Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan voluntary disclosure (pengungkapan sukarela) atas biaya audit yang dibayarkan kepada auditor eksternal
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
VOLUNTARY DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA)
ATAS BIAYA AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA
AUDITOR EKSTERNAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Firda Amalia
NIM: 107082003327
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN VOLUNTARY
DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA) ATAS BIAYA AUDIT YANG
DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR EKSTERNAL
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Firda Amalia
NIM: 107082003327
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid,MS.
Rini,SE.,Ak.,M.Si.
NIP: 195706171985031002
NIP: 197603152005012002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
Hari ini Senin Tanggal empat belas Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Firda Amalia NIM: 107082003327
dengan judul Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN VOLUNTARY DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA)
ATAS BIAYA AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR
EKSTERNAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji II
Rini, SE., Ak., M.Si
Penguji III
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji I
Hari ini Rabu Tanggal dua puluh tiga Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah
dilakukan Sidang Skripsi atas nama Firda Amalia NIM: 107082003327 dengan
judul Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
VOLUNTARY DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA) ATAS BIAYA
AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR EKSTERNAL”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Pembimbing I
Rini, SE., Ak., M.Si
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Ketua
Rahmawati, SE., MM
Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA
Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Firda Amalia
NIM
: 107082003327
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap
gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Maret 2011
Firda Amalia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Firda Amalia
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 2 Juli 1990
3. Alamat
Srengseng
: Kp. Kalibata No.37 Rt.06/08
Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
12640
No. Telepon : 085711867121
4. Email
II.
: [email protected]
PENDIDIKAN
1. SD Islam Al-Hidayah Jakarta
:
2. MTS Negeri 4 Jakarta
:
3. SMA Negeri 97 Jakarta
: 2004-2007
4. Universitas Islam Negeri
: 2007-2011
Syarif Hidayatullah Jakarta
Factors Affecting the Decision of the Voluntary Disclosure of Audit Costs Paid
To External Auditor
ABSTRACT
This study aims to examine the factors that influence the decision of the
voluntary disclosure of audit fees paid to external auditors. For the purpose of
this study uses secondary data in the form of 33 annual reports of companies that
have been audited from 2007-2009 on the Indonesia Stock Exchange (BEI).
Samples were selected by using purposive sampling with sampling judgment
techniques. In the test data, this study uses logistic regression model with the help
of computer software for statistical SPSS version 17.0. To analyze the data, the
hypothesis tested by Wald test (t test partially) and the omnibus test (F test
simultaneously) with a significance level of 0.05.
The results of this study show that partial and simultaneous political costs,
audit committee and a public accounting firm size does not significantly influence
decisions on voluntary disclosure of audit fees paid to the company's external
auditors.
Keywords: Political Costs, Audit Committee, the Public Accounting Firm Size,
Fee Audit and Voluntary Disclosure
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengungkapan Sukarela atas
Biaya Audit yang Dibayarkan Kepada Auditor Eksternal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit yang dibayarkan kepada
auditor eksternal. Untuk tujuan tersebut penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa 33 laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dari tahun 2007-2009
pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan purposive
sampling dengan teknik judgement sampling. Dalam pengujian data, penelitian ini
menggunakan model regresi logistik dengan menggunakan bantuan software
komputer untuk statistik SPSS versi 17.0. Untuk menganalisis data, dilakukan uji
hipotesis dengan uji wald (uji t secara parsial) dan uji omnibus (uji F secara
simultan) dengan tingkat signifikansi 0,05.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara parsial dan simultan bahwa
biaya politis, komite audit dan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit yang
dibayarkan perusahaan kepada auditor eksternal.
Kata kunci: Biaya Politis, Komite Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Biaya
Audit dan Pengungkapan Sukarela
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin penulis panjatkan puji syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, hidayah serta kasih sayangNya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Tak lupa juga shalawat serta salam senantiasa teriirng kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang selalu memberikan syafa’at
pada umatnya, semoga beliau serta keluarga dan sahabatnya selalu berada dalam
rahmat Allah SWT. Semoga kita selalu berada di dalam keridhaan-Nya.
Terselesaikannya skripsi ini adalah merupakan nikmat yang telah Allah
berikan kepada penulis. Penulis menyadari, bahwa selama penyusunan skripsi ini
hingga selesai tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan dukungan secara moril dan
materil, serta segala doa yang telah mereka panjatkan untuk penulis. Terima
kasih dariku yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah diberikan. Tidak
lupa juga kepada adik-adikku tersayang (Senda Rahmania & Sinta Nuriyah)
serta keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis, semoga
Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus selaku
dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk
yang sangat membantu bagi penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, masukan, bimbingan serta doa kepada penulis dengan sabar dan
ikhlas, terima kasih yang sebesar mungkin untuk ibu Rini.
4. Ibu Rahmawati, SE., MM. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama dosen-dosen Jurusan
Akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
seluruh ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
7. Muhammad Sholihin Eka Putranto (Anang), terima kasih untuk selalu siap
menghapus
kejenuhan,
membawa
keceriaan
dan
kesabaran
selama
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan dukungan yang selalu
kamu berikan untuk aku, sayang.
8. Sahabat tersayang, Karina Miraceti, Ruriana Ulfa, Taufika Ramadhani,
Clarissa Pramartha, terima kasih kalian benar-benar sahabat yang terbaik
yang pernah aku miliki. Terima kasih untuk segala hal yang selalu kalian
berikan untukku. Tidak lupa untuk teman-teman Akuntansi C dan Pajak A
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungannya,
semoga kalian semua sukses, Amin.
9. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak.
Selain itu penulis dengan terbuka selalu menerima saran dan kritik yang
membangun terkait dengan penulisan dan pengembangan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pendidikan akuntansi. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup.....................................................................
i
Abstract.............................................................................................
ii
Abstrak..............................................................................................
iii
Kata Pengantar.................................................................................
iv
Daftar Isi…………………………………………………………....
vi
Daftar Tabel………………………………………………………..
ix
Daftar Gambar………………………………………………….....
x
Daftar Lampiran…………….……………………………………..
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian…..……...……………
1
B. Perumusan Masalah.……………..……………...
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................
8
1. Tujuan Penelitian……………………………….
8
2. Manfaat Penelitian...……………………………
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………...……………………
11
1. Hakikat Auditing....…...…..…………...............
11
2. Jenis Audit.......................………………………
13
3. Jenis Auditor .......................................................
16
4. Struktur Kantor Akuntan Publik .........................
20
5. Aktivitas Kantor Akuntan Publik ........................
22
6. Standar Profesi Akuntan Publik ......…………....
25
B. Pengungkapan Sukarela atas Biaya Audit ..………...
29
C. Biaya Politis (Political Cost) ..................……………
33
D. Tata Komite Audit (Audit Committe Governance) ....
34
1. Sejarah Komite Audit di Dunia ..........................
34
2. Sejarah Komite Audit di Indonesia ....................
37
3. Tujuan dan Manfaat Komite Audit ....................
38
4. Peran dan Tanggung Jawab Komite Audit..........
40
5. Struktur Komite Audit ........................................
43
6. Pertemuan Komite Audit ....................................
45
7. Hubungan Kerja Komite Audit dan Auditor Eksternal 47
E. Ukuran Kantor Akuntan Publik (Audit Firm Size) ....
48
1. Hubungan KAP Terhadap Pengungkapan ..........
50
2. Sejarah The Big Four Auditor .............................
50
F. Penelitian Terdahulu ..................................................
52
G. Keterkaitan Antar Variabel ........................................
53
H. Kerangka Pemikiran ..................................................
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…....…………………….
58
B. Metode Penentuan Sampel………………………….
58
C. Metode Pengumpulan Data...…….…………………
59
1. Penelitian Pustaka .......………………………….
59
2. Penelitian Lapangan ...…………………………. .
59
D. Metode Analisis Data .…………………..…………..
60
1. Analisis Regresi Logistik Binary………………...
60
2. Definisi Regresi Logistik………………………...
61
3. Menilai Kelayakan Model Regresi……….............
61
4. Menilai Model Fit………..………….……………
62
5. Goodness of Fit Model (R2)…………….………..
62
6. Koefisien Cox and Snell R Squared……………...
63
7. Uji Wald……………..……………………………
64
8. Pengujian Hipotesis…………………..……………
64
9. Omnibus Tests…....………………..………………
65
E. Operasional Variabel Penelitian…......…………........
66
1. Variabel Dependen……………………...……….
66
2. Variabel Independen………………...…………. .
66
3. Variabel dan Pengukuran………………………...
69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Deskripsi Populasi Penelitian……………….……….....
71
B. Analisis dan Pembahasan....……….……………………
72
1. Analisis Data……………….……………………….
72
2. Omnibus tests of Model Coefficients……………....
72
3. Model Summary (Koefisien Determinasi)………….
73
4. Uji Goodness of Fit…………………………………
75
5. Uji Wald…………………………………………….
75
6. Koefisien Regresi……………………………………
78
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan………………………………………………
81
B. Implikasi…………………………………………………
82
C. Saran……………………………………………………..
84
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
86
LAMPIRAN.............................................................................................
88
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Penelitian Terdahulu .....................................................................
52
3.1
Variabel dan Pengukuran...............................................................
69
4.1
Daftar Pemilihan Sampel...............................................................
71
4.2
Omnibus tests of Model Coefficients.............................................
73
4.3
Model Summary.............................................................................
74
4.4
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test..........................................
75
4.5
Hasil Uji Wald................................................................................ 76
DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
Keterangan
Hal
Bagan Kerangka Pemikiran............................................................. 57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Keterangan
Hal
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2007 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2006 ............. 89
2
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2008 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2007 ............. 90
3
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2009 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2008............. 91
4 Hasil Pengolahan Data SPSS........................................................... 92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berubahnya lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia
usaha. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi
untuk
dapat
lebih
transparan
dalam
mengungkapkan
informasi
perusahaannya, sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan
dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah.
Profesi akuntansi sebagai penyedia informasi bisnis tidak dapat
melepaskan diri dari perkembangan perekonomian yang terjadi di berbagai
belahan dunia. Semakin besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan
perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun
untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi. Dalam hubungannya dengan
pengujian informasi keuangan untuk pihak luar, profesi akuntansi perlu
mengatur cara-cara pengujian informasi keuangan suatu badan usaha dan
memberi jasa audit untuk menentukan kewajaran laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen.
Eksternal auditor adalah profesi audit yang melakukan audit atas
laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi
lainnya. Eksternal auditor ini mempunyai independensi dari perusahaan
yang diaudit. Menurut DeAngelo dalam Halim, Yonathan (2005)
menyatakan bahwa audit fee (biaya audit) merupakan pendapatan yang
besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam
penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit
yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta
nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit.
Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan
keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka
untuk mengetahui kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana
informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung
pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang
bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan
diharapkan untuk lebih dapat transparan dalam mengungkapkan informasi
keuangan perusahaannya, sehingga dapat membantu para pengambil
keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam
mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah.
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary diclosure) (Darrough, 1993 dalam
Luciana dan Ikka Retrinasari, 2007). Penggungkapan wajib merupakan
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang
berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah
Indonesia
melalui
keputusan
ketua
BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela
merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan
informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut
peraturan mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam
ini dimungkinkan.
Didasarkan pada gagasan bahwa independensi auditor sangat penting
untuk melakukan audit yang berkualitas tinggi dan jumlah biaya yang
dibayarkan kepada auditor untuk layanan audit dan non-audit dapat
merusak independensi auditor. Menurut Markelevich, Ariel et al. (2005),
pada bulan November 2000, SEC mengeluarkan instruksi yang
mewajibkan perusahaan publik untuk mengungkapkan biaya audit dan
biaya non-audit lainnya yang telah dibayarkan kepada auditor eksternal.
Menurut Bedard et al. (2010), mulai tahun 2000, SEC mewajibkan
perusahaan publik untuk mengungkapkan beban yang dibayarkan kepada
perusahaan audit (KAP) untuk mengaudit laporan keuangan dan jasa.
Eduardo Marcelo and Tao Zhang (2008) juga menyatakan bahwa pada
November tahun 2000, SEC menyetujui peraturan baru mengenai
independensi auditor yang mengharuskan perusahaan publik untuk
mengungkapkan jumlah biaya yang telah dibayarkan kepada auditor
eksternal.
Peraturan-peraturan pengungkapan berlaku efektif untuk laporan
proxy yang diajukan setelah 5 Februari 2001 (SEC Final Rule S7-13-00
dalam Markelevich, Ariel et al., 2005). Setelah Sarbanes-Oxley Act
(SOA), SEC memperluas persyaratan pengungkapan yang memerlukan
rincian atas biaya yang dibayarkan kepada auditor dalam beberapa
kategori, yaitu (1) biaya audit; (2) biaya yang berhubungan dengan audit;
(3) biaya pajak; dan (4) semua biaya lainnya yang berhubungan dengan
audit. Salah satu perubahan yang lebih signifikan menurut pedoman yang
diperluas adalah perubahan dalam bagaimana biaya audit didefinisikan.
Peraturan awal diadopsi oleh SEC yang ditujukan bagi perusahaan mulai
tahun 2000 untuk mengungkapkan biaya yang dibayarkan atas audit dan
review triwulan dalam kategori biaya audit. Aturan tersebut diperluas lagi
bahwa perusahaan harus menyertakan fee (biaya) apapun untuk jasa yang
dilakukan dalam memenuhi tanggung jawab akuntan. Selain itu,
perusahaan audit/Kantor Akuntan Publik (KAP) mulai tahun 2000 dilarang
memberikan layanan seperti implementasi sistem informasi keuangan dan
desain, audit internal, dan sejumlah layanan lainnya.
Sebelum tahun 2003, pengungkapan terpisah untuk biaya audit yang
dibayarkan kepada auditor tidak diharuskan. Namun, beberapa perusahaan
yang terdaftar di SEC secara sukarela memberikan informasi ini di dalam
laporan keuangannya (Bedard et al., 2010:60).
Peneliti membangun penelitian Omer et al. (2006) kedalam beberapa
cara. Pertama, peneliti menentukan keputusan pengungkapan pembayaran
biaya audit dengan mempelajari peran tata kelola perusahaan. Secara
khusus, peneliti menguji apakah pengungkapan sukarela dari biaya audit
relatif bergantung pada kekuatan dua pihak dalam struktur tata kelola
perusahaan yang berpengaruh dalam keputusan yang diungkap oleh
perusahaan (yaitu Komite Audit dan perusahaan audit/KAP), dan
bagaimana struktur perusahaan mempengaruhi efek biaya politis dalam
penelitian ini. Komite audit dan auditor eksternal adalah dua peran yang
sangat penting dalam struktur tata kelola perusahaan (governance stucture
of firm), terutama yang berdampak pada kualitas laporan keuangan (Cohen
et al., 2004 dalam Bedard et al., 2010).
Kedua, peneliti mengangkat penelitian Omer et al. (2006) dengan
mempelajari pengaruh dari variabel biaya politis yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya, yang memperediksi bahwa semakin besar dan
semakin menguntungkannya perusahaan akan cenderung lebih kecil untuk
mengungkapkan biaya audit secara sukarela.
Dari sampel yang diambil dari beberapa perusahaan di Indonesia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), peneliti berharap dan
menemukan kemungkinan bahwa ada perusahaan yang mengungkapkan
biaya audit secara sukarela yang dibayarkan kepada auditor searah dengan
tingginya faktor biaya politis terkait adanya kenaikan terhadap
pengungkapan biaya jasa audit dan jasa non-audit yang terjadi pada
sampel perusahaan yang terdaftar di NYSE menurut penelitian yang
dilakukan oleh Bedard et al. (2010).
Periode 2000-2003, ketika pengungkapan terpisah untuk biaya audit
dan jasa non-audit lainnya yang dibayarkan kepada auditor eksternal
sebuah perusahaan yang terdaftar di NYSE diungkapkan secara sukarela,
menunjukkan waktu yang penting dalam industri audit dan jasa non-audit
seperti jasa konsultasi pajak (Bedard et al., 2010). Pemerintah Amerika
membahas kemungkinan adanya larangan jasa non-audit secara umum
atau jasa konsultasi pajak pada khususnya. Penyediaan bersamaan antara
jasa audit dan jasa konsultasi pajak oleh auditor penuh dengan
kompleksitas karena hal tersebut memiliki dampak positif dan negatif. Di
sisi positif, penyediaan gabungan jasa audit dan jasa konsultasi pajak dapat
memberikan efisiensi dan spillovers knowledge (aliran pengetahuan) yang
diperoleh dengan hanya memiliki satu KAP yang melayani peran ganda
(Simunic 1984; Beck et al., 1998 dalam Bedard et al., 2010). Namun, di
sisi negatif, penyediaan pelayanan secara gabungan dapat membahayakan
independensi auditor dan akibatnya berdampak pada kualitas hasil audit.
Oleh karena itu, keputusan untuk mengungkapkan biaya pajak secara
sukarela menjadi penting bagi banyak perusahaan karena tingginya tingkat
pengawasan terkait dengan tingginya kontroversi mengenai tax shelter
(penyediaan bersamaan antara jasa audit dan jasa non-audit).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena cukup penting apakah peraturan dari SEC yang
mewajibkan perusahaan publik yang terdaftar untuk mengungkapkan
beban yang dibayarkan kepada KAP untuk mengaudit laporan keuangan
dan jasa juga diimplementasikan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI.
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan sukarela atas biaya audit pada perusahaan
Indonesia yang terdatar di BEI. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Voluntary Disclosure (Pengungkapan Sukarela) atas Biaya Audit
Yang Diberikan oleh Auditor Eksternal”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakukann oleh Bedard et al. (2010). Perbedaan ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI untuk tahun 20072009, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari
perusahaan yang terdaftar di NYSE untuk tahun 2002-2003.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah biaya politis (political cost) berpengaruh signifikan terhadap
keputusaan pengungkapan sukarela atas biaya audit?
2. Apakah tata komite audit (audit committee governance) berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya
audit?
3. Apakah ukuran KAP (audit firm size) berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit?
4. Apakah biaya politis, tata komite audit dan ukuran KAP berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela atas
biaya audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh biaya politis terhadap keputusan
pengungkapan sukarela atas biaya audit.
b. Untuk menganalisis pengaruh tata komite audit (audit committee
governance) terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya
audit.
c. Untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP (audit firm size) terhadap
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit.
d. Untuk menganalisis pengaruh biaya politis, tata komite audit dan
ukuran KAP berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela atas biaya audit.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Kontribusi Teoritis
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing,
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pengungkapan
sukarela atas biaya audit.
b. Kontribusi Praktis
1) Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik
dampak biaya politis seperti perusahaan yang terdaftar di NYSE
pada pengungkapan sukarela atas biaya audit yang diperburuk pada
perusahaan dengan komite audit yang lebih kuat, menyiratkan
bahwa perusahaan-perusahaan lebih cenderung untuk menimbang
antara
biaya
dan
keuntungan
yang
akan
diperoleh
dari
pengungkapan tersebut.
2) Akuntan Publik
Menambah pengetahuan auditor mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan sukarela atas biaya audit sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya prosedur audit yang
ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
untuk meningkatkan kualitas audit, dan sebagai pedoman bagi
auditor
untuk
tetap
memelihara
profesionalisme
dan
independensinya.
3) Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)
Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien
dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan
keuangan klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang
telah dihasilkan oleh auditor independen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakekat Auditing
Auditing menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:4) adalah sebagai
berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC
(A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi
tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan”.
Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi dan sejumlah standar (kriteria) yang dapat digunakan sebagai
pegangan pengevaluasian informasi tersebut. Agar dapat diverifikasi,
informasi harus dapat diukur. Informasi yang dapat diukur memiliki
berbagai bentuk, seperti mengaudit laporan keuangan perusahaan, jumlah
waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk menyelesaikan tugas,
total biaya kontrak kostruksi pemerintah, dan surat pemberitahuan pajak
penghasilan (SPT PPh) perseorangan.
Kriteria
untuk
mengevaluasi
informasi
kuantitatif
beragam.
Misalnya, dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan
publik, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut berarti bahwa dalam audit atas laporan keuangan,
kantor akuntan publik menentukan apakah laporan keuangan telah disusun
dan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Sedangkan dalam audit atas SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) PPh
Badan oleh Direktorat Jendral Pajak, kriteria yang digunakan adalah
aturan-aturan pelaksanaannya, bukan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kriteria yang digunakan dalam suatu audit akan tergantung pada
tujuan audit yang bersangkutan.
Setiap kali audit dilakukan lingkup tanggung jawab auditor harus
jelas, terutama mengenai penetapan entitas ekonomi dan periode waktu
yang diaudit. Entitas ekonomi dimaksud seringkali merupakan satuan
legal. Tetapi dalam kondisi tertentu, satuan bisa berbentuk divisi,
departemen atau bahkan seorang manusia. Periode waktu yang diaudit
umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu bulan, satu kuartal,
beberapa tahun, dan dalam beberapa kasus tertentu, seluruh usia entitas
ekonomi yang bersangkutan.
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang
dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor
harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila
tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan
tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil
keputusan haruslah tidak bias. Independensi merupakan tujuan yang harus
selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu.
2. Jenis Audit
Jenis audit terbagi atas tiga, yaitu audit laporan keuangan, audit
operasional, dan audit keuangan (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:13):
a) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan secata
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam
pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan
tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok berbeda untuk
maksud yang berbeda. Oleh karena itu, jauh lebih efisien
mempekerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat
kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada
membiatkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri.
b) Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Karena lingkup evaluasi
efektivitas operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan
ciri pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu
organisasi, bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah
menggunakan
informasi
yang
tepat
dan
mencukupi
dalam
pengambilan keputusan pembelian aktiva tetap yang baru, sedang
dalam organisasi yang berbeda mungkin akan mengevaluasi efisiensi
administrasi penjualan. Dalam audit profesional, tinjauan yang
dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga
meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan komputer,
metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang lain yang sesuai
dengan keahlian auditor.
Pelaksanaan audit operasional dan hasil yang dilaporkan lebih sulit
untuk didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan
efektifitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya
secara objektif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan
untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cenderung
subyektif. Pada praktiknya, auditor operasional cenderung memberikan
saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan
prestasi kerja yang sekarang. Auditor operasional merupakan
konsultasi manajemen daripada audit.
c) Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien)
telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan
pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada
perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana
akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian
dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian
dengan bank atau kreditor lain utuk memastikan bahwa perusahaan
tersebut telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Dalam audit
atas badan-badan pemerintah makin banyak audit ketaatan yang
dilakukan oleh karena banyaknya aturan yang dibuat oleh pihak yang
berwenang. Di hampir semua organisasi swasta dan nirlaba, selalu
terdapat kebijakan khusus, perjanjian, dan kewajiban hukum yang
membutuhkan suatu audit ketaatan.
Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi
kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan perusahaan adalah
pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, mereka serung memperkerjakan
auditor untuk melakukan tugas itu. Tetapi terdapat beberapa
pengecualian, misalnya dalam hal perjanjian yang melibatkan dua
pihak atau lebih. Apabila suatu pihak hendak memastikan apakah
pihak lain benar-benar menaati perjanjian sesuai ketentuan yang
berlaku, maka auditor akan dipekerjakan oleh organisasi yang
mengeluarkan ketentuan. Contoh dalam kasus ini adalah audit atas
seorang wajib pajak untuk memastikan apakah dia telah mematuhi
undang-undang perpajakan yang berlaku.
3. Jenis Auditor
Auditor merujuk pada seseorang yang melakukan audit. Dalam
praktiknya, sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Tipe yang umum
adalah akuntan publik terdaftar, auditor pemerintah, auditor pajak, serta
auditor internal (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:15):
a) Akuntan Publik Terdaftar
Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggung jawab
atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik
dan perusahaan besar lainnya. Penggunaan laporan keuangan yang
diaudit di Indonesia semakin banyak dilakukan sejalan dengan
semakin berkembangnya dunia usaha dan pasar modal. Umumnya
masyarakat menyebut kantor akuntan publik sebagai auditor atau
auditor independen, meskipun masih terdapat auditor-auditor lain
diluar akuntan publik terdaftar. Di Indonesia, penggunaan gelar
akuntan terdaftar diatur oleh undang-undang No. 34
tahun 1954.
Persyaratan menjadi seorang akuntan publik terdaftar di atur oleh
Menteri Keuangan, terakhir dengan keputusan No. 763 tahun 1986.
b) Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada
departemen-departemen pemerintah. Di Amerika Serikat sendiri
terdapat General Accounting Office (GAO).
Sebagian tugas-tugas BPKP tidak berbeda dengan tugas kantor
akuntan publik. Sebagian besar indormasi keuangan yang dibuat oleh
berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP. Disamping audit
atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali
melakukan evaluasi efisien dan efektivitas operasi berbagai program
pemerintah dan BUMN. Salah satu contoh adalah evaluasi pelaksanaan
komputerisasi suatu badan pemerintah. Dalam hal ini para auditor
dapat meninjau dan menganalisis segala aspek sistem komputerisasi
tersebut, tetapi penekanan utamanya adalah pada penilaian terhadap
kelayakan peralatan, efisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan
keluaran, serta hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan
layanan yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
c) Auditor Pajak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen
Keuangan RI, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan
perpajakan. Aparat pelaksana DJP di lapangan adalah KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikian Pajak
(Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggung
jawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan
perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya adalah audit ketaatan.
Pekerjaan audit untuk menilai ketaatan terhadap undang-undang
perpajakan sepertinya merupakan hal yang mudah, tetapi pada
kenyataannya tidak demikian. Undang-undang perpajakan merupakan
hal yang rumit dan seringkali ditafsirkan dengan berbagai cara.
Demikian juga dengan surat pemberitahuan pajak yang dapat berwujud
laporan yang sederhana dari seorang wajib pajak perorangan dan dapat
berupa laporan yang rumit dari sebuah perusahaan multinasional.
Selain itu, terdapat masalah yang berkaitan dengan pajak penghasilan,
pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak
pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM). Auditor yang
melibatkan diri dalam audit ini harus memiliki pengetahuan yang
mencukupi mengenai hal-hal tersebut.
d) Auditor Intern
Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah
bagi
pemerintah.
beranggotakan
Bagian
lebih
dari
audit
dari
seratus
suatu
orang
perusahaan
dan
bisa
biasanya
bertanggungjawab langsung kepada presiden direktur, direktur
eksekutif, atau kepada komite audit dari dewan atau komisaris. Pada
BUMN, auditor intern berada dibawah SPI (Satuan Pengawas Intern).
Tugas auditor intern tergantung pada atasannya. Ada bagian audit yang
hanya terdiri dari saru atau dua orang, yang sebagian besar tugasnya
melakukan audit ketaatan secara rutin. Bagian audit lainnya barangkali
berjumlah beberapa staf yang mempunyai tugas yang berbeda-beda,
termasuk juga hal-hal di luar akuntansi. Pada tahun-tahun terakhir,
banyak auditor intrn yang terlibat dalam kegiatan audit operasional.
Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada di
luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan
bawahan atasan seperti lainnya. Auditor intern wajib memberikan
informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Biasanya pihakpihak ekstern enggan memanfaatkan informasi dari auditor intern
karena independensinya yang terbatas. Keterbatasan independensi ini
merupakan perbedaan utama antara auditor intern dengan akuntan
publik.
4. Struktur Kantor Akuntan Publik
Karena tanggung jawab yang besar, merupakan hal penting bagi
tenaga ahli yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki
independensi dan kompetensi yang tinggi. Dengan adanya independensi,
mereka mampu menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai
laporan keuangan yang mereka audit. Dengan kompetensi yang
dimilikinya, mereka dapat melaksanakan audit dengan efisien dan efektif.
Para pembaca laporan keuangan yang merasa yakin akan independensi dan
kompetensi auditor akan memercayai pula laporan-laporan yang mereka
hasilkan. Karena banyaknya kantor akuntan publik yang beroperasi, adalah
mustahil bagi para pembaca untuk menilai independensi dan kemampuan
masing-masing. Karena itulah terdapat struktur kantor akuntan publik
yang dapat lebih mendorong, tetapi tidak menjamin, tercapainya kualitas
di atas.
Bentuk hukum suatu kantor akuntan publik dapat berupa perusahaan
perseorangan atau persekutuan. Di samping itu juga terdapat koperasi jasa
audit (KJA) yang memeberikan jasanya hanya kepada koperasi. Dalam
suatu perusahaan yang berbentuk persekutuan, beberapa akuntan publik
bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu
atau rekan. Mereka memberikan pelayanan audit dan lain-lainnya kepada
pihak yang berminat. Biasanya, para rekan mempekerjakan tenaga-tenaga
profesional mereka untuk membantu mereka. Para asisten ini biasanya
adalah akuntan terdaftar, lulusan S1 jurusan akuntansi yang belum
mendapat gelar akuntan, mahasiswa jurusan akuntansi tahun terakhir, atau
lulusan D3 akuntansi. Dengan adanya entitas untuk menyelenggarakan
pelayanannya, maka faktor independensi dapat lebih terjamin karena
kecenderungan hubungan majikan-pekerja antara kantor akuntan publik
dan klien dapat terhindar. Selain itu, entitas tersendiri ini memungkinkan
terbentuknya kantor akuntan publik yang besar, sehingga penghasilannya
tidak akan tergantung pada salah satu klien saja yang bisa membahayakan
independensi kantor akuntan publik bersangkutan. Keahlian mereka pun
dapat lebih terjamin karena ada lebih banyak tenaga profesional dengan
keahlian yang berbeda yang tergabung dalam suatu entitas, sehingga
perusahaan itu dapat memberikan pelayanan profesional dan pendidikanpendidikan lanjutan yang mereka ikuti menjadi lebih bermanfaat.
Hirarki organisasi dalam suatu kantor akuntan publik dapat terdiri
dari rekan (partner), manajer, para penyelia (supervisor), senior atau
asisten. Karyawan-karyawan baru biasanya memulai karir sebagai asisten,
dan bertugas pada setiap jenjang kerja selama dua-tiga tahun pada setiap
tingkatan sebelum mencapai kedudukan sebagai rekan. Sebutan bagi
jabatan-jabatan tersebut berbeda pada satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Tetapi, strukturnya pada dasarnya sama.
5. Aktivitas Kantor Akuntan Publik
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:27), Kantor akuntan publik
melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu:
a) Jasa Atestasi
Jasa atestasi meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik
mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas
keandalan asersi tertulis yang telah dibuat dan ditanggungjawabi pihak
lain. Terdapat tiga jenis atestasi; audit laporan keuangan historis,
review laporan keuangan historis, dan jasa atestasi lainnya.
Audit atas laporan keuangan historis merupakan jenis jasa atestasi
yang paling dominan dari akntor akuntan publik. Pada kantor akuntan
publik besar, audit bisa mencapai 50 persen daro semua kegiatan yang
dilakukan. Dalam audit atas laporan keuangan historis, pihak lain yang
bertanggungjawab adalah klien yang membuat berbagai asersi di
dalam bentuk laporan keuangan yang diterbitkan. Laporan auditor
mengungkapkan pendapat (opini) mengenai sesuai tidaknya laporan
keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemakai
eksternal laporan keuangan menggunakan laporan auditor sebagai
petunjuk keandalan laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan.
Banyak perusahaan non publik menerbitkan laporan keuangan kepada
berbagai pemakai tetapi tidak bersedia membiayai audit atas laporan
tersebut. Dengan kondisi seperti itu, akuntan publik dapat membantu
mengadakan jasa review (review services). Audit dan review berbeda
alam hal luasnya pemeriksaan dan jamunan keakuratan yang diberikan.
Audit dilaksanakan dengan pemeriksaan berskala luas untuk
mengumpulkan bahan bukti yang memadai dalam rangka memberikan
jaminan yang tinggi atas keakuratan laporan keuangan, sementara
dalam review hal tersebut berlangsung dalam skala lebih kecil. Hasil
review auditor sering cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan
pemakai laporan keuangan dan honor audit untuk melaksanakan
review lebih rendah daripada jasa audit.
Banyak jenis jasa atestasi lain yang dilaksanakan auditor. Sekarang ini,
KAP yang lebih agresif telah mengembangkan jasa-jasa baru semacam
in secara besar-besaran. Beberapa contoh jasa dimaksud misalnya
atestasi atas laporan keuangan prospektif (prakiraan dan proyeksi),
data statistik atas hasil-hasil investasi untuk organisasi seperti reksa
dana, serta karakteristik perangkat lunak computer.
b) Jasa Perpajakan
Kantor akuntan publik menyusun surat pemberitahuan pajak (SPT)
pajak penghasilan dari perusahaan dan perseorangan, baik yang
merupakan klien audit maupun yang bukan. Disamping itu, kantor
akuntan publik juga memberikan jasa yang berhubungan dengan pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan
barang mewah (PPnBM), perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan
lainnya. Sekarang ini, hampir semua kantor akuntan publik dapat
memberikan jasa perpajakan, dan bagi kantor akuntan publik kecil
pelayanan semacam itu jauh lebih berperan daripada jasa audit.
Belakangan ini bahkan sejumlah kantor akuntan publik dipercaya oleh
Direktorat Jendral Pajak untuk melakukan verifikasi lapangan atas
PPN dan PPnBM.
c) Konsultasi Manajemen
Sebagian besar kantor akuntan publik memberikan jasa tertentu yang
memberi kemungkinan pada kliennya untuk meningkatkan efektifitas
operasinya. Jasa ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi
sederhana
mengenai
pembenahan
sistem
akuntansi
sampai
keikutsertaan dalam menyusun strategi pemasaran, pemanfaatan
instalasi komputer, dan konsultasi manfaat aktuaria. Sekarang ini
banyak kantor akuntan publik besar yang memiliki departemen khusus
untuk melayani konsultasi manajemen yang interaksinya kecil
terhadap jasa audit maupun konsultasi pajak.
d) Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Banyak klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan
pembuatan laporan keuangannya kepada kantor akuntan publik.
Sebagian klien kecil bahkan tidak mempunyai cukup karyawan untuk
mengerjakan buku besar dan ayat jurnalnya. Banyak kantor akuntan
publik kecil yang bersedia melakukan tugas-tugas pembukuan guna
memenuhi kebutuhan klien. Dalam banyak kasus dimana laporan
keuangan akan diberikan kepada pihak ketiga, review dan bahkan juga
audit harus dilakukan. Dalam hal tugasnya hanya terbatas pada
penyusunan laporan keuangan saja. KAP mengeluarkan laporan
kompilasi yang tidak memberikan jaminan apapun pada pihak ketiga.
6. Standar Profesi Akuntan Publik
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001) disebutkan ada 6
tipe standar yang dikodifikasikan, yaitu:
a. Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan
historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam
standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan danpanduan utama yang
harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
kepatuhan terhadap Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan oleh
Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota IAI yang berpraktik
sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam Persyaratan Standar Auditing
adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuanketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian
IPSA memberikanjawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA. Tafsiran resmi
ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang
berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib
(mandatory).
b. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi
VOLUNTARY DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA)
ATAS BIAYA AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA
AUDITOR EKSTERNAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Firda Amalia
NIM: 107082003327
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN VOLUNTARY
DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA) ATAS BIAYA AUDIT YANG
DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR EKSTERNAL
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Firda Amalia
NIM: 107082003327
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid,MS.
Rini,SE.,Ak.,M.Si.
NIP: 195706171985031002
NIP: 197603152005012002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
Hari ini Senin Tanggal empat belas Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Firda Amalia NIM: 107082003327
dengan judul Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN VOLUNTARY DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA)
ATAS BIAYA AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR
EKSTERNAL”. Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji II
Rini, SE., Ak., M.Si
Penguji III
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji I
Hari ini Rabu Tanggal dua puluh tiga Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah
dilakukan Sidang Skripsi atas nama Firda Amalia NIM: 107082003327 dengan
judul Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
VOLUNTARY DISCOSURE (PENGUNGKAPAN SUKARELA) ATAS BIAYA
AUDIT YANG DIBAYARKAN KEPADA AUDITOR EKSTERNAL”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Pembimbing I
Rini, SE., Ak., M.Si
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Ketua
Rahmawati, SE., MM
Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA
Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Firda Amalia
NIM
: 107082003327
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap
gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Maret 2011
Firda Amalia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Firda Amalia
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 2 Juli 1990
3. Alamat
Srengseng
: Kp. Kalibata No.37 Rt.06/08
Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan
12640
No. Telepon : 085711867121
4. Email
II.
: [email protected]
PENDIDIKAN
1. SD Islam Al-Hidayah Jakarta
:
2. MTS Negeri 4 Jakarta
:
3. SMA Negeri 97 Jakarta
: 2004-2007
4. Universitas Islam Negeri
: 2007-2011
Syarif Hidayatullah Jakarta
Factors Affecting the Decision of the Voluntary Disclosure of Audit Costs Paid
To External Auditor
ABSTRACT
This study aims to examine the factors that influence the decision of the
voluntary disclosure of audit fees paid to external auditors. For the purpose of
this study uses secondary data in the form of 33 annual reports of companies that
have been audited from 2007-2009 on the Indonesia Stock Exchange (BEI).
Samples were selected by using purposive sampling with sampling judgment
techniques. In the test data, this study uses logistic regression model with the help
of computer software for statistical SPSS version 17.0. To analyze the data, the
hypothesis tested by Wald test (t test partially) and the omnibus test (F test
simultaneously) with a significance level of 0.05.
The results of this study show that partial and simultaneous political costs,
audit committee and a public accounting firm size does not significantly influence
decisions on voluntary disclosure of audit fees paid to the company's external
auditors.
Keywords: Political Costs, Audit Committee, the Public Accounting Firm Size,
Fee Audit and Voluntary Disclosure
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengungkapan Sukarela atas
Biaya Audit yang Dibayarkan Kepada Auditor Eksternal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit yang dibayarkan kepada
auditor eksternal. Untuk tujuan tersebut penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa 33 laporan tahunan perusahaan yang telah diaudit dari tahun 2007-2009
pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan purposive
sampling dengan teknik judgement sampling. Dalam pengujian data, penelitian ini
menggunakan model regresi logistik dengan menggunakan bantuan software
komputer untuk statistik SPSS versi 17.0. Untuk menganalisis data, dilakukan uji
hipotesis dengan uji wald (uji t secara parsial) dan uji omnibus (uji F secara
simultan) dengan tingkat signifikansi 0,05.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara parsial dan simultan bahwa
biaya politis, komite audit dan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit yang
dibayarkan perusahaan kepada auditor eksternal.
Kata kunci: Biaya Politis, Komite Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Biaya
Audit dan Pengungkapan Sukarela
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin penulis panjatkan puji syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, hidayah serta kasih sayangNya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Tak lupa juga shalawat serta salam senantiasa teriirng kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang selalu memberikan syafa’at
pada umatnya, semoga beliau serta keluarga dan sahabatnya selalu berada dalam
rahmat Allah SWT. Semoga kita selalu berada di dalam keridhaan-Nya.
Terselesaikannya skripsi ini adalah merupakan nikmat yang telah Allah
berikan kepada penulis. Penulis menyadari, bahwa selama penyusunan skripsi ini
hingga selesai tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan dukungan secara moril dan
materil, serta segala doa yang telah mereka panjatkan untuk penulis. Terima
kasih dariku yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah diberikan. Tidak
lupa juga kepada adik-adikku tersayang (Senda Rahmania & Sinta Nuriyah)
serta keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis, semoga
Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus selaku
dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk
yang sangat membantu bagi penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, masukan, bimbingan serta doa kepada penulis dengan sabar dan
ikhlas, terima kasih yang sebesar mungkin untuk ibu Rini.
4. Ibu Rahmawati, SE., MM. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama dosen-dosen Jurusan
Akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk
seluruh ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
7. Muhammad Sholihin Eka Putranto (Anang), terima kasih untuk selalu siap
menghapus
kejenuhan,
membawa
keceriaan
dan
kesabaran
selama
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan dukungan yang selalu
kamu berikan untuk aku, sayang.
8. Sahabat tersayang, Karina Miraceti, Ruriana Ulfa, Taufika Ramadhani,
Clarissa Pramartha, terima kasih kalian benar-benar sahabat yang terbaik
yang pernah aku miliki. Terima kasih untuk segala hal yang selalu kalian
berikan untukku. Tidak lupa untuk teman-teman Akuntansi C dan Pajak A
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungannya,
semoga kalian semua sukses, Amin.
9. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak.
Selain itu penulis dengan terbuka selalu menerima saran dan kritik yang
membangun terkait dengan penulisan dan pengembangan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pendidikan akuntansi. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Riwayat Hidup.....................................................................
i
Abstract.............................................................................................
ii
Abstrak..............................................................................................
iii
Kata Pengantar.................................................................................
iv
Daftar Isi…………………………………………………………....
vi
Daftar Tabel………………………………………………………..
ix
Daftar Gambar………………………………………………….....
x
Daftar Lampiran…………….……………………………………..
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian…..……...……………
1
B. Perumusan Masalah.……………..……………...
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................
8
1. Tujuan Penelitian……………………………….
8
2. Manfaat Penelitian...……………………………
8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………...……………………
11
1. Hakikat Auditing....…...…..…………...............
11
2. Jenis Audit.......................………………………
13
3. Jenis Auditor .......................................................
16
4. Struktur Kantor Akuntan Publik .........................
20
5. Aktivitas Kantor Akuntan Publik ........................
22
6. Standar Profesi Akuntan Publik ......…………....
25
B. Pengungkapan Sukarela atas Biaya Audit ..………...
29
C. Biaya Politis (Political Cost) ..................……………
33
D. Tata Komite Audit (Audit Committe Governance) ....
34
1. Sejarah Komite Audit di Dunia ..........................
34
2. Sejarah Komite Audit di Indonesia ....................
37
3. Tujuan dan Manfaat Komite Audit ....................
38
4. Peran dan Tanggung Jawab Komite Audit..........
40
5. Struktur Komite Audit ........................................
43
6. Pertemuan Komite Audit ....................................
45
7. Hubungan Kerja Komite Audit dan Auditor Eksternal 47
E. Ukuran Kantor Akuntan Publik (Audit Firm Size) ....
48
1. Hubungan KAP Terhadap Pengungkapan ..........
50
2. Sejarah The Big Four Auditor .............................
50
F. Penelitian Terdahulu ..................................................
52
G. Keterkaitan Antar Variabel ........................................
53
H. Kerangka Pemikiran ..................................................
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…....…………………….
58
B. Metode Penentuan Sampel………………………….
58
C. Metode Pengumpulan Data...…….…………………
59
1. Penelitian Pustaka .......………………………….
59
2. Penelitian Lapangan ...…………………………. .
59
D. Metode Analisis Data .…………………..…………..
60
1. Analisis Regresi Logistik Binary………………...
60
2. Definisi Regresi Logistik………………………...
61
3. Menilai Kelayakan Model Regresi……….............
61
4. Menilai Model Fit………..………….……………
62
5. Goodness of Fit Model (R2)…………….………..
62
6. Koefisien Cox and Snell R Squared……………...
63
7. Uji Wald……………..……………………………
64
8. Pengujian Hipotesis…………………..……………
64
9. Omnibus Tests…....………………..………………
65
E. Operasional Variabel Penelitian…......…………........
66
1. Variabel Dependen……………………...……….
66
2. Variabel Independen………………...…………. .
66
3. Variabel dan Pengukuran………………………...
69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Deskripsi Populasi Penelitian……………….……….....
71
B. Analisis dan Pembahasan....……….……………………
72
1. Analisis Data……………….……………………….
72
2. Omnibus tests of Model Coefficients……………....
72
3. Model Summary (Koefisien Determinasi)………….
73
4. Uji Goodness of Fit…………………………………
75
5. Uji Wald…………………………………………….
75
6. Koefisien Regresi……………………………………
78
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan………………………………………………
81
B. Implikasi…………………………………………………
82
C. Saran……………………………………………………..
84
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
86
LAMPIRAN.............................................................................................
88
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Penelitian Terdahulu .....................................................................
52
3.1
Variabel dan Pengukuran...............................................................
69
4.1
Daftar Pemilihan Sampel...............................................................
71
4.2
Omnibus tests of Model Coefficients.............................................
73
4.3
Model Summary.............................................................................
74
4.4
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test..........................................
75
4.5
Hasil Uji Wald................................................................................ 76
DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
Keterangan
Hal
Bagan Kerangka Pemikiran............................................................. 57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Keterangan
Hal
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2007 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2006 ............. 89
2
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2008 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2007 ............. 90
3
Daftar Ukuran Perusahaan , Profitabilitas, ACSize, ACMeet,
dan Ukuran KAP pada perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2009 yang mengungkapkan biaya audit tahun 2008............. 91
4 Hasil Pengolahan Data SPSS........................................................... 92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berubahnya lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia
usaha. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi
untuk
dapat
lebih
transparan
dalam
mengungkapkan
informasi
perusahaannya, sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan
dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah.
Profesi akuntansi sebagai penyedia informasi bisnis tidak dapat
melepaskan diri dari perkembangan perekonomian yang terjadi di berbagai
belahan dunia. Semakin besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan
perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun
untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi. Dalam hubungannya dengan
pengujian informasi keuangan untuk pihak luar, profesi akuntansi perlu
mengatur cara-cara pengujian informasi keuangan suatu badan usaha dan
memberi jasa audit untuk menentukan kewajaran laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen.
Eksternal auditor adalah profesi audit yang melakukan audit atas
laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi
lainnya. Eksternal auditor ini mempunyai independensi dari perusahaan
yang diaudit. Menurut DeAngelo dalam Halim, Yonathan (2005)
menyatakan bahwa audit fee (biaya audit) merupakan pendapatan yang
besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam
penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit
yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta
nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit.
Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan
keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka
untuk mengetahui kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana
informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung
pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang
bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan
diharapkan untuk lebih dapat transparan dalam mengungkapkan informasi
keuangan perusahaannya, sehingga dapat membantu para pengambil
keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam
mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah.
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary diclosure) (Darrough, 1993 dalam
Luciana dan Ikka Retrinasari, 2007). Penggungkapan wajib merupakan
pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang
berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah
Indonesia
melalui
keputusan
ketua
BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela
merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan
informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut
peraturan mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam
ini dimungkinkan.
Didasarkan pada gagasan bahwa independensi auditor sangat penting
untuk melakukan audit yang berkualitas tinggi dan jumlah biaya yang
dibayarkan kepada auditor untuk layanan audit dan non-audit dapat
merusak independensi auditor. Menurut Markelevich, Ariel et al. (2005),
pada bulan November 2000, SEC mengeluarkan instruksi yang
mewajibkan perusahaan publik untuk mengungkapkan biaya audit dan
biaya non-audit lainnya yang telah dibayarkan kepada auditor eksternal.
Menurut Bedard et al. (2010), mulai tahun 2000, SEC mewajibkan
perusahaan publik untuk mengungkapkan beban yang dibayarkan kepada
perusahaan audit (KAP) untuk mengaudit laporan keuangan dan jasa.
Eduardo Marcelo and Tao Zhang (2008) juga menyatakan bahwa pada
November tahun 2000, SEC menyetujui peraturan baru mengenai
independensi auditor yang mengharuskan perusahaan publik untuk
mengungkapkan jumlah biaya yang telah dibayarkan kepada auditor
eksternal.
Peraturan-peraturan pengungkapan berlaku efektif untuk laporan
proxy yang diajukan setelah 5 Februari 2001 (SEC Final Rule S7-13-00
dalam Markelevich, Ariel et al., 2005). Setelah Sarbanes-Oxley Act
(SOA), SEC memperluas persyaratan pengungkapan yang memerlukan
rincian atas biaya yang dibayarkan kepada auditor dalam beberapa
kategori, yaitu (1) biaya audit; (2) biaya yang berhubungan dengan audit;
(3) biaya pajak; dan (4) semua biaya lainnya yang berhubungan dengan
audit. Salah satu perubahan yang lebih signifikan menurut pedoman yang
diperluas adalah perubahan dalam bagaimana biaya audit didefinisikan.
Peraturan awal diadopsi oleh SEC yang ditujukan bagi perusahaan mulai
tahun 2000 untuk mengungkapkan biaya yang dibayarkan atas audit dan
review triwulan dalam kategori biaya audit. Aturan tersebut diperluas lagi
bahwa perusahaan harus menyertakan fee (biaya) apapun untuk jasa yang
dilakukan dalam memenuhi tanggung jawab akuntan. Selain itu,
perusahaan audit/Kantor Akuntan Publik (KAP) mulai tahun 2000 dilarang
memberikan layanan seperti implementasi sistem informasi keuangan dan
desain, audit internal, dan sejumlah layanan lainnya.
Sebelum tahun 2003, pengungkapan terpisah untuk biaya audit yang
dibayarkan kepada auditor tidak diharuskan. Namun, beberapa perusahaan
yang terdaftar di SEC secara sukarela memberikan informasi ini di dalam
laporan keuangannya (Bedard et al., 2010:60).
Peneliti membangun penelitian Omer et al. (2006) kedalam beberapa
cara. Pertama, peneliti menentukan keputusan pengungkapan pembayaran
biaya audit dengan mempelajari peran tata kelola perusahaan. Secara
khusus, peneliti menguji apakah pengungkapan sukarela dari biaya audit
relatif bergantung pada kekuatan dua pihak dalam struktur tata kelola
perusahaan yang berpengaruh dalam keputusan yang diungkap oleh
perusahaan (yaitu Komite Audit dan perusahaan audit/KAP), dan
bagaimana struktur perusahaan mempengaruhi efek biaya politis dalam
penelitian ini. Komite audit dan auditor eksternal adalah dua peran yang
sangat penting dalam struktur tata kelola perusahaan (governance stucture
of firm), terutama yang berdampak pada kualitas laporan keuangan (Cohen
et al., 2004 dalam Bedard et al., 2010).
Kedua, peneliti mengangkat penelitian Omer et al. (2006) dengan
mempelajari pengaruh dari variabel biaya politis yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya, yang memperediksi bahwa semakin besar dan
semakin menguntungkannya perusahaan akan cenderung lebih kecil untuk
mengungkapkan biaya audit secara sukarela.
Dari sampel yang diambil dari beberapa perusahaan di Indonesia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), peneliti berharap dan
menemukan kemungkinan bahwa ada perusahaan yang mengungkapkan
biaya audit secara sukarela yang dibayarkan kepada auditor searah dengan
tingginya faktor biaya politis terkait adanya kenaikan terhadap
pengungkapan biaya jasa audit dan jasa non-audit yang terjadi pada
sampel perusahaan yang terdaftar di NYSE menurut penelitian yang
dilakukan oleh Bedard et al. (2010).
Periode 2000-2003, ketika pengungkapan terpisah untuk biaya audit
dan jasa non-audit lainnya yang dibayarkan kepada auditor eksternal
sebuah perusahaan yang terdaftar di NYSE diungkapkan secara sukarela,
menunjukkan waktu yang penting dalam industri audit dan jasa non-audit
seperti jasa konsultasi pajak (Bedard et al., 2010). Pemerintah Amerika
membahas kemungkinan adanya larangan jasa non-audit secara umum
atau jasa konsultasi pajak pada khususnya. Penyediaan bersamaan antara
jasa audit dan jasa konsultasi pajak oleh auditor penuh dengan
kompleksitas karena hal tersebut memiliki dampak positif dan negatif. Di
sisi positif, penyediaan gabungan jasa audit dan jasa konsultasi pajak dapat
memberikan efisiensi dan spillovers knowledge (aliran pengetahuan) yang
diperoleh dengan hanya memiliki satu KAP yang melayani peran ganda
(Simunic 1984; Beck et al., 1998 dalam Bedard et al., 2010). Namun, di
sisi negatif, penyediaan pelayanan secara gabungan dapat membahayakan
independensi auditor dan akibatnya berdampak pada kualitas hasil audit.
Oleh karena itu, keputusan untuk mengungkapkan biaya pajak secara
sukarela menjadi penting bagi banyak perusahaan karena tingginya tingkat
pengawasan terkait dengan tingginya kontroversi mengenai tax shelter
(penyediaan bersamaan antara jasa audit dan jasa non-audit).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena cukup penting apakah peraturan dari SEC yang
mewajibkan perusahaan publik yang terdaftar untuk mengungkapkan
beban yang dibayarkan kepada KAP untuk mengaudit laporan keuangan
dan jasa juga diimplementasikan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI.
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keputusan sukarela atas biaya audit pada perusahaan
Indonesia yang terdatar di BEI. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Voluntary Disclosure (Pengungkapan Sukarela) atas Biaya Audit
Yang Diberikan oleh Auditor Eksternal”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu
penelitian yang dilakukann oleh Bedard et al. (2010). Perbedaan ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI untuk tahun 20072009, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari
perusahaan yang terdaftar di NYSE untuk tahun 2002-2003.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah biaya politis (political cost) berpengaruh signifikan terhadap
keputusaan pengungkapan sukarela atas biaya audit?
2. Apakah tata komite audit (audit committee governance) berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya
audit?
3. Apakah ukuran KAP (audit firm size) berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit?
4. Apakah biaya politis, tata komite audit dan ukuran KAP berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap pengungkapan sukarela atas
biaya audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh biaya politis terhadap keputusan
pengungkapan sukarela atas biaya audit.
b. Untuk menganalisis pengaruh tata komite audit (audit committee
governance) terhadap keputusan pengungkapan sukarela atas biaya
audit.
c. Untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP (audit firm size) terhadap
keputusan pengungkapan sukarela atas biaya audit.
d. Untuk menganalisis pengaruh biaya politis, tata komite audit dan
ukuran KAP berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela atas biaya audit.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Kontribusi Teoritis
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing,
terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pengungkapan
sukarela atas biaya audit.
b. Kontribusi Praktis
1) Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik
dampak biaya politis seperti perusahaan yang terdaftar di NYSE
pada pengungkapan sukarela atas biaya audit yang diperburuk pada
perusahaan dengan komite audit yang lebih kuat, menyiratkan
bahwa perusahaan-perusahaan lebih cenderung untuk menimbang
antara
biaya
dan
keuntungan
yang
akan
diperoleh
dari
pengungkapan tersebut.
2) Akuntan Publik
Menambah pengetahuan auditor mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan sukarela atas biaya audit sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya prosedur audit yang
ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
untuk meningkatkan kualitas audit, dan sebagai pedoman bagi
auditor
untuk
tetap
memelihara
profesionalisme
dan
independensinya.
3) Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)
Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien
dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan
keuangan klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang
telah dihasilkan oleh auditor independen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakekat Auditing
Auditing menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:4) adalah sebagai
berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC
(A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi
tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan”.
Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi dan sejumlah standar (kriteria) yang dapat digunakan sebagai
pegangan pengevaluasian informasi tersebut. Agar dapat diverifikasi,
informasi harus dapat diukur. Informasi yang dapat diukur memiliki
berbagai bentuk, seperti mengaudit laporan keuangan perusahaan, jumlah
waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk menyelesaikan tugas,
total biaya kontrak kostruksi pemerintah, dan surat pemberitahuan pajak
penghasilan (SPT PPh) perseorangan.
Kriteria
untuk
mengevaluasi
informasi
kuantitatif
beragam.
Misalnya, dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan
publik, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut berarti bahwa dalam audit atas laporan keuangan,
kantor akuntan publik menentukan apakah laporan keuangan telah disusun
dan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Sedangkan dalam audit atas SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) PPh
Badan oleh Direktorat Jendral Pajak, kriteria yang digunakan adalah
aturan-aturan pelaksanaannya, bukan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kriteria yang digunakan dalam suatu audit akan tergantung pada
tujuan audit yang bersangkutan.
Setiap kali audit dilakukan lingkup tanggung jawab auditor harus
jelas, terutama mengenai penetapan entitas ekonomi dan periode waktu
yang diaudit. Entitas ekonomi dimaksud seringkali merupakan satuan
legal. Tetapi dalam kondisi tertentu, satuan bisa berbentuk divisi,
departemen atau bahkan seorang manusia. Periode waktu yang diaudit
umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu bulan, satu kuartal,
beberapa tahun, dan dalam beberapa kasus tertentu, seluruh usia entitas
ekonomi yang bersangkutan.
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang
dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor
harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila
tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan
tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil
keputusan haruslah tidak bias. Independensi merupakan tujuan yang harus
selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu.
2. Jenis Audit
Jenis audit terbagi atas tiga, yaitu audit laporan keuangan, audit
operasional, dan audit keuangan (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:13):
a) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan secata
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Umumnya, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam
pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan
tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok berbeda untuk
maksud yang berbeda. Oleh karena itu, jauh lebih efisien
mempekerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat
kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada
membiatkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri.
b) Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektivitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional,
auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Karena lingkup evaluasi
efektivitas operasi begitu luas, maka tidak mungkin untuk menentukan
ciri pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu
organisasi, bisa jadi auditor mengevaluasi apakah manajemen telah
menggunakan
informasi
yang
tepat
dan
mencukupi
dalam
pengambilan keputusan pembelian aktiva tetap yang baru, sedang
dalam organisasi yang berbeda mungkin akan mengevaluasi efisiensi
administrasi penjualan. Dalam audit profesional, tinjauan yang
dilakukan tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga
meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan komputer,
metode produksi, pemasaran, dan bidang-bidang lain yang sesuai
dengan keahlian auditor.
Pelaksanaan audit operasional dan hasil yang dilaporkan lebih sulit
untuk didefinisikan daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan
efektifitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya
secara objektif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan
untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cenderung
subyektif. Pada praktiknya, auditor operasional cenderung memberikan
saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan
prestasi kerja yang sekarang. Auditor operasional merupakan
konsultasi manajemen daripada audit.
c) Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien)
telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan
pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada
perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana
akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian
dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian
dengan bank atau kreditor lain utuk memastikan bahwa perusahaan
tersebut telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Dalam audit
atas badan-badan pemerintah makin banyak audit ketaatan yang
dilakukan oleh karena banyaknya aturan yang dibuat oleh pihak yang
berwenang. Di hampir semua organisasi swasta dan nirlaba, selalu
terdapat kebijakan khusus, perjanjian, dan kewajiban hukum yang
membutuhkan suatu audit ketaatan.
Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi
kepada pihak tertentu dalam organisasi. Pimpinan perusahaan adalah
pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, mereka serung memperkerjakan
auditor untuk melakukan tugas itu. Tetapi terdapat beberapa
pengecualian, misalnya dalam hal perjanjian yang melibatkan dua
pihak atau lebih. Apabila suatu pihak hendak memastikan apakah
pihak lain benar-benar menaati perjanjian sesuai ketentuan yang
berlaku, maka auditor akan dipekerjakan oleh organisasi yang
mengeluarkan ketentuan. Contoh dalam kasus ini adalah audit atas
seorang wajib pajak untuk memastikan apakah dia telah mematuhi
undang-undang perpajakan yang berlaku.
3. Jenis Auditor
Auditor merujuk pada seseorang yang melakukan audit. Dalam
praktiknya, sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Tipe yang umum
adalah akuntan publik terdaftar, auditor pemerintah, auditor pajak, serta
auditor internal (Arens, Elder, dan Beasley, 2010:15):
a) Akuntan Publik Terdaftar
Kantor akuntan publik sebagai auditor independen bertanggung jawab
atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik
dan perusahaan besar lainnya. Penggunaan laporan keuangan yang
diaudit di Indonesia semakin banyak dilakukan sejalan dengan
semakin berkembangnya dunia usaha dan pasar modal. Umumnya
masyarakat menyebut kantor akuntan publik sebagai auditor atau
auditor independen, meskipun masih terdapat auditor-auditor lain
diluar akuntan publik terdaftar. Di Indonesia, penggunaan gelar
akuntan terdaftar diatur oleh undang-undang No. 34
tahun 1954.
Persyaratan menjadi seorang akuntan publik terdaftar di atur oleh
Menteri Keuangan, terakhir dengan keputusan No. 763 tahun 1986.
b) Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada
departemen-departemen pemerintah. Di Amerika Serikat sendiri
terdapat General Accounting Office (GAO).
Sebagian tugas-tugas BPKP tidak berbeda dengan tugas kantor
akuntan publik. Sebagian besar indormasi keuangan yang dibuat oleh
berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP. Disamping audit
atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali
melakukan evaluasi efisien dan efektivitas operasi berbagai program
pemerintah dan BUMN. Salah satu contoh adalah evaluasi pelaksanaan
komputerisasi suatu badan pemerintah. Dalam hal ini para auditor
dapat meninjau dan menganalisis segala aspek sistem komputerisasi
tersebut, tetapi penekanan utamanya adalah pada penilaian terhadap
kelayakan peralatan, efisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan
keluaran, serta hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan
layanan yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
c) Auditor Pajak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen
Keuangan RI, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan
perpajakan. Aparat pelaksana DJP di lapangan adalah KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikian Pajak
(Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggung
jawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak
tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan
perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya adalah audit ketaatan.
Pekerjaan audit untuk menilai ketaatan terhadap undang-undang
perpajakan sepertinya merupakan hal yang mudah, tetapi pada
kenyataannya tidak demikian. Undang-undang perpajakan merupakan
hal yang rumit dan seringkali ditafsirkan dengan berbagai cara.
Demikian juga dengan surat pemberitahuan pajak yang dapat berwujud
laporan yang sederhana dari seorang wajib pajak perorangan dan dapat
berupa laporan yang rumit dari sebuah perusahaan multinasional.
Selain itu, terdapat masalah yang berkaitan dengan pajak penghasilan,
pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak
pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM). Auditor yang
melibatkan diri dalam audit ini harus memiliki pengetahuan yang
mencukupi mengenai hal-hal tersebut.
d) Auditor Intern
Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah
bagi
pemerintah.
beranggotakan
Bagian
lebih
dari
audit
dari
seratus
suatu
orang
perusahaan
dan
bisa
biasanya
bertanggungjawab langsung kepada presiden direktur, direktur
eksekutif, atau kepada komite audit dari dewan atau komisaris. Pada
BUMN, auditor intern berada dibawah SPI (Satuan Pengawas Intern).
Tugas auditor intern tergantung pada atasannya. Ada bagian audit yang
hanya terdiri dari saru atau dua orang, yang sebagian besar tugasnya
melakukan audit ketaatan secara rutin. Bagian audit lainnya barangkali
berjumlah beberapa staf yang mempunyai tugas yang berbeda-beda,
termasuk juga hal-hal di luar akuntansi. Pada tahun-tahun terakhir,
banyak auditor intrn yang terlibat dalam kegiatan audit operasional.
Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada di
luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan
bawahan atasan seperti lainnya. Auditor intern wajib memberikan
informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Biasanya pihakpihak ekstern enggan memanfaatkan informasi dari auditor intern
karena independensinya yang terbatas. Keterbatasan independensi ini
merupakan perbedaan utama antara auditor intern dengan akuntan
publik.
4. Struktur Kantor Akuntan Publik
Karena tanggung jawab yang besar, merupakan hal penting bagi
tenaga ahli yang bekerja di suatu kantor akuntan publik untuk memiliki
independensi dan kompetensi yang tinggi. Dengan adanya independensi,
mereka mampu menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai
laporan keuangan yang mereka audit. Dengan kompetensi yang
dimilikinya, mereka dapat melaksanakan audit dengan efisien dan efektif.
Para pembaca laporan keuangan yang merasa yakin akan independensi dan
kompetensi auditor akan memercayai pula laporan-laporan yang mereka
hasilkan. Karena banyaknya kantor akuntan publik yang beroperasi, adalah
mustahil bagi para pembaca untuk menilai independensi dan kemampuan
masing-masing. Karena itulah terdapat struktur kantor akuntan publik
yang dapat lebih mendorong, tetapi tidak menjamin, tercapainya kualitas
di atas.
Bentuk hukum suatu kantor akuntan publik dapat berupa perusahaan
perseorangan atau persekutuan. Di samping itu juga terdapat koperasi jasa
audit (KJA) yang memeberikan jasanya hanya kepada koperasi. Dalam
suatu perusahaan yang berbentuk persekutuan, beberapa akuntan publik
bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu
atau rekan. Mereka memberikan pelayanan audit dan lain-lainnya kepada
pihak yang berminat. Biasanya, para rekan mempekerjakan tenaga-tenaga
profesional mereka untuk membantu mereka. Para asisten ini biasanya
adalah akuntan terdaftar, lulusan S1 jurusan akuntansi yang belum
mendapat gelar akuntan, mahasiswa jurusan akuntansi tahun terakhir, atau
lulusan D3 akuntansi. Dengan adanya entitas untuk menyelenggarakan
pelayanannya, maka faktor independensi dapat lebih terjamin karena
kecenderungan hubungan majikan-pekerja antara kantor akuntan publik
dan klien dapat terhindar. Selain itu, entitas tersendiri ini memungkinkan
terbentuknya kantor akuntan publik yang besar, sehingga penghasilannya
tidak akan tergantung pada salah satu klien saja yang bisa membahayakan
independensi kantor akuntan publik bersangkutan. Keahlian mereka pun
dapat lebih terjamin karena ada lebih banyak tenaga profesional dengan
keahlian yang berbeda yang tergabung dalam suatu entitas, sehingga
perusahaan itu dapat memberikan pelayanan profesional dan pendidikanpendidikan lanjutan yang mereka ikuti menjadi lebih bermanfaat.
Hirarki organisasi dalam suatu kantor akuntan publik dapat terdiri
dari rekan (partner), manajer, para penyelia (supervisor), senior atau
asisten. Karyawan-karyawan baru biasanya memulai karir sebagai asisten,
dan bertugas pada setiap jenjang kerja selama dua-tiga tahun pada setiap
tingkatan sebelum mencapai kedudukan sebagai rekan. Sebutan bagi
jabatan-jabatan tersebut berbeda pada satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Tetapi, strukturnya pada dasarnya sama.
5. Aktivitas Kantor Akuntan Publik
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:27), Kantor akuntan publik
melaksanakan empat jenis jasa utama, yaitu:
a) Jasa Atestasi
Jasa atestasi meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik
mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas
keandalan asersi tertulis yang telah dibuat dan ditanggungjawabi pihak
lain. Terdapat tiga jenis atestasi; audit laporan keuangan historis,
review laporan keuangan historis, dan jasa atestasi lainnya.
Audit atas laporan keuangan historis merupakan jenis jasa atestasi
yang paling dominan dari akntor akuntan publik. Pada kantor akuntan
publik besar, audit bisa mencapai 50 persen daro semua kegiatan yang
dilakukan. Dalam audit atas laporan keuangan historis, pihak lain yang
bertanggungjawab adalah klien yang membuat berbagai asersi di
dalam bentuk laporan keuangan yang diterbitkan. Laporan auditor
mengungkapkan pendapat (opini) mengenai sesuai tidaknya laporan
keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemakai
eksternal laporan keuangan menggunakan laporan auditor sebagai
petunjuk keandalan laporan keuangan dalam rangka pengambilan
keputusan.
Banyak perusahaan non publik menerbitkan laporan keuangan kepada
berbagai pemakai tetapi tidak bersedia membiayai audit atas laporan
tersebut. Dengan kondisi seperti itu, akuntan publik dapat membantu
mengadakan jasa review (review services). Audit dan review berbeda
alam hal luasnya pemeriksaan dan jamunan keakuratan yang diberikan.
Audit dilaksanakan dengan pemeriksaan berskala luas untuk
mengumpulkan bahan bukti yang memadai dalam rangka memberikan
jaminan yang tinggi atas keakuratan laporan keuangan, sementara
dalam review hal tersebut berlangsung dalam skala lebih kecil. Hasil
review auditor sering cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan
pemakai laporan keuangan dan honor audit untuk melaksanakan
review lebih rendah daripada jasa audit.
Banyak jenis jasa atestasi lain yang dilaksanakan auditor. Sekarang ini,
KAP yang lebih agresif telah mengembangkan jasa-jasa baru semacam
in secara besar-besaran. Beberapa contoh jasa dimaksud misalnya
atestasi atas laporan keuangan prospektif (prakiraan dan proyeksi),
data statistik atas hasil-hasil investasi untuk organisasi seperti reksa
dana, serta karakteristik perangkat lunak computer.
b) Jasa Perpajakan
Kantor akuntan publik menyusun surat pemberitahuan pajak (SPT)
pajak penghasilan dari perusahaan dan perseorangan, baik yang
merupakan klien audit maupun yang bukan. Disamping itu, kantor
akuntan publik juga memberikan jasa yang berhubungan dengan pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan
barang mewah (PPnBM), perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan
lainnya. Sekarang ini, hampir semua kantor akuntan publik dapat
memberikan jasa perpajakan, dan bagi kantor akuntan publik kecil
pelayanan semacam itu jauh lebih berperan daripada jasa audit.
Belakangan ini bahkan sejumlah kantor akuntan publik dipercaya oleh
Direktorat Jendral Pajak untuk melakukan verifikasi lapangan atas
PPN dan PPnBM.
c) Konsultasi Manajemen
Sebagian besar kantor akuntan publik memberikan jasa tertentu yang
memberi kemungkinan pada kliennya untuk meningkatkan efektifitas
operasinya. Jasa ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi
sederhana
mengenai
pembenahan
sistem
akuntansi
sampai
keikutsertaan dalam menyusun strategi pemasaran, pemanfaatan
instalasi komputer, dan konsultasi manfaat aktuaria. Sekarang ini
banyak kantor akuntan publik besar yang memiliki departemen khusus
untuk melayani konsultasi manajemen yang interaksinya kecil
terhadap jasa audit maupun konsultasi pajak.
d) Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Banyak klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan
pembuatan laporan keuangannya kepada kantor akuntan publik.
Sebagian klien kecil bahkan tidak mempunyai cukup karyawan untuk
mengerjakan buku besar dan ayat jurnalnya. Banyak kantor akuntan
publik kecil yang bersedia melakukan tugas-tugas pembukuan guna
memenuhi kebutuhan klien. Dalam banyak kasus dimana laporan
keuangan akan diberikan kepada pihak ketiga, review dan bahkan juga
audit harus dilakukan. Dalam hal tugasnya hanya terbatas pada
penyusunan laporan keuangan saja. KAP mengeluarkan laporan
kompilasi yang tidak memberikan jaminan apapun pada pihak ketiga.
6. Standar Profesi Akuntan Publik
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001) disebutkan ada 6
tipe standar yang dikodifikasikan, yaitu:
a. Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan
historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam
standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan danpanduan utama yang
harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
kepatuhan terhadap Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan oleh
Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota IAI yang berpraktik
sebagai akuntan publik. Termasuk di dalam Persyaratan Standar Auditing
adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuanketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian
IPSA memberikanjawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA. Tafsiran resmi
ini bersifat mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang
berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib
(mandatory).
b. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi