untuk Deva, terima kasih atas perhatiannya yang selalu setia diberikan kepada penulis, terutama pada masa penulisan skripsi ini hingga selesai.

Semoga segala budi baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan berbagai keterbatasan kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun dalam kemampuan teknik penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat berharap kritik membangun, saran dan masukan dari pembaca.

Jakarta, 16 Februari 2011 M

12 Rabiul Awal 1432 H


(8)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Teori ... 9

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : PROFIL DAN KONSEP UANG AL-GHAZALI ... 14

A. Profil Al-Ghazali ... 14

1. Riwayat Hidup Al-Ghazali……… ... 14

2. Pendidikan Al-Ghazali……… ... 17

3. Karya-karya Al-Ghazali……… ... 18

B. Konsep Uang menurut Al-Ghazali ... 20

1. Pengertian Uang……… ... 20


(9)

x

B. Pasar modal... 42

C. Arti dan makna Uang dalam system keuangan Global ... 45

1. Jenis-jenis uang……… ... 48

2. Peran Uang dalam Ekonomi Konvensional……….. ... 50

D. Masalahnya dalam system Keuangan Global ... 53

BAB IV : ANALISA RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM KEUANGAN GLOBAL... 57

A. Kelemahan dalam Sistem Nilai Tukar ... 60

1. Pasar Uang ... 60

2. Pasar Modal ... 61

B. Krisis yang Berulang……… ... 65

C. Sistem Ekonomi Islam yang berbasis Sektor Real…………... ... 65

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 83


(10)

Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE,Sy.)

Oleh:

H E R YAN I AR MAN

1 0 6 0 4 6 1 0 1 6 2 8

JURUSAN MUAMALAT-PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Dunia ekonomi telah memasuki fase ketidakstabilan yang luar biasa dan perjalanan masa depannya benar-benar tidak pasti”. Tulis Helmut Schelmid kira-kira satu dekade lalu ketidakstabilan terus berlangsung dan ketidakpastian berlanjut.1 Sesudah melalui masa-masa inflasi tingkat tinggi yang menyakitkan, perekonomian dunia telah mengalami suatu resesi mendalam dan laju pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya, dibarengi dengan laju suku bunga riil yang tinggi dan fluktuasi valuta asing yang tidak sehat. Meskipun penyembuhannya kini tengah berlangsung, namun ketidakpastian tetap berlajut. Laju suku bunga riil tetap tinggi dan ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga meningkatkan kecemasan adanya penyembuhan yang gagal.

Krisis ini juga diperburuk oleh adanya kemiskinan di tengah orang-orang kaya di semua negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosioekonomi, defisit neraca pembayaran yang besar, dan ketidakmampuan sebagian negara-negara berkembang untuk mencicil utang mereka. Para ekonom tentu akan cenderung setuju dangan pandangan bahwa tak ada teori ekonomi terdahulu yang tampaknya mampu menjelaskan krisis ekonomi dunia saat ini.

1 Helmut Schmidt (mantan Kanselir Jerman Barat), “The Structure of the World Product”,

(Foreign Affairs: T.pn., 1974), h 437


(12)

Keberkelanjutan persoalan dan dalamnya krisis ini menunjukan bahwa pada dasarnya ada sesuatu yang salah. Tidak akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus utama krisis. Sayangnya, kesalahan yang umumnya dilakukan yaitu bahwa akar permasalahan hanya dicari pada simtom (gejala), Akibatnya penyembuhan hanya bersifat sementara, seperti obat-obatan analgesic, mengurangi rasa sakit hanya sementara. Beberapa saat kamudian, krisis muncul kembali, bahkan mendalam dan serius. 2

Badai krisis ekonomi yang dipicu resesi di Amerika (USA) baru dimulai. Ibarat hujan, saat ini masih gerimis. Namun, meski baru gerimis, korban krisis tersebut telah bermunculan hampir di seluruh belahan dunia. Belum dapat dibayangkan bagaimana jika badai tersebut benar-benar telah datang.

Era Ekonomi Baru yang lahir setelah runtuhnya kekuasaan Uni Soviet, telah menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa tunggal dan menandai kemenangan ekonomi pasar atas sosialisme. Kondisi pasar yang terjadi pada era ekonomi baru, bukan hanya kapitalisme mengalahkan komunisme, tetapi juga menjadikan kapitalisme versi Amerika yang didasari kegigihan individualisme.

Seiring proses globalisasi, maka terjadilah penyebaran kapitalisme gaya Amerika ke seluruh dunia. Semua pihak, pada awal era ekonomi baru seolah memperoleh manfaat dari tatanan Economia Americana.


(13)

Dalam setiap era ekonomi senantiasa terjadi pergeseran perekonomian. Pergeseran yang terjadi pada Era Ekonomi Baru adalah pergeseran produksi "barang" (manufaktur) ke produksi "gagasan". Ekonomi Baru, lebih memerlukan pengolahan informasi dibandingkan persediaan barang.

Mulai pertengahan era 1990-an, sektor manufaktur menyusut mendekati 14% dari total output perekonomian. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, alih-alih menciptakan lapangan pekerjaan baru, yang terjadi tingkat pengangguran jauh lebih besar dari era sebelumnya.3

Berubahnya basis perekonomian dari manufaktur ke gagasan, menjadikan perusahaan teknologi menjadi rebutan para investor untuk menginvestasikan dana mereka. Rebutan investor dalam mengiventasikan dananya pada suatu sektor dapat mengakibatkan munculnya "kegairahan irasional" dalam sebuah pasar, dan apabila harga-harga sesungguhnya bersifat acak yang didasari oleh keranjingan irasional spekulator pasar, maka investasi akan kacau balau. Spekulasi muncul akibat terlalu mengandalkan kepercayaan pasar dibandingkan pengetahuan tentang pasar, dan kurang mengindahkan ekonomi riil yang melandasi pemilihan investasi.

Hal tersebut memunculkan sebuah "kegairahan irasional", sehingga harga-harga yang terjadi hanya didasari oleh keranjingan semata. Demi mengejar kenaikan harga dan keuntungan, para investor mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan

3 M Umar Chapra,Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000),. Cet Pertama, h.


(14)

normal perilaku investasi rasional. Mereka melakukan investasi di dalam pasar yang sebenarnya bercirikan risiko tinggi

Perkembangan yang tidak rasional tersebut, menurut Gilpin & Gilpin (2000), merupakan tahap "mania" atau "gelembung" dalam bom. Pada saat tahap ini semakin cepat, maka harga dan laju penambahan uang yang dispekulasikan pun meningkat. Kemudian, pada titik tertentu pasar akan mencapai puncaknya. Beberapa investor dalam mulai mengkonversi investasinya ke bentuk uang atau memindahkan ke investasi lain, untuk mengantisipasi kondisi yang akan terjadi berikutnya.

Melihat hal itu, banyak spekulan yang sadar, bahwa "permainan" akan berkahir dan ikut menjual asset-asset investasi mereka. Lomba adu cepat untuk keluar dari asset-asset yang berisiko dan bernilai tinggi menjadi semakin sengit, dan pada akhirnya berubah menjadi gerombolan liar yang mengejar kualitas dan keamanan.

Peristiwa tersebut dapat menimbulkan sinyal pasar yang memicu kekacauan dan menyebabkan paniknya dunia keuangan. Kepanikan tersebut dapat berupa kegagalan bank, bangkutnya suatu perusahaan, atau sejumlah peristiwa yang tidak mendukung lainnya

Ketika para investor terburu-buru keluar dari pasar, harga-harga pun berjatuhan, kebangkutan meningkat, dan "gelembung" spekulasi akhirnya meletus yang menyebabkan harga ambruk. Kepanikan terjadi setelah para investor dengan putus asa mencoba menyelamatkan diri mereka sedapat mungkin.4

4 A. Prasetyoko, Bencana Financial Stabilitas sebagai Barang Pubik (Jakarta: PT Kompas


(15)

Menurut Stiglitz, selama bertahun-tahun, semakin banyak bukti bahwa pasar sering tidak berjalan dengan baik. Walaupun, hubungan antar harga saham dengan informasi masuk akal, tetapi seringkali naik turunnya harga tidak demikian. Fluktuasi pasar benar-benar acak. Sifat pasar yang acak dan tidak efisien mempunyai biaya yang mahal dan menyebabkan suatu perusahaan mendapatkan investasi berlebih, sementara sebagian perusahaan lain mendapatkan investasi telalu sedikit bahkan mungkin tidak dapat sama sekali. Mereka menggantungkan hidup dari pendapatan yang diperoleh dari kepemilikan uang dan mengharapkan tabungan yang diinvestasikan semakin menumpuk, namun kondisi tersebut menyimpang dari realitas ekonomi yang mendasarinya.

Kapitalisme uang telah memberikan kesempatan kepada orang yang memiliki uang untuk meningkatkan tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat yang sesungguhnya tanpa memberi kontribusi kepada produksinya. Aktivitas seperti itu, menyebabkan sejumlah kecil orang menjadi kaya tapi tidak produktif.

Menurut Korten, ketidakmampuan kapitalisme uang untuk membedakan antara investasi yang produktif dan yang ektraktif merupakan salah satu sifat yang menjadi ciri khasnya. Berdasarkan logika kapitalisme uang, definisi uang adalah kekayaan, dan tujuan aktivitas ekonomi adalah bagaimana menciptakan uang sebanyak mungkin.5

5 “Fungsi Uang” artikel diakses pada 21-Maret-2010 dari


(16)

Sebelum kapitalisme berjaya, Imam al-Ghazali pada abad ke 11-12, telah memperingatkan bahwa memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang. Jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang.6

Dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain. Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan nilai menjadi komoditi dapat kita rasakan sekarang. Pada tahun 1997, mukjizat keuangan Asia yang sering digembar-gemborkan sebelumnya, tiba-tiba berubah menjadi kehancuran keuangan Asia akibat terlena pada sebuah era di mana milyaran dolar dalam bentuk investasi baru mengalir amat deras ke pasar saham dan menaikkan harga-harga dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kehancuran tersebut dimulai dari Thailand, dan kemudian dengan cepat menjalar, sebagaimana deretan kartu domino yang berjatuhan, ke Malaysia, Indonesia, Korea Selatan, dan Hong Kong. Kejadian yang hampir sama berulang saat ini dan menimpah super power Amerika yang menimbulkan getar bagai tsunami ke seluruh dunia.

Namun sebenarnya, dampak tersebut sudah diingatkan oleh Ibnu Tamiyah yang lahir di zaman pemerintahan Bani Mamluk tahun 1263. Ibnu Tamiyah dalam 6 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer


(17)

kitabnyaMajmu' Fatwa Syaikhul Islam menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi, yakni :

1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;

2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai/ karyawan;

3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang;

4. Perdagangan internasional akan menurun;

5. Logam berharga (emas dan perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.7

Jumlah uang yang tidak sesuai dengan nilai produksi yang dihasilkan suatu negara dikenal menyebabkan terjadinya inflasi danbubble gum economics, yang pada akhirnya menyebabkan multi function crisis. Penggerak pembangunan suatu negara adalah sektor produksi, bukan sektor moneter, karena sektor produksi akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan (pasar) terhadap produksi lainnya.

Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran konsep uang imam al-Ghazali dalam menghadapi kondisi perekonomian 7“Uang dan Agama”artikel diakses pada 02-Maret-2010, dari


(18)

saat ini. sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul“RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada masalah diatas maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan pada konsep uang imam al-Ghazali dan relevansinya dalam sistem keuangan kontemporer.

2. Rumusan Masalah

Dalam rangka memfokuskan pembahasan, penulis merumuskan beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, diantaranya :

a. Bagaimana konsep uang al-Ghazali?

b. Bagaimana kesesuaian konsep uang al-Ghazali dalam sistem keuangan kontemporer (pasar uang dan pasar Modal)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari adanya pembatasan dan perumusan masalah diatas, diharapkan penelitian ini mempunyai tujuan yang bermanfaat untuk pribadi sediri atau untuk orang lain. Di antara tujuan yang diharapkan adalah :

a. Untuk mengetahui tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan Al-Ghazali dalam menilai sifat, fungsi, dan peranan uang dalam perekonomian.


(19)

b. Untuk mengetahui konsep uang menurut Al-Ghazali

c. Dan untuk mengetahui relevansinya terhadap system keuangan kontemporer. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini baik secara praktis dan teoritis, penulis ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:

a. Secara teoritis penelitian ini merupakan kontribusi besar terhadap pengembangan ekonomi di masa yang akan datang.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat emansipatoris terutama dalam hal kepedulian pada upaya pembebasan manusia dari penindasan dan ketidakadilan ekonomi

D. Kerangka Teori

Dr. Muhammad Zaki Syafi’i mendifinisikan uang sebagai “segala sesuatu yang diterima khalayak untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.”8

Sedangkan Imam al-Ghazali berpendapat bahwa uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang, sekalipun dalam perekonomian barter. Dengan keberadaan uang sebagai ukuran nilai (unit of account), uang akan berfungsi pula sebagai media pertukaran (medium of exchange) untuk melancarkan pertukaran dan penetapan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Imam al-Ghazali mencontohkan, orang yang mempunyai baju dan tidak mempunyai uang tidak bisa membeli makanan karena


(20)

mungkin makanan tidak dapat ditukar dengan baju. Hal ini hanya dapat diukur dengan uang. Karena baju tersebut harus dijual terlebih dahulu untuk menghasilkan uang. Dengan uang inilah, ia baru bisa memperoleh makanan.

Selanjutnya, Imam al-Ghazali menegaskan bahwa uang tidak mempunyai manfaat pada zatnya sendiri. Menurutnya, uang ibarat cermin, ia tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Dengan kata lain, uang tidak mempunyai harga tetapi dapat merefleksikan semua harga barang. Uang diciptakan untuk beredar dari tangan ke tangan, sehingga menjadi perantara diantara manusia. Dalam istilah ekonomi klasik, keberadaan uang tersebut disebut direct utility function, uang akan memberikan kegunanan hanya bila digunakan untuk membeli suatu barang. Teori Ekonomi Neo klasik menyatakan bahwa keguanaan uang timbul dari daya belinya. Jadi, uang memberikan kegunaan tidak lansung (indirect utility function).

Dengan demikian, dalam pandangan Imam al-Ghazali, uang hanya berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) dan alat tukar (medium of exchange). Ia menyatakan bahwa zat uang itu sendiri tidak dapat memberikan manfaat dan ini berarti bahwa uang bukan merupakan alat penyimpan kekayaan (store of value). Bahkan Imam al-Ghazali menganggapnya sebagai perbuatan zalim kerena menimbun harta (kanz al-mal) yang dapat mengakibatkan terjadinya pengangguran yang meluas, kelesuan ekonomi dan instabilitas ekonomi.9


(21)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat normatif, yaitu menelaah dan mengkaji buku-buku, jurnal ilmiah, dan artikel-artikel yan berhubungan dengan pembahasan juduul skripsi, serta tulisan-tulisan ilmiah dari koran, majalah, maupun internet yang ada hubungannya dengan pembahasan di atas, kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis

2. Sifat Data

Data pada penelitian ini bersifat kualitatif dan historis. Data kualitatif berdasarkan pada isi atau mutu suatu fakta, sedangkan data historis didasarkan pada pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara seluruh kebenaran kejadian atau fakta yang bertumpu pada kegiatan mengevaluasi suatu objek, seperti peristiwa atau tokoh masa lampau di pandang dari sudut standar dan kebudayaan dewasa saat ini.10 3. Teknik Pengumpulan Data

Karena model penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Penelitian Kepustakaan (library research)

10 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,(Jakarta: PT. Raja


(22)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literature, serta mencatat teori-teori yang didapat dari buku-buku, majalah, artikel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.


(23)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan Metode Penelitian.

BAB II Pada bab ini akan dibahas mengenai Profil dan Konsep Uang al-Ghazali yang meliput tentang riwayat hidup dan riwayat akademik beliau serta karya-karyanya di berbagai bidang, serta mengungkapkan konsep uang menurut al-Ghazali yang meliputi sejarah dan asal usul uang, definisi uang menurut para pakar ekonomi dan para ulama, serta fungsi dan peranannya dalam perekonomian BAB III Gambaran Umum Sistem Keuangan kontemporer yang meliputi

pengertian sistem keuangan kontemporer dalam pasar uang dan pasar modal, arti dan makna uang dalam sistem keuangan kontemporer, dan masalahnya dalam sistem keuangan kontemporer.

BAB IV Menganalisis tentang kesesuaian pemikiran al-Ghazali dengan sistem keuangan kontemporer

BAB V Penutup, pada bab terakhir ini menjelaskan pokok-pokok kajian dalam penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.


(24)

BAB II

PROFIL DAN KONSEP UANG AL-GHAZALI

A. PROFIL AL-GHAZALI 1. Riwayat Hidup Al-Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan. Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.11

11 “Al-Ghazali” diakses pada 02-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazal


(25)

Sejak muda, al-Ghazali sangat antusias terhadap ilmu pengetahuan. Ia pertama-tama belajar bahasa arab dan Fiqih di kota Tus, kemudian pergi ke kota Jurjan untuk belajar dasar-dasar Ushul Fiqh. Setelah kembali ke kota Tus selama beberapa waktu, ia pergi ke Naisabur untuk melanjutkan rihlah ilmiyahnya. Di kota ini, al-Ghazali belajar kepada al-Haramain. Setelah itu ia berkunjung ke kota Bagdad, ibu kota daulah Abbasiyah, dan bertemu dengan wajir Nizham Mulk. Darinya al-Ghazali mendapaat penghormatan dan penghargaan yang besar. Pada tahun 483 H (1090 M), ia diangkat menjadi guru dimadrasah Nizhamiyah. Pekerjaannya ini dilaksanakan dengan sangat berhasil, sehingga para ilmuwan pada masa itu menjadikannya sebagai referensi utama.12

Selain mengajar, al-Ghazali juga melakukan bantahan-bantahan terhadap berbagai pemikiran Bathiniyah, Ismailiyah, Filosof, dan lain-lain. Pada masa ini sekalipun telah menjadi guru besar, ia masih merasakan kehampaan dan keresahan dalam dirinya. Akhirnya, setelah merasakan bahwa hanya kehidupan sufistik yang mampu memenuhi kebutuhan ruhaninya, al-Ghazali memutuskan untuk menempuh tasawuf sebagai jalan hidupnya.

Oleh karena itu, pada tahun 488 H (1095 M), al-Ghazali meninggalkan Baghdad dan pergi menuju Syiria untuk merenung, membaca, dan menulis selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian ia pindah ke Palestina untuk melakukan aktivitas yang dengan mengambil tempat di baitul maqdis. Setelah melakukan ibadah haji dan 12 Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer. H.


(26)

menetap beberapa waktu di kota Iskandariyah, al-Ghazali kembali ke tempat kelahirannya di Tus pada tahun 499 H (1105 M) untuk, malanjutkan aktivitasnya, berkhalwat, dan beribadah. Proses pengasingannya tersebut berlangsung selama 12 tahun dan pada masa ini ia banyak menghasilkan berbagai karyanya yang terkenal, seperti kitabIhya Ulumuddin.13

Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan ahlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat

13 Adi Warman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo


(27)

beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT

2. Pendidikan al-Ghazali

Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu

ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih, filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di

Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana.

Ia telah mengembara ke beberapa tempat sepertiMekkah, Madinah, Mesir dan

Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya


(28)

Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.14

3. Karya-karya al-Ghazali

Al-Ghazali merupakan sosok ilmuwan dan penulis yang sangat produktif. Berbagai tulisanya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan muslim atau non muslim. Para pemikir Barat abad pertengahan, seperti Raymond Martin, Thomas Aquinas, dan Pascal ditengarai banyak dipengaruhi oleh pemikiran al-Ghazali. Pasca periode sang Hjattullah ini, berbagai hasil karyanya telah banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa seperti Latin, Spanyol, Yahudi, Prancis, Jerman dan Inggris, dijadikan referensi oleh kurang lebih 44 pemikir Barat. Al-Ghazali diperkirakan telah menghasilkan 300 buah karya tulis yang meliputi berbagai disiplin ilmu seperti logika, filsafat, moral, tafsir, fiqh, ilmu-ilmu al-Qur’an, tasawuf, politik, administrasi, dan perilaku Ekonomi. Namun yang ada hingga kini hanya 84 buah diantaranya :15

Teologi

Al-Munqidh min adh-Dhalal

Al-Iqtishad fi al-I`tiqad

Al-Risalah al-Qudsiyyah

Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din

14“Al-Ghazali” diakses 01-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali. 15 Karim.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,h.316.


(29)

Mizan al-Amal

Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah

Tasawuf

Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya yang terkenal

Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)

Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)

Filsafat

Maqasid al-Falasifah

Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku

Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).

Fiqih

Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul

Logika

Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge)

al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance)

Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)16

16 “Riwayat Hidup Al-Ghazali” diakses pada 01-Maret-2010, dari


(30)

B. KONSEP UANG MENURUT AL-GHAZALI 1. Pengertian Uang

Dalam khazanah hukum Islam, terdapat beberapa istilah untuk menyebut uang; Dawud dan Syabir menyebutkan antara lain nuqud (bentuk jamak dari naqd),

atsman (bentuk jamak daritsaman). Dilihat dari sudut bahasa, menurut al-Ashfahani

atsman memiliki beberapa arti; antara lain qimah, yakni nilai sesuatu, dan “harga pembayaran barang yang dijual” yakni sesuatu dalam bentuk apa pun yang diterima oleh pihak penjual sebagai imbalan dari barang yang dijualnya; sedangkan dalam tataran fiqih, kata itu digunakan untuk menunjukkan uang emas dan perak; demikian jugafulus (bentuk jamakfals). Fulus digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan perak yang dibuat dan berlaku di tengah-tengah masyarakat sebagai uang dan pembayaran.

Sikkah (bentuk jamaknya adalah sukak) dipakai untuk dua pengertian; pertama, stempel besi untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata uang dinar dan dirham yang telah dicetak dan distempel, dan umlah yang memiliki dua pengertian; pertama, satuan mata uang yang berlaku di negara atau wilayah tertentu, misalnya ‘umlah yang berlaku di Yordania adalah Dinar dan di Indonesia adalah Rupiah; kedua, mata uang dalam arti umum sama dengan nuqud. Namun demikian, ulama fiqih pada umumnya lebih banyak menggunakan istilahnuquddantsaman dari pada istilah lainnya.17

17“Sejarah Penggunaan Uang di Dunia Islam”, artiikel diakses pada 01-Maret-2010 dari


(31)

Walaupun di kalangan ulama cukup populer istilah nuqud untuk pengertian uang, ternyata kata itu tidak ditemukan di dalam al-Qur’an. Untuk menunjukkan uang atau fungsinya, al-Qur’an menggunakan beberapa istilah, antara lain “dirham”, “dinar”, “emas”, dan “perak”. Kata dirham hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Yusuf (12) ayat 20:

ç n÷ruŽŸ° ur

¤

Æ yJsVÎ/ <

§ øƒr2

z

NÏd ºu‘yŠ ;

oyŠr߉÷ètB ...

ÇËÉÈ

Artinya :

Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja .

Dalam ayat ini selain dikemukakan dirham sebagai mata uang dan fungsinya sebagai alat pertukaran, disinggung juga bahwa penggunaan dirham di kalangan masyarakat saat itu berpatokan pada jumlah atau bilangan, bukan pada nilainya.18

Sebagaimana Dirham, kata dinar hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Ali ‘Imran (3) ayat 75:

*

ô ` ÏBur È @÷dr& É

= »tGÅ3ø9$# ô

` tB

bÎ) ç m÷ZtBù's? 9

‘ $sÜZÉ)Î/ ÿ

¾ÍnÏjŠxsãƒ

y

7 ø‹s9Î)

Oßg÷YÏBur ô

` ¨B bÎ) ç m÷ZtBù's? 9

‘ $oYƒÏ‰Î/

ž

w ÿ ¾ÍnÏjŠxsãƒ

y

7 ø‹s9Î)

ž

wÎ) $tB

|

MøBߊ Ï

mø‹n=tã $VJͬ!$s% ...

ÇÐÎÈ Artinya :

Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya

18 M. Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Sehat Ekonomi dan Keuangan Islam (Jakarta,


(32)

Ayat ini, selain menyebutkan dinar sebagai satuan mata uang tertentu untuk pengukur nilai, mengisyaratkan pula bahwa uang adalah alat penyimpan nilai.

Mengenai kata emas dan perak cukup banyak ditemukan dalam al-Qur’an. Hal ini nampaknya disebabkan ketika al-Qur’an diturunkan masyarakat banyak menggunakan emas dan perak dalam melakukan kegiatan transaksi. Emas disebutkan pada delapan tempat; di antaranya QS. al-Taubah (9) ayat 34:

š

ú ïÏ%©!$#ur

š

c rã”É\õ3tƒ

|

= yd©%!$#

s

pžÒÏÿø9$#ur

Ÿ

wur $pktXqà)ÏÿZãƒ

’ Îû È @‹Î6y™

«

! $#

Nèd÷ŽÅe³ t7sù A

> #x‹ yèÎ/ 5

OŠÏ9r&

ÇÌÍÈ

Artinya :

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.

Selain mengandung isyarat bahwa emas dan perak adalah satuan mata uang, alat pembayaran dan penyimpan nilai, ayat ini mengandung larangan penimbunan uang karena akan berakibat “mematikan” fungsinya sebagai sarana kegiatan ekonomi. Ayat lain yang menyebutkan emas sebagai mata uang dan alat pertukaran adalah QS. Ali ‘Imran (3) ayat 91:

¨ bÎ)

t

ûïÏ%©!$#

(

#rã•xÿx.

(

#qè?$tBur ö

Nèdur Ö ‘ $¤ÿä. ` n=sù

Ÿ

@t6ø)ムô ` ÏB NÏdωymr& â

äö@ÏiB Ä

ß ö‘F{ $# $Y6ydsŒ

È qs9ur

3

“ y‰tGøù$#

¾ÏmÎ/ …

Artinya :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu .


(33)

Sementara itu, kata perak disebutkan enam kali dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah QS. Ali ‘Imran (3) ayat 14:

z

` Îiƒã— Ä

¨ $¨Z=Ï9 •

= ãm Ï

Nºuqyg¤±9$#

š

Æ ÏB Ï

ä!$|¡ ÏiY9$#

t

ûüÏZt6ø9$#ur Î

Ž•ÏÜ»oYs)ø9$#ur Í

ot•sÜZs)ßJø9$#

š

Æ ÏB É

= yd©%!$# Ï

pžÒÏÿø9$#ur ...

Artinya :

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak

QS. al-Kahf (18) ayat 19:

(

#qä9$s% ö

Nä3š/u‘ Þ

On=ôãr& $yJÎ/ ó OçFø[Î6s9

(

#þqèWyèö/$$sù

Nà2 y‰ymr& ö

Nä3Ï%Í‘uqÎ/ ÿ

¾ÍnÉ‹ »yd ’ n<Î)

Ï

poYƒÏ‰yJø ...

ÇÊÒÈ

Artinya :

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini .

Begitupun dengan para ahli ekonomi, banyak para ahli ekonomi yang mendefinisikan arti uang. Mereka memiliki cara pandangan tersendiri terhadap hakekat uang. Sehingga masih belum ada kata sepakat tentang arti uang yang spesifik.

1. Menurut Muhammad Zaki Syafi’i mendefinisikan uang sebagai: “Segala sesuatu yang diterima oleh khalayak untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.”19

19 Muhammad Zaki Syafii, Muqaddimah fi an-Nuqud wa al-Bunuk, (Dar Nahdhah


(34)

2. J. P Coraward mendefinisikan uang sebagai: “Segala sesuatu yang diterima secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar ukuran nilai harga dan media penyimpan kekayaan.”20

3. Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang diterima secara luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas sebagai alat pembayaran utang-utang dan pembayaran harga barang dan jasa.”21

4. Nazhim al-Syamry berkata: “Setiap sesuatu yang diterima semua pihak dengan legalitas tradisi urf atau undang-undang, atau nilai sesuatu itu sendiri, dam mampu berfungsi sebagai media dalam proses transaksi pertukaran yang beragam terhadap komoditi dan jasa, juga cocok untuk menyelesaikan utang-piutang dan tanggungan, adalah termasuk dalam lingkup uang.”22

5. Sahir Hasan berkata: “Uang adalah pengganti materi terhadap segala aktivitas ekonomi, yaitu media atau alat yang memberikan kepada pemiliknya daya beli untuk memenuhi kebutuhannya, juga dari segi peraturan perundangan menjadi alat bagi pemiliknya untuk memenuhi segala kewajibannya.”23

20 J.P. Croward,Almujaz fi iqtishadiyat al-Nuqud, terjemah Mustafa kamal farid, (Cairo:Dar al-Fikri, T.t), h. 24.

21

Boumoul and Gandlre, ilmu al-Iqtishad (al-amaliyat wa al-siyasat al-iqtishadiyah) terjemahan Sai’id al-sam’ari dkk, (T.tp: As;ad Bagdad, 1964), h. 344.

22 Nazhim Mhammad Nori al-Syamri,al-Nuqud wa al-Masharif, (Mosoul: Dar kutub Lil

at-Thaba’ah wa al-nasyir,1987), h. 29.

23 Sahir hasan,an-Nuqud wa at-twazun al-iqtishadi, (T.tp: Muassasah Syabab al-Jamiahli al-Thiba’ah, 1980), h. 50.


(35)

Berdasarkan definisi-definisi yang telah diutarakan di atas, maka kita bisa membedakan definisi uang dalam tiga segi:

§ Definisi uang dari segi fungsi-fungsi ekonomi sebagai standar ukuran nilai, media pertukaran, dan sebagai alat pembayaran yang tertunda deferred payment.

§ Definisi uang dengan melihat karakteristinya, yaitu segala sesuatu yang diterima secara luas oleh tiap-tiap individu.

§ Definisi uang dari segi peraturan perundangan sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban.

2. Sejarah Uang

Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri, mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis kebutuhannya masih sedarhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makanannya secara mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau dikenal dengan istilaah jual-beli.24

Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia, juga semakin beragam. Ketika itulah, masing-masing individu 24 Mustafa Edwin Nasution,Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana 2007),h.


(36)

mulai tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bisa dipahami kerana ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian untuk bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh ikan atau garam, menenung pakaian sendiri atau kebutuhan lainnya.

Satu sama lain mulai membutuhkan, Karena tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai menggunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter.25 Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.

Untuk mengatasinya, mulai timbul pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted), benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat


(37)

tukar maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat sampai sekarang; orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama.

Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang


(38)

logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas

Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti' tersebut sebagai alat tukar.

3. Fungsi dan Tujuan Uang

a. Fungsi dan Tujuan Uang dalam Islam

1) Uang sebagai Standar Ukuran Harga dan Unit Hitungan

Uang adalah standar ukuran harga, yaitu sebagai media pengukur nilai harga komoditas dan jasa, dan perbandingan harga komoditas dengan komoditas lainnya. Pada sistem barter, sangat sulit untuk mengetahui harga komoditas dengan harga komodias yang lainnya. Demikian pula dengan harga sebuah jasa terhadap jasa-jasa lainnya.26 Uang dalam fungsinya sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk ukuran jarak, atau ampere untuk mengukur tegangan listrik, atau kilogram sebagai 26 Subhi Tadris Qharishah dan Medhat Muhammad Aqqad,nuqudwa bunukwa


(39)

standar timbangan. Demikianlah uang sebagai alat yang mesti diperlukan untuk setiap perhitungan dalam ekonomi baik oleh produsen maupun konsumen. Tanpa hal itu, tidak mumgkin baginya untuk melakukan perhitungan keuntungan atau biaya-biaya.27

2) Uang Sebagai Media Pertukaran

Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk pertukaran barang dan jasa. Misalnya ada seseorang yang memiliki tomat dan ia membutukan beras, kalau dalam sistem barter orang yang memiliki tomat akan pergi ke pasar dan mencari orang yang memiliki beras dan membutuhkan tomat sehingga bisa terjadi pertukaran di antara keduanya.

Fungsi ini menjadi sangat penting dalam ekonomi maju, di mana pertukaran terjadi oleh banyak pihak. Setiap orang tidak memproduksi setiap apa yang ia butuhkan, tetapi terbatas pada barang tertentu, atau bagian dari barang atau jasa tertentu, yang dijual kepada orang-orang untuk selanjutnya ia gunakan untuk mendapatkan barang atau jasa yang ia butuhkan. Ketika seseorang memproduksi barang dan kemudian menjualnya dengan mendapatkan uang, selanjutnya ia gunakan untuk membeli kebutuhannya. Dengan demikian, uang membagi pertukaran kedalam dua macam:

Proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang; Proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang.28


(40)

3) Uang sebagai Media Penyimpan Nilai

Maksud para ahli ekonomi dalam ungkapan mereka, “uang sebagai media penyimpan nilai” adalah bahwa orang yang mendapatkan uang, terkadang tidak mengeluarkannya sekaligus,akan tetapi ia sisihkan sebagian untuk membeli kebutuhan pada waktu tertentu, atau ia menyimpan untuk hal-hal yang tidak terduga seperti sakit atau mendapatkan kerugian.

b. Fungsi Uang Menurut Imam Al-Ghazali

Uang dinar dan dirham ibarat cermin dari kepemilikan dan kekayaan. Ia berfungsi sebagai alat tukar. Jika Uang dijadikan komodity sebagaimana barang, maka hancurlah system perekonomian masyarakat (Imam Al-Ghazali).29

Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation, seorang tokoh islam bernama Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111 M), telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Secara panjang lebar ia membahas fungsi uang dalam Bab Syukur dalam kitabIhya Ulumuddin. Dalam Bab itu beliau mengatakan :

Di antara nikmat Allah ialah berlakunya Dinar dan Dirham. Dengan dinar dan dirham kehidupan dunia bisa diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam, yakni barang yang pada asalnya tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang tertarik pada kedua mata uang itu, sebab setiap orang membutuhkan bermacam-macam barang untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya”.30 1) Evolusi Uang dan Fungsi Uang Imam Al-Ghazali

28 Abdu Hadi Ali al-Najjar,al-Islam wa al-Iqtisha, (Kuwait Alam: al-Ma’rifah, 1983), h. 145. 29Mohammad Hidayat, an Introduction to the Sharia Economic (Jakarta: Dzikrul hakim

2010), h. 144.

30


(41)

Pembahasan beliau tentang uang nampak cukup komprehensif, yang dimulai dari evolusi uang hingga fungsi uang. Beliau menjelaskan bagaimana uang mengatasi permasalahan yang timbul dari suatu perdagangan barter. Dibahas juga berbagai akibat negatif dari pemalsuan dan penurunan nilai mata uang. Berikut sejumlah pernyataan beliau tentang uang :

Kemudian disebabkan jual beli muncul kebutuhan terhadap dua mata uang. Seseorang yang ingin membeli makanan dengan baju, dari mana dia mengetahui ukuran makanan dari nilai baju tersebut. Berapa? Jual beli terjadi pada jenis barang yang berbeda-beda seperti dijual baju dengan makanan dan hewan dengan baju. Barang-barang ini tidak sama, maka diperlukan hakim yang adil sebagai penengah antara kedua orang yang ingin bertransaksi dan berbuat adil satu dengan yang lain. Keadilan itu dituntut dari jenis harta. Kemudian diperlukan jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang terus menerus. Jenis harta yang paling bertahan lama adalah barang tambang. Maka dibuatlah uang dari emas, perak, dan logam .31

Perdagangan barter mengandung banyak kelemahan di antaranya (1) kurang memiliki angka penyebut yang sama (lack of common denominator), (2) barang yang diperdagangkan sulit untuk dibagi-bagi (indivisibility of goods), (3) keharusan adanya dua keinginan yang sama antara penjual dan pembeli (double coincidence of wants).32 Dengan berbagai keterbatasan barter tesebut, maka diperlukan suatu alat yang mampu berperan lebih baik dalam transaksi jual beli. Itulah yang menurutnya mendasari munculnya kebutuhan akan uang di masyarakat. Dalam ekonomi barter sekalipun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang, karena transaksi barter hanya terjadi ketika kedua belah pihak sama-sama membutuhkan barang atau jasa

masing-31 Al- Ghazali,Ihya Ulumuddin, (Dar al-Khair: T.pn.,1993) Cet ke-2, h. 4. 32 Karim,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 335.


(42)

masing. Uang berfungsi memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dalam pertukaran tersebut. Beliau mengisyaratkan bahwa uang sebagai unit hitungan yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Kemudian uang juga sebagai alat yang berfungsi sebagai penengah antara kepentingan penjual dan pembeli, yang membantu kelancaran proses pertukaran komoditas dan jasa. Selain itu diisyaratkan juga bahwa uang sebagai alat simpanan, karena itu dibuat dari jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan akan keberlanjutan sehingga benar-benar bersifat cair mudah diuangkan kembali, dapat digunakan pada waktu yang dibutuhkan, dan cenderung mempunyai nilai harga yang stabil.

Berbagai permasalahan perdagangan barter dibahas dengan baik. Meskipun perdagangan barter dapat dilakukan namun sangat tidak efisien, karena adanya perbedaan karakteristik barang, baik bentuk, ukuran maupun kualitasnya. Ia menegaskan bahwa evolusi uang terjadi karena kesepakatan dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yakni tidak akan ada masyarakat tanpa pertukaran barang dan tidak ada pertukaran yang efektif tanpa ekuivalensi, dan ekuivalensi demikian hanya dapat ditentukan dengan tepat bila terdapat ukuran yang sama. Hal tersebut dapat kita simak dari paparan beliau di bawah ini:

Termasuk nikmat Allah Swt. Diciptakan dirham dan dinar. Dengan keduanya kehidupan menjadi lurus. Keduanya hanyalah dua barang tambang yang tidak ada manfaat pada bendanya, tapi makhluk perlu kepadanya sekiranya setiap manusia membutuhkan banyak barang yang berkaitan dengan makanan, pakaian, seluruh kebutuhannya. Terkadang dia tidak mempunyai apa yang tidak ia butuhkan. Seperti orang yang memiliki za faran misalnya, dan ia membuuhkan unta untuk tunggangannya. Dan orang yang memiliki unta dapat saja tidak membutuhkannya dan membutuhkan za faran sehingga terjadi pertukaran antar keduanya. Dan mau tidak mau dibutuhkan suatu ukuran untuk mengukur


(43)

pertukaran karena pemilik unta tidak menyerahkan untanya dengan seluruh ukuran za faran. Dan tidak ada kesesuaian antara za faran dan unta sehingga dapat dikatakan dia menyerahkan misalnya, dalam berat dan bentuk. Tidak tahu seberapa banyak za faran yang menyamai seekor unta, sehingga transaksi mengalami kesulitan. Barang-barang yang beragam dan sangat berbeda ini membutuhkan penengah yang bertindak seperti pemutus yang adil sehingga setiap sesuatu dapat diketahui tingkat dan nilainya. Transaksi barter seperti ini sangat sulit. Barang-barang seperti ini memerlukan media yang dapat menentukan nilai tukarnya secara adil. Bila tempat dan kelasnya dapat diketahui dengan pasti, menjadi mungkin untuk menentukan mana barang yang memiliki nilai yang sama dan mana yang tidak. Maka Allah ciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga dengan keduanya semua harta dapat diukur. Sesuatu (seperti uang) dapat dengan pasti dikaitkan dengan sesuatu yang lain jika sesuatu itu tidak memiliki bentuk atau fitur khususnya sendiri contohnya cermin tidak memiliki warna tetapi dapat memantulkan semua warna. 33

Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini menyamai 100 dinar, sekian ukuran minyak za faran ini menyamai 100. Keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran maka keduanya bernilai sama. Namun, dinar dan dirham itu tidak dibutuhkan semata-mata karena logamnya . Dinar dan Dirham diciptakan untuk dipertukarkan dan untuk membuat aturan pertukaran yang adil dan untuk membeli barang-barang yang memiliki kegunaan. 34

Uang tidak mempunyai harga, namun dapat merefleksikan harga semua barang atau jasa. Semua barang dan jasa akan dapat dinilai atau diukur masing-masing dengan uang. Ibarat cermin, semua jenis benda yang dihadapkan pada sebuah cermin, maka cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar benda yang ada di depannya. Demikian juga dengan uang, semua benda atau produk yang dihadapkan dengannya akan dapat dinilai berapa masing-masing harganya. Dengan demikian uang dapat digunakan sebagai satuan unit penilai semua barang dan jasa. Namun,

33 Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. h. 335.


(44)

beliau menekankan bahwa uang tidak diinginkan karena uang itu sendiri. Artinya, uang dibutuhkan masyarakat bukan karena masyarakat menginginkan mempunyai emas dan perak yang merupakan bahan uang tersebut, tetapi kebutuhan tersebut lebih pada menggunakan uang sebagi alat tukar. Uang baru akan memiliki nilai jika digunakan dalam suatu pertukaran. Tujuan utama dari emas dan perak adalah untuk dipergunakan sebagai uang. Uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri.

2) Menimbun dan Melebur Uang

Merujuk pada al-Qur’an, beliau mengecam para penimbun uang yang dianggapnya sebagai penjahat. Uang yang ditimbun tidak akan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Uang yang seharusnya berputar menjadi mandek pada sekelompok orang. Para produsen, pedagang, distributor akan kesulitan meningkatkan modal usahanya, karena uang menjadi langka akibat ditimbun atau hanya berputar pada kalangan tertentu. Penimbunan uang akan mengurangi produktifitas dan inefisiensi usaha. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur Dinar dan Dirham menjadi perhiasan emas dan perak. Mereka adalah orang yang tidak bersyukur kepada Sang Pencipta, dan kedudukannya lebih rendah daripada penimbun uang. Berikut petikan pernyataan beliau tentang ini :

Jika seseorang menimbun dirham dan dinar, ia berdosa. Dinar dan dirham tidak memiliki gunas langsung pada dirinya. Dinar dan dirham diciptakan supaya beredar dari tangan ke tangan, untuk mengatur dan memfasilitasi pertukaran (sebagai) simbol untuk mengetahui nilai dan kelas barang. Siapapun yang mengubahnya menjadi peralatan-peralatan emas dan perak berarti ia tidak bersyukur kepada penciptanya, dan lebih buruk daripada penimbun uang, karena orang yang seperti itu adalah seperti orang yang memaksa penguasa untuk melakukan fungsi-fungsi yang tidak cocok seperti menenun kain, mengumpulkan pajak, dan lain-lain. Menimbun koin masih lebih baik dibandingkan


(45)

mengubahnya, karena ada logam dan material lainnya seperti tembaga, peruggu, besi, tanah liat yang dapat digunakan untuk membuat peralatan. Namun tanah liat tidak dapat digunakan untuk mengganti fungsi yang dijalankan oleh dirham dan dinar.”35

Kegiatan menimbun uang berarti menarik uang dari peredaran untuk sementara, artinya uang yang ditimbun tersebut masih berwujud uang dan suatu ketika dimungkinkan masih dapat beredar kembali ke masyarakat berfungsi sebagai uang. Sedangkan melebur uang berarti menarik uang dari peredaran untuk selamanya, karena wujud uang telah berubah bentuk, sehingga tidak lagi dapat berfungsi sebagai uang. Didasarkan pada teori moneter modern, menimbun uang akan dapat memperlambat perputaran uang, dan sekaligus memperkecil jumlah transaksi sehingga akan membuat perekonomian menjadi lesu. Dampak selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan menurun, kesejahteraan masyarakat juga akhirnya menurun karena pendapatan yang menurun. Sementara itu, melebur uang sama artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang sebagai alat transaksi untuk selamanya. Dengan demikian dampak negatifnya akan lebih besar dibandingkan kalau menimbun uang.36

3) Pemalsuan Uang

Peredaran uang palsu, yaitu dengan kandungan emas atau perak yang tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah, beliau kecam keras. Menurutnya mencetak atau mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri 1.000 Dirham. Perbuatan

35Karim,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,h. 336.


(46)

mencuri adalah satu dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu adalah dosa yang terus berlipat setiap kali uang itu dipergunakan. Dengan beredarnya uang palsu maka tidak hanya satu pihak yang dirugikan, tetapi banyak pihak dan terus bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan terus bergulirnya uang palsu tersebut pindah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Seseorang yang mendapatkan uang palsu akan mencoba untuk membelanjakan lagi uang tersebut ke orang lain dengan sembunyi-sembunyi atau menipu, karena dia tidak mau menanggung rugi, dan begitu seterusnya. Dengan demikian nilai mudharatnya bisa jadi akan lebih besar daripada uang senilai 1.000 Dirham. Implikasi makro beredarnya uang palsu ini juga akan dapat mendorong tingkat inflasi, karena akan menambah jumlah uang beredar di masyarakat di luar uang resmi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut ini kutipan pernyataan beliau :

Memalsukkan uang palsu dalam peredaran merupakan suatu kezaliman yang besar. Semua yang memegangnya dirugikan peredaran suatu dirham palsu lebih buruk daripada mencuri seribu dirham, karena tindakan mencuri merupakan sebuah dosa, yang langsung berakhir setelah dosa itu diperbuat; tetapi pemalsuan uang merupakan sesuatu yang berdampak pada banyak orang yang menggunakannya dalam transaksi selama jangka waktu yang lama.”37

Selanjutnya, beliau membolehkan peredaran uang yang tidak mengandung emas dan perak, asalkan pemerintah menyatakan uang tersebut sebagai alat bayar yang resmi. Bila terjadi penurunan nilai uang akibat dari kecurangan, maka pelakunya harus dihukum. Namun apabila pencampuran logam dalam koin merupakan tindakan resmi pemerintah dan diketahui oleh semua penggunanya, maka hal tersebut dapat


(47)

diterima. Kemudian, secara tidak langsung beliau membolehkan kemungkinan penggunaan uang representatif (token money). Hal tersebut dapat disimak dari pernyataan beliau berikut ini :

Zaif (suasa, logam campuran), maksudnya adalah unit uang yang sama sekali tidak mengandung perak; hanya polesan; atau dinar yang tidak mengandung emas. Jika sekeping koin mengandung sejumlah perak tertentu, tetapi dicampur dengan tembaga, dan itu merupakan koin resmi dalam Negara tersebut, maka hal ini dapat diterima, baik muatan peraknya diketahui ataupun tidak. Namun, jika koin itu tidak resmi, koin itu dapat diterima hanya jika muatan peraknya diketahui.”38

4) Perdagangan Uang

Beliau berpendapat bahwa aktifitas memperdagangkan Dinar dengan Dinar sama halnya dengan memenjarakan uang, sehingga tidak lagi dapat berfungsi. Semakin banyak uang diperdagangkan, maka semakin sedikit yang dapat berfungsi sebagai alat tukar. Bila semua uang dipergunakan untuk membeli uang, maka tidak ada lagi uang yang dapat berfungsi sebagai alat tukar. Uang tidak dapat menghasilkan apa-apa. Uang hanya akan berkembang apabila diinvestasikan pada kegiatan ekonomi riil (tangible economic activity). Secara lengkap pernyataan beliau dapat disimak pada kutipan berikut :

Jika seseorang memperdagangkan dinar dan dirham untuk mendapatkan dinar dan dirham lagi, ia menjadikan dinar dan dirham sebagai tujuannya. Hal ini berlawanan dengan fungsi dinar dan dirham. Uang tidak diciptakan untuk menghasilkan uang. Melakukan hal ini merupakan pelanggaran. Dinar dan


(48)

dirham adalah alat untuk mendapatkan barang-barang lainnya. Mereka tidak dimaksudkan bagi mereka sendiri. Dalam hubungannya dengan barang lainnya, dinar dan dirham adalah seperti preposisi dalam kalimat digunakan untuk memberikan arti yang tepat atas kata-kata. Atau seperti cermin yang memantulkan warna, tetapi tidak memiliki warna sendiri. Bila orang diperbolehkan untuk menjual (atau mempertukarkan) uang dengan uang (untuk mendapatkan laba), transaksi seperti ini akan menjadi tujunnya, sehingga uang akan tertahan dan ditimbun. Menahan penguasa atau tukang pos adalah pelanggaran, karena dengan demikian mereka dicegah dari menjalankan fungsinya; demikian pula halnya dengan uang.

Aktifitas mencari pendapatan dari hasil berdagang uang (keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual) akan membuat orang menjadi malas bekerja pada sektor riil, dan akan semakin sedikit uang yang berputar pada sektor riil, karena makin banyaknya uang diperdagangkan. Perdagangan uang yang mengandung spekulasi itu sangat mudah dilakukan, proses untuk sampai pada hasil sangat cepat tanpa harus bekerja keras, membanting tulang sebagaimana halnya bekerja di sektor pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perkebunan, perikanan dan sebagainya. Dapat dibayangkan apabila kemudian lebih banyak orang yang tidak bersedia bekerja di sektor riil karena prosesnya lama dan perlu kerja keras, dan kemudian lebih menyukai berdagang uang, maka sektor riil akan terganggu. Kemampuan sektor riil untuk berproduksi semakin menurun karena pelakunya sedikit dan sulitnya mendapatkan tambahan modal dari investor. Jumlah produksi turun berarti pasokan barang ke pasar akan berkurang. Akibatnya jumlah permintaan barang di satu sisi tetap atau bahkan meningkat, sementara di sisi lain terjadi penurunan penawaran barang. Hukum permintaan dan penawaran akan berlaku di sini, yaitu harga-harga produk akan melambung ketika lebih besar permintaan daripada penawaran.


(49)

Harga-harga produk yang tinggi dan tidak diikuti kenaikan pendapatan masyarakat, maka kemampuan daya beli masyarakat akan turun, yang berarti tingkat kesejahteraan masyarakat juga menurun. Daya beli masyarakat yang turun akan menyebabkan permintaan produk pada skala nasional juga akan turun. Dari kacamata produsen di sektor riil keadaan seperti itu akan menyebabkan penurunan volume penjualan, sekaligus jumlah pendapatan/keuntungan, dan ada kemungkinan untuk menurunkan jumlah produksi dalam rangka untuk dapat mempertahankan harga jual produknya. Sektor riil akibatnya menjadi semakin tidak menarik, semakin banyak ditinggalkan oleh pelakunya. Akhirnya akan semakin memperparah kondisi perekonomian, karena akan terjadi inflasi yang berlipat. Kondisi seperti inilah yang sekarang ini terjadi di Indonesia, di mana jumlah uang yang masuk ke sektor riil jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang ditransaksikan di pasar uang.


(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER A. Pasar Uang

Pasar uang adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana jangka pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang membutuhkannya, baik secara langsung maupun melalui perantara. Sedangkan yang dimaksud dengan dana jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun dari perusahaan maupun perorangan dengan batasan waktu dari satu hari sampai satu tahun, yang dapat diperjualbelikan didalam pasar uang.Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:20).

Perwujudan dari pasar semacam ini berupa institusi dimana individu atau organisasi yang mempunyai kelebihan dana jangka pendek bertemu dengan individu yang memerlukan dana.

Pasar Uang menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:19) mempunyai ciri:jangka waktu dana yang pendek, tidak terikat pada tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara langsung dan tidak perlu guarantor underwriter. Pasar uang dan pasar modal sebetulnya merupakan sarana investasi dan moblisasi dana. Pasar uang mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana alternatif bagi lembaga-lembaga keuangan, perusahaan non keuangan dan peserta-peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek maupun dalam rangka memijamkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Pasar uang juga berfungsi sebagai sarana pengendali moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka. SBI


(51)

(Serrifikat Bank Indonesia) sebagai instrumen dalam melakukan operasi pasar terbuka digunakan untuk kontraksi moneter.

Lembaga-lembaga yang aktif di pasar uang adalah bank komersial, bank dagang, penyalur uang, dan bank sentral pemerintah.Pandji Anorga dan Piji Pakarti (2001:19).

Instrumen Pasar Uang di Indonesia:

Instrumen atau surat-surat berharga yang diperjualbelikan dalam pasar uang jenisnya cukup bervariasi termasuk surat-surat berharga yang diterbitkan oleh badan-badan usaha swasta dan negara serta lembaga-lembaga pemerintah.

Instrumen pasar uang yang ada di Indonesia. Dahlan Siamat (2001:208) 1. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)

Instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jaruh tempo satu tahun atau kurang.

2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

Surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI

3. Sertifikat Deposito

Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakaimya dengan deposito berjangka terletak pada sifat yang


(52)

dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuli temponya melalui lembaga - lembaga keuangan lainnya.

4. Commerecial Paper

Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.

5. Call Money

Kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya untuk jangka waktu pendek.

6. Repurchase Agreement

Transaksijual odi surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih dahulu

7. Banker's Acceptence

Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada eksportir atau importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.39

B. Pasar Modal

Menurut Sofyan S. Harahap kegiatan pasar modal berhubungan dengan perdagangan surat berharga yang telah ditawarkan kepada umum, yang akan atau

39 “Pasar Uang ; Definisi, Instrumen dan Indikator Pasar Uang”, diakses Juni 2009 dari


(53)

telah diterbitkan oleh emiten sehubungan dengan penanaman modal atau pinjaman uang dalam jangka panjang, menengah termasuk instrumen derivatifnya.40

Sedangkan secara yuridis pengertian pasar modal dapat ditemukan pada Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 butir 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal berada dalam pengawasan Bapepam yang bertanggung jawab terhadap Menteri Keuangan. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa penyelenggaraan bursa efek dilakukan atas dasar izin usaha dari Bapepam yang bertugas untuk membina, mengatur dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal. Pengawasan bursa efek oleh Bapepam yang bertanggung jawab langsung terhadap Menteri Keuangan. Kewenangan Bapepam untuk memberikan persetujuan terhadap peraturan bursa efek beserta perubahannya. Instrument yang diperdagangkan di pasar modal meliputi surat pengakuan hutang dan surat berharga komersial seperti saham, obligasi, right, warrant, option dll. Berikut dibawah ini dijelaskan pengertian instrument perdagangan di atas :

1. Saham adalah selembar catatan yang berisi pernyataan kepemilikan sejumlah modal kepada perusahaan yang menerbitkan.

40 Sofyan Harahap, Pasar Modal Syari ah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam),


(54)

2. Obligasi adalah tanda pengakuan hutang atas pinjaman oleh emiten untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan imbalan bunga serta pembayarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Option merupakan produk turunan derivatif dari efek saham dan obligasi. Ada dua istilah dalam option yaitucall optiondanput option.Call optionmemberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga yang telah ditentukan, sedangkan put option pemegang saham mempunyai hak untuk menjual saham pada saat yang telah ditentukan.

4. Warrantjuga merupakan produk derivatif dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dan dengan harga tertentu.

5. Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli tambahan penerbitan saham baru. Hak tersebut biasanya dicantumkan dalam anggaran dasar perusahaan dengan tujuan pemilik saham yang lama dapat mempertahankan mengendalikan perusahaan serta mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama.

Klasifikasi transaksi di pasar modal dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Transaksi spot. Transaksi ini adalah pembelian secara langsung di mana pembeli membayar dengan harga tunai dan menerima surat berharga dari penjual sesuai dengan prosedur dalam bursa. Transaksi spot atau surat berharga dikeluarkan oleh perusahaan, proyek, lembaga atau pemerintah.


(55)

b. Transaksi margin on trading. Transaksi ini adalah pembeli membayar sebagian harga secara tunai, kemudian perantara mencari pinjaman kepada bank untuk melunasi sisa harga dengan syarat surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. Transaksi ini biasanya terjadi di pasar sekunder.

c. Transaksi short selling. Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli di mana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu transaksi. Perdagangan saham di pasar perdana merupakan transaksi antara emiten dan investor sebelum saham-saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder, dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Bapepam. Harga saham merupakan harga pasti yang tidak bisa ditawar dan merupakan kesepakatan antara perusahaan penjamin emisi dan emiten. Jenis perdagangan yang pertama adalah perdagangan saham yang dilakukan pada pasar primer, sedangkan jenis perdagangan yang kedua dan ketiga dilakukan di pasar sekunder

C. Arti dan Makna Uang dalam System Keuangan Global

Secara teoritis, sesungguhnya ada beberapa batasan atau pengertian tentang uang serta komponen-komponen yang termasuk ke dalamnya. Batasan yang secara umum diterima adalah M1 dan M2. Secara sempit yang disebut sebagai M1 adalah uang logam, uang kertas, dan M2 adalah simpanan giro atau uang giral. Uang logam dan uang kertas disebut sebagai uang kartal yang merupakan utang pemerintah ataupun bank sentral tanpa bunga. Uang giral merupakan utang bank komersial.


(56)

Uang kertas merupakan bagian yang besar dari uang kartal, semua uang kertas beredar merupakan uang kertas yang diedarkan atau dikeluarkan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia dengan otoritas pemerintah yaitu Departemen Keuangan. Uang kertas bersama-sama dengan uang logam disebut uang kartal.

Seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, masyarakat memerlukan alat pertukaran yang lebih praktis dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, selain uang kartal (uang ketas dan logam) yang diciptakan oleh pemerintah, dalam kegiatan pertukaran terdapat alat pertukaran lain yang lebih fleksible seperti kartu kredit, cek, giro bilyet dan lain-lain. Namun alat pembayaran ini belum bisa diterima oleh masyarakat secara umum.

Pemikir arus utama (neoklasik) menganggap uang sebagai pelumas dari mesin ekonomi.41 Pandangan tentang uang sebagai media intermediasi untuk melancarkan perdagangan dan pertukaran dikemukakan oleh David Hume (1752). Berbeda dengan pandangan neoklasik tentang uang, Keynes menganggap bahwa uang berperan penting mempengaruhi motif dan keputusan yang pada gilirannya akan berdampak pada situasi ketidakpastian.

Pemikiran Keynes tentang uang sama dengan Schumpeter, mengatakan bahwa uang memiliki sifat tidak netral. Dia juga turut mempengaruhi tentang bagaimana kondisi masyarakat secara umum akan terjadi. Bagi Keynes uang adalah penghubung antara masa lampau dengan masa sekarang, serta masa sekarang dengan masa depan. 41 Federic S. Mishkin,The Economic Of Money,Banking, and Financial Markets,(T.tp., T.pn.,


(57)

Masa lalu adalah mutlak dan tidak bisa dipengaruhi, sementara masa depan penuh dengan ketidakpastian. Dalam hal ini, uang hanya bisa dipahami dalam konteks historis (terutama berhubungan dengan faktor-faktor masa lalu) serta konteks institusionalnya untuk memahami dengan baik faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh di masa depan.42

Pada mulanya manusia menggunakan uang komoditas sebagai alat tukar menukar. Yang dapat berfungsi sebagai uang komoditas adalah barang yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu dapat diterima atau dihargai oleh semua orang (mempunyai nilai intrinsik), kualitasnya tidak berubah, jumlahnya terbatas dan mudah dibawa-bawa. Emas dan perak merupakan komoditas yang menjadi mata uang global di segala abad.

Karena perkembangan perekonomian yang begitu pesat lambat laun emas mulai ditinggalkan sebagai alat perantara tukar menukar. Jumlah emas yang terbatas dirasakan sudah tidak bisa mengatasi pertumbuhan jumlah dan transaksi barang dan jasa produksi dunia yang begitu pesat; ini merupakan alasan utama mengapa emas ‘dicopot’ dari jabatannya sebagai alat tukar. Walaupun mendapat tentangan dari sebagian mazhab ekonom tertentu, kini hampir semua negara di dunia sudah meninggalkan emas sebagai alat tukar, atau paling tidak emas bukan lagi satu-satunya alat tukar.

42 A. Prasentyantoko,Bencana Finansial Stabilitas Sebagi Barang Publik (Jakarta; PT.Kompas


(58)

Kini dunia menggunakan uang fiat. Yaitu alat tukar yang tidak mempunyai nilai intrinsik; nilai intrinsik adalah nilai yang berasal dari karakteristik fisik yang dimilikinya, sebagaimana halnya dengan uang komoditas. Nilai nominal uang fiat ditetapkan oleh produsennya yaitu pemerintah dan bank sentral. Sedangkan nilai riilnya tergantung dari total jumlah nominal uang yang tersedia untuk bertransaksi dan nilai riil total barang dan jasa yang tersedia ditransaksikan dengan uang tersebut. Uang fiat biasanya berupa uang kertas dan uang koin logam.

Tetapi ada uang fiat yang tidak mempunyai bentuk fisik, yaitu uang giral atau uang yang diciptakan oleh bank sentral (uang primer) dan bank umum (uang sekunder, UBU=Uang Bank Umum). Uang giral antara lain berupa rekening giro atau tabungan yang dapat ditukarkan dengan uang fisik sewaktu-waktu dengan menuliskan cek; atau dengan melalui slip pengambilan untuk buku tabungan; atau melalui ATM (Automatic Teller Machine).43

1. Jenis-Jenis Uang a. Uang Kartal

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Lembaga yang bertugas dan mengawasi peredaran uang rupiah adalah Bank Indonesia, sedangkan perusahaan yang mencetak uang rupiah adalah Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia).

43“Uang Komoditas dan Uang Fiat” artikel diakses pada 03-November-2010, dari


(59)

1) Uang logam

Berbagai jenis logam yang digunakan sebagai uang terdiri dari emas, perak ataupun perungu. Dalam hal ini ada kesatuan hitung yang dipergunakan sebagai standar di mana ada standar baku emas, baku perak dan standar kembar.44

2) Uang kertas (Fiat Money)

b. Uang Giral

Dalam perkembangan perekonomian dan kemajuan masyarakat terutama sekali dalam perkembangan perdagangan masyarakat, uang kertas dirasakan mempunyai kelemahan dalam menyelesaikan transaksi-transaksinya terutama untuk transaksi dalam jumlah yang besar di mana sejumlah uang kertas harus dibawa-bawa sehingga menimbulkan resiko tertentu dan keadaan yang tidak praktis. Timbullah kemudian gagasan dari masyarakat dan sejalan juga perkembangan dari perbankan yaitu untuk mengunakan uang giral (giro, rekening koran ataupun cek) dalam menyelesaikan transaksi-transaksi perdagangan. Hal ini dilakukan oleh karena dengan cek tersebut sejumlah uang yang diperlukan dalam penyelesaian transaksi dapat dengan mudah dituliskan dan diberikan kepada orang yang berkepentingan dan untuk menukarkan sejumlah yang tertera dalam cek tersebut yang bersangkutan dapat menukarkannya dengan uang kartal di Bank.45

44 Muchdarsyah Sinungan,Uang dan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 1989), h.11 45Muchdarsyah Sinungan,Uang dan Bank, h. 17


(60)

Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah tagihan yang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau telegrafic transfer. Uang giral adalah surat berharga yang dapat diuangkan di bank atau dikantor pos. Contoh uang giral, cek, giro pos, wesel dan surat berharga.Uang giral biasanya digunakan untuk transaksi dengan nilai uang yang sangat besar.

Uang giral merupakan simpanan uang pada suatu bank dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan menulis cek yang merupakan perintah oleh pemilik simpanan giro tersebut kepada bank untuk membayar kepadanya atau kepada orang lain atau pihak lain yang ditunjuk dan dituliskan pada cek tersebut. Cek dapat diigunakan untuk pembayaran transaksi jual-beli atau transaksi keuangan lainnya. Ia lebih disenangi daripada uang kartal dalam penggunaan untuk meyelesaikan atau melaksanakan transaksi pembayaran karena ia lebih aman, lebih mudah, dan praktis tanpa harus menghitung seperti pembayaran dengan uang kartal.46

2. Peran Uang dalam Ekonomi Konvensional

Uang dalam perekonomian merupakan materi yang sangat berharga dan sangat ‘diagungkan’ di dunia. Perekonomian modern tidak dapat dipisahkan dengan pentingnya uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia. Tanpa uang perekonomian 46 Eko suparayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,


(1)

4. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz); karena akan membuat perekonomian menjadi lesu, Uang juga tidak boleh idle (menganggur), ia harus diproduktifkan dalam bisnis riil.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan uang merupakan alat-tukar yang meringankan beban manusia dalam pelaksanaan tukar-menukar, sebab uang itu berguna bagi umum dan dapat digunakan oleh umum. Dengan redaksi lain bahwa uang merupakan segala sesuatu yang diterima umum diterima sebagai alat penukar. Dalam ekonomi konvensional uang seolah-olah dijadikan manusia sebagai kebutuhan, Dimana masyarakat memandang uang adalah segalanya, sebagai alat yang penting dan diletakkan sebagai nomor wahid. Manusia kian berpacu dalam mencari uang. Kekayaan diukur dengan banyak sedikitnya uang. Bahkan kesenangan seolah-olah dilukiskan dengan memiliki uang. Hal ini yang memacu ekonomi konvensional sebab memandang uang sebagai medium of exchange juga sebagai store of value/wealth.

Perdagangan uang adalah salah satu bentuk riba yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Untuk itu, marilah kita kembali kepada fungsi uang yang sebenarnya yang telah dijalankan dalam konsep Islam, yakni sebagai alat pertukaran dan satuan nilai, bukan sebagai salah satu komoditi, dan menyadari bahwa sesungguhnya uang itu hanyalah sebagai perantara untuk menjadikan suatu barang kepada barang yang lain.


(2)

B. Saran

Penulis sesungguhnya menemukan sedikit kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, mengingat metode penelitian yang digunakan adalah library reseach (study kepustakaan).

1. Penulis jarang menemukan referensi berupa buku yang berkaitan langsung dengan Objek study sistem keuangan global, baik dalam perputakaan umum maupun perpustakaan fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu penulis berharap ke depan agar lebih banyak disediakan beberapa referensi yang berkaitan dengan sistem keuangan Global tersebut.

2. Sehubungan dengan tema yang penulis angkat, Relevansi Konsep uang al-Ghazali belum pernah diangkat dalam karya ilmiah sebelumnya, Penulis berharap ke depan ada yang secara serius membahas tentang tema tersebut di atas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ahmad. Mata uang Islami telaah Komprehansif system Keuangan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005

Chapra, M Umar. System Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Karim, A Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.\

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Eonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Prasetyoko A, Bencana Finansial stabilitas sebagai Barang Public. Jakarta: PT kompas Media Nusantara, 2008.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa klasik hingga kontemporer. Jakarta: Granada Press, 2007.

Chapra, M. Umer.Reformasi Ekonomi sebuah solusi perspektif Islam, cet.I. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Rohaety Eti, Tresnati Ratih. dkk. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana media, 2009.

Sinungan, Muhdarsyah.Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta, 1989

Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

Miskhin, S Federic. The Economics of Money, Banking, and Financial markets. Edisi.8. Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Iqbal, Muhaimin. Dinar Solution-Dinar sebagai Solusi. Cet.I. Jakarta: Gema Insani, 2008.

Joesoef, Jose Rizal.Pasar Uang dan valuta Asing. Jakarta: Salemba Empat, 2008 Schmidt, Helmut .The Structure of the World Produc,Foreign Affairs: T.pn., 1974. Henry A Kissinger,Saving The World Economy, New sweek: T.pn., 1983.


(4)

“Fungsi Uang” artikel diakses pada 21-Maret-2010 dari www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com

Husein Umar,Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003

“Al-Ghazali” diakses pada 02-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazal

“Riwayat Hidup Al-Ghazali” diakses pada 01-Maret-2010, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali

“Sejarah Penggunaan Uang di Dunia Islam”, artiikel diakses pada 01-Maret-2010 dari http://www.dakwatuna.com/2009/sejarah-penggunaan-uang-di-dunia-islam/.diakses

Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar Mengurai Sehat Ekonomi dan Keuangan Islam Jakarta : Kholam Publishing, 2008.

Syafi’i, Muhammad Zaki. Muqaddimah fi an-Nuqud wa al-Bunuk, Dar al-Nahdhah al-Arabiya: T.pn., 1982.

Croward, J.P. Almujaz fi iqtishadiyat al-Nuqud. Penerjemah Mustafa kamal farid. Cairo: Dar al-Fikri, T.t.

Boumoul dan Gandlre. “Ilmu al-Iqtishad, (al-amaliyat wa al-siyasat al-iqtishadiyah)” Terjemahan Sai’id al-sam’ari dkk. T.tp: As;ad Bagdad, 1964.

Nazhim Mhammad Nori al-Syamri,al-Nuqud wa al-Masharif,Mosoul: Dar kutub Lil at-Thaba’ah wa al-nasyir,1987

Hasan, Sahir. an-Nuqud wa at-twazun iqtishadi, T.tp: Muassasah Syabab al-Jamiah li al-Thiba’ah, 1980.

Nasution Mustafa Edwin. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana 2007

Subhi Tadris Qharishah dan Medhat Muhammad.al-Aqqad,al-nuqudwa al-bunukwa al-Alaqat iqtishadiyah al-Dauliyah, Beirut : Dar al-Nadhah, 1983.

Ali al-Najjar, Abdul Hadi,al-Islam wa al-Iqtisha, Kuwait: Alam al-Ma’rifah, 1983. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin.Juz 2. Beirut: Daar al-Naddwah, T.t.


(5)

Hidayat, Mohammad. an Introduction to the Sharia Economic. Jakarta: Dzikrul hakim 2010.

Al- Ghazali,Ihya Ulumuddin, cet.II. Dar al-Khair: T.pn.,1993

Devania Annesya, “Gold Standar hingga System Bretton Wood: Institualisasi Ekonomi Politik Internasional” artikel diakses pada 05-November-2010, dari http://frenndw.wordpress.com/2010/06/26/gold-standar-hingga-sistem-bretton-wood-institualisasi-ekonomi-politik-internasional/

“Bretton Woods system”, artikel diakses pada 04-November-2010, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Bretton_Woods_system#Origins

“Uang Komoditas dan Uang Fiat” artikel diakses pada 03-November-2010, dari http://ekonomi.kompasiana.com/group/bisnis/2010/03/17/uang-komoditas-dan-uang-fiat/

Agustianto,” Konsep Uang dalam Ekonomi Islam” artiel Diakses pada 02-Maret-2010, dari http://agustianto.niriah.com/2008/04/11/konsep-uang-dalam-ekonomi-islam/

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan Aqsa Pulishing, 2007.

Iqbal, Muhaimin.Dinar solution.cet.I. Jakarta: Gema insane Press, 2008.

“Analisis Krisis Keuangan Global; Indicator sudah berakhirnya Kejayaan Kapitalisme” artikel diakses pada 23-Oktober-2010, dari http://syabab.com/index.php?view=article&catid=79:analisis&id=458:krisis -keuangan-global-indikator-sudah-berakhirnya-kejayaan-kapitalisme-bag-2-&option=com_content&Itemid=179

M. Nejatullah Siddiqi, “Teaching Economics in an Islamic Perspective.” Dalam Sayyid Tahir, ed. Reading in Macroeconomics, an Islami Perspective. Selangor: Longman Malaysia Sdn Bhd, 1992.

Choudhury, Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy. London: The Macmillan Press,1996.

Khair, Muhaimin. “Fungsi uang dalam persfektif Ekonomi Islam”, artikel diakses pada 04-November-2010 dari http://muhaiminkhair.wordpress.com/2010/04/29/fungsi-uang-dalam-perspektif-ekonomi-islam/


(6)

“Pasar Uang ; Definisi, Instrumen dan Indikator Pasar Uang”, diakses Juni 2009 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/pasar-uang-definisi-instrumen-dan.html

Sofyan Harahap,Pasar Modal Syari ah (Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam), Jakarta, Pustaka Quantum, 2001.


Dokumen yang terkait

RELEVANSI KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHAZALI DI MASA SEKARANG Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

3 10 24

RELEVANSI KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHAZALI PADA MASA SEKARANG KHUSUSNYA DI Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 5 16

PENDAHULUAN Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 2 4

Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia

0 52 147

Konsep manusia al risalah ghazali

0 0 9

RELEVANSI KONSEP MATA UANG ISLAMI DENGAN

0 0 23

Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia - Raden Intan Repository

0 0 13

BAB III PROFIL ABU HAMID AL-GHAZALI DAN JHON MAYNARD KEYNES SERTA GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA - Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia - Raden Intan

0 0 39

BAB IV ANALISIS TEORI UANG ABU HAMID AL-GHAZALI DAN JHON MAYNARD KEYNES SERTA RELEVANSINYA TERHADAP SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA - Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indo

0 0 25