Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

13 mengatakan bahwa 73 dari anak-anak Down Syndrome baru mampu berdiri pada usia 24 bulan dan 40 bisa berjalan pada usia 24 bulan. Penelitian Ulrich et al 2001 mengemukakan bayi dengan Down Syndrome mulai berdiri rata-rata sekitar 1 tahun dibandingkan bayi yang normal. Ini merupakan bagian dari kemampuan motorik yang tertunda antara bayi Down Syndrome dan bayi normal yang dapat dilihat dari usianya. Terapi yang diberikan merupakan suatu sarana untuk menunjang proses perkembangan anak dengan Down Syndrome agar proses pertumbuhan dan perkembangan tidak semakin melambat dan diharapkan kemampuan motorik dapat dimiliki sesuai usia rata-rata perkembangan anak Down Syndrome. 4.2.3 Hipotonus Postural dan Hipermobile Sendi Anak dengan Down Syndrome memiliki karakteristik hypotonia otot, hypermobile sendi, dan kehilangan keseimbangan, menurut Connoly dan Michael dalam sebuah pengujian efek hypotonia pada keseimbangan menemukan bahwa hypotonus, stabilisasi pelvic dan pes planus mempengaruhi kemampuan keseimbangan Uyanik, 2013. Pemberian intervensi Stimulasi yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot melalui proprioseptif dan taktil. Pemberian intervensi Neuro Development Treatment tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap keluan anak Down Syndrome. Harris mengemukakan bahwa aplikasi Neuro Development Treatment pada anak dengan Down Syndrome dengan aplikasi selama 3 hari dalam seminggu dan dalam kurun waktu 9 minggu tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan hasil penelitian yang ditunjukkan Uyanik dalam jurnalnya comparison of different therapy approaches in children with Down Syndrome menunjukkan adanya perubahan pada keseimbangan, visual motor co-ordination, praxis, motorik halus, dan motorik kasar setelah 3 bulan terapi. 14

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan terapi selama 6 kali berupa pemberian intervensi Neuro Development Treatment didapatkan hasil bahwa nilai dari kekuatan otot mengalami perubahan sedangkan hasil pemeriksaan DDST belum mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa metode Neuro Development Treatment yang penulis gunakan pada pasien an S berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien Anak S yang didiagnosis Down Syndrome.

5.2 Saran

S aran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai seorang fisioterapis kita harus mengetahui tentang perjalanan suatu penyakit khususnya pada kasus pediatri yaitu Down Syndrome sehingga dapat mengetahui letak permasalahan yang terjadi. Sehingga intervensi yang diberikan dapat berjalan sesuai harapan dan didapatkan goal yang sesuai dengan rencana. Peran orang tua sangat penting dalam proses terapi, karena orang tua yang lebih banyak punya waktu dengan anak. Seberapa sering orang tua melatih anak dirumah, seberapa paham orang tua dengan kondisi anak, seberapa paham orang tua dengan metode terapi ini akan berpengaruh terhadap hasil terapi. Disarankan kepada orang tua untuk selalu mengawasi perkembangan tumbuh kembang anak dan selalu melatih anak untuk meningkatkan kemampuannya. DAFTAR PUSTAKA Djuantoro, Dwi. 2014. Patofisiologi Buku Ajar Ilustrasi made Incredibly Easy. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara. Harris, S.R. 2008. Effects of Neurodevelopmental Therapy on Motor Performance of Infants with Downs Syndrome. Available from: URL: http:goo.glyuECPa. Hazmi. 2013. Kombinasi Neuro Developmental Treatment dan Sensory Integration Lebih baik daripada hanya neuro Developmental Tretament 15 untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anank Down Syndrome. Jurnal Fisioterapi . 02 Oktober 2013. Vol 13 no 2 : 86. Humaira, A., 2014; Neuro Development Treatment NDT; online https:fisioterapidotme.wordpress.com, Diakses tanggal 04 maret 2016. J, McPhee., William, F. 2011. Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Leonita Christine, Nina Sevani. 2015. Web Untuk Deteksi Dini Tingkat Retardasi Down Syndrome Pada Anak. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi. 1 April 2015. Vol 1. Hal 1. Miftah. 2013. Hasil Observasi kondisi dan perkembangan Anak Down Syndrome. Available from : URL : http:mismif28.blogspot.com201302hasil- observasi-kondisi-dan.html. Raine, et al. 2009. Bobath Concept : Theory and Clinical Practice in Neurological Rehabilitation. Blackwell Publishing Ltd. United Kingdom. Hal. 3. Rosida Lena, Roselina Panghiyangani. 2006. Gambaran Dermatoglifi pada penderita Sindrom Down Di Banjarmasin dan Martapura Kalimantan Selatan. Jurnal Anatomi Indonesia. 2 Desember 2006. Vol 1. Hal 71-78. Soetjiningsih., Gde Ranuh. 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Takarini, Nawangsasi. 2000. Konsep Manejemen Fisioterapi pada Anak dengan Kelainan Neurologis. Pelatihan Konsep Maju Fisioterapi pada Tumbuh Kembang, 26 Juli 2000. Jakarta. Ulrich. A.D., Ulrich, B.D., Angulo-Kinzler, M.R., Yun,J, 2001. Treadmill Training of Infants Eith Down Syndrome : Evidence-Based Developmental Outcomes, American Academic of Pediatric. Available from : URL : http:pediatrics.aappublications.orgconten1085e84.full.pdf+html. Uyanik, M., Kayihan, H. 2013. Down Syndrome : Sensory Integration, Vestibular Stimulation and Neurodevelopmental Therapy Approaches for Children, International Encyclopedia of Rehabilitation. Available from : URL : http:cirrie.buffalo.ediencyclopediaenarticle48. Weijerman Michel. 2011. Consequences of Down Syndrome for Patient and Family. Ipskamp Drunkkers B.V.