Klasifikasi Tanah Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010.

KLASIFIKASI TANAH DESA SIHIONG, SINAR SABUNGAN, DAN LUMBAN LOBU KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010
SKRIPSI OLEH:
INGRID OVIE YOSEPHINE 070303014
ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

KLASIFIKASI TANAH DESA SIHIONG, SINAR SABUNGAN, DAN LUMBAN LOBU KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010
SKRIPSI OLEH:
INGRID OVIE YOSEPHINE 070303014
ILMU TANAH Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Departemen Minat Studi

: Klasifikasi Tanah Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010

: Ingrid Ovie Yosephine : 070303014 : Ilmu Tanah : Klasifikasi Tanah dan Evaluasi Lahan

Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota

(Ir. Purba Marpaung, SU) NIP. 19540205198003 1 003

(Ir. Fauzi, MP) NIP. 19571110198601 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen Agroekoteknologi
(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, Ph.D) NIP. 19640620 198903 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah mulai dari tingkat ordo sampai sub group. Penelitian ini dilakukan di Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu, Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia-Kesuburan Tanah, Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dilakukan pengamatan profil di lapangan pada tiga lokasi. Profil I di Desa Sihiong berada pada kemiringan lereng 21% (bergelombang) dengan ketinggian tempat 1024 m dpl. Profil II di Desa Sinar Sabungan berada pada kemiringan lereng 15% (bergelombang) dengan ketinggian tempat 991 m dpl. Profil III di Desa Lumban Lobu berada pada kemiringan lereng 15% (bergelombang) dengan kemiringan tempat 1071 m dpl. Pada masing-masing profil diamati sifat-sifat fisik tanah, seperti warna, struktur, tekstur, konsistensi, perakaran serta kedalaman efektif, dan diambil sampel masing-masing profil dari setiap horizon untuk dianalisis di laboratorium. Analisis di laboratorium meliputi tekstur tanah, bulk density, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl serta kapasitas tukar kation (KTK).
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sihiong adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Fluventic Humudept. Desa Sinar Sabungan adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Pachic Humudept. Desa Lumban Lobu adalah Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Typic Udorthent. Kata Kunci : Klasifikasi Tanah, Taksonomi Tanah 2010

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
This research aims to clasify the soil starting from the level of orders to sub group. This research is being held in Desa Sihiong, Sinar Sabungan and Lumban Lobu, Kecamatan Toba Lunasi, Kabupaten Toba Samosir. Laboratory analysis is being held in Laboratory Chemistry-Soil Fertility, Research and Technology, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan.
Observations made in the feld profile at three locations. Profile I in Desa Sihiong was at 21% slope (wavy) with altitude 1024 m dpl. Profile II in Desa Sinar Sabungan was at 15 slope (wavy) with altitude 991 m dpl. Profile III in Desa Lumban Lobu was at 15 slope (wavy) with 1071 altitude m dpl. In each of the observed profile of physical properties such as color, structure, texture, consistency, roots and depth of effective and taken samples of each profile of each horizon to be analyzed in the laboratory. Analysis in the laboratory include soil texture, bulk density,C-organic, base exchange (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pHKCl, and cation change capacity (CEC).
From the research result show that the classification of soil based on Soil Taxonomy 2010 in Desa Sihiong is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, dan Sub Group Fluventic Humudepts. Desa Sinar Sabungan is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, dan Sub Group Pachic Humudepts. Desa Lumban Lobu is Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Typic Udorthent. Keywords : Soil Classification, Soil Taxonomy 2010
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Ingrid Ovie Yosephine dilahirkan di Medan pada tanggal 02 September 1989. Anak pertama dari empat bersaudara. Putra dari Ayahanda Ir. E. Sitompul dan Ibunda D.br. Marpaung.
Riwayat Pendidikan - SD Swasta Budi Utomo, lulus pada tahun 2001. - SLTP Negeri 29 Medan, lulus pada tahun 2004. - SMA Negeri 11 Medan, lulus pada tahun 2007. - Tahun 2007 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SPMB di Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. Aktivitas Selama Pendidikan - Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. - Asisten Laboratorium mata kuliah Praktikum Genesis dan Morfologi tahun 2011. - Asisten Laboratorium mata kuliah Praktikum Agrogeologi tahun 2011. - Asisten Laboratorium mata kuliah Praktikum Pengelolaan Tanah dan Air tahun 2011. - Peserta Seminar Nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca Swasembada Beras 2008” pada 8 Agustus 2009 di FP USU Medan. - Peserta Seminar dan Lokakarya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan
Universitas Sumatera Utara

Berbasis Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)” pada 12 Februari 2010 di FP USU Medan. - Peserta Seminar Pertanian 2011 “Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” pada 29 Mei 2011 di FP USU Medan. - Panitia Pengkaderan Nasional II Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) “Mengoptimalkan Kader yang Mampu Menjadi Barometer Dunia Pertanian di Indonesia” pada 22 – 26 Januari 2011 di FP USU Medan. - Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi pada bulan Juli tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi adalah “Klasifikasi Tanah Desa Sihiong, Sinar Sabungan dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.Purba Marpaung, SU selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.Fauzi, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, February 2012
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Tabel

Hal

1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil I, II, III..................................73

2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil I, II, III................................74

_________________________________________________________________


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal 1. Penampang Profil Tanah di Desa Sihiong ..................................................68 2. Penampang Profil Tanah di Desa Sinar Sabungan......................................70 3. Penampang Profil Tanah di Desa Lumban Lobu ........................................72 _________________________________________________________________
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Lampiran

Hal

1. Data Iklim Hujan selama 5 tahun terakhir Kabupaten Toba Samosir

(2007-2011)

2. Penampang Profil Tanah di Desa Sihiong


3. Penampang Profil Tanah di Desa Sinar Sabungan

4. Penampang Profil Tanah di Desa Lumban Lobu

_________________________________________________________________

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii DAFTAR ISI................................................................................................... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 Klasifikasi Tanah ................................................................................. 4 Taksonomi Tanah................................................................................. 8 Taxonomy Tanah 2010 ........................................................................ 11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 62 Bahan dan Alat.................................................................................... 62 Metoda Penelitian ............................................................................... 63 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 63 Pengolahan Data ................................................................................. 66
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil .................................................................................................... 67 Pembahasan......................................................................................... 75
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... 91 Saran..................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan tanah mulai dari tingkat ordo sampai sub group. Penelitian ini dilakukan di Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu, Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia-Kesuburan Tanah, Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dilakukan pengamatan profil di lapangan pada tiga lokasi. Profil I di Desa Sihiong berada pada kemiringan lereng 21% (bergelombang) dengan ketinggian tempat 1024 m dpl. Profil II di Desa Sinar Sabungan berada pada kemiringan lereng 15% (bergelombang) dengan ketinggian tempat 991 m dpl. Profil III di Desa Lumban Lobu berada pada kemiringan lereng 15% (bergelombang) dengan kemiringan tempat 1071 m dpl. Pada masing-masing profil diamati sifat-sifat fisik tanah, seperti warna, struktur, tekstur, konsistensi, perakaran serta kedalaman efektif, dan diambil sampel masing-masing profil dari setiap horizon untuk dianalisis di laboratorium. Analisis di laboratorium meliputi tekstur tanah, bulk density, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pH KCl serta kapasitas tukar kation (KTK).
Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010 di Desa Sihiong adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Fluventic Humudept. Desa Sinar Sabungan adalah Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Pachic Humudept. Desa Lumban Lobu adalah Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Typic Udorthent. Kata Kunci : Klasifikasi Tanah, Taksonomi Tanah 2010
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
This research aims to clasify the soil starting from the level of orders to sub group. This research is being held in Desa Sihiong, Sinar Sabungan and Lumban Lobu, Kecamatan Toba Lunasi, Kabupaten Toba Samosir. Laboratory analysis is being held in Laboratory Chemistry-Soil Fertility, Research and Technology, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan.
Observations made in the feld profile at three locations. Profile I in Desa Sihiong was at 21% slope (wavy) with altitude 1024 m dpl. Profile II in Desa Sinar Sabungan was at 15 slope (wavy) with altitude 991 m dpl. Profile III in Desa Lumban Lobu was at 15 slope (wavy) with 1071 altitude m dpl. In each of the observed profile of physical properties such as color, structure, texture, consistency, roots and depth of effective and taken samples of each profile of each horizon to be analyzed in the laboratory. Analysis in the laboratory include soil texture, bulk density,C-organic, base exchange (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), pH H2O, pHKCl, and cation change capacity (CEC).
From the research result show that the classification of soil based on Soil Taxonomy 2010 in Desa Sihiong is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, dan Sub Group Fluventic Humudepts. Desa Sinar Sabungan is Ordo Inceptisols, Sub Ordo Udepts, Great Group Humudepts, dan Sub Group Pachic Humudepts. Desa Lumban Lobu is Ordo Entisol, Sub Ordo Orthent, Great Group Udorthent, dan Sub Group Typic Udorthent. Keywords : Soil Classification, Soil Taxonomy 2010
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat kimia, fisis, biologi dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Hakim, dkk, 1986).
Tanah tidak terbentuk secara sendiri tanpa ada faktor-faktor pembentuknya. Ada 5 faktor pembentuk tanah yaitu iklim (climate), bahan induk (parent material), organisme (organism), topografi (relief), dan waktu (time). Faktor-faktor tersebut tidak berjalan atau bekerja sendiri-sendiri tetapi bekerja secara simultan atau saling bekerja sama. Pembentukan dan perkembangan tanah membutuhkan waktu sehingga menghasilkan jenis-jenis tanah tertentu yang berbeda sesuai dengan kondisi faktor-faktor pembentuknya (Hasibuan, 2006).
Klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda jadi jenis-jenis tanah itu diberi nama (Hardjowigeno, 2003)
Universitas Sumatera Utara


Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga sistem klasifikasi tanah yang banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan, yaitu : (1) Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961), (2) Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan (3) Sistem FAO/UNESCO (1974).
Sistem klasifikasi tanah yang sekarang dikenal dengan nama Taksonomi Tanah atau Soil Taxonomy (USDA, 1975) merupakan penyempurnaan dari The Comprehensive System of Soil Classification 7th Aprroximation (USDA, 1960). Sistem tersebut disebut Comprehensive System karena dapat digunakan untuk seluruh tanah di dunia. Disebut 7th Aprroximation karena sistem tersebut dibuat dengan beberapa kali pendekatan dan perbaikan, hingga pendekatan yang ke-7.
Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu merupakan beberapa desa yang terdapat di Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir, dimana sebahagian mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani. Namun kehidupan dan perekonomian masyarakat di Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu belum maksimal. Padahal pada Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu mempunyai potensi wilayah berupa pertanian.
Universitas Sumatera Utara

Daerah penelitian belum pernah diklasifikasikan, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian di Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu di dalam mengklasifikasikan tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2010.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan tanah mulaidari tingkat ordo sampai sub group di Desa Sihiong, Sinar Sabungan, dan Lumban Lobu, Kecamatan Bonatua Lunasi, Kabupaten Toba Samosir berdasarkan Taksonomi Tanah 2010.
Kegunaan Penelitian - Bahan informasi klasifikasi tanah ini dapat dipergunakan untuk
pengelolaan tanah pertanian yang lebih tepat. - Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah ditemukan sekitar tahun 1880 oleh ilmuwan Rusia yang bernama Dokuchaev. Kemudian dikembangkan oleh peneliti-peneliti Eropa dan Amerika. Sistem ini didasarkan teori bahwa setiap tanah mempunyai morfologi yang pasti (bentuk dan struktur) dan berkaitan dengan kombinasi faktor pembentuk tanah tertentu. Sistem ini mencapai perkembangan pesat pada tahun 1949 dan dalam penggunaan utama (terutama di Amerika Serikat) sampai tahun 1960. Pada tahun 1960, Departemen Pertanian Amerika Serikat menerbitkan Soil Classification, a Comprehensive System. Sistem klasifikasi ini lebih menekankan pada morfologi tanah dan memberi sedikit tekanan pada genesis atau faktor-faktor pembentuk tanah dibandingkan dengan sistem sebelumnya (Foth, 1994).
Klasifikasi tanah adalah pemilahan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia, mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi penggunaan tanah (Hardjowigeno, 1986).
Klasifikasi tanah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu klasifikasi secara alami (taksonomi) dan klasifikasi secara keteknikan atau kegunaan. Klasifikasi alami adalah klasifikasi yang didasarkan atas sifat fisik tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran besar terhadap sifat fisik, kimia
Universitas Sumatera Utara

dan minerologi tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah. Sedangkan klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu (http://wenotforsale.blogspot.com/2010/02/klasifikasi-tanah.html).

Ilmu klasifikasi tanah berkembang cukup pesat mulai dari klasifikasi sederhana hingga klasifikasi yang menggunakan kaidah ilmu pengetahuan. Di Indonesia telah digunakan beberapa sistem klasifikasi, misalnya Sistem Klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo. Pada Kongres ke-5 Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) tahun 1989 di Medan disepakati untuk menggunakan Sistem Klasifikasi Soil Taxonomy secara nasional. Pada sistem klasifikasi Soil Taxonomy, tanah diklasifikasikan menurut hirarki ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Ada 12 ordo tanah di dunia, yaitu (1) Alfisol, (2) Andisol, (3) Aridisol, (4) Entisol, (5) Gellisol, (6) Histosol, (7) Inceptisol, (8) Mollisol, (9) Oksisol, (10) Spodosol, (11) Ultisol, (12) Vertisol (Musa, dkk, 2006).
Sistem klasifikasi berdasarkan taksonomi tanah dimulai pada tahun 1951 dan dikembangkan berdasarkan nomor approximation yaitu pendekatan dan perbaikan, Approximation ke-7 dipublikasikan pada tahun 1960. Disebut 7th Aprroximation karena sistem tersebut dibuat dengan beberapa kali pendekatan dan perbaikan, hingga perbaikan yang ke-7. Ada 6 tingkatan kategori yaitu : (1) Ordo, (2) Sub Ordo, (3) Great Group, (4) Sub Group, (5) Family, dan (6) Seri (FitzPatrick, 1983).
Universitas Sumatera Utara

Tujuan klasifikasi tanah adalah : - Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah. - Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama
lain. - Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah. - Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis
dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik, menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian. - Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru. (Buol, dkk, 1980). Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan. Tujuan umum klasifikasi tanah adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan mengenai tanah dan hubungannya dengan tanaman, baik mengenai produksi maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah (Darmawijaya, 1997). Suatu sistem klasifikasi tanah harus memiliki dasar pemikiran sebagai berikut : - Dasar klasifikasi harus jelas untuk setiap kategori/setiap tingkat. Misalnya, pembeda yang dipergunakan diuraikan dengan jelas.
Universitas Sumatera Utara

- Pembagian akan menjadi lengkap pada setiap tingkat. Misalnya, semua klas terbagi lagi menjadi subklas-subklas.
- Suatu klas akan selalu dibagi menjadi subklas-subklas yang non- overlapping.
(Abdulah, 1991) Klasifikasi tanah memiliki berbagai versi. Terdapat kesulitan teknis dalam
melakukan klasifikasi untuk tanah karena banyak hal yang memengaruhi pembentukan tanah. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk (http://id.wikipedia.org/wiki/Pedologi).
Klasifikasi tanah yang bersistem telah dikembangkan dengan maksud menempatkan tanah ke dalam berbagai kelas (taxa) sehingga mudah diingat. Dengan demikian tanah dapat saling dibandingkan dan pengetahuan serta pengalaman tentang tanah di suatu tempat dapat diterapkan di tempat lain yang memiliki sifat-sifat lain dan keadaan lingkungan yang serupa. Hampir tidak mungkin orang mengumpulkan tanah seperti yang dilakukan oleh pakar Biologi mengumpulkan bahan herbarium. Untuk melancarkan perbandingan antar tanah, sering dibuat monolit tanah, yaitu irisan tipis profil tanah yang dilekatkan pada hardboard dan diawetkan dengan plastik (Buringh, 1993).
Universitas Sumatera Utara

Sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Sistem klasifikasi Soil Taxonomy (USDA, 1975) ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
1. Penamaan atau tata nama atau cara penamaan. 2. Definisi horison penciri. 3. Beberapa sifat penciri lainnya. (http://www.soilsworldwide.net/index.php/ Soil Classification System).
Taksonomi Tanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horison
Universitas Sumatera Utara

dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah).
Sifat umum dari taksonomi tanah adalah : 1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori. 2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan-
penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri. 3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu
landscape dimanapun ditemukan. 4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah.
Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah. (Hardjowigeno, 1993).
Dalam cabang ilmu tanah (pedologi), taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah peubah yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari Soil Survey Staff Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama seperti : Ultisol-Podsolik Merah Kuning. Meskipun nama baru sudah diberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil Survey Staff dianggap terlalu rinci (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi)
Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara

1. Ordo Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
2. Sub Ordo Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).
3. Great Group Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan.
4. Sub Group Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup Typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah).
5. Family Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu > 8000 taksa. Faktor pembedanya adalah sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda
Universitas Sumatera Utara

untuk family antara lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral (liat), regim temperatur pada kedalaman 50 cm. 6. Seri Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat-sifat kimia dan mineral masing-masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi Tanah 2010
Taksonomi tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti :
1. Deskripsi profil tanah. 2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain. 4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub
ordo, kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri. (Marpaung, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo. Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon. Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan horison bawah penciri (Darmawijaya, 1990).
Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.
A. Epipedon Mollik Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
B. Epipedon Antropik Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 < 250 ppm.
C. Epipedon Umbrik Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.
D. Epipedon Folistik Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan tahun-tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik.
Universitas Sumatera Utara

E. Epipedon Histik Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.
F. Epipedon Okrik Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.
G. Epipedon Plagen Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya. Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 19 horison bawah penciri yaitu :
horison Agrik, Albik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.
Universitas Sumatera Utara


A. Horison Agrik Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.
B. Horison Albik Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan-bahan andik.
C. Horison Argilik Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmo/kg).
D. Horison Duripan Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl.
E. Horison Fragipan Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.
Universitas Sumatera Utara

F. Horison Glosik Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.
G. Horison Gipsik Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.
H. Horison Kalsik Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.
I. Horison Kandik Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (