Penentuan Kadar Dan Komposisi Hidrokarbon Pada Liquified Natural Gas Run Down Line (Lng Rdl) Dengan Menggunakan Kromatografi Gas

(1)

PENENTUAN KADAR DAN KOMPOSISI HIDROKARBON PADA

LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG RDL)

DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

RISDA DIANA PRATIWI

052409071

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENENTUAN KADAR DAN KOMPOSISI HIDROKARBON PADA

LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG RDL)

DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RISDA DIANA PRATIWI

052409071

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR DAN KOMPOSISI HIDROKARBON PADA LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG RDL) DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : RISDA DIANA PRATIWI

Nomor Induk Mahasiswa : 052409071

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2008

Diketahui

Program Studi D3 KIN FIMPA USU Dosen Pembimbing, Ketua,

(Dr. Harry Agusnar, M.Sc. M.Phil) (Dr. Marpongahtun, M.Sc.)

NIP. 131 273 466 NIP. 131 796 151

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(Dr. Rumondang Bulan, MS.) NIP. 131 459 466


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR DAN KOMPOSISI HIDROKARBON PADA LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG RDL) DENGAN

MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

RISDA DIANA PRATIWI 052409071


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkah, rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya maka selesailah penulisan karya ilmiah ini. Serta tak lupa penulis ucapkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Kepada ibunda Nurhamidah dan ayahanda M. Rasyid Achmad tercinta, dua orang tua yang telah mendidik, membesarkan dan membiayai kehidupan penulis dengan tulus hati dan penuh kasih saying. Penulis hanya mampu memohon kepada ALLAH SWT semoga ibunda dan ayahanda selalu dalam keadaan sehat walafiat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya ingin penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc., selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Analis sekaligus Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan serta arahan kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Bapak Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phill selaku Ketua Program Studi Diploma 3 Kimia Industri di FMIPA USU .

3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., sebagai Dekan FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 5. Bapak Ibnu Abbas, selaku mentor di PT. ARUN NGL, Blang Lancang,

Lhokseumawe yang telah membimbing penulis selama PKL.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di FMIPA USU atas ilmu yang diberikan selama 3 tahun pembelajaran.

7. Arfandy Tampubolon, atas dukungan, motivasi, pikiran, tenaga dan waktu yang diberikan kepada penulis.

8. Teman – teman seperjuangan PKL (Novriliza, Said Sulaiman, M. Qohar Nst. atas semangat yang terus dicurahkan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

9. Sahabat - sahabat khususnya jurusan Kimia Industri Angkatan 2005 FMIPA USU.

10. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan namanya satu per satu, penulis hanya berharap semoga semuanya mendapatkan balasan terbaik dan terindah dari ALLAH Yang Maharahman dan Maharahim.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan atas kekurangan dalam menulis karya ilmiah ini. Semoga dengan izin Yang Maha Kuasa karya ilmiah ini memberi manfaat yang besar bagi semuanya. Amin.


(6)

ABSTRAK

LNG RDL atau Liquified Natural Gas Run Down Line adalah LNG yang dihasilkan langsung dari train yaitu tempat pemasakan hidrokarbon untuk diteruskan ke tangki penyimpanan. Untuk menenentukan kualitas suatu LNG RDL dilihat dari harga High Heating Valuenya (HHV) yaitu nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna suatu zat pada suhu tertentu. Untuk menentukan nilai HHV ini digunakan alat kromatografi gas, untuk terlebih dahulu terbaca hasilnya berupa kromatogram, yaitu hasil rekaman yang menggambarkan urutan keluarnya komponen campuran dari kolom. Dengan adanya kromatogram nilai HHV dapat dihitung dari komposisi hidrokarbonnya. Semakin tinggi nilai HHVnya maka semakin baik pula kualitas dari LNG RDL. Nilai HHV yang paling baik yaitu 1097,0 BTU/Scf. Hal ini akan mempengaruhi harga pasar LNG, dimana semakin baik mutu LNG RDL, maka LNG yang akan dipasarkan semakin baik pula mutu dan kualitasnya.


(7)

DETERMINING OF CONCENTRATE AND HYDROCARBON COMPOSITION IN LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG

RDL) BY USING CROMATOGRAPHY GAS

ABSTRACT

LNG RDL or Liquified Natural Gas Run Down Line is LNG, produced from train it is a hydrocarbon bake and its process will be continued into storaging tank. Determining of quality of LNG RDL is hold on by HHV (High Heating Value). HHV is a valuable heating that produce with complete substance, bake and in certain temperature. The determining device of HHV is chromatography gas and chromatogram is a HHV’s result. Chromatogram is a record report which describes expending of mixture component sequencely from the colom. Chromatogram of HHV can be accumulated by hydrocarbon composition. The great grade of HHV with produce the great quality of LNG RDL. The greatest grade of HHV is 1097.0 BTU/Scf. This grade will

influence cost of LNG, where if the quality of LNG RDL is good, so the prestige of LNG will determine its quality and cost.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrokarbon 5

2.1.1 Penggolongan Hidrokarbon 5

2.1.2 Alkana 6

2.2 Gas Alam 9

2.2.1 Pemanfaatan Gas Alam 10

2.2.2 Sifat dan Prinsip Pencairan Gas Alam 11

2.2.3 Pemilihan Refrigeran 13

2.3 Dasar – Dasar Kromatografi 13

2.3.1 Klasifikasi Kromatogtafi 14 2.3.2 Prinsip Kromatografi 15 2.3.3 Komponen – komponen Instrumentasi 16

Kromatografi Gas

2.3.4 Kromatogram 22

BAB 3 METODE PERCOBAAN

3.1 Alat 23

3.2 Bahan 23

3.3 Prosedur Kerja 23

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Analisis 25

4.2 Perhitungan 26


(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 2.1 Penggolongan Hidrokarbon 5

GAMBAR 2.2 Struktur Alkana 7

GAMBAR 2.3 Diagram Detektor Daya Hantar Panas 20

GAMBAR 2.4 Terjemahan Hasil Detektor 21

GAMBAR 2.5 Kromatogram 22

GAMBAR 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan 22 Detektor Konduktivitas Thermal (TCD)


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 2.1 Suku Pertama Sampai Dengan 10 Senyawa Alkana 8

TABEL 2.2 Komponen Utama Dalam Gas Alam 9

TABEL 2.3 Beberapa Refrigeran Yang Digunakan Dalam 12 Pendinginan

TABEL 2.4 Jenis – Jenis Kromatografi 14

TABEL 4.1.1 Data Komposisi LNG RDL tanggal 8 dan 9 April 2008 26

TABEL 4.1.2 Data Komposisi LNG RDL tanggal 10 dan 11 April 2008 26

TABEL 4.2.1 Nilai Gross Heating Value pada 60oF 27


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1 Kromatografi gas tipe HP 6890 N-series


(13)

ABSTRAK

LNG RDL atau Liquified Natural Gas Run Down Line adalah LNG yang dihasilkan langsung dari train yaitu tempat pemasakan hidrokarbon untuk diteruskan ke tangki penyimpanan. Untuk menenentukan kualitas suatu LNG RDL dilihat dari harga High Heating Valuenya (HHV) yaitu nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna suatu zat pada suhu tertentu. Untuk menentukan nilai HHV ini digunakan alat kromatografi gas, untuk terlebih dahulu terbaca hasilnya berupa kromatogram, yaitu hasil rekaman yang menggambarkan urutan keluarnya komponen campuran dari kolom. Dengan adanya kromatogram nilai HHV dapat dihitung dari komposisi hidrokarbonnya. Semakin tinggi nilai HHVnya maka semakin baik pula kualitas dari LNG RDL. Nilai HHV yang paling baik yaitu 1097,0 BTU/Scf. Hal ini akan mempengaruhi harga pasar LNG, dimana semakin baik mutu LNG RDL, maka LNG yang akan dipasarkan semakin baik pula mutu dan kualitasnya.


(14)

DETERMINING OF CONCENTRATE AND HYDROCARBON COMPOSITION IN LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG

RDL) BY USING CROMATOGRAPHY GAS

ABSTRACT

LNG RDL or Liquified Natural Gas Run Down Line is LNG, produced from train it is a hydrocarbon bake and its process will be continued into storaging tank. Determining of quality of LNG RDL is hold on by HHV (High Heating Value). HHV is a valuable heating that produce with complete substance, bake and in certain temperature. The determining device of HHV is chromatography gas and chromatogram is a HHV’s result. Chromatogram is a record report which describes expending of mixture component sequencely from the colom. Chromatogram of HHV can be accumulated by hydrocarbon composition. The great grade of HHV with produce the great quality of LNG RDL. The greatest grade of HHV is 1097.0 BTU/Scf. This grade will

influence cost of LNG, where if the quality of LNG RDL is good, so the prestige of LNG will determine its quality and cost.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Teknologi canggih atau modern mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu industri. Setiap industri tidak akan menghasilkan suatu produk yang maksimal tanpa didukung oleh peralatan memadai. Meskipun setiap industri telah berusaha untuk menghasilkan produk yang baik, tetap saja mengalami kendala dalam mengoperasikan suatu mesin produksi, hal ini dapat terjadi karena faktor alam, faktor peralatan yang digunakan, maupun faktor manusia itu sendiri.

LNG merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik dewasa ini, karena hasil pembakarannya memiliki tingkat polusi yang rendah, efisiensi pembakarannya cukup tinggi sehingga mudah dikontrol (Arun, PT., 2001).

Ladang gas dan minyak ditemukan di Lhokseumawe, ibu kota Aceh Utara sekitar tahun 1970-an. Kemudian, Acehpun mulai didatangi para investor luar negeri yang tertarik pada sumber daya alamnya yang hebat. Sejak saat itu, gas alam cair atau

Liquefied Natural Gas (LNG) yang diolah di kilang PT. ARUN Natural Gas Liquefaction (NGL) Co, yang berasal dari instalasi PT. Exxon Mobil Oil Indonesia


(16)

(EMOI) di zona industri Lhokseumawe, telah menyulap wilayah ini menjadi kawasan industri petrokimia modern (http://bankdata.depkes, 2008).

Komponen dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10

LNG adalah gas alam yang dicairkan, yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekanan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -150

), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk gas helium (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).

o

Celcius. Tujuan pencairan gas alam ini adalah untuk mempermudah pengangkutan ke negara tujuan, sebab perbandingan 570 : 1, artinya bila gas berjumlah 570 m3 maka setelah dicairkan menjadi 1 m3 cairan LNG, dengan demikian dapat menghemat pemakaian ruang dan juga dapat mempertinggi efisiensi pengangkutan dan penyimpanan.walaupun pengolahannya berupa pencairan saja, namun dalm proses tersebut ada zat – zat impurities (kotoran) yang dihilangkan, sehingga gas yang memasuki ke trains untuk melalui tahap proses akan sangat berbeda dengan komposisi LNG yang diperoleh. Selain menghasilkan gas alam, juga menghasilkan

condensate sebagai produk samping yang merupakan fraksi – fraksi hidrokarbon berat yang terikut bersama – sama gas alam dari sumber ladang gas. Dengan demikian kita perlu mengetahui komposisi hidrokarbon pada LNG Run Down Line (RDL) agar kita dapat melihat sejauh mana kualitas LNG yang berada pada tangki sebelum sampai


(17)

pada berth (pelabuhan) untuk kemudian dikapalkan. LNG ditransportasikan dengan menggunakan kapal tanker dan dalam tangki yang dirancang khusus. Dimana LNG di PT. ARUN saat ini memiliki isi sekitar 1/570 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada (Arun, 2001). Dengan demikian judul yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini adalah “PENENTUAN KADAR DAN KOMPOSISI HIDROKARBON LIQUIFIED NATURAL GAS RUN DOWN LINE (LNG RDL) DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS DI PT. ARUN NGL”.

1.2 Identifikasi Masalah

Liquefied Natural Gas adalah suatu hidrokarbon yang terdiri dari berbagai macam komponen-komponen gas lain yang terdapat dalam gas alam. Sedangkan LNG RDL adalah komposisi hidrokarbon dari train (dapur untuk tempat pemasakan hidrokarbon menjadi LNG) sebelum masuk kedalam tangki. Penggunaan alat Gas Chromatography (GC) pada analisa gas alam adalah untuk mengetahui semua komponen-komponen gas yang terdapat dalam gas alam. Sehingga setiap komposisi gas tersebut dapat diketahui dengan akurat. Nilai panas hasil pembakaran sempurna (HHV) LNG RDL perlu ditentukan untuk menentukan kualitas mutu LNG tersebut.

1.3 Tujuan

1) Mengetahui kadar dan komposisi LNG RDL


(18)

sempurna (HHV)

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan alat Gas Chromatography (GC) dalam menganalisa kandungan LNG RDL.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidrokarbon

Dalam bidan atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari

Sebagai cont karbon dan empat atom hidrogen: CH4 sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2) (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).


(20)

Gambar 2.1 Penggolongan Hidrokarbon

2.1.2 Alkana

Alkana (CH4) mempunyai rumus umum CnH2n+2 dengan n = 1, 2,…. Ciri terpenting dari molekul hidrokarbon alkana adalah hanya tedapat ikatan kovalen tunggal. Alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon) karena mengandung jumlah maksimum atom hidrogen yang dapat berikatan dengan sejumlah atom karbon yang ada.

Alkana yang paling sederhana (yaitu dengan n = 1) adalah metana CH4

Gambar 2.1 menunjukkan struktur dari empat alkana pertama (n = 1 sampai n = 4). Gas alam merupakan campuran dari metana, etana dan sejumlah kecil propane. Tentunya atom karbon yang terdapat di semua alkana dapat dianggap terhibridisasi

sp

, yang merupakan hasil alami penguraian bakteri anaerob dari tanaman – tanaman dalam air. Karena senyawa ini pertama kali dikumpulkan dari rawa, metana juga dikenal sebagai gas rawa. Sumber metana yang agak mustahil tetapi terbukti adalah rayap. Ketika serangga rakus itu memakan kayu, mikroorganisme yang terdapat dalam sistem pencernaannya memecah selulosa (komponen utama dari kayu) menjadi metana, karbon dioksida dan senyawa – senyawa lainnya. Diperkirakan 170 juta ton metana diproduksi setiap tahun oleh rayap. Metana juga diproduksi dalam beberapa proses pengolahan limbah. Secara komersial, metana diperoleh dari gas alam.

3

. Struktur etana dan propana amatlah jelas karena hanya ada satu cara untuk menggabungkan atom karbon dalam molekul – molekul ini. Tetapi, butana mempunyai dua kemungkinan skema ikatan yang menghasilkan isomer struktur


(21)

(structural isomer) n – butane (n artinya normal) dan isobutana, yaitu molekul – molekul yang mempunyai rumus molekul sama tetapi strukturnya berbeda. Alkana yang mempunyai isomer struktur seperti butane digambarkan mempunyai struktur rantai lurus atau rantai bercabang. n – Butana adalah alkana rantai lurus sebab atom karbon dihubungkan sepanjang satu garis. Pada alkana rantai bercabang seperti isobutana, satu atau lebih atom karbon terikat pada sedikitnya tiga atom karbon yang lain (Chang, R., 2005).

Gambar 2.2 Struktur Alkana

Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku


(22)

pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana

Suku

ke n rumus molekul nama

titik didih (°C/1 atm)

massa 1 mol dalam g

1 1 CH4 metana -161 16

2 2 C2H6 etana -89 30

3 3 C3H8 propana -44 44

4 4 C4H10 butana -0.5 58

5 5 C5H12 pentana 36 72

6 6 C6H14 heksana 68 86

7 7 C7H16 heptana 98 100

8 8 C8H18 oktana 125 114

9 9 C9H20 nonana 151 128

10 10 C10H22 dekana 174 142

Alkana - alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk mensintesis senyawa - senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam minyak bumi dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi bertingkat. Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada temperatur kamar. Metana biasa disebut juga gas alam yang banyak digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga/industri. Gas propana, dapat dicairkan pada tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai bahan bakar yang disebut LPG (liquified


(23)

petroleum gas). LPG dijual dalam tangki - tangki baja dan diedarkan ke rumah-rumah. Gas butana lebih mudah mencair daripada propana dan digunakan sebagai geretan rokok. Oktana mempunyai titik didih yang tempatnya berada dalam lingkungan bahan bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat dalam kerosin (minyak tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan parafin yang banyak digunakan untuk membuat lilin (http://free.vlsm, 2008).

2.2 Gas Alam

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul - molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti2H63H8) da4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur juga merupakan sumber utama untuk sumber gas

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptaka ketika terlepas ke atmosfer dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut)

Tabel 2.2 Komponen Utama Dalam Gas Alam


(24)

Metana (CH4) 80-95

Etana (C2H6) 5-15

Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5

2), 2S), dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai acid gas Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15% yang dapat menimbulkan ledakan.


(25)

Misalnya, dalam kilang olefin, etilena dan propilena murni sudah tersedia

2.2.1 Pemanfaatan Gas Alam

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.

2. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PVC = poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG). Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand sebagai penyimpanan dan transportasi (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).

2.2.2 Sifat dan Prinsip Pencairan Gas Alam

Sistem pendinginan sering dijumpai dalam industri penyulingan minyak, petrokimia dan industri kimia. Pemilihan refrigeran pada umumnya didasarkan pada tersedianya refrigeran itu sendiri, batas temperatur dan juga pengalaman menggunakan refrigeran tersebut.


(26)

atau propilena mungkin tidak cocok untuk kilang ammonia karena risiko kontaminasi, sedangkan ammonia dapat berfungsi dengan baik untuk tujuan tersebut. Fluorokarbon sudah banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mudah terbakar.

Karena sifatnya yang menguntungkan beberapa refrigerant yang dicantumkan dalam Tabel 3 dapat digunakan secara ekonomis dalam daerah temperatur yang luas.Untuk pencairan gas alam sudah tentu tidak semua refrigeran yang ada dalam daftar tersebut dapat digunakan, karena temperatur pencairan gas alam yang rendah.

Tabel 2.3 Beberapa Refrigeran Yang Digunakan Dalam Pendinginan

Refrigeran Batas Temperatur, oF

Metana - 200 sampai – 300

Etana dan Etilena - 75 sampai – 175 Propana dan Propilena 40 sampai – 50

Butana 60 sampai 10

Amonia 80 sampai - 25

Refrigeran - 12 81 sampai - 20

Dalam pencairan gas alam pada prinsipnya adalah mendinginkan gas sampai memasuki daerah dua fase. Pencairan suatu gas pada prinsipnya dapat dilakukan menggunakan cara – cara berikut :

(a) Pendinginan dengan tekanan tetap dalam suatu pemindah panas (heat exchanger),


(27)

(c) Pendinginan dengan klep pengembang (cerat, throttle) atau dinamakan proses

throttle.

2.2.3 Pemilihan Refrigeran

Kilang pencairan gas alam adalah kilang kombinasi Propan – MCR, di mana digunakan dua siklus pendinginan : siklus propan dan siklus refrigeran campur (MCR). Pemilihan MCR (multicomponent refrigerant) didasarkan pada kenyataan bahwa gas alam yang dicairkan merupakan campuran dari berbagai komponen, dengan komponen dasar metan, yang sudah tentu titik didh dan titik embun metan. Di samping itu agar pemakaian refrigeran hemat (ekonomis), refrigeran harus memiliki panas penguapan (Hfg) yang besar dengan titik didih rendah dan juga harus mudah didapat, apabila diperlukan untuk pengganti kehilangan refrigeran.

Pemakaian refrigeran komponen tunggal, misalnya N2 dan CH4

Istilah kromatografi mula – mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani rusia. Ia telah memisahkan klorofil dan pigmen – pigmen lain dari ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi itu sendiri berarti penulisan

yang memiliki titik didih rendah, akan memerlukan jumlah mol refrigeran yang sangat tinggi, yang akan mengakibatkan diperlukannya kompresor yang berukuran dan berdaya besar. Karena alasan – alasan tersebut akhirnya dipilih refrigeran multikomponen (MCR) sebagai refrigeran dalam kilang pencairan gas alam (Sutanto, 1994).


(28)

istilah kromatografi sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena dengan kromatografi juga dapat dipisahkan senyawa – senyawa yang tidak berwarna termasuk gas (Yazid, E., 2005).

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Prinsip dasar kromatografi adalah cara pemisahan senyawa – senyawa atas dasar perbedaan migrasi senyawa tersebut pada fase diam atau pengaruh fase gerak. Oleh karena itu kromatografi dapat digunakan untuk tujuan isolasi (pemisahan), analisa jumlah komponen dan pengujian kemurnian (Sastrohamidjojo, H.,1985).

2.3.1 Klasifikasi Kromatografi

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase – fase yang digunakan dan berdasarkan atas prinsipnya.

Tabel 2.4 Jenis – Jenis Kromatografi (Yazid, E., 2005).

Fase Bergerak

Fase

Diam Prinsip Teknik Kerja

Gas Padat Adsorpsi Kromatografi Gas - Padat

Cair Padat Adsorpsi, Partisi

Kromatografi Kolom, KLT dan Kromatografi Kertas

Cair Cair Partisi

Kromatografi Kolom, KLT dan Kromatografi Kertas


(29)

2.3.2 Prinsip Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen – komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu stationery (fase diam) dan mobile (fase bergerak). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.

Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam system yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing – masing komponen diantara ke dua fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan atau penguapan diantara ke dua fase. Jika perbedaan – perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda – beda agar dapat terjadi proses pemisahan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi deferensial dinamis dalam system dalam mana komponen – komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam (Yazid, E., 2005).


(30)

Dalam kromatografi gas, fase gerak berupa gas lembab seperti helium, nitrogen, argon, atau bahkan hidrogen yang digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Pada kromatografi gas ini fase bergerak berupa gas dan fase diam dapat berupa cairan dan padatan.

Dari persyaratan diatas, maka ada dua gabungan yaitu :

a) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah padatan maka disebut kromatografi gas – padat (GSC).

b) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah cairan maka disebut kromatografi gas – cair (GLC) (Hendayana, S.,1994).

2.3.3 Komponen – Komponen Instrumentasi Kromatografi Gas

a) Gas Pembawa

Gas yang dapat digunakan sebagai fasa gerak dalam kromatografi gas harus bersifat inert (tidak bereaksi) dengan cuplikan maupun fasa diam. Gas – gas yang biasa digunakan adalah gas He, Ar, N2, H2

Cuplikan yang dapat dianalisis dengan teknik kromatografi gas dapat berupa zat cair atau gas. Dengan syarat cuplikan tersebut mudah menguap dan stabil (tidak rusak pada kondisi operasional). Di tempat pemasukan cuplikan terdapat pemanas . Karena gas disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi maka gas tersebut akan mengalir dengan sendirinya secara cepat sambil membawa komponen – komponen campuran yang akan atau yang sudah dipisahkan. Dengan demikian gas tersebut disebut juga carrier gas (gas pembawa). b) Pemasukan Cuplikan


(31)

yang suhunya dapat diatur untuk menguapkan cuplikan. Suhu tempat penyuntikan cuplikan biasanya sekitar 50 derajat di atas titik didih cuplikan. Bila cuplikan rusak pada suhu tersebut maka cuplikan tersebut tidak dapat dianalisis dengan teknik kromatografi gas. Jumlah cuplikan yang disuntikkan kedalam aliran fasa gerak.

Tempat pemasukan cuplikan cair ke dalam pak kolom biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Cuplikan disuntikkan dengna bantuan alat suntik melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung gelas. Gas pembawa meniup uap cuplikan melalui kolom kromatografi. Cuplikan berbentuk gas dapat dimasukkan dengan bantuan alat suntik gas (gas tight syringe) atau kran gas (gas sampling valve).

c) Kolom

Dalam kromatografi gas, kolom merupakan tempat terjadinnya proses pemisahan. Untuk kromatogafi gas dikenal dua jenis kolom yaitu jenis pak (packed column) dan jenis terbuka (open tubular column). Jenis pak terbuat dari stainless steel sedangkan jenis kolom terbuka terbuat dari pipa kapiler. Ke dalam kolom jenis pak diisi zat pendukung dan fasa diam yang menempel pada zat pendukung (Hendayana S., 2006).

Waktu retensi

Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari


(32)

saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu.

Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan bergantung pada :

a) Titik didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan demikian, titik didih yang tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama. b) Kelarutan dalam fase cair. Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase cair,

akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa.. Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu retensi yang lama. c) Temperatur kolom. Temperatur tinggi menyebakan pergerakan

molekul-molekul dalam fase gas; baik karena molekul-molekul-molekul-molekul lebih mudah menguap, atau karena energi atraksi yang tinggi cairan dan oleh karena itu tidak lama tertambatkan. Temperatur kolom yang tinggi mempersingkat waktu retensi untuk segala sesuatunya di dalam kolom.

Untuk memberikan sampel dan kolom, tidak ada banyak yang bisa dikerjakan enggunakan titik didih senyawa atau kelarutannya dalam fase cair, tetapi anda dapat mempunyai pengatur temperatur. Semakin rendah temperatur kolom semakin baik pemisahan yang akan anda dapatkan, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk mendapatkan senyawa karena kondensasi yang lama pada bagian awal kolom! Dengan kata lain, menggunakan temperatur tinggi, segala sesuatunya akan melalui kolom lebih cepat, tetapi pemisihannya kurang baik. Jika segala sesuatunya melalui kolom dalam waktu yang sangat singkat, tidak akan terdapat jarak antara


(33)

puncak-puncak dalam kromatogram. Jawabannya dimulai dengan kolom dengan suhu yang rendah kemudian perlahan-lahan secara teratur temperaturnya dinaikkan. Pada awalnya, senyawa yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam fase gas akan melalui kolom secara cepat dan dapat dideteksi. Dengan adanya sedikit pertambahan temperatur akan memperjelas lagi perlekatan oleh senyawa. Peningkatan temperatur masih dapat lebih melekatan molekul-molekul fase diam melalui kolom (

d) Detektor

Berbagai jenis detektor dapat digunakan untuk mendeteksi komponen – komponen yang telah terpisahkan di dalam kolom kromatografi gas. Jenis detektor meliputi detektor daya hantar panas (thermal conductivity detector), detektor ionisasi nyala (flame ionization detector), detektor penangkap elektron (electron capture detector), detektor fotometri nyala (flame photometric detector) dan detektor nyala alkali (alkali flame detector). Setiap detektor mempunyai karakteristik tersendiri.

Detektor daya hantar panas (Thermal Conductivity Detector, TCD)

Detektor jenis ini mengukur kemampuan zat dalam memindahkan panas dari daerah panas ke daerah dingin. Semakin besar daya hantar panas maka semakin besar pula panas dipindahkan. Gambar dibawah memperlihatkan diagram detektor daya hantar panas(Hendayana S., 2006).


(34)

Gambar 2.3 Diagram Detektor Daya Hantar Panas

Detektor TCD telah digunakan sejak awalnya sejarah dari kromatografi gas dikeluarkan oleh Hewlett Packard Company dan bahkan sampai sekarang ini penggunaan detector jenis ini sangat luas. Banyak keuntungan penggunaan detector TCD, keearena dapat mendeteksi hamper semua komposisi dari gas alam (kecuali untuk analisis gas dimana gas itu digunakan sebagai carrier gas). Kegunaan dari detektor ini adalah untuk menganalisis gas – gas anorganik dengan kosentrasinya yang kecil (trace) dan memmpunyai sensitivitas yang tinggi bila digunakan suhu operasi yang tinggi. Sensitivitas detektor jenis TCD juga sangat tergantung bila bridge current

dan juga tahanan dan ukuran dari filament. Bila bridge current mencapai ratusan mA, juga tidak selalu mempunyai sensitivitas tinggi, filament yang mempunyai tahanan kecil menyebabkan bridge current yang mengalir membesar, sehingga sensitivitas dari TCD rendah (Arun, 2001).


(35)

Penerjemahan hasil dari detektor. Hasil akan direkam sebagai urutan puncak – puncak, setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang anda mengontrol secara hati - hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak - tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai senyawa pada kondisi yang sama.

Gambar 2.4 Terjemahan Hasil Detektor

Area dibawah puncak sebanding dengan jumlah setiap senyawa yang telah melewati detektor dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui komputer yang dihubungkan dengan monitor. Area yang akan diukur tampak sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar yang disederhanakan. Perlu dicatat bahwa tinggi puncak tidak merupakan masalah, tetapi total area dibawah puncak. Dalam beberapa contoh tertentu, bagian kiri gambar adalah puncak tertinggi dan memiliki area yang paling luas. Hal ini tidak selalu merupakan hal seharusnya. Mungkin saja sejumlah besar satu senyawa dapat tampak, tetapi dapat terbukti dari kolom dalam jumlah relatif sedikit melalui jumlah yang lama. Pengukuran area selain tinggi puncak dapat dipergunakan dalam hal ini (www.chem-is-try, 2008).


(36)

2.3.4 Kromatogram

Kromatogram merupakan grafik berupa kerucut – kerucut atau dalam istilah kromatografi modern disebut peak, hasil rekaman yang menggambarkan urutan keluarnya komponen campuran dari kolom. Dari kiri ke kanan dalam kromatogram menyatakan waktu, biasanya dalam menit. Sementara sumbu vertikal menyatakan intensitas komponen. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah komponen yang terdapat dalam campuran. Kemudian kuantitas tiap komponen dapat dihitung melalui luas peak. Semakin besar luas peak semakin besar pula kuantitas komponen tersebut (Hendayana, S., 2006).


(37)

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000).

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

1) Bombe (Tabung Injeksi) LNG RDL

2) Gas Chromatography (GC) HEWLET PACKARD 6890 SERIES

3.2 Bahan

1) Sampel LNG RDL 2) Gas Pembawa (He)

3.3 Prosedur Kerja

Diambil sampel LNG RDL di storage tank (tangki penyimpanan) dengan menggunakan tabung injeksi sampai tabung penuh. Kemudian dianalisa sampel LNG RDL. Dalam menganalisa menggunakan Gas Chromatography (GC) HEWLET PACKARD 6890 SERIES. Lalu dipilih Metode dan Run Kontrol kemudian diubah


(38)

metode standby ke metode LNGRDL. Tunggu hingga GC berubah dari not ready menjadi ready. Kemudian dihidupkan Pompa Vakum. Lalu di tutup valve (katup) injeksi (kiri) dan dibuka katup vakum (kanan) hingga air raksanya mencapai 1 atm = 761 mmHg. Kemudian katup Vakum ditutup dan buka nidle valve bombe (katup jarum tabung injeksi) dengan perlahan – lahan hingga air raksa yang turun hingga batas nol. Kecepatan yang baik adalah kecepatan yang sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Kecepatan ini diatur oleh katup jarum tabung injeksi. Setelah air raksa mencapai batas nol, katup jarum tabung injeksi ditutup. Kemudian katup injeksi dibuka agar sample masuk ke kolom. Setelah GC siap untuk dioperasikan, tekan Start pada GC. Di tunggu hingga ± 25 menit. Kemudian setelah proses selesai (kromatogram terekam), dipilih print.


(39)

BAB 4

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Analisis

Tabel 4.1.1 Data Komposisi LNG RDL tanggal 8 dan 9 April 2008

Komposisi % Mol

LNG RDL

08 April 2008 09 April 2008 09 April 2008 Sore

Waktu

Retensi Pagi

Waktu

Retensi Sore

Waktu Retensi N2 0,133 3,863 0,108 3,871 0,122 3,866

CH4 91,579 4,111 91,362 4,122 91,600 4,117

CO2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

C2H6 5,755 5,468 6,018 5,479 6,240 5,470

C3H8 1,788 7,678 2,008 7,685 1,587 7,678

i C4H10 0,417 10,457 0,300 10,481 0,270 10,469

n C4H10 0,328 12,530 0,203 12,560 0,182 12,542

i C5H12 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

n C5H12 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

1097,0 1097,0 1091,1

Tabel 4.1.2 Data Komposisi LNG RDL tanggal 10 dan 11 April 2008

Komposisi % Mol

LNG RDL

10 April 2008 10 April 2008 11 April 2008 Pagi

Waktu

Retensi Sore

Waktu

Retensi Pagi

Waktu Retensi N2 0,133 3,865 0,220 3,870 0,158 3,863

CH4 91,591 4,115 91,952 4,120 92,079 4,111

CO2 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

C2H6 6,059 5,470 5,673 5,478 5,593 5,469

C3H8 1,746 7,674 1,401 7,686 1,574 7,671


(40)

i C5H12 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

n C5H12 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

HHV 1092,4 1090,0 1089,0

4.2 Perhitungan

Untuk menentukan nilai HHV dari LNG RDL terlebih dulu diketahui perlu diketahui nilai Gross Heating Valuenya. Berikut tabelnya :

Tabel 4.2.1 Nilai Gross Heating Value pada 60o Component

F

Gross Heating Value at 60oF

Metana 10,11

Etana 17,697

Propana 25,162

i – Butana 32,519

n - Butana 32,624

i – Pentana 40,009

n – Pentana 40,087

n – Heksana 47,560

Nitrogen 00,000

O2 00,000

CO2 00,000

Contoh 1 :

HHV = SUM (C1 x 10,11) + (C2 x 17,697) + (C3 x 25,162) + (iC4 x 32,519) + (nC4 x 32,624) + (iC5 x 40,009) + (nC5 x 40,087)

8 April 2008

HHV = SUM (91,579 x 10,11) + (5,755 x 17,697) + (1,788 x 25,162) + (0,417 x 32,519) + (0,328 x 32,624)


(41)

+ (10,700672) = 1096,9606 ≈ 1097,0

Tabel 4.2.2 Nilai HHV dari LNG RDL

Tanggal Waktu Nila HHV

8 April 2008 Sore 1097,0 BTU/Scf

9 April 2008 Pagi 1097,0 BTU/Scf

9 April 2008 Sore 1091,1 BTU/Scf

10 April 2008 Pagi 1092,4 BTU/Scf

10 April 2008 Sore 1097,0 BTU/Scf

11 April 2008 Pagi 1097,0 BTU/Scf

4.3 Pembahasan

Gas alam cair yaitu gas yang utama terdiri dari CH4, hasil dari sumber ladang minyak yang dicairkan dengan menggunakan tekanan yang tinggi dan suhu yang rendah dan dipertahankan dalam keadaan cair. LNG adalah singkatan dari Liquefied Natural Gas, yang berarti gas alam yang dicairkan, sedangkan LNG RDL adalah singkatan dari Liquified Natural Gas Run Down Line yang merupakan gas alam yang dicairkan, hasil keluaran langsung dari train (tempat pemasakan hidrokarbon) yang akan menuju ke LNG storage (penyimpanan) pada saat berada di tangki sebelum menjadi LNG yang akan dikapalkan untuk dipasarkan. Tujuan pencairan gas alam ini adalah untuk mempermudah pengangkutan ke tempat-tempat yang jauh, dengan perbandingan yang diperoleh adalah 570 : 1. Artinya bila gas sejumlah 570 m3 maka


(42)

setelah dicairkan menjadi 1 m3 cairan LNG, dengan demikian dapat menghemat pemakaian ruang dan juga dapat mempertinggi efisiensi pengangkutan dan penyimpanan. Di negara konsumen, LNG diubah lagi menjadi gas dengan menggunakan pemanasan oleh air laut, kemudian selanjutnya gas ini digunakan sebagai bahan bakar turbin gas untuk pembangkit tenaga listrik, sebagai bahan bakar pada industri - industri berat serta dipakai untuk keperluan rumah tangga.

Komposisi dari LNG RDL didominasi oleh CH4 (metana) dan sedikit C2H6 (etana), C3H8 (propana) dan C4H10 (butana). LNG RDL telah bebas dari impurities (zat pengotor) yang terdiri dari CO2, H2

Dari kromatogram yang diperoleh dapat ditentukan nilai HHV dengan metode perhitungan. Perhitungan dibantu dengan tabel Gross Heating Value (GHV) untuk mengalikan tiap – tiap komponen dengan masing – masing faktor pengali. Data yang paling baik diperoleh pada tanggal 8 dan 9 April yaitu 1097,0 BTU/Scf. Perbedaan nilai HHV ini dapat meningkat atau menurun, tergantung dari komposisi hidrokarbon dari sumber ladang gas itu sendiri. Dapat juga dipengaruhi oleh perlakuan saat memvakum alat sebelum digunakan, faktor suhu dan tekanan pada saat menganalisa dengan kromatografi gas. Karena itu pada hari yang berbeda atau pada saat pagi dan sore hari hasil dapat berbeda pula. Untuk memaksimalkan agar hasil yang diperoleh lebih akurat maka kromatografi gas diletakkan pada satu ruangan yang memakai pendingin ruangan dan tertutup. Agar pada ruangan tersebut suhu dan tekanannya lebih terjaga. Juga terlebih dahulu untuk membersihkan tabung injeksi sampel

S, Hg dan hidrokarbon berat. Hal ini dilakukan karena impurities - impurities tersebut dapat mengganggu dan merusak peralatan pada proses pencairan. Pemisahan ini dilakukan sebelum gas dicairkan.


(43)

(bombe) dengan sampel LNG RDL sebelum mengambil sampel LNG RDL untuk dianalisa, dengan tiga kali perlakuan agar sampel yang akan dianalisa pada hari itu tidak tercemar dengan sampel LNG RDL kemarin. Dengan demikian hal – hal seperti ini akan mempengaruhi komposisi hidrokarbon yang terbaca pada kromatogram.

Dengan menganalisa komposisi LNG RDL secara teratur kita dapat mengetahui produk gas alam cair yang akan di distribusikan ke masyarakat. Apakah kualitas dari gas alam cair tersebut menurun atau meningkat. Karena jika kadar senyawa - senyawa penyusun utama gas alam cair menurun maka nilai HHVnya pun akan menurun, dengan demikian di khawatirkan akan menurunkan kualitas dan harga pasar. Karena semakin tinggi nilai heating valuenya (nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna suatu zat pada suhu tertentu) maka semakin baik pula kualitas dari LNG RDL yang akan diproduksi.


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan data yang diperoleh, kadar dan komposisi hidrokarbon yang terdapat pada LNG RDL terdiri dari alkana yaitu metana (91 – 91%), etana (5 – 6%), butana (1 – 2%), iso propana (0,2 – 0,4%), normal propana (0,1 – 0,3%) dan terdapat nitrogen (0,1 – 0,2%).

2) Nilai HHV yang paling baik menurut data diperoleh pada tanggal 8 April 2008 (sore) dan 9 April 2008 (pagi) yaitu sebesar 1097,0 BTU/Scf.

5.2 Saran

Sebaiknya setelah menganalisa sampel LNG RDL dilakukan analisa sampel LNG agar diketahui perbandingan komposisi hidrokarbonnya.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arun PT., 2001. Production Division Laboratory. Lhokseumawe : PT. ARUN

Chang, R., 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Edisi Ketiga, Jilid I Jakarta : Erlangga

Hendayana, S., 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hendayana, S. dan Kadarohman.A., 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Pertama. Semarang : IKIP Press

Sastrohamidjojo, H., 1985. Kromatografi. Jilid I. Edisi I, Yogyakarta : Liberty

Sutanto, 1994. Termodinamika Pencairan Gas Alam. Jakarta : UI – Press

Underwood, A.L., Day, R.A., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Yazid, E., 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi

diakses tanggal 6 April 2008

2008


(46)

(47)

Gambar 1. Kromatografi gas tipe HP 6890 N-series


(1)

setelah dicairkan menjadi 1 m3 cairan LNG, dengan demikian dapat menghemat pemakaian ruang dan juga dapat mempertinggi efisiensi pengangkutan dan penyimpanan. Di negara konsumen, LNG diubah lagi menjadi gas dengan menggunakan pemanasan oleh air laut, kemudian selanjutnya gas ini digunakan sebagai bahan bakar turbin gas untuk pembangkit tenaga listrik, sebagai bahan bakar pada industri - industri berat serta dipakai untuk keperluan rumah tangga.

Komposisi dari LNG RDL didominasi oleh CH4 (metana) dan sedikit C2H6 (etana), C3H8 (propana) dan C4H10 (butana). LNG RDL telah bebas dari impurities (zat pengotor) yang terdiri dari CO2, H2

Dari kromatogram yang diperoleh dapat ditentukan nilai HHV dengan metode perhitungan. Perhitungan dibantu dengan tabel Gross Heating Value (GHV) untuk mengalikan tiap – tiap komponen dengan masing – masing faktor pengali. Data yang paling baik diperoleh pada tanggal 8 dan 9 April yaitu 1097,0 BTU/Scf. Perbedaan nilai HHV ini dapat meningkat atau menurun, tergantung dari komposisi hidrokarbon dari sumber ladang gas itu sendiri. Dapat juga dipengaruhi oleh perlakuan saat memvakum alat sebelum digunakan, faktor suhu dan tekanan pada saat menganalisa dengan kromatografi gas. Karena itu pada hari yang berbeda atau pada saat pagi dan sore hari hasil dapat berbeda pula. Untuk memaksimalkan agar hasil yang diperoleh lebih akurat maka kromatografi gas diletakkan pada satu ruangan yang memakai S, Hg dan hidrokarbon berat. Hal ini dilakukan karena impurities - impurities tersebut dapat mengganggu dan merusak peralatan pada proses pencairan. Pemisahan ini dilakukan sebelum gas dicairkan.


(2)

ini akan mempengaruhi komposisi hidrokarbon yang terbaca pada kromatogram.

Dengan menganalisa komposisi LNG RDL secara teratur kita dapat mengetahui produk gas alam cair yang akan di distribusikan ke masyarakat. Apakah kualitas dari gas alam cair tersebut menurun atau meningkat. Karena jika kadar senyawa - senyawa penyusun utama gas alam cair menurun maka nilai HHVnya pun akan menurun, dengan demikian di khawatirkan akan menurunkan kualitas dan harga pasar. Karena semakin tinggi nilai heating valuenya (nilai panas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna suatu zat pada suhu tertentu) maka semakin baik pula kualitas dari LNG RDL yang akan diproduksi.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan data yang diperoleh, kadar dan komposisi hidrokarbon yang terdapat pada LNG RDL terdiri dari alkana yaitu metana (91 – 91%), etana (5 – 6%), butana (1 – 2%), iso propana (0,2 – 0,4%), normal propana (0,1 – 0,3%) dan terdapat nitrogen (0,1 – 0,2%).

2) Nilai HHV yang paling baik menurut data diperoleh pada tanggal 8 April 2008 (sore) dan 9 April 2008 (pagi) yaitu sebesar 1097,0 BTU/Scf.

5.2 Saran

Sebaiknya setelah menganalisa sampel LNG RDL dilakukan analisa sampel LNG agar diketahui perbandingan komposisi hidrokarbonnya.


(4)

Arun PT., 2001. Production Division Laboratory. Lhokseumawe : PT. ARUN

Chang, R., 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Edisi Ketiga, Jilid I Jakarta : Erlangga

Hendayana, S., 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hendayana, S. dan Kadarohman.A., 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Pertama. Semarang : IKIP Press

Sastrohamidjojo, H., 1985. Kromatografi. Jilid I. Edisi I, Yogyakarta : Liberty

Sutanto, 1994. Termodinamika Pencairan Gas Alam. Jakarta : UI – Press

Underwood, A.L., Day, R.A., 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Yazid, E., 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi

diakses tanggal 6 April 2008

2008


(5)

(6)