KESIMPULAN DAN SARAN 68 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWAPADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS KELAS X SEMESTER II DI SMA NEGERI 1 SUMBUL T.P. 2015/2016.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 15 Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan PBM 33 Tabel 3.1. Two Group Pretest-Posttest Design 38 Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Tes KPM 42 Tabel 4.1. Ringkasan Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes 51 Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes 51 Tabel 4.4. Uji Hipotesis Data Pretes 52 Tabel.4.5. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen 53 Tabel.4.6. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol 55 Tabel 4.7. Nilai persentase kategori tes kemampuan pemecahan masalah 57 Tabel 4.8. Ringkasan Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 59 Tabel 4.9. Uji Normalitas Data Postes 61 Tabel 4.10. Uji Homogenitas Data Postes 61 Tabel 4.11. Uji Hipotesis Data Postes 62 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Penghantar yang menghubungkan dua benda 21 Gambar 2.2. Muatan listrik q melalui penampang penghantar 22 Gambar 2.3. Rangkaian listrik . 23 Gambar 2.4. Sebuah multimeter 23 Gambar 2.5. Rangkaian listrik sederhana, beserta skemanya 24 Gambar 2.6. Rangkaian amperemeter secara seri 24 Gambar 2.7. Simbol amperemeter 24 Gambar 2.8. Pembacaan amperemeter 24 Gambar 2.9 . Simbol Voltmeter 25 Gambar 2.10. Sebuah rangkaian listrik sederhana 25 Gambar 2.11. Cara merangkai voltmeter secara paralel 26 Gambar 2.12. Pembacaan voltmeter 26 Gambar 2.13. Salah satu bentuk resistor1 27 Gambar 2.14. Simbol penghambat 27 Gambar 2.15. Susunan hambatan secara seri 28 Gambar 2.16. Susunan hambatan tersusun paralel 29 Gambar 2.17. Gambar rangkaian arus kirchoff 30 Gambar 2.18. Arah Loop 30 Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 41 Gambar 4.1. Grafik Batang Distribusi Nilai Pretes Kelas Eksperimen 50 Gambar 4.2. Grafik Batang Distribusi Nilai Pretes Kelas Kontrol 50 Gambar 4.3. Grafik Batang Nilai Rata-rata Lembar Kerja Siswa 54 Gambar 4.4. Grafik Batang Persentase Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 56 Gambar 4.5. Grafik Batang Persentase Nilai Tes KPM Kelas Eksperimen 57 Gambar 4.6. Grafik Batang Persentase Nilai Tes KPM Kelas Kontrol 58 Gambar 4.7 Grafik Batang Distribusi Nilai Postes Kelas Eksperimen 59 Gambar 4.8. Grafik Batang Distribusi Nilai Postes Kelas Kontrol 60 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 72 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 90 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 114 Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa LKS-1 133 Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa LKS-2 137 Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa LKS-3 144 Lampiran 7. LP-1 148 Lampiran 8. LP-Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen 150 Lampiran 9. LP-Aktivitas Belajar Kelas Kontrol 152 Lampiran 10. Tabel Kisi Kisi Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 156 Lampiran 11. Soal Test Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 174 Lampiran 12. Lembar Wawancara Guru 178 Lampiran 13. Angket Siswa 180 Lampiran 14. Tabulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 183 Lampiran 15. Tabulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Kontrol 185 Lampiran 16. Tabulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 187 Lampiran 17. Tabulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Kontrol 189 Lampiran 18. Data Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen 191 Lampiran 19. Data Pretes Dan Postes Kelas Kontrol 193 Lampiran 20. Perhitungan Statistik Dasar 195 Lampiran 21. Uji Normalitas Data 202 Lampiran 22. Uji Homogenitas Data 211 Lampiran 23. Pengujian Hipotesis 215 Lampiran 24. Penilaian Aktivitas Kelas Eksperimen 220 Lampiran 25. Daftar Nilai Lembar Kerja Siswa 223 Lampiran 26. Penilaian Aktivitas Kelas Kontrol 225 Lampiran 27. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 228 Lampiran 28. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 229 Lampiran 29. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 230 Lampiran 30. Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 232 Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian 233 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Perubahan itu meliputi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan. Trianto 2011: 9 mengatakan bahwa inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya Sekolah Menengah Atas SMA. Kualitas pendidikan ditunjukkan oleh hasil belajar siswa terhadap berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA, yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena itu pelajaran fisika di berbagai satuan pendidikan perlu dikembangkan dan diperhatikan. Keberhasilan pengajaran fisika tidak terlepas dari kualitas guru sebagai tenaga pengajar fisika, akan tetapi dalam mengajarkan pelajaran fisika, guru banyak mengalami kesulitan, diantaranya karena minat belajar siswa yang kurang, menyebabkan hasil belajar fisika cenderung masih rendah. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran fisika. Menurut Shoimin 2014: 21: ”inovasi merupakan ide penemuan yang baru atau hasil pengembangan kreatif dari ide yang sudah ada”. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara peneliti kepada salah satu guru mata pelajaran fisika, Ibu Hilda C. Nasution di SMA Negeri 1 Sumbul. Beliau mengatakan hasil belajar siswa cenderung masih rendah, sekitar 65 siswa memiliki nilai rata-rata selalu di bawah KKM sebesar 70, dengan nilai rata-rata ujian siswa 61,24. Hal ini terjadi karena siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit untuk dimengertidipahami sebab guru menjelaskan materi lebih menekankan rumus daripada konsep di kehidupan sehari-hari sehingga siswa kurang berminat belajar fisika. Beliau juga mengatakan bahwa pembelajaran yang selama ini digunakan adalah konvensional atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Pembelajaran konvensional yang disampaikan guru berupa metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Hal inilah yang membuat siswa kurang senang belajar fisika, sehingga hasil belajar fisika yang diperoleh kurang maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang diberikan kepada 36 siswa, sebanyak 63,9 23 orang siswa menganggap fisika itu sulit, kurang dipahami, dan membosankan; 13,9 5 orang siswa menganggap fisika itu biasa- biasa saja; dan 22,2 8 orang siswa menganggap fisika itu mudah dan menyenangkan. Padahal sebenarnya fisika merupakan ilmu yang menarik, karena semua gejala yang terjadi di alam berkaitan dengan dunia fisika. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diterapkan suatu pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam kelas, melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa dengan mengangkat fenomena fisika yang lebih autentik dalam kehidupan sehari-hari serta yang paling penting adalah adanya suatu peningkatan hasil belajar siswa tersebut, tentu dengan menggunakan model pembelajaran yang mendukung. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Arends 2008: 41 berpendapat bahwa esensi model pembelajaran berbasis masalah berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Melalui model