Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian menjadi era industrialisasi. Sejak pergantian era pertanian menjadi era industrialisasi sektor industri mengalami peningkatan dan secara berangsur-angsur mengalahkan kontribusi sektor pertanian dunia terhadap perekonomian. Indonesia mulai mengalihkan target pembangunan pada pengembangan sektor industri dengan target menjadi negara industri maju di Asia setelah sukses membangun perekonomian nasional dengan motor penggerak utama pada sektor pertanian dalam Pembangunan Lima Tahun PELITA I dan II, hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian yang semakin menurun. Pada tahun 1984, kontribusi sektor pertanian sebesar 23,5 terhadap perekonomian dan menurun menjadi 14,8 pada tahun 2011 sementara itu, sektor industri memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perekonomian Indonesia yaitu sebesar 24,0 pada tahun 2011. Pertumbuhan sektor industri yang semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir memberikan penguatan bahwa telah terjadi transformasi ekonomi di Indonesia dari agraris menjadi industri. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi serta globalisasi ekonomi mendorong perkembangan manusia yang dituntut untuk berkembang Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu secara kreatif. Industri kreatif di Indonesia mulai mendapatkan tempat dalam perekonomian ketika tuntutan pasar yang semakin kreatif. Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, industri kreatif merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu, jadi industri kreatif ini merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual intellectual property menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Kementerian Republik Indonesia mengelompokkan industri kreatif kedalam 14 subsektor yaitu periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukkan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio serta riset dan pengembangan Wiko Saputra, 2010:44. Industri kreatif di Indonesia khususnya Jawa Barat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, karena industri ini mampu memberikan iklim bisnis positif dan membentuk identitas kota dan daerah. Industri kreatif berbasis pada kreativitas dan inovasi pengolahan sumber daya alam melahirkan nilai tambah produk berdampak ganda yaitu selain berdampak pada perekonomian, industri kreatif juga memberikan dampak sosial secara positif diantaranya pembangunan bermodalkan kreatifitas meningkatkan kualitas hidup, peningkatan toleransi sosial, dan konsentrasi pekerja-pekerja kreatif yang tinggi menandakan dinamika dan ekonomi yang sehat, menjadi magnet investasi dan peluang kerja yang lebih baik. Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Provinsi Jawa Barat memiliki banyak daerah yang mengembangkan industri kreatif salah satunya Kabupaten Cirebon. Kabupaten ini pengembangannya diarahkan kepada industri kreatif subsektor kerajinan dalam skala usaha kecil dan menengah. Industri kerajinan di Kabupaten Cirebon kini semakin menggeliat baik dari aspek produksi maupun wilayah pemasaran dan kini terdapat 33 komoditas kerajinan yang sedang dikerjakan oleh pengrajin di Kabupaten Cirebon antara lain kerajinan sandal barepan, aneka kreasi batu alam, rotan, dan batik bisnis-jabar.com . Kabupaten Cirebon merupakan salah satu penghasil batik di Jawa Barat. Produksi batik di Kabupaten Cirebon tersebar di beberapa kecamatan, berikut disajikan data persebaran wilayah industri batik di Kabupaten Cirebon. Tabel 1.1 Daftar Sentra Industri Batik Kabupaten Cirebon Tahun 2011 Sumber : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Data diolah No Nama Sentra Alamat Jumlah Usaha Unit Tenaga Kerja Orang Nilai Investasi Rp.000 Nilai Produksi Rp.000 Nilai BBBP Rp.000 DesaKel Kec 1 Batik Tulis dan Cap Trusmi Wetan Plered 40 200 4.000,00 1.280.000,00 960.000,00 2 Batik Tulis dan Cap Trusmi Kulon Plered 90 450 14.500,00 1.261.000,00 946.000,00 3 Batik Tulis dan Cap Panembahan Plered 24 120 12.000,00 942.500,00 706.875,00 4 Batik Tulis dan Cap Gamel Plered 20 40 5.000,00 450.000,00 337.500,00 5 Batik Tulis dan Cap Wotgali Plered 24 39 1.200,00 900.000,00 575.000,00 6 Batik Tulis dan Cap Kalibaru Tengah Tani 70 350 70.000,00 1.187.875,00 890.906,00 7 Batik Tulis dan Cap Kalitengah Tengah Tani 25 75 25.000,00 600.000,00 475.000,00 8 Batik Tulis dan Cap Ciwaringin Ciwaringin 20 185 20.000,00 78.375,00 58.781,00 JUMLAH 313 1459 151700 6699750 4950062 Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan data Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon tercatat bahwa terdapat 313 jumlah unit usaha yang tersebar di delapan daerah di Kabupaten Cirebon yang berada di tiga kecamatan yaitu Plered, Tengah Tani dan Ciwaringin. Dari data diatas dapat diketahui Desa Trusmi yang mencakup Trusmi Wetan dan Kulon paling banyak memproduksi batik baik dalam jumlah unit usaha maupun jumlah tenaga kerja. Desa Trusmi merupakan pusat pemasaran batik termasuk dari sejumlah desa yang berada di sekitar Desa Trusmi, bahkan saat ini batik Cirebon identik dengan batik Trusmi, padahal selain Desa Trusmi sejumlah desa lain di sekitarnya juga merupakan sentra batik seperti Desa Panembahan, Gamel, Wotgali, Kalibaru, Kalitengah dan Desa Ciwaringin. Industri kreatif sub sektor kerajinan batik di Kabupaten Cirebon memiliki kedudukan penting terhadap kemajuan ekonomi Kabupaten Cirebon. Sebagian besar masyarakat yang berada di wilayah sentra batik di Kabupaten Cirebon yaitu di Kecamatan Plered, Tengah Tani dan Kecamatan Ciwaringin memiliki penghasilan yang di peroleh dari usaha membatik karena sebagian dari mereka menggantungkan hidupnya dari industri kerajinan batik , sehingga produksi batik sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat di daerah tersebut. Jika produksi batik mengalami penurunan maka pendapatan pengrajin pun akan menurun, sehingga kesejahteraan pengrajin menurun. Berikut disajikan data mengenai jumlah produksi batik dari beberapa pengrajin batik. Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 2.1 Hasil Produksi Batik di Kabupaten Cirebon Januari 2012-Maret 2012 No Nama Perusahaan Produksi Bulan SatuanPotong Keterangan Januari Februari Maret 1 Batik Badrun 625 633 630 Menurun 2 Batik Nita 160 140 140 Menurun 3 Batik Siah 300 300 200 Menurun 4 Batik Tursinah 1600 1600 1500 Menurun 5 Batik Sri 800 760 840 Meningkat 6 Batik Pardu Indah 1800 1400 1600 Meningkat 7 Batik Jaya Hendi 315 315 300 Menurun 8 Batik Ibnu Hajar 300 300 315 Meningkat 9 Batik Putri 750 750 700 Menurun 10 Batik Fresa 615 600 615 Meningkat Sumber : Data Pra Penelitian 10 responden Penurunan jumlah hasil produksi yang terjadi pada batik di Kabupaten Cirebon berdasarkan hasil wawancara dengan para pengrajin batik di Kabupaten Cirebon akibat dari kenaikkan bahan baku tersebut meningkatkan modal yang diperlukan untuk proses produksi yang menyebabkan para pengrajin mengurangi jumlah produksinya. Selain hal tersebut, turunnya hasil produksi akibat dari kekurangan tenaga kerja dan keterampilan tenaga kerja yang kurang. Salah satu industri batik yang mengalami kesulitan regenerasi pembatik berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ketua Asosiasi Batik Cirebon, Rukadi Suminta industri.kontan.co.id mengatakan bahwa : ”Tenaga pembatik di Cirebon semakin menurun bukan karena turunnya permintaan produk batik tetapi tidak adanya regenerasi pengrajin Akibat kekurangan tenaga kerja, sekitar 60 dari 360 industri kecil dan menengah IKM batik di Kabupaten Cirebon telah gulung tikar dalam 5 tahun terakhir, selain itu ada industri batik baru di luar Cirebon hingga tenaga kerja banyak terserap ke luar kota ”. Industri Batik Jawa Barat semakin tertekan, hampir seluruh bahan baku batik mengalami kenaikkan harga kain katun, sutera, pewarna, dan lilin. Hingga Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu akhir tahun 2011 harga bahan baku batik katun dan sutera naik sekitar 20-30 dari harga normal. Bahan baku seperti katun ukuran 2 meter yang harga normalnya Rp. 40.000 naik menjadi Rp. 50.000-Rp.60.000. Kenaikan bahan baku ini, turut mempengaruhi harga jual kain batik termasuk jumlah hasil produksinya dan tentu saja keadaan ini sangat mempengaruhi perajin kelas menengah ke bawah. Kendala lain yang dihadapi pengrajin batik Cirebon adalah lambannnya distribusi bahan baku pewarna. Untuk unit usaha industri batik memiliki persaingan antar pengrajin batik lainnya dan kenaikan harga bahan baku seperti harga kain katun, sutera, pewarna, dan lilin, menjadikan kegiatan produksi batik di Kabupaten Cirebon mengalami kendala yang cukup berarti terutama bagi para pengrajin batik golongan kelas menengah kebawah. Berdasarkan uraian diatas Penulis memandang penting untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi batik di Kabupaten Cirebon”. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dan latar belakang yang dijelaskan diatas, maka dapat dapat diidentifikasi rumusan masalahnya sebagai berikut : a. Apakah penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada produksi batik di Kabupaten Cirebon telah efisien? b. Bagaimanakah intensitas faktor produksi pada produksi batik di Kabupaten Cirebon? Nenden Rosmawati, 2013 Analisis Fungsi Produksi Industri Kreatif Pada Subsektor Kerajinan Batik Cirebon Survey Pada Produksi Batik Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Bagaimana skala hasil produksi pada produksi batik di Kabupaten Cirebon? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian