Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Ditinjau Dari Faktor Eksternal Dan Faktor Internal Auditor

(1)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT DITINJAU DARI FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL AUDITOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Nama : Hanifah Silfianie

NIM : 1111082000051

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Hanifah Silfianie

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1993

3. Alamat : Jl. Dewi Sartika, Gang H. Raba No.23 Rt.003 Rw.01 Ciputat, Tangerang Selatan 15411.

4. Telepon : 0896 0129 5756

5. Email : hanifahsilfianie29@gmail.com

II.PENDIDIKAN

1. SDN Ciputat II Tahun 1999-2005

2. MTsN Tangerang II Pamulang Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri I Kota Tangerang Selatan Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015

III. DATA KELUARGA

1. Ayah : Drs. Cecep Suryadi

2. Pekerjaan Ayah : PNS

3. Ibu : Apong Resmi

4. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

5. Alamat : Jl. Dewi Sartika, Gang H. Raba No.23 Rt.003 Rw.01 Ciputat, Tangerang Selatan 15411.


(7)

vii

THE FACTORS ANALYSIS OF INFLUENCE TO PREMATURE SIGN-OFF OF AUDIT PROCEDURE BASED ON EXTERNAL AND INTERNAL

FACTORS OF AUDITOR

ABSTRACT

This research was aimed to examine the influence of audit risk, supervisory action, self esteem and equity sensitivity on premature sign-off of audit procedure. This research used primary data which collected by distributing questionnaires to respondents. Questionnaires were distributed to auditors junior, auditors senior, supervisors, and manager that working at Public Accountant Firms in Jakarta. From 85 questionnaires that have been distributed, only 73 questionnaires have been received, and only 72 questionnaires that full filled and could be processed. The research uses multiple regression analysis method.

The result of this research show that: (1) audit risk and supervisory action have no significant influence on premature sign-off of audit procedure. (2) self esteem and equity sensitivity have significantly influence to premature sign-off of audit procedure. (3) audit risk, supervisory action, self esteem, and equity sensitivity have significant influence on premature sign-off of audit procedure. Keywords: audit risk, supervisory action, self esteem, equity sensitivity, premature sign-off of audit procedure.


(8)

viii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT DITINJAU DARI FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL AUDITOR

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh risiko audit, tindakan supervisi, self esteem, dan equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner ke responden. Kuesioner dibagikan kepada auditor junior, auditor senior, supervisor dan manajer yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Dari 85 kuesioner yang dibagikan, hanya 73 kuesioner yang diterima kembali, dan hanya 72 kuesioner yang diisi lengkap dan dapat diproses. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) risiko audit dan tindakan supervisi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. (2) self esteem dan equity sensitivity berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. (3) risiko audit, tindakan supervisi, self esteem dan equity sensitivity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Kata kunci: risiko audit, tindakan supervisi, self esteem, equity sensitivity, penghentian prematur atas prosedur audit.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Ditinjau dari Faktor Eksternal dan Faktor Internal Auditor.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan semangat, dukungan baik moril maupun materil serta curahan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis (aku berjanji suatu saat nanti akan membuat kalian bangga, kalian adalah orang tua terbaik dalam hidupku).

2. Kakanda-kakanda dan adinda tersayang teh Riny, teh Amel, teh Ica, dan Rosy terimakasih untuk dukungan, canda tawa, suka duka yang telah kita lalui selama ini, kalian adalah saudari-saudari ku yang luar biasa.

3. Suamiku tercinta Abang Fahri Adrian dan anakku tersayang Athifah Irshania, terimakasih banyak atas support, doa, motivasi serta pengorbanan nya selama ini. Kalian berdua inspirasiku, jangan pernah bosen nyemangatin aku ya Love u so much...!


(10)

x

4. Bapak Afif Sulfa, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan semangat nya. 5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Atiqah, S.E., M.S., Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 10.Sahabat-sahabatku tersayang s’Thanny Amitie (Lita, Nisa, Nuni) yang

telah mewarnai hari-hariku sedih senang bareng, ngebolang bareng, dan semoga persahabatan kita akan terus terjalin yaa dan semoga tetap kompak nyemangatin satu sama lain dalam hal kebaikan. Sayang kalian ...!!

11.Special thanks to sahabat-sahabat Celoteh (Kaje, Kawe, Syaifa, Upa, Emen, Mute, Fia, Dian, Usni) makasih yaa udah banyak mensupport baik dalam hal akademik, maupun non akademik, kita udah banyak ngeluangin waktu bersama, canda tawa, suka duka semua udah kita lakukan selama ini, keep contact ya...!! semoga kita semua sukses kelak aamiin.


(11)

xi

12.Kawan-kawanku seperjuangan Akuntansi B yang sangat luar biasa, kompak, dan kalian banyak memotivasi selama ini, mengenal kalian adalah anugerah terindah. Dan ngga akan pernah terlupakan kebersamaan yang pernah kita lewati selama masa kuliah.

13.Rekan-rekan Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Perpajakan angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Semoga Allah SWT memberikan semua kebaikan, kepada pihak yang telah disebutkan atas semua bantuannya kepada penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan mahasiswa atau mahasiswi lainnya.

Jakarta, 19 Agustus 2015


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12


(13)

xiii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Definisi Auditing ... 15

2.1.2 Prosedur Audit ... 16

2.1.3 Perilaku Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 19

2.1.4 Risiko Audit ... 20

2.1.5 Tindakan Supervisi ... 21

2.1.6 Self Esteem ... 25

2.1.7 Equity Sensitivity ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis ... 45

2.3.1 Risiko Audit dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 45

2.3.2 Tindakan Supervisi dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 47

2.3.3 Self Esteem dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 49

2.3.4 Equity Sensitivity dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 51


(14)

xiv BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 54

3.2 Metode Penetuan Sampel ... 54

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.4 Metode Analisis Data ... 56

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 56

3.4.2 Uji Kualitas Data ... 56

3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 57

3.4.4 Uji Hipotesis ... 59

3.5 Operasional Variabel Penelitian ... 62

3.5.1 Risiko Audit ... 62

3.5.2 Tindakan Supervisi ... 63

3.5.3 Self Esteem ... 64

3.5.4 Equity Sensitivity ... 64

3.5.5 Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 71

4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 71

4.1.2 Karakteristik Profil Responden ... 73

4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 75


(15)

xv

4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 76

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 84

4.3.1 Hasil Uji Multikolineritas ... 85

4.3.2 Hasil Uji Normalitas ... 85

4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 86

4.3.4 Hasil Uji Hipotesis ... 87

4.4 Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(16)

xvi Daftar Tabel

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 30

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 67

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 71

4.2 Data Sampel Penelitian ... 72

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 74

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 74

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja ... 75

4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 76

4.8 Hasil Uji Validitas Risiko Audit (AR) ... 77

4.9 Hasil Uji Validitas Tindakan Supervisi (SA) ... 78

4.10 Hasil Uji Validitas Self Esteem (SE) ... 78

4.11 Hasil Uji Validitas Equity Sensitivity (ES) ... 79

4.12 Hasil Uji Validitas Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (PSO) ... 79

4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Risiko Audit ... 80


(17)

xvii

4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Self Esteem ... 82

4.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Equity Sensitivity ... 82

4.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ... 83

4.18 Hasil Uji Reliabilitas ... 83

4.19 Hasil Uji Multikolineritas ... 85

4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 88

4.21 Hasil Uji Statistik t ... 89

4.22 Hasil Uji Statistik F ... 92


(18)

xviii Daftar Gambar

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 53 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 86 4.2 Grafik Scatterplot ... 87


(19)

xix

Daftar Lampiran

No. Keterangan Halaman

1. ... Surat

Penelitian Skripsi ... 102 2. ... Kuesioner

Penelitian ... 108 3. ... Jawaban Responden ... 117 4. ... Hasil Uji


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan perusahaan di suatu negara sejalan dengan berkembangnya profesi akuntan publik di negara tersebut. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 4).

Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain kenyakinan (Mulyadi, 2002). Arens, dkk. (2001) mendefinisikan pelayanan assurance sebagai pelayanan atau jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan.

Proses audit merupakan bagian dari assurance services, Pengauditan ini melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil


(21)

2

keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit, sehingga kesalahan yang terjadi dalam proses pengauditan akan berakibat pada berkurangnya kualitas informasi yang diterima oleh pengambil keputusan (Suryanita et al, 2007). Sehingga profesi akuntan publik hadir untuk memberikan penilaian atas keandalan (reliability) informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itulah maka pengujian oleh akuntan publik melalui proses audit diperlukan guna menetralisir bias yang melekat pada informasi tersebut, sehingga laporan yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan berisi informasi yang reliable.

Pengurangan kualitas dalam audit (Reduced Audit Quality) merupakan pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor (Coram, Juliana, dan Woodliff, 2004). Pengurangan mutu ini dapat berupa tindakan seperti mengurangi jumlah sampel audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur yang disyaratkan belum dilaksanakan secara lengkap.

Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (reduced audit quality-RAQ behaviors) adalah penghentian prematur atas prosedur audit (Coram, Glovovic, Ng, & Woodliff 2008; Sososutiksno, 2005). Praktik ini berhubungan dengan pengabaian atau bahkan penghentian terhadap prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan dalam program audit (audit program),


(22)

3

auditor tidak melakukan prosedur tersebut secara tuntas, tetapi auditor memberikan suatu opini audit sebelum auditor melakukan pekerjaannya secara tuntas. Penghentian prematur atas prosedur audit tersebut menyebabkan pengurangan kualitas dalam audit yang diartikan sebagai pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor (Coram et al., 2008). Malone, dkk. (1996) mendeskripsikan penghentian prematur atas prosedur audit sebagai tindakan yang dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit.

Praktik penghentian prematur atas prosedur audit yang terjadi tentu saja sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor karena apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah akan semakin tinggi. Kesalahan pembuatan opini atau judgment yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum (Heriningsih, 2001).

Graham (dalam Shapero et al., 2003) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting serta prosedur audit tidak dilakukan secara memadai.

Adapun salah satu contoh kasus yang diakibatkan oleh praktek penghentian prematur atas prosedur audit yaitu PT Kimia Farma yang merupakan salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia pada tahun 2002 sempat mendapat kasus yang membuat kepercayaan publik


(23)

4

pada laporan keuangan yang telah diaudit menurun. Pada pelaksanaan audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp132 milyar, dan laporan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan


(24)

5

kecurangan tersebut. (TEMPO Interaktif, Jakarta: 2002); Oleh Yura Syahrul. Kasus ini terjadi karena kelalaian akuntan publik dalam pelaksanaan audit yang tidak memadai, sehingga disinyalir bahwa auditor gagal mendeteksi kecurangan maupun kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, serta pelanggaran prinsip independensi profesi akuntan publik karena telah gagal mematuhi standar profesi di dalam kinerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit: (a) terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, (b) anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan tidak penting, (c) prosedur audit tidak material, (d) prosedur audit yang kurang dimengerti, (e) terbatasnya waktu penyampaian laporan audit, dan (f) faktor kebosanan auditor (Alderman & Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991). Berdasarkan alasan-alasan tersebut dapat disimpulkan penghentian prematur atas prosedur audit disebabkan oleh faktor karakteristik personal auditor, di mana faktor karakteristik tersebut merupakan faktor internal dan faktor situasional saat melakukan audit yang merupakan faktor eksternal (Weningtyas dkk., 2006).

Faktor risiko audit terindikasi sebagai faktor eksternal yang berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit. Risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak melakukan modifikasi pada pendapatnya sebagaimana mestinya atas salah saji sebuah laporan keuangan disebut sebagai risk audit (Kumala, 2013). Di dalam proses perencanaan audit, auditor juga harus mempertimbangkan risiko audit, dalam penelitian ini risiko yang dimaksud adalah risiko deteksi yang ditentukan oleh efektivitas


(25)

6

prosedur audit dan penerapannya oleh auditor (Kurniawan, 2008). Ketika risiko deteksi rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Weningtyas, dkk., 2006). Penelitian terhadap variabel risiko audit yang dilakukan oleh Weningtyas dkk (2006), Puji (2010), Indarto (2011) dan Kusuma (2013) mendukung penelitian Heriningsih (2002) yang menunjukan hasil berpengaruh positif dan signifikan, penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wahyudi dkk (2006) dan Yuliana dkk (2009) yang menunjukan hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Penghentian prematur atas prosedur audit juga dimungkinkan terjadi karena pengaruh tindakan supervisi yang disinyalir sebagai faktor eksternal. Pengendalian atas penghentian pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap Kantor Akuntan Publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, juga membantu mengurangi kebingungan peran dan ketidakpastian yang dialami bawahan


(26)

7

sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini (Maulina, dkk. 2010).

Comstock, (1994) dalam Martamin (2006) mengatakan supervisi merupakan proses yang berkelanjutan untuk mengawasi atau mengarahkan pekerjaan yang dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan atas jalannya tugas. Seiring dengan perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses yang dinamis. Pada awalnya, supervisi bersifat kaku atau otoriter. Jika seorang karyawan tidak bekerja seperti yang diperintahkan maka ia akan dihukum. Pada masa sekarang ini, supervisi diwarnai dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Trempe et al, (1985) dalam Martamin (2006) mengatakan ketika pekerja merasakan bahwa supervisor berlaku adil dan kompeten serta yakin bahwa supervisor mempunyai niat baik dan sepenuh hati maka kepuasan akan cenderung meningkat atau naik. Sebaliknya, ketika pekerja memandang bahwa supervisor berlaku tidak adil, tidak kompeten atau mendorong motivasi pribadi maka kepuasan akan cenderung menurun. Penelitian Maulina, dkk (2010) tentang pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setya (2008). Berdasarkan hasil analisis data bahwa terdapat hubungan negatif antara pelatihan dan tindakan supervisi pada penghentian prematur atas prosedur audit.

Self esteem berhubungan dengan depresi, tekanan kerja kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu. Seseorang yang mempunyai


(27)

8 self esteem rendah berkemungkinan akan mengalami tekanan dalam lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem tinggi merasa yakin akan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya dan diharapkan memiliki tekanan kerja yang rendah. Seorang auditor yang memiliki self esteem rendah cenderung tidak berkomitmen lebih baik dalam melakukan pekerjaan auditnya. Auditor tersebut merasa mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga ada kecenderungan bagi auditor yang memiliki self esteem rendah untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit (Budiman, 2013).

Equity sensitivity merupakan suatu persepsi seseorang terhadap keadilan dengan membandingkan antara inputs dan outcomes yang diperoleh dari orang lain [(Ustadi & Utami, 2005)], dalam Lucyanda dan Gunardi (2010). Equity sensitivity menjelaskan perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan oleh karakter individual (Fauzi, 2001). Mowday (1991) dalam Mueller dan Clarke (1998) menjelaskan bahwa equity theory sebagai teori universal dari human motivation dan behavior harus dapat mengukur perbedaan perilaku seseorang di tempat kerja.

Konsep equity sensitivity theory yang dikembangkan Huseman et al. (1987) dari equity theory Adams(1965) dalam Lee (2007) menyatakan bahwa orang memiliki persepsi tersendiri terhadap equity (adil) dan inequity (tidak adil). Selanjutnya Huseman et al. (1987) membagi persepsi individu terhadap equity dan inequity dalam tiga kategori, yaitu 1) benevolents adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diberikan kepada organisasi lebih besar


(28)

9 daripada apa yang diterima dari organisasi; 2) equity sensitives adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diberikan kepada organisasi sama dengan apa yang diterima dari organisasi; dan 3) entitleds adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diterima dari organisasi lebih besar daripada apa yang diberikan kepada organisasi. Individu yang berada di tengah-tengah benevolents dan entitleds adalah equity sensitives yang sama-sama menitikberatkan pada pekerjaan yang maksimal dan mencapai penghargaan yang diinginkannya. Individu yang termasuk kategori benevolents akan merasa puas ketika dapat memberikan sumbangan kepada organisasi lebih besar dibandingkan dengan apa yang didapatkan dari organisasi. Dengan demikian, individu benevolents tidak terlalu mengejar penghargaan seperti kecenderungan yang dilakukan oleh individu entitleds yang lebih mementingkan apa yang didapat dari organisasi daripada apa yang diberikan kepada organisasi. Seorang auditor dengan tipe entitleds cenderung melakukan hal-hal yang kurang etis untuk mencapai apa yang diinginkannya dibandingkan auditor dengan tipe benevolents. Auditor yang termasuk tipe entitleds cenderung mengabaikan salah satu prosedur audit atau menghentikan prosedur audit yang sudah ditetapkan hanya untuk mencapai apa yang diinginkannya tersebut (Budiman, 2013).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Maulina, dkk (2010) dan Budiman (2013) yang menguji apakah risiko audit, tindakan supervisi, self esteem dan equity sensitivity memiliki dampak terhadap keputusan untuk melakukan penghentian prematur


(29)

10

atas prosedur audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada beberapa hal. Pertama, penelitian ini juga menginvestigasi apakah variabel tindakan supervisi yang dilakukan oleh Maulina, dkk (2010) pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Kedua, perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya terletak dalam sampel penelitian. Sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta. Dipilihnya sampel pada wilayah ini, berdasarkan direktori daftar Kantor Akuntan Publik tahun 2013 bahwa mayoritas Kantor Akuntan Publik tersebar di wilayah DKI Jakarta, dari 492 jumlah KAP di Indonesia, sebanyak 236 Kantor Akuntan Publik tersebar luas di wilayah DKI Jakarta. Sementara penelitian sebelumnya mengambil sampel penelitian pada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta yang masih aktif.

Ketiga, metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression analysis) untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara penelitian sebelumnya menggunakan metode analisis SEM (Structural Equation Modeling).

Dari alasan-alasan di atas maka peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena pentingnya untuk mengetahui faktor-faktor


(30)

11

baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi auditor dalam melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Selain itu, yang juga ingin diketahui dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, terkait dengan membahas pengaruh risiko audit, tindakan supervisi, self esteem dan equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Maka penulis memilih judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Ditinjau dari Faktor Eksternal dan Faktor Internal Auditor”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah risiko audit, tindakan supervisi, self esteem,dan equity sensitivity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?

2. Apakah risiko audit berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?

3. Apakah tindakan supervisi berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?

4. Apakah self esteem berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?


(31)

12

5. Apakah equity sensitivity berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara variabel risiko audit, tindakan supervisi, self esteem serta equity sensitivity auditor terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.

2. Untuk menguji pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

3. Untuk menguji pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

4. Untuk menguji pengaruh self esteem terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

5. Untuk menguji pengaruh equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh risiko audit, tindakan supervisi, self esteem serta equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Serta dapat


(32)

13

dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.

2. Bagi praktisi, hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat dalam penentuan perilaku auditor dan memberikan implikasi terhadap Kantor Akuntan Publik khususnya dalam melaksanakan training, alat bantu keputusan, penugasan personel pada penugasan audit, dan proses penugasan audit.

3. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya acuan prosedur audit yang dapat digunakan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan yang ditunjukkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

4. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan dan referensi bagi penelitian yang lebih lanjut dengan variabel yang berbeda serta sebagai input untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit.


(33)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori keagenan (Agency theory) yang dijadikan landasan teori dalam penelitian mengenai penghentian prematur atas prosedur audit. Jansen (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Sehingga para pemilik perusahaan atau pemegang saham menunjuk auditor yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan atau audit pada kegiatan perusahaan yang telah dilakukan atau sedang dilakukan.

Teori keadilan (equity sensitivity theory) yang dikembangkan Huseman et al. (1987) dari equity theory Adams (1965) dalam Lee (2007) menyatakan bahwa orang memiliki persepsi tersendiri terhadap equity (adil) dan inequity (tidak adil) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tipe individu yaitu 1) benevolents adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diberikan kepada organisasi lebih besar daripada apa yang diterima dari organisasi; 2) equity sensitives adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diberikan kepada organisasi sama dengan apa yang diterima dari organisasi; 3) entitleds adalah individu yang merasa adil ketika apa yang diterima dari organisasi lebih besar dari apa yang diberikan kepada


(34)

15

organisasi. Teori ini berkaitan dengan variabel self esteem yang berhubungan dengan depresi, kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu.

2.1.1 Definisi Auditing

Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) adalah sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be

done by a competent, independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Agoes (2004:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.


(35)

16

Sedangkan menurut Halim (2008:1) definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:

“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai

yang berkepentingan.” 2.1.2 Prosedur Audit

Menurut Arens, et al (2009:172), prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya prosedur audit.

Agoes (2004:125) mendefinisikan prosedur audit sebagai langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.

Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus memperoleh bukti-bukti audit yang kompeten serta cukup melalui proses inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan (IAI, 2001:150.1). Dalam usaha memperoleh bukti audit yang kompeten dan


(36)

17

cukup, maka auditor harus menyusun program audit sebelum melaksanakan penugasan audit yang merupakan kumpulan dari serangkaian prosedur audit yang akan dijalankan serta dibuat secara tertulis. Kualitas kerja auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor melaksanakan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit (Malone dan Robert, 1996 dalam Ulum, 2005).

Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standart tersebut meliputi (Mulyadi, 2002) :

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.

2. Pengamatan

Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses.


(37)

18

3. Permintaan Keterangan

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.

4. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Di samping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif (Malone dan Roberts, 1996) dalam Suryanita (2007).

Dalam penelitian ini, prosedur audit yang digunakan adalah yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang menurut Heriningsih (2002) mudah untuk dilakukan praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Prosedur tersebut adalah :

1. Pemahaman bisnis dan industri klien (PSA No.5 2001) 2. Pertimbangan pengendalian internal (PSA No.69 2001)


(38)

19

3. Review kinerja internal auditor klien (PSA No.33 2001) 4. Informasi asersi manajemen (PSA No. 07 2001)

5. Prosedur analitik (PSA No.22 2001) 6. Proses konfirmasi (PSA No.07 2001) 7. Representasi manajemen (PSA No.17 2001)

8. Pengujian pengendalian tekhnik audit berbantu komputer (PSA No. 59 2001)

9. Sampling audit (PSA No.26 2001)

10. Perhitungan fisik persediaan dan kas (PSA No.07 2001)

2.1.3 Perilaku Penghentian Prematur atas Prosedur Audit

SAS (Statement on Auditing Standards) No 82 dalam Donelly et al (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator dari perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional Audit Behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al, 2003). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: Underreporting of time, premature sign off, dan altering replacement of audit procedure.

Premature Sign Off (PMSO) merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain (Marxen, 1990 dalam Sososutikno, 2003). PMSO ini secara langsung mempengaruhi kualitas audit dan melanggar standar profesional. Graham (1985) dalam Shapero et al. (2003) menyimpulkan


(39)

20

bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai. Samsul Ulum (2005) menyatakan bahwa perilaku Prematur Sign-Off Audit Procedures timbul karena rendahnya orientasi etis para auditor (sifat relativisme yang tinggi). Chan dan Leung (2006); Leung dan Cooper (2005) menyatakan bahwa perilaku etis yang rendah disebabkan oleh orientasi etis individu yang rendah sehingga para auditor tidak berperilaku etis dalam menjalankan profesinya.

2.1.4 Risiko Audit

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional mistakes) sedangkan fraud merupakan kecurangan yang disengaja, bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan (misalnya penyalahgunaan harta perusahaan untuk kepentingan pribadi) atau oleh manajemen dalam bentuk rekayasa laporan keuangan.

Dalam penelitian ini risiko audit yang dimaksud adalah risiko deteksi. Menurut (Mulyadi, 2002) Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur


(40)

21

audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena ketidakpastian seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor di mana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material.

2.1.5 Tindakan Supervisi

Menurut Agus (2001) dalam Rapina dan Fransiska (2011) supervisi merupakan kegiatan yang mengkoordinasikan pelaksanaan tugas melalui pengarahan dan umpan balik (feedback) yang efektif dan efisien.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi 311, PSA No. 05 mendefinisikan :

“Supervisi mencakup pengarahan usaha asisiten dalam

mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut

tercapai.”

Tindakan supervisi didefinisikan sebagai pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai (Maulina, dkk. 2010). Konsep tindakan supervisi diterjemahkan ke beberapa aspek dari tindakan supervisi menurut AECC Statement No. 4 yang salah satu pembahasannya adalah AECC Recommendations for Supervisors of Early Work Experience, issues


(41)

22

statement No. 4 ini merupakan upaya AECC dalam mengatasi kesenjangan antara harapan yang dibawa mahasiswa akuntansi dengan pengalama kerja akuntan pemula yang dikhawatirkan akan menurunkan kepuasan kerja akuntan pemula dan rendahnya kepuasan kerja tersebut akan menurunkan daya tarik profesi akuntan sebagai profesi pilihan. Rincian saran-saran pelaksanaan tindakan supervisi tersebut adalah:

1. Supervisor hendaknya menunjukkan sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat. Rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah:

a. Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan interaktif kepada akuntan pemula di bawah supervisinya. b. Supervisor memperhatikan pesan-pesan tak langsung dari

akuntan pemula dan jika yang disampaikan adalah ketidakpuasan, secara langsung supervisor menanyakan keadaan dan penyebabnya.

c. Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan akuntan pemula sebagai profesional, membantu akuntan pemula untuk mengenali peluang kerja masa datang dan mempedulikan minat serta rencana akuntan pemula.

d. Supervisor dituntut untuk mampu menjadi panutan sebagai profesional di bidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan


(42)

23

akan profesi dan mampu menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran penting profesi yang digeluti tersebut. 2. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong

tercapainya kesuksesan. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah:

a. Menumbuhkan sikap mental pada akuntan pemula untuk bekerja dengan benar sejak awal dan menciptakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi. Ini dapat dilaksanakan dengan menjelaskan suatu penugasan kepada akuntan pemula secara gamblang, mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan yang rumit sehingga bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua keluhan dan hambatan yang dihadapi termasuk di antaranya hambatan anggaran (budgetary constraints), dan menjelaskan bagaimana suatu bagian penugasan sesuai dengan penugasan keseluruhan serta senantiasa mengawasi akuntan pemula sampai penugasan selesai.

b. Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan tingkat kemampuan akuntan pemula.

c. Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

3. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikannya tugas. Rincian aktifitas yang disarankan oleh AECC adalah:


(43)

24

a. Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan kesiapan akuntan pemula.

b. Memaksimalkan kesempatan akuntan pemula untuk menggunakan kemampuan, baik lisan (verbal) maupun tulisan, berpikir kritis dan menggunakan teknik analitis serta membantu akuntan pemula untuk meningkatkan kemampuan tersebut.

Berdasarkan beberapa pernyataan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk memotivasi serta mengarahkan karyawan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan.

Comstock, (1994) dalam Martamin (2006) mengatakan supervisi merupakan proses yang berkelanjutan untuk mengawasi atau mengarahkan pekerjaan yang dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan atas jalannya tugas. Seiring dengan perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses yang dinamis. Pada awalnya, supervisi bersifat kaku atau otoriter. Jika seorang karyawan tidak bekerja seperti yang diperintahkan maka ia akan dihukum. Pada masa sekarang ini, supervisi diwarnai dengan gaya kepemimpinan partisipatif. Trempe et al, (1985) dalam Martamin (2006) mengatakan ketika pekerja merasakan bahwa supervisor berlaku adil dan kompeten serta yakin bahwa supervisor mempunyai niat baik dan sepenuh hati


(44)

25

maka kepuasan akan cenderung meningkat atau naik. Sebaliknya, ketika pekerja memandang bahwa supervisor berlaku tidak adil, tidak kompeten atau mendorong motivasi pribadi maka kepuasan akan cenderung menurun.

Penghentian prematur atas prosedur audit juga dimungkinkan terjadi karena adanya tindakan supervisi. Pengendalian atas penghentian pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap kantor akuntan publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, juga membantu mengurangi kebingungan peran dan ketidakpastian yang dialami bawahan sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini (Maulina, dkk. 2010).

2.1.6 Self Esteem

Istilah self esteem terindikasi sebagai faktor internal yang berpengaruh pada penghentian prematur prosedur audit. Self


(45)

26

esteem sering digunakan para ahli untuk menandakan bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana penilaian individu tentang penghargaan terhadap dirinya, percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan atau tidak, adanya pengakuan (penerimaan) atau tidak. Definisi self esteem menurut Coopersmith (1967: 4-5) :

Self esteem we refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard to himself : it expresses an attitude of approval or disapproval, and indicates the extent to which the individual believes himself to be capable, significant, successful and worthy. In short, self esteem is a personal judgment of worthiness that is expressed in the attitudes the individual holds toward himself ”.

Artinya Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteemadalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.

Self esteem berhubungan dengan depresi, tekanan kerja, kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu. Seseorang yang mempunyai self esteem rendah berkemungkinan akan mengalami


(46)

27 tekanan dalam lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem tinggi merasa yakin akan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya dan diharapkan memiliki tekanan kerja yang rendah. Seorang auditor yang memiliki self esteem rendah cenderung tidak berkomitmen lebih baik dalam melakukan pekerjaan auditnya. Auditor tersebut merasa mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga ada kecenderungan bagi auditor yang memiliki self esteem rendah untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit (Budiman, 2013).

2.1.7 Equity Sensitivity

Equity merupakan fairness (keadilan) yang dirasakan oleh seseorang dibanding orang lain (Sashkin dan Williams dalam Fauzi, 2001).Equity Theory menurut Adams dan Homans (dalam Ustadi, 2005) mengemukakan bahwa terdapat tiga tipe individu tentang teori keadilan yaitu : equity sensitives, benevolents dan entitleds. Seseorang membandingkan rasio outcomes dan inputs yang dimilikinya dengan rasio outcomes dan inputs orang lain. Bila rasio tersebut dipandang tidak sama, maka timbul inequity.

Equity sensitivity yang juga diindikasi sebagai faktor internal yang menyebabkan penghentian prematur atas prosedur audit. Keadaan tersebut menggambarkan keseimbangan antara inputs dan outcomes sehingga berada ditengah-tengah antara benevolents dan entitleds.


(47)

28 dapat memberikan sumbangan kepada organisasi lebih besar dibandingkan dengan apa yang didapatkan dari organisasi. sehingga

individu tipe ini lebih cenderung untuk menerima keadaan inequity, dengan demikian akan lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan tindakan tidak etis (King et. al., 1993; Miles et. al., 1994 dalam Ustadi, 2005). Adapun entitleds (takers) menggambarkan individual yang memiliki persepsi bahwa mereka lebih suka untuk memperoleh lebih banyak daripada yang dapat mereka berikan kepada organisasi (outcomes>inputs). Entitleds akan lebih banyak menuntut haknya daripada memikirkan tindakan yang akan dapat diberikan. Individual. Dengan karakter entitleds, individu akan cenderung untuk melakukan tindakan tidak etis bila hasil yang diperoleh lebih kecil dari input yang diberikan (Mudrack, 1999 dalam Ustadi, 2005). Individu yang berada di tengah-tengah benevolents dan entitleds adalah equity sensitives yang sama-sama menitikberatkan pada pekerjaan yang maksimal dan mencapai penghargaan yang diinginkannya.

Dengan demikian, individu benevolents tidak terlalu mengejar penghargaan seperti kecenderungan yang dilakukan oleh individu entitleds yang lebih mementingkan apa yang didapat dari organisasi daripada apa yang diberikan kepada organisasi. Seorang auditor dengan tipe entitleds cenderung melakukan hal-hal yang kurang etis untuk mencapai apa yang diinginkannya dibandingkan auditor dengan tipe benevolents. Auditor yang termasuk tipe entitleds cenderung


(48)

29 mengabaikan salah satu prosedur audit atau menghentikan prosedur audit yang sudah ditetapkan hanya untuk mencapai apa yang diinginkannya tersebut (Budiman, 2013).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang penghentian prematur atas prosedur audit serta faktor-faktor baik eksternal maupun internal auditor seperti risiko audit, tindakan supervisi, self esteem, serta equity sensitivity telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Beberapa penelitian tersebut telah banyak berkontribusi dalam memberikan masukan bagi auditor dalam mendeteksi dan mengatasi terjadinya perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu terkait penghentian prematur atas prosedur audit.


(49)

30 Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

1. Mutia Maulina Ratna Anggraini

Choirul Anwar

Pengaruh Tekanan Waktu dan Tindakan

Supervisi Terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: kuesioner  Sampel: auditor junior

dan senior yang bekerja di KAP wilayah Jakarta Selatan. Dari 70

kuisioner yang disebar ada 57 kuisioner yang kembali dan digunakan sebagai data penelitian.  Tahun data: -

 Metode analisis: metode analisis regresi

linier berganda, uji f, uji

v v 1.Ada pengaruh yang signifikan antara tekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

2.Tindakan supervisi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.


(50)

31 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

t dan uji koefisien determinasi

 Variable lainnya: time budget pressure (variabel independen).

2. Imam Wahyudi, Jurica Lucyanda dan Loekman H.

Suhud Praktik Penghentian Prematur atas Prosedur Audit ISSN 2088-2106 Media Riset Akuntansi, Vol. 1 No. 2 Agustus 2011

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: kuesioner  Sampel: auditor (partner,

senior dan junior) yang bekerja di KAP wilayah Jakarta yaitu sebanyak 100 KAP. 110 jumlah kuisioner, 78 yang kembali dan 75 kuisioner yang dapat diolah

datanya karena 5 kuisioner datanya tidak

v v 1) Prosedur audit yang paling

sering ditinggalkan saat time pressure adalah uji kepatuhan terhadap sistem komputer online klien, sedangkan prosedur audit yang paling jarang ditinggalkan oleh auditor adalah konfirmasi kepada pihak ketiga.

2) Dari lima variabel bebas yang digunakan dalam memprediksi praktik penghentian prematur, hanya variabel materialitas yang memiliki pengaruh,

Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)


(51)

32 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

lengkap.

 Tahun data: 2011

 Metode analisis : Urutan prosedur yang dihentikan : Uji Friedman

Uji hubungan variabel : regresi logistik.

Uji validitas : pearson correlation

Uji reliabilitas : cronbach alpha

 Variable lainnya: materialitas, time pressure, komitmen profesional, serta prosedur review dan kontrol kualitas (variabel

sedangkan variabel time pressure, risiko adit, prosedur review dan kontrol kualitas serta komitmen profesional tidak mempunyai pengaruh

terhadap penghentian

prematur.


(52)

33 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

independen).

3. Anisa Kusuma Wardani

Decision Of Sign Off Premature Based On Audit Risk and Time Budget Pressure By

The Public Accountant Firms in

East Kalimantan

Journal of Economics, Business, and

Accountancy Ventura Volume 16,

No. 2, August 2013, pages 299 – 308 Accreditation No. 80/DIKTI/Kep/2012

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: kuesioner  Sampel: auditor

independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada yang berada di Kalimantan Timur  Tahun data: -

 Metode analisis: metode analisis regresi linier berganda

 Variable lainnya: time budget pressure (variabel independen).

v v Risiko audit dan time budget

pressure berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan premature sign off, karena auditor mengindikasikan terjadinya salah saji informasi untuk risiko audit sehingga kondisi ini mempercepat keputusan premature sign off.

Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)


(53)

34 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

4. Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi

Mirdah

Pengaruh Time Pressure, Resiko Audit, Materialitas, Prosedur Review dan

Kontrol Kualitas, Locus Of Control

serta Komitmen Profesional Terhadap

Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (Studi

Empiris pada KAP di Palembang)

AKUNTANSI Vol. 1 No. 1, September

2012 e-Jurnal BINAR

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: kuesioner Sampel: auditor

independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada yang berada di Palembang.

 Tahun data: -

 Metode analisis: metode regresi logistik

 Variable lainnya: time pressure, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, locus of control, dan komitmen profesional (variabel

v v 1.Hasil penelitian menunjukan

sebesar 31,1 % probabilitas penghentian prematur proses audit secara simultan dapat dipengaruhi oleh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, locus of control dan komitmen profesional, sedangkan 68,9 % perubahan yang menyebabkan penghentian prematur prosedur audit tidak diamati oleh peneliti.

2. Terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur prosedur audit yaitu variabel Risiko Audit dan Prosedur Review, sedangkan empat variabel lainnya yaitu Time Pressure,

Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)


(54)

35 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

ISSN 2303 – 1522 independen) Materialitas, Locus of Control

dan Komitmen Profesional tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur prosedur audit.

5. Nita Andriyani Budiman Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Auditor Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur dan Kualitas Audit Jurnal Akuntansi dan Manajemen

 jenis penelitian: kuantitatif

 sumber data: kuesioner  sampel: auditor yang

bekerja di 13 kap di daerah istimewa

yogyakarta dan surakarta yang masih aktif, hanya 12 kap yang dapat dijadikan sebagai obyek penelitian.

v v v v 1) Lokus kendali berpengaruh

terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara lokus kendali dan penghentian prematur atas prosedur audit bersifat positif. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Donnelly et al. (2003).

2) Self esteem tidakberpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.


(55)

36 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Vol. 24, No. 3, Desember 2013

Hal. 131-142

 tahun data: -

 metode analisis: SEM (Structural Equation Modeling)

 variable lainnya : lokus kendali, tekanan waktu, prosedur review dan kontrol kualitas (variabel independen). dan

kualitas audit (variabel dependen).

3) Equity sensitivity tidak

berpengaruh terhadap

penghentian prematur atas prosedur audit.

4) Tekanan waktu berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Coram et al. (2000),

Heriningsih (2001),

Soobaroyen dan Chengabroyan (2005), serta Weningtyas et al. (2006).

5) Risiko deteksi berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

6. Ni Made Surya Andani dan I Made

 Jenis Penelitian: Kuantitatif

v v 1. Variabel time pressure serta

audit risk memiliki pengaruh


(56)

37 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Mertha

Pengaruh Time Pressure, Audit Risk,

Professional Commitment dan Locus Of Control Pada Penghentian Prematur Prosedur Audit E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):185-196 ISSN: 2302-8556

 Sumber Data: Kuesioner  Sampel: 41 Orang

Auditor Di BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali. Namun Hanya 34 Yang Menjadi Sampel Karena 7 Responden Tidak Berada Di Tempat, Mengingat Kesibukan Sebagai Auditor.  Tahun Data: 2013

 Metode Analisis: Regresi Berganda

 Variable Lainnya: time pressure, audit risk, professional commitment dan locus of control (variabel independen).

positif signifikan pada penghentian prematur prosedur audit. Dimana semakin tinggi time pressure dan audit risk maka semakin tinggi peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur prosedur audit.

2. Variabel professional commitment serta locus of control mempunyai pengaruh negatif signifikan pada penghentian prematur prosedur audit. Dimana semakin tinggi professional commitment dan locus of control maka semakin rendah peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit.


(57)

38 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

7. Qianhua (Q) Ling, Michael D. Akers,

Marquette University, USA

An Examination Of Underreporting of Time And Premature

Signoffs by Internal Auditors

Review of Business Information Systems – Fourth

Quarter 2010 Volume 14, Number

4

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: kuesioner dengan

SurveyMonkey.com yang memungkinkan responden untuk menyelesaikan survei online dan juga dijamin anonimitas nya.

 Sampel: Anggota dari the Institute of Internal Auditors (IIA) di Midwest. Data yang diterima 123 tanggapan secara total dari populasi 3.571 anggota bab yakni tiga bab Wisconsin ( Fox Valley, Madison , dan Milwaukee ) dan tiga bab

v 1.Premature sign off terjadi

terutama pada audit kepatuhan , diikuti oleh audit operasional dan audit keuangan.

2.Responden dalam penelitian ini

percaya bahwa keterlambatan waktu pelaporan adalah perilaku tidak etis dan harus diantisipasi oleh mereka dengan melakukan pelaporan sepanjang masa bekerja, bahkan jika waktu yang dibutuhkan tersebut melebihi waktu yang di anggarkan.

3. Temuan ini juga menunjukkan

bahwa responden merasa premature sign-off adalah salah satu perilaku yang tidak etis.

Berlanjut ke halaman berikutnya Berlanjut ke halaman berikutnya


(58)

39 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Northern Illinois ( Chicago , Chicago - Barat , dan Barat Laut Metro Chicago ).  Tahun data: -

 Metode analisis : (tidak disebutkan di dalam jurnal)

 Variabel lainnya : Underreporting of time

4. Premature sign off merupakan

akibat terutama dari kurangnya skeptisme profesional dan pelatihan yang tidak memadai.

8. Halil Paino, Zubaidah Ismail dan Malcolm Smith

Dysfunctional Audit Behaviour: An Exploratory study In

Malaysia

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: riset survey  Sampel:244 auditors

yang bekerja di KAP berukuran kecil, sedang hingga besar di negara

v 1. Premature sign off kerap terjadi, dengan 57 persen responden mengakui pernah melakukan penghentian prematur (PMSO) dalam melakukan prosedur audit. 2. Kejadian PMSO paling sering

terjadi pada review / pengujian

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(59)

40 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Edith Cowan UniversityResearch

OnlineECU Publications Pre.

2011

Malaysia yang terdaftar di Malaysian Institute of Accountants (MIA).  Tahun data: 2007  Metode analisis :

ANOVA

 Variabel lainnya : dysfunctional behavior, audit quality (variabel dependen)

Sistem Pengendalian Intern (ICS), diikuti oleh PMSO pada saat vouching biaya. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Alderman dan Deitrick (1982) dan Otley dan Pierce (1996).yang menyoroti pada objek yang sama.

3. Daerah paling mungkin dari kejadian PMSO adalah kas , piutang dan hutang . Ketiga rekening yang saling terkait secara tunai , uang tunai terlibat dalam kas penjualan , penjualan kredit ( piutang ) dan pembayaran tunai ( hutang ) . Ini adalah daerah kritis audit di

mana auditor harus

mendapatkan bukti yang cukup dan tepat tentang masing-masing pernyataan yang


(60)

41 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

signifikan untuk transaksi dan saldo yang berlaku .

4. Bahwa 72 persen dari semua responden mengaku terlibat dalam satu atau lebih dari perilaku tertentu yang menurukan kualitas audit, setidaknya 'kadang-kadang'. 5. Auditor lebih cenderung

terlibat dalam perilaku disfungsional yang melibatkan 'pengurangan mutu pekerjaan audit untuk memenuhi anggaran waktu.

9. David O Bryan, Jeffrey J. Quirin,

dan David P. Donnelly

Locus Of Control and

 Jenis penelitian: kuantitatif

 Sumber data: riset survei  Sampel:205 auditor yang

v 1.Mengubah / mengganti prosedur audit dipersepsikan memiliki tingkat tertinggi terjadinya diikuti oleh underreporting waktu.

Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)


(61)

42 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Dysfunctional Audit Behavior

Journal of Business & Economics Research - October

2005 Volume 3, Number 10

bekerja di 10 KAP yang beragam yakni terdiri dari KAP Big 5, large international, large national, multi-state regional, dan single state. Hanya 125 data yang dapat diolah hasilnya (65 persen).

 Tahun data: 2007

 Metode analisis : analisa statistik deskriptif  Variabel lainnya :

underreporting of time, replacing audit

procedures(variabel dependen)

Premature sign-off dianggap memiliki tingkat terendah terjadinya. Urutan ranking ini adalah sama untuk auditor internal dan eksternal.

2.Bahwa eksternal auditor lebih mungkin untuk terlibat dalam tiga perilaku disfungsional . 3.Mengubah / mengganti

prosedur audit dianggap memiliki kemungkinan tertinggi terdeteksi diikuti dengan premature sign-off. Underreporting time dianggap paling tidak mungkin untuk dideteksi.

10. Shapeero,  Type of research : v 1. Para akuntan memandang

Tabel 2.1 (Lanjutan)


(62)

43 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

Mike;Koh, Hian Chye;Killough,

Larry N

Underreporting and Premature Sign-Off In Public Accounting

Managerial Auditing Journal;

2003; 18, 6/7; ABI/INFORM

Complete pg. 478

kuantitatif

 Source of data : data diperoleh dengan kuisioner yang

dikirimkan melalui surat  Sampling : dari 82

kuisioner yang disebarkan kepada akuntan yang bekerja di KAP, ada 81 data yang dapat diolah hasilnya.  Year : 2003

 Analysis method : SEM (Structural equation modelling)

 Other variables: Underreporting time (variable dependent),

aktifitas premature sign off/ penghentian prematur berbeda dengan underreporting time/ keterlambatan dan segala hal yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan dapat disebabkan oleh nilai etika dari keputusan tersebut.

2. Hasil menunjukkan bahwa akuntan yang memiliki nilai etika yang rendah maka akan cenderung untuk melakukan underreporting time ketika mengambil keputusan. Dan untuk akuntan yang memiliki nilai etika yang besar melakukan proses pengambilan keputusan dengan menghindari penghentian prematur pada proses audit.


(63)

44 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

evaluation experience, locus of control (variabel independent).

3. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa

supervisor dan manajer lebih jarang untuk melakukan keterlambatan dalam pelaporan dan penghentian prematur dibandingkan dengan senior auditor.

4. Individu yang memiliki locus of control internal, lebih mungkin (dari eksternal) bergantung pada tekad mereka sendiri benar dan salah dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mereka yang memiliki locus of control internal kurang rentan terhadap pengaruh luar dan lebih mungkin untuk berperilaku

Berlanjut ke halaman berikutnya Tabel 2.1 (Lanjutan)


(64)

45 No. Peneliti/ Judul/

Sumber Metodologi Penelitian

Persamaan & Perbedaan

Hasil X1 X2 X3 X4 Y

etis.

Sumber : Diolah dari berbagai referensi


(65)

46 2.3 Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis

2.3.1 Risiko Audit dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit

Dalam literatur penilaian risiko audit, auditor mengevaluasi tingkat risiko audit tinggi, sedang atau rendah untuk mengidentifikasi salah saji material yang potensial dan untuk merencanakan pengumpulan bukti audit yang diharapkan dari cukup dan tepat untuk menghasilkan laporan audit yang relevan, dapat diandalkan, dan tepat waktu (Shin dan Han, 2004). Oleh karena itu, audit penilaian risiko akan diasumsikan mempengaruhi peencanaan audit berikutnya, pengambilan keputusan profesional, laporan audit, dan kinerja auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Qurrahman, dkk. (2012:31) menemukan bahwa penelitian menunjukan sebesar 31,1 % probabilitas penghentian prematur proses audit secara simultan dapat dipengaruhi oleh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, locus of control dan komitmen profesional, sedangkan 68,9 % perubahan yang menyebabkan penghentian prematur prosedur audit tidak diamati oleh peneliti. Variabel risiko audit memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur prosedur audit. Responden menganggap bahwa melakukan perhitungan fisik terhadap kas, investasi, melakukan pengurangan sampel dan tidak melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga merupakan tindakan yang berisiko tinggi, sehingga jika auditor tidak melakukan prosedur tersebut akan mempengaruhi hasil dari proses audit dan mengindikasikan bahwa


(66)

47

auditor telah melakukan penghentian prematur prosedur audit. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Raghunatan (1991), Heriningsih (2002), Weningtyas dkk. (2006), Yuliana dkk. (2009), Wibowo (2010) dan Lestari (2010).

Penelitian Wardani (2013:307) menunjukkan hasil bahwa risiko audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan premature sign off, karena auditor mengindikasikan terjadinya salah saji informasi untuk risiko audit sehingga kondisi ini mempercepat keputusan premature sign off.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Budiman (2013:139) memperoleh hasil bahwa risiko deteksi berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sementara self esteem dan equity sensitivity tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor menginginkan semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Agar bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material, maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang benar dan lengkap. Dengan demikian, ketika risiko deteksi rendah, auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit, sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah. Sebaliknya, jika auditor menetapkan risiko deteksi yang besar, maka semakin besar kecenderungan auditor untuk melakukan


(67)

48 penghentian prematur. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Weningtyas et al. (2006).

Penelitian selanjutnya dari Andani dan Mertha (2014:194)

Atas dasar hasil analisis data serta pembahasan yang sudah diuraikan, bahwa faktor eksternal (situasional) auditor yakni audit risk mempunyai pengaruh positif signifikan pada penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Bali. Di mana semakin tinggi audit risk maka semakin tinggi peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur prosedur audit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qurrahman, dkk. (2012), Wardani (2013), Budiman (2013), serta Andani dan Mertha (2014) dapat disimpulkan bahwa risiko audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Dengan demikian keterkaitan antara risiko audit dengan penghentian prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Risiko audit berpengaruh secara signifikan terhadap

penghentian prematur atas prosedur audit.

2.3.2 Tindakan Supervisi dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit

Supervisi merupakan proses yang berkelanjutan untuk mengawasi atau mengarahkan pekerjaan yang dimulai dengan


(68)

49 perencanaa dan diakhiri dengan penyimpulan atas jalannya tugas. Seiring dengan perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses yang dinamis. Pada awalnya, supervisi bersifat kaku atau otoriter. Jika seorang karyawan tidak bekerja seperti yang diperintahkan maka ia akan dihukum. Pada masa sekarang ini supervisi diwarnai dengan gaya kepemimpinan partisipatif (Comstock, 1994).

Murtanto dan Djasmin (2005) dalam Amilin dan Supriatiningsih (2009), menyebutkan bahwa aspek utama yang harus diperhatikan bagi supervisor akuntan pemula yaitu: (1) menunjukkan sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat, (2) menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan, dan (3) memberikan penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikannya tugas.

Penelitian yang dilakukan oleh Maulina, dkk. (2010:13) memperoleh hasil bahwa tidak terdapat pengaruh antara tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setya (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pelatihan dan tindakan supervisi pada penghentian prematur atas prosedur audit. Namun, tindakan supervisi tetap diikutsertakan dalam model penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh tindakan supervisi terhadap penghentian prematur atas prosedur audit karena

penghentian prematur atas prosedur audit juga dimungkinkan terjadi karena adanya tindakan supervisi. Pengendalian atas penghentian


(1)

141

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

PSO1 2,42 1,253 72

PSO2 2,17 1,007 72

PSO3 2,21 1,061 72

PSO4 2,24 1,144 72

PSO5 1,90 1,090 72

PSO6 1,81 1,057 72

PSO7 1,85 1,016 72

PSO8 2,10 1,023 72

PSO9 2,13 ,978 72

PSO10 2,18 1,191 72

Inter-Item Correlation Matrix

PSO1 PSO2 PSO3 PSO4 PSO5 PSO6 PSO7 PSO8 PSO9 PSO10

PSO1 1,000 ,871 ,760 ,559 ,535 ,402 ,349 ,495 ,359 ,308

PSO2 ,871 1,000 ,798 ,589 ,605 ,560 ,590 ,586 ,479 ,503

PSO3 ,760 ,798 1,000 ,702 ,761 ,678 ,631 ,552 ,477 ,483

PSO4 ,559 ,589 ,702 1,000 ,696 ,598 ,576 ,618 ,540 ,547

PSO5 ,535 ,605 ,761 ,696 1,000 ,791 ,724 ,628 ,567 ,524

PSO6 ,402 ,560 ,678 ,598 ,791 1,000 ,838 ,643 ,678 ,655

PSO7 ,349 ,590 ,631 ,576 ,724 ,838 1,000 ,746 ,629 ,675

PSO8 ,495 ,586 ,552 ,618 ,628 ,643 ,746 1,000 ,621 ,610

PSO9 ,359 ,479 ,477 ,540 ,567 ,678 ,629 ,621 1,000 ,815

PSO10 ,308 ,503 ,483 ,547 ,524 ,655 ,675 ,610 ,815 1,000


(2)

142

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PSO1 18,57 61,460 ,626 ,864 ,938

PSO2 18,82 61,981 ,778 ,868 ,930

PSO3 18,78 60,739 ,815 ,810 ,928

PSO4 18,75 60,697 ,748 ,617 ,931

PSO5 19,08 60,472 ,807 ,753 ,928

PSO6 19,18 60,939 ,805 ,803 ,928

PSO7 19,14 61,671 ,792 ,840 ,929

PSO8 18,89 62,100 ,756 ,684 ,931

PSO9 18,86 63,361 ,708 ,723 ,933

PSO10 18,81 61,060 ,691 ,737 ,934

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

20,99 75,338 8,680 10

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1.

HASIL UJI MULTIKOLINERITAS

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -3,597 11,452 -,314 ,754

TAR -,318 ,408 -,084 -,779 ,439 ,913 1,095

TSA -,255 ,322 -,097 -,791 ,432 ,704 1,420


(3)

143

TES ,769 ,168 ,515 4,588 ,000 ,833 1,201

a. Dependent Variable: TPSO

Coefficient Correlationsa

Model TES TAR TSE TSA

1

Correlations

TES 1,000 -,111 ,149 ,298

TAR -,111 1,000 ,151 -,287

TSE ,149 ,151 1,000 -,365

TSA ,298 -,287 -,365 1,000

Covariances

TES ,028 -,008 ,007 ,016

TAR -,008 ,167 ,017 -,038

TSE ,007 ,017 ,075 -,032

TSA ,016 -,038 -,032 ,104

a. Dependent Variable: TPSO

Collinearity Diagnosticsa Model Dimension Eigenvalue Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) TAR TSA TSE TES

1

1 4,889 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00

2 ,069 8,438 ,00 ,01 ,02 ,02 ,62

3 ,029 12,955 ,00 ,77 ,01 ,11 ,02

4 ,008 24,051 ,03 ,20 ,55 ,74 ,00

5 ,005 32,961 ,97 ,02 ,43 ,13 ,35

a. Dependent Variable: TPSO


(4)

144

3.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS


(5)

145

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

TAR 72 4 15 869 12,07 2,279

TSA 72 20 35 1984 27,56 3,288

TSE 72 16 35 1901 26,40 3,641

TES 72 8 36 1551 21,54 5,816

TPSO 72 10 43 1511 20,99 8,680

Valid N (listwise) 72


(6)

146

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables

Removed

Method

1 TES, TAR, TSE,

TSAb . Enter

a. Dependent Variable: TPSO b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,545a ,297 ,255 7,493

a. Predictors: (Constant), TES, TAR, TSE, TSA b. Dependent Variable: TPSO

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 1586,788 4 396,697 7,065 ,000b

Residual 3762,198 67 56,152

Total 5348,986 71

a. Dependent Variable: TPSO

b. Predictors: (Constant), TES, TAR, TSE, TSA

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -3,597 11,452 -,314 ,754

TAR -,318 ,408 -,084 -,779 ,439

TSA -,255 ,322 -,097 -,791 ,432

TSE ,715 ,275 ,300 2,604 ,011

TES ,769 ,168 ,515 4,588 ,000