1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetensi utama Badan Peradilan Administrasi yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor 9
Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah menyelesaikan sengketa administrasi antara Pemerintah dan warga masyarakat, disebabkan
pemerintah telah melanggar hak-hak kepentingan warga. Peraturan perundang- undangan khususnya Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan: Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sengketa-sengketa di bidang kepegawaian tidak ditangani langsung oleh suatu peradilan tetap, namun diselesaikan melalui suatu proses yang mirip
dengan suatu proses peradilan, yang dilakukan oleh suatu tim atau oleh seorang pejabat yang disebut peradilan semu Quasi rechtspraak.
1
1
Adrian E. Rompis, 2012, “Perbandingan Penyelesaian Sengketa Kepegawaian Melalui Gugatan Di Peradilan Tata Usaha Negara dan Upaya Banding Administrasi di Badan Pertimbangan
Kepegawaian”, dalam Civil Service Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL.6, No.1 Juni 2012. Jakarta, Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN. hlm. 9.
Pengertian Peradilan kepegawaian yang dimaksud adalah serentetan prosedur administrasi yang ditempuh oleh pegawai negeri, apabila ia merasa
tidak puas dan berkeberatan atas suatu tindakan berupa keputusan yang dilakukan atasannya pejabat yang berwenang yang merupakan kepentingannya.
Dalam hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Jo Undang-undang No 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 Jo UU No 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Sengketa Tata Usaha Negara dalam hal sengketa kepegawaian terlebih dahulu dilakukan prosedur administrasi di lingkungan
pemerintahan sendiri. Apabila penyelesaian tersebut belum memberikan kepuasan maka PNS yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Administrasi Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan
bahwa sengketa Kepegawaian terjadi apabila seorang Pegawai Negeri yang mendapatkan SK merasa mendapatkan kerugian sebagai akibat dari
dikeluarkannya SK tersebut. Dalam hal ini yang bersangkutan akan memposisikan dirinya sebagai penggugat. Penyelesaian sengketa kepegawaian
sebagaimana diatur dalam Pasal 35 tentang Peradilan Kepegawaian UU Kepegawaian yang menyatakan:
1 Sengketa kepegawaian diselesaikan melalui peradilan tata usaha negara, 2 Sengketa kepegawaian sebagai akibat pelanggaran terhadap peraturan
disiplin Pegawai Negeri Sipil diselesaikan melalui upaya banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian,
3 Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Artinya berdasarkan ketentuan UU Kepegawaian ada 2 dua jalur yang dapat ditempuh oleh seorang Pegawai Negeri yang merasa dirugikan
akibat dikeluarkannya sebuah SK yang menyangkut dirinya secara langsung, yaitu: Peradilan Tata Usaha Negara atau Pada Badan Pertimbangan
Kepegawaian, Sengketa kepegawaian yang diproses disini berkaitan dengan penjatuhan pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri, proses ini disebut sebagai
upaya banding administratif. Persoalan penyelesaian Sengketa Kepegawaian, bukanlah hal yang
sederhana, karena hal ini akan berdampak langsung pada PNS sebagai aparatur Negara dalam melaksanakan tugas pokoknya dibidang pelayanan
publik. Sengketa kepegawaian dapat terjadi akibat dikeluarkannya suatu Keputusan Tata Usaha Negara Beschikking dalam urusan Kepegawaian,
yang dalam praktek kepe-gawaian seharihari banyak dikenal dalam bentuk Surat Keputusan SK dari pejabat tertentu, sepert: SK Pengangkatan Pegawai,
SK Pemberhentian Pegawai baik atas permohonan sendiri maupun bukan atas permohonan sendiri, SK Mutasi, SK Penjatuhan Sanksi Administrasi
Kepegawaian, SK Pen-jatuhan Hukuman Disiplin PNS, dan lain-lain. Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri terkait sengketa kepegawaian yang
penyelesaiannya dilakukan di PTUN Yogyakarta tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Sengketa Kepegawaian di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta tahun 2013-2015
No Jenis Perkara Tanggal
Daftar Penggugat
Tergugat
1 05G2013
Kepegawaian 11-03-2013 1. Sukmawati
1. Menteri Kehutanan Republik Indonesia
2. Kepala Balai Pengelolaan DAS Serayu, Opak, Progo
2 08G2014
Kepegawaian 20-06-2014 1. AM. Unggul Putranto
1. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3 04G2014
Kepegawaian 01-04-2014 1. Irsjadi
1. Bupati Sleman 4
03G2014 Kepegawaian
17-02-2014 1. Hendra Eka Nugraha SE 1. Bupati Sleman
5 67B2015 22-06-2015 1. Agus Trijanto
Lurah Desa Trirenggo 6 01G2015
27-01-2015 1. Yudarningsih, SN.Spd Kepala Kantor Regional : Badan
Kepegawaian Negara
Sumber: http:
1. Bagaimana peranan pengadilan tata usaha negara dalam penyelesaian sengketa kepegawaian sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang
www.ptun-yogyakarta.go.id Sengketa kepegawaian pada dasarnya merupakan kasus yang cukup
menarik untuk dikaji, karena permohonan gugatan sengketa kepegawaian ke lembaga peradilan di beberapa kota besar, dari tahun ke tahun semakin
meningkat dengan segala persoalan yang baru. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka menarik untuk
mengetahui peranan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam Penyelesaian Sengketa Kepegawiaan sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah