. Permasalahan Tujuan Percobaan Komposisi gas alam

1.2 . Permasalahan

Adapun permasalahan yang di bahas dalam karya ilmiah ini adalah : Bagaimana menentukan besarnya komposisi dari komponen yang terdapat dalam gas alam dengan menggunakan analisa kromatografi gas Gas Chromatography ?. Dengan mengetahui komposisi komponen yang terdapat dalam gas alam maka dapat di tentukan kualitas dari gas alam tersebut. Selain itu, kita juga dapat mengetahui komponen inert yang terdapat dalam sampel gas alam sehingga kita dapat mengurangi atau bahkan menghilangkannya dari sampel gas alam untuk mendapatkan gas alam yang memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu, letak dari sumur pengeboran gas alam juga sangat mempengaruhi komposisi dari komponen yang terdapat dalam sampel gas alam.

1.3. Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui besarnya volume komposisi dari komponen yang terdapat dalam sampel gas alam - Untuk mengetahui komponen - komponen yang terdapat dalam gas alam - Untuk mengetahui pengaruh komposisi dari komponen penyusun gas alam terhadap kualitas gas alam - Untuk mengetahui komponen inert yang terdapat dalam sampel gas alam Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. 1.4.Manfaat Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu sumber untuk mengetahui komposisi dari senyawa hidrokarbon dan kandungan senyawa inert yang terdapat dalam sampel gas alam. Karya ilmiah ini juga bermanfaat untuk mengetahui urutan senyawa hidrokarbon sebagai penyusun gas alam. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposisi gas alam

Komponen terbesar di dalam gas dan minyak mengandung senyawa hidrokarbon seperti metana CH 4 dengan rumus homolognya C n H 2n + 2 , etana C 2 H 6 , propana C 3 H 8 , butana C 4 H 8 , pentana C 5 H 12 dan senyawa – senyawa hidrokarbon diatas pentana. Gas juga sering mengandung sejumlah kecil karbondioksida CO 2 , hidrogen sulfida H 2 S dan nitrogen N 2 pada suhu dan temperatur normal 76 mmHg dan 0 . Hidrokarbon dari metana sampai butana berada dalam fase gas. Sisa dari cairan hidrokarbon yang berubah menjadi gasolin alami. Komposisi gas kemungkinan dapat dinyatakan dengan persentasi dari berat per volume atau sebagai fraksi mol. Densitas dari gas menunjukkan sejumlah dimana diindikasikan seberapa lama dari massa yang diberikan kandungan gas dalam volume yang diberikan pada suhu dan tekanan yang lebih besar, atau lebih kecil daripada massa udara kering yang di kandung dalam volume yang sama dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal. Gas yang kaya yang mengandung sebagian besar hidrokarbon yang ringan juga memiliki densitas yang lebih besar. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Tabel densitas relatif dari gas yang sesungguhnya pada suhu dan tekanan yang normal adalah sebagai berikut : Gas Densitas relative Nitrogen N 2 0,9673 Karbondioksida CO 2 1,5291 Hidrogen sulfida H 2 S 1,1906 Metana CH 4 0,553 Etana C 2 H 6 1,038 Propana C 3 H 8 1,523 Butana C 4 H 10 2,007 Gas alam yang utama digunakan sebagai bahan bakar industri dan domestik. Sebelum digunakan, gas tersebut harus dibersihkan lebih dahulu dari pengotor pengotor padat dan cairan. Kotoran dan air digunakan untuk tekanan pengujian yang biasa dilakukan di dalam sebuah pipa gas yang baru. Permukaan inert dari pipa akan dimakan karat dan menghasilkan produk korosi padatan, seperti karat besi ditemukan sejak operasi dari pipa – pipa gas dalam cara asing dimasukkan dan dijalankan dengan gas yang rendah pada kecepatan yang tinggi. Kerusakan yang total adalah terjadinya pembengkokan. Memasukkan pipa piston kompressor silinder, tongkatnya lebih dahulu Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. dilumuri permukaannya. Hal ini untuk mengurangi kerusakan. Kumpulan debu kering dari gas fraksi gasoline juga digunakan sebagai penyerap dari kumpulan debu. Kumpulan debu diisikan dengan solar atau minyak untuk keperluan industri. Gas dapat juga dibersihkan di dalam tangki operasi dengan gaya berat. Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung sejumlah kecil senyawa belerang. Belerang terdapat dalam gas alam dalam bentuk hidrogen sulfida H 2 S yaitu gas dengan berat lebih ringan dari udara dimana spesifik gravity relatif dari udara adalah 1,176 dan memiliki bau yang khas. Bau ini dapat diidentifikasi ketika konsentra si dengan volume dari hidrogen sulfida H 2 S dalam udara adalah 0,002 . Dalam standard kesehatan konsentrasi maksimum yang diijinkan dari hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mgL. Produk pembakaran dari hidrogen sulfida sebagian besar yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida SO 3 , dengan konsentrasi yang diijinkan dalam udara adalah 0,02 mgL. Hidrogen sulfida di dapat dalam gas dan dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga mengandung oksigen, karbondioksida atau campuran. Panas besi belerang juga dihasilkan dari proses ini. Jika dalam gas pembawa banyak hidrogen sulfida, itu dapat ditoleransi untuk menutupinya untuk menghasilkan produk belerang komersil dan asam sulfur. Oleh karena itu, pengolahan hidrogen sulfida dari gas sangat penting untuk mencegah pengotoran, perkaratan peralatan, kelayakan dari hasil akhir dan juga untuk menutupi sulfur yang terdapat pada material yang berharga. Gas domestik seharusnya tidak mengandung lebih dari 2 gram hidrogen sulfida per 100 m 3 gas pada suhu dan tekanan normal. Gas yang digunakan sebagai bahan baku kimia seharusnya mengandung tidak lebih dari 0,06 mgm 3 hidrogen sulfida pada keadaan suhu dan temperatur yang normal. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Biasanya gas dibersihkan lebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kompressor, sebelum dialirkan ke dalam pipa gas dan sebelum digunakan. Tujuan utama adalah untuk melindungi terhadap perkaratan. Efisiensi dari proses desulfurisasi diteliti dengan menganalisa gas sampel sebelum dan sesudah pemurnian. Komponen uap air dalam gas alam dikarakterisasikan dengan kelembaban absolut dan relatif. Kelembaban relatif adalah perbandingan dari jumlah sesungguhnya dari uap air di dalam gas terhadap jumlah kemungkinan maksimumnya dalam kondisi rendah yang diberikan. Kelembaban absolut dapat diartikan dari kondisi dimana tekanan parsial dari uap air di dalam gas dan secara rata – rata, persamaan itu diberikan pada temperatur yang diberikan. Dehidrasi dari gas sangat penting sekali untuk mencegah pengendapan kondensat, formasi dari es dan penyumbatan dari hidrat di dalam jalur gas dan juga korosi pada peralatan. Pemompaan gas kering biasanya dengan menggunakan tenaga yang rendah meningkat seiring dengan kapasitasnya, dan pembuangan diperlukan untuk menjerat air, dan diijinkan pada pipa gas dengan kedalaman yang rendah. Keuntungan kalori dari gas kering adalah lebih tinggi, dan hal itu akan membuatnya lebih baik digunakan sebagai bahan bakar. Proses dehidrasi pada gas dengan adsorpsi gas kering dan absorpsi gas basah . Metode ini dilakukan dengan menggunakan pendingin. Adsorben padat yang biasa digunakan adalah campuran dari kalsium klorida CaCl 2 , sodium hidroksida, silika gel, dan aluminium oksida aktif. Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas, dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih yang tinggi tidak mudah menguap yang terikat pada zat padat penunjangnya. Sedangkan dalam kromatografi padat – gas, digunakan suatu zat penyerap. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Ide untuk memfraksionasikan gas - gas dengan menginteraksikannya terhadap su atu zat padat atau cairan tidak bergerak melalui suatu aksi selektif terhadap suatu komponen tertentu. Pertama kali disarankan pada tahun1941. Metode ini menjadi populer setelah tahun 1955. Pemakaian zat cair sebagai fase diam ternyata lebih dahulu dibandingkan zap padat, sehingga teknik ini kadangkala dikenal sebagai kromatografi gas – cair. Volume pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita zat terlarut pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi yaitu besaran fundamental yang diukur dengan kromatografi gas. Untuk suatu kolom tertentu yang dioperasikan pada suatu temperatur tertentu dan pada laju aliran gas pembawa, maka waktu yang diperlukan untuk masing – masing komponen untuk tinggal di dalam suatu kolom dikenal dengan waktu retensi. Jarak pada sumbu waktu dari titik injeksi sampel sampai puncak suatu komponen yang terelusi dikenal sebagai waktu retensi tanpa koreksi. Karena gas bergerak lebih lambat dekat wilayah inletnya dibandingkan pada saat keluarnya, maka suatu koreksi gradien tekanan harus dilakukan pada volume retensi yaitu berupa faktor kompresibilitas. Jika zat terlarut masuk ke dalam kolom, zat tersebut akan menyeimbangkan dirinya antara fase diam dengan fase geraknya. Zat terlarut akan tinggal selama separuh dari waktunya dalam cairan, separuh waktunya lagi digunakan untuk tinggal dalam fase cairnya. Jika isoterm partisinya linear, maka partisinya tidak tergantung pada konsentrasi zat terlarutnya. Bila pengaruh temperatur diperhatikan, maka jelas waktu elusi untuk masing – masing komponen dapat dipengaruhi dengan mengatur temperatur kolom. Menurunkan temperatur operasi menyebabkan bertambahnya waktu retensi. Pada anggota – anggota suatu deret homolog, maka volume retensi spesifik suatu zat terlarut merupakan fungsi dari temperatur kolom dan dapat dihubungkan dengan titik didihnya. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Sifat retensi biasanya dinyatakan sebagai retensi relatif, yaitu waktu retensi dibandingkan dengan suatu zat referans yang kedua – duanya dianalisis pada kondisi yang identik. Retensi relatif tidak bergantung pada panjang kolom, laju aliran gas pembawa, faktor kompresibilitas dan perbandingan banyaknya cairan fase diam terhadap zat padat penunjang, tetapi bergantung pada temperatur. Suatu kolom yang efisien adalah bila puncak elusinya terpelihara dalam bentuk tajam serta resolusinya terjaga dengan baik. Sampel yang ideal dalam kromatografi gas adalah sampel yang hanya mengandung senyawa yang akan dipisahkan dalam kolom, dan dalam banyak hal juga pelarut yang mudah menguap yang melarutkan sampel tersebut. Walaupun cairan yang mudah menguap tidak dalam larutan serta zat padat yang mudah menguap dapat langsung disuntikkan, tetapi kebanyakan dilarutkan dahulu dalam pelarut organik baru kemudian disuntikkan. Konsentrasi sampel biasa berkisar antara 1 – 10 . Komponen yang tidak mudah menguap atau tingkat menguapnya rendah tidak boleh ada dalam sampel, karena komponen ini akan tinggal dalam ruang suntik yang pada akhirnya akan mengurangi kinerja kolom. Pelarut sampel yang paling banyak digunakan adalah hidrokarbon bertitik didh rendah, etil eter, alkohol, dan keton. Pelarut yang dipilih harus mempunyai sifat yang berbeda secara nyata dengan sampel yang dianalisis. Penyuntikan dalam kromatografi gas dapat dilakukan dengan memakai alat suntik kedap gas atau sistem penyuntikan yang telah dirancang secara khusus. Kebanyakan penyuntikan dilakukan dengan menggunakan alat penyuntik mikro. Dalam kasus tertentu, dalam dilakukan penyuntik - an langsung ke dalam kolom on coloum injection tanpa melalui lubang penyuntikan. Teknik ini digunakan untuk senyawa – senyawa yang mudah menguap sehingga kalau Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung, dikhawatirkan dapat terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi pirolisis . Setelah kolom dipakai dalam jangka waktu sekian lama, kemungkinan yang paling sering terjadi adalah penyumbatan kolom. Hal ini sering terjadi pada kolom kapiler. Akibat dari hal tersebut maka kinerja kolom akan menurun, khususnyan untuk kolom yang fase diamnya adalah fase terikat. Apabila terjadi penyumbatan pada kolom kapiler atau menurunnya kinerja kolom, maka perlu dilakukan regenerasi untuk meremajakan atau mengembalikan kinerja kolom pada kondisi semula. Ada tiga cara regenerasi kolom yaitu : a. Pemotongan kolom Pemotongan kolom biasanya dilakukan jika terjadi penyumbatan pada ujung depan kolom terutama kolom kapiler. Komponen-komponen sampel yang tidak dapat diatsirikan diuapkan sering menyumbat kolom pada ujung depannya. Salah satu tanda adanya penyumbatan pada kolom adalah adanya puncak komatrogram yang melebar atau berekor. Pengatasan masalah ini yang umum dilakukan adalah dengan cara memotong kolom kapiler tersebut sepanjang 50 cm dari ujung depannya. Biasanya pemotongan dilakukan dengan kinerja dengan memakai pemotong intan yang ujungnya sangat tajam pensil intan. b. Pengkondisian Conditioning Pengkondisian ini bersifat untuk memelihara kolom agar waktu hidup life time- nya cukup lama. Pengkondisian ini dilakukan kurang dari 30 menit sebelum dan sesudah analisis, tergantung pada kontaminasinya. Suhu yang dipakai pada saat Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. pengkondisian sebaiknya terprogram dengan kenaikan 5 o Cmenit sampai suhu opeerasional. c. Pencucian kolom Untuk kolom fase terikat sebaiknya dilakukan pencucian dengan memakai tangkai tabung pencuci yang dilakukan diluar oven. Yang terbaik yang dipakai sebagai larutan pencuci adalah pentana yang dapat dipakai sebagai larutan pencuci semua janis kolom. Untuk mencuci material pengotor yang lebih polar dapat juga dipakai metilen klorida atau metanol. Setelah proses pencucian maka diusahakan semua cairan pencuci keluar dari kolom. Pada saat instalasi kembali, kolom yang telah dicuci jangan dihubungkan langsung dengan detektor. Detektor pada Kromatografi Gas Komponen selanjutnya adalah kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak gas pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponrn-komponen didalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisai kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen- komponen ynag terpisah diantara fase diam dan fase gerak. Pada garis besarnya detektor pada kromatografi gas termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang liniar dengan kadar atau lajur aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh kromatografi gas disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. kromatogram dapat digunakan sebagai dat kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasik - an dengan senyawa baku. Akan tetapi, apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks misalnya GCFT-IRMS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain. Sampling Untuk Analisa Gas Bumi - Komposisi hidrokarbon - Impuritis zat pengotor - Kandungan air Persyaratan Personil Petugas Sampling - Harus mempunyaki kemampuan dalam pengambilan keputusan, keahlian dan pengalaman - Memahami tentang keselamatan kerja yang di perlukan - Menggunakam ADP lengkap Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengambilan sampling gas bumi - Uap hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan maka harus jauh dari alat yang dapat memicu percikan api sumber api - Uap hidrokarbon selama sampling harus di kontrol karena pada kondisi tertentu dapat menggantikan udara - Sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti H 2 S sehingga di perlukan cara untuk mengetahui keberadaaan dan penanggulangannya - Lakukan uji kebocoran botol percontoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman dalam botol - Wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. - Sampel yang akan di uji korosivitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan dalam tabung siliko steel - Ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling - Lakukan uji kebocoran botol sample Syarat sampling gas bumi - Untuk mendapatkan sampel yang mewakili beberapa kontaminan seperti kodensat cair harus dipisahkan terlebih dahulu dari sistem sampling dan biasanya memakai separator - Material sampel probe harus di buat dari material yang tidak bereaksi dengan aliran gas, probe harus di kontruksi baik sehingga tidak mudah membengkok atau rusak bila dilewati lairan gas - Sample probe harus diletakkan pada aliran laminar untuk menjaga homogenitas sampel. Jangan meletakkan sample probe pada lokasi meter monifolds, tee, belokan, downstream of turbulance generators - Untuk gas yang tidak diketahui sama sekali sifat-sifatnya, sebaiknya di kategorikan sebagai gas bumi basah Dimana pada GPA 2166 gas bumi dibedakan menjadi : - Gas bumi kering Gas bumi kering didefenisikan sebagai gas yang tidak mengalami kondensasi akibat pendinginan oleh ekspansi yang cepat dari tekanan pada sumber ke tekanan atmosfer atau tekanan intermediet lainnya. - Gas bumi basah Gas bumi basah didefenisikan sebagai gas yang terkondensasi sebagian karena pendinginan atau adanya perubahan tekanan pada tekanan sumber. Adanya Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. sedikit perubahan suhu atau perubahan pada tekanan sumber yang dapat menyebabkan kondensasi sebagian. Pemilihan prosedur sampling - Metode purge-fill empty - Metode purge-controlled rate - Metode water displacement - Metode glycol displacement - Metode reduced pressure - Metode helium pop - Metode evacuated containe Tahapan kerja metode purge-fill empty Peralatan yang di gunakan : - Silinder wadah sample dengan 2 valve - Tubing - Separator - Penunjuk tekanan - Valve - Konektor dan - Peralatan kunci NB : Sebelum digunakan, bersihkan silinder botol percontoh dengan deterjen panas atau pelarut Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Tahapan kerja - Rangkaian probe, valve, separator, penunjuk tekanan, silinder wadah sampel seperti pada gambar dengan semua valve pada posisi tertutup. Pasang pipa tambahan clan valve pada outlet silinder botol untuk menghindari kondensasi hidrokarbon - Buka penuh valve pada titik pengambilan sampel - Buka penuh valve 1, 2, dan 3, biarkan tekanan pada wadah sampel naik sampai sama dengan tekanan aliran dengan melihat penunujuk tekanan - Tutup valve 2 dan buka valve 4 secara perlahan – lahan hingga tekanan mendekati atmosfer Tabel jumlah purging : Tekanan gas maksimum Psig Jumlah pengulangan Purging 15 – 30 13 30 – 60 8 60 – 90 6 90 – 150 5 150 – 500 4 Lebih dari 500 3 Metode Glycol water displacement - Tabung sampel di isi dengan glycol atau air dari suatu vessel - Air harus mempunyai pH 5 – 7, air yang mempunyai pH lebih dari 7 harus di asamkan agar pH berada pada kisaran yang diinginkan 0,1 N H 2 SO 4 - Glyco yang digunakan yaitu etylen glycol Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Metode helium POP - Vakumkan wadah sampel hingga mendekati 1 mmHg - Alirkan isikan tabung dengan helium, hingga tekanan cukup besar mendekati 5 psig, tutup valve tabung - Sambungkan wadah sampel dengan sumber gas yang akan disampling hingga tekanan tabung mendekari tekanan sumber Metode floating piston cylinder - Rangkai peralatan sampling - Buka sampling valve pada sampling point dan aliran gas untuk mendorong udara dan material lainnya pada sistem sampling kemudian tutup valve sampling Penangan tabung percontoh di laboratorium - Wadah sample harus di simpan dalam rak - Jika tabung bocor, amankan percontoh - Jika harus di bawa dengan mengguanakan alat transportasi maka harus dilaporkan pada pihak yang berwewenang - Wadah sample sebaiknya di panaskan sampai mendekati temperatur sumber untuk analisis komposisi Manfaat pengawasan mutu gas bumi dan LPG pada sistem suplai dan distribusi - Menjamin spesifikasi gas bumi dan atau LPG, sesuai dengan spesifikasi produk dari sumbernya dan kesepakatan B to B produsen dengan transporter dan konsumen - Untuk menjamin terhindarnya kerusakan pada peralatan yang menggunakan gas bumi dan atau LPG pada konsumen - Menjamin produk yang di salurkan sesuai dengan spesifikasi peralatan konsumen Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Teori Kromatografi Gas Volume pembawa yang diperlukan untuk menggerakkan pita zat terlarut pada keseluruhan panjang suatu kolom adalah volume retensi V B , yaitu besaran fundamental yang diukur dalam kromatografi gas. Untuk suatu kolom tertentu yang dioperasikan dalam temperatur t c dan laju aliran gas pembawa R c , maka yang diperlukan masing - masing komponen untuk tinggal dalam kolom dikenal sebagai waktu retensinya t g . Jarak pada sumbu waktu, dari titik injeksi sampel sampai puncak suatu komponen yang terelusi dikenal sebagai waktu retensi tanpa koreksi t g , dan hubungannya dengan volume retensi adalah : V R = t R . R Suatu kromatograf yang baik terdiri dari komponen - komponen penting berikut, yaitu : regulator tekanan, sistem injeksi sampel, kolom penunjang fase diam, fase diam, detektor, pencatat signal rekorder . Tinjaun masing – masing alat : 1. Regulator tekanan Tekanan diatur pada sekitar 1-4 atmosfer, sedangkan aliran diatur 1-1000 liter gas permenit. Katub pengatur aliran diatur oleh pengatup berbentuk jarum terletak pada bagian bawah penunjuk aliran. Sebelum kolom, gas pengemban dialirkan dulu pada silinder berisi molekuler sieve untuk menyaring adanya kontaminasi pengotor. Gas pembawa He, N 2 , H 2 , Ar, umumnya digunakan, tetapi untuk detektor konduktivitas termalnya yang tinggi. 2. Sistem injeksi sampel Sampel diinjeksikan dengan suatu macro syringe melalui suatu septum karte silikon ke dalam kotak logam yang panas. Kotak logam tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik. Banyaknya sampel berkisar anatara 0,5 – 10µl. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. 3. Kolom kromatografi Terbuat dari tabung yang dibuat berbentuk spiral terbuka. Baja tahan karat digunakan untuk tabung kolom kromatografi bila bekerja pada temperatur tinggi. Diameter kolom bervariasi dari 116 sampai 316. Panjang umunya adalah 2 meter. 4. Penunjang stasioner Struktur dan sifat permukaan memegang peranan penting. Struktur berperanan pada efisiensi kolom, sedangakan sifat permukaan menentukan tingkat pemisahan. Permukaan penunjang akan terselimuti oleh fase cair stasioner berupa lapisan film tipis. Penunjang yang sering digunakan adalah tanah diatomeaus dan kieselguhr. 5. Fase stasioner Salah satu keunggulan kromatografi gas cair terletak pada variasi fase cair untuk partisi yang dapat tersedia dalam jumlah tidak terbatas. Pembatasannya adalah penguapan, kestabilan termal dan kemampuannya membasahi penunjang fase cair dapat dikelompokkan pada cairan nonpolar, cairan dengan kepolaran menengah. Karbowax yang bersifat polar dan senyawa-senyawa yang berikatan hidreogen seperti glikol. Temperatur maksimum yang dapat diperlakukan terhadap suatu kolom ditentukan oleh penguapan fase stasioner. Banyaknya fase stasioner suatu kolom dinyatakan dengan persen berat. Suatu kolom dengan fase stasioner 15 berarti tiap 100 g kolom mengandung 15 g fase stasioner. Bergantung pada cara fase stasioner dilekatkan pada kolom, maka dikenal kolom WCOT wall coater open tubular , yaitu fase stasioner langsung dilekatkan pada dinding pipa kapiler, dan kolom SCOT support coated open tubular , yaitu fase stasioner dilapiskan pada penunjang. 6. Detektor Peka terhadap komponen - komponen yang terpisahkan di dalam kolom serta mengubah kepekaannya menjadi sinyal listrik. Kuat lemahnya sinyal bergantung pada Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. laju aliran massa sampel dan bukan pada konsentrasi sampel gas penunjang. Range suatu detektor dinyatakan sebagai sinyal terbesar yang diamati dibagi sinyal terlemah yang masih terdeteksi dan masih memberikan respon yang linear. Detektor harus terletak dekat kolom baik untuk menghindarkan kondensasi cairan maupun dekomposisi sampel sebelum mencapai detektor. Untuk kolom berpenunjang packed column detektor TCD thermal conductivity detector paling cocok tetapi untuk kolom terbuka tanpa penunjang , FID merupakan detektor yang tepat. FID pada kolom berpenunjang bisa digunakan bila efluent diperkuat oleh suatu splitter aliran. TCD, FID dan ECD electron capture detector merupakan detektor-detektor yang umum digunakan , tetapi TCD-lah yang paling populer. Alat ini terdiri atas empat komponen thermal sensing yang terbuat dari thermistor atau kawat tahanan yang dapat dibuat tetap kencang selama pemanasan. Thermistor adalah semi konduktor elektronik yang terbuat dari lelehan oksida suatu logam yang tahanan listiknya bervariasi terhadap temperatur. Detektor ini bermanfaat terutama pada volume sel yang kecil dan tidak ada kontak langsung dengan aliran gas. Perbedaan konduktivitas termal antara gas penunjang dan campuran sampel dengan gas penunjanglah biasanya diukur. Dengan TCD, maka konduktivitas termal komponen sampel. Gas H 2 , He cocok untuk hal ini. 7. Pencatat sinyal Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah pembacaan ditentukan oleh pemilihan pencatat sinyalnya. Kadangkala sinyal perlu diperkuat. Respon melewati skala penuh haruslah 1 detik. Kepekaan perekam adalah 10 mV dan berjangkauan dari 1-10 mV. Kadangkala mutlak diperlukan penguatan sinyal. Dalam operasi saluran langsung dua elektrometer dibangun menjadi satuan sinyal. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. Cara kerja kromatografi Sampel diinjeksikan melalui suatu sampel injection port yang temperaturnya dapat diatur, senyawa-senyawa dalam sample akan menguap dan akan dibawa oleh gas pengemban menuju kolom. Zat terlarut akan teradsorbsi pada bagian atas kolom oleh fase diam, kemudian akan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen yang sesuai dengan nilai K d masing-masing komponen tersebut. Gas Komponen - komponen tersebut terelusi sesuai dengan urut - urutan makin membesarnya nilai koefisien partisi K d menuju detektor. Detektor mencatat sederetan sinyal yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Pada alat pencatat sinyal ini akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi aliran gas pembawa. Ada beberopa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demukian juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini adalah terbatas untuk zat yang mudah menguap. Pemakaian Gas Kromatografi Dalam kromatografi gas untuk mengikuti reaksi, senyawa dilewatkan melalui zona reaksi dalam sistem tertutup antara tempat injeksi sampel dan detektor. Reaksi berlangsung setelah melalui tempat injeksi sampel. Reaksi seharusnya berlangsung seketika dan hasil reaksi mempunyai waktu retensi normal, yaitu 8-10 detik. Pengambilan suatu komponen senyawa dengan gugusan tertentu juga dapat dilakukan dengan membubuhkan dalam kolom kromatografi, suatu reagen yang relatif Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. untuk menahan komponen tersebut. Untuk perbandingan dua kolom dengan instrumen pencatat dapat dimanfaatkan . senyawaan dapat diubah menjadi bentuk lain dengan beda waktu retensi, misal dengan melewatkan H 2 O pada CaC 2 dapat terbentuk CH=CH asetilena. Hasil pirolisis materi yang sukar menguap juga dapat dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas. Cracking materi tersebut dilakukan dalam gas pengemban, sehingga hasil - hasil degradasinya yang mudah menguap dapat terbawa langsung menuju kromatografi gas. Teknik pirolisis ini juga bermanfaat untuk identifikasi polimer dan analisis struktur polimer. Jefri Tampubolon : Penentuan Volume Komposisi Gas Alam Dengan Menggunakan Metode Kromatografi gas GC, 2009. BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN