Hubungan Kepuasan Body Image Dengan Harga Diri Pada Remaja Putri

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial (Santrock, 2001). Selanjutnya Monks (2001) membagi usia remaja dalam tiga tahapan yaitu : remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).

Di sepanjang kehidupan, setiap individu menghadapi tugas-tugas perkembangan tertentu. Individu juga akan memiliki krisis di setiap tahap perkembangannya. Hal ini dikemukakan oleh Erikson (dalam Monks, 2001) dimana jika individu tersebut gagal menyelesaikan krisis tersebut dapat menyebabkan masalah dalam self, konsep diri dan harga dirinya. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock, 1999). Remaja sering merasa gelisah dengan penampilan fisik mereka (Dacey & Kennny, 1997). Seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas wanita atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya (Monks, 2001). Apabila remaja gagal dalam menjalankan tugas perkembangan ini, maka akan menyebabkan masalah dalam self, konsep diri dan harga dirinya.


(2)

Pada masa remaja, yang berkembang bukan hanya fisiknya saja tetapi juga kognitif, hubungan sosial, kemandirian, dan harga diri (Papalia, Olds & Fieldman, 2001). Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap dirinya sendiri (Sukadji & Singgih, 2001). Menurut Tambunan (2001) masa yang paling penting dan menentukan perkembangan harga diri individu adalah masa remaja. Harga diri adalah penilaian yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan ke dalam sikap setuju atau tidak setuju, sehingga terlihat tingkat dimana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses, dan berharga (Coopersmith, 1967). Selanjutnya Santrock (2002) menyatakan harga diri adalah dimensi evaluatif global harga diri.

Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, ingin tahu, mandiri, percaya pad ide-idenya, menyukai tantangan-tantangan baru dan memprakarsai aktifitas yang baru dengan penuh percaya diri, mendeskripsikan dirinya secara positif dan bangga pada hasil kerjanya, cepat menyesuaikan diri dengan baik, tidak mudah frustasi, gigih dalam mencapai suatu tujuan, dan dapat menerima kritikan. Seseorang yang harga dirinya rendah akan menggambarkan dirinya secara negatif, tidak percaya pada ide-idenya sendiri, kurang percaya diri, kurang bangga pada hasil kerjanya, kelihatan tertekan, duduk memisahkan diri dari anak yang lain, menarik diri, cepat putus asa pada saat frustasi, dan kurang dewasa dalam menanggapi stress (Papalia, Olds & Fieldman, 2001)


(3)

Harga diri diperoleh melalui proses pengalaman yang terus menerus terjadi dalam diri seseorang (Branden, 1981). Harga diri individu terbentuk berdasarkan pada pandangan orang lain terhadap dirinya dan bagaimana individu sendiri mempersepsikan pengalaman hidupnya (Baron & Byrne, 1997). Kebutuhan harga diri pada individu merupakan kebutuhan yang sangat penting (Maslow dalam Tjahningsih & Nuryoto, 1994).

Penelitian menunjukkan bahwa harga diri penting bagi remaja sebagai motivasi untuk sukses, meraih prestasi, dan meraih kesehatan mental. Remaja dengan harga diri yang tinggi merespon stress dalam hidup nya secara konstruktif dan memiliki cara yang positif dalam memecahkan masalah. Individu dengan harga diri yang rendah lebih sering mengalami gangguan emosional dan perilaku seperti: cemas, depresi, kenakalan remaja, bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan, dan eating disorders (Dacey & Kenny, 1997).

Hasil penelitian 50 studi meta-analysis terhadap harga diri sepanjang rentang kehidupan, menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak dan remaja awal harga diri relatif kurang stabil namun menjadi lebih kuat pada masa remaja akhir dan dewasa awal (Trzesniewski et al., dalam Shaffer, 2005).

Laki-laki pada umumnya menunjukkan harga diri yang lebih tinggi daripada perempuan setelah remaja awal, sedangkan perempuan dilaporkan memiliki harga diri yang rendah selama masa remaja tengah dan akhir (Cairns et al. dalam Kaplan, 2000). Dimana pada masa remaja tengah dan akhir, remaja berada pada tingkat pendidikan SMA.


(4)

Hasil penelitian yang dilakukan Afiatin & Martaniah (1998) terhadap remaja SMA di Kotamadya Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Masalah tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang/tidak ideal baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Kurangnya percaya diri merupakan salah satu karakteristik individu yang memiliki harga diri yang rendah. Penilaian mengenai penampilan fisik inilah yang dinamakan dengan body image.

Body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang

dapat berupa penilaian positif atau negatif (Cash & Pruzinsky dalam Thompson, 1999). Monks (2001) menyatakan bahwa remaja merupakan salah satu penilai yang penting terhadap tubuhnya sendiri sebagai rangsang sosial. Individu yang memiliki body image positif lebih disukai daripada individu yang memiliki body image yang rata-rata atau negatif (Berscheid et al. dalam Noppe & Hughes,

1985). Eating Disorder Awareness and Prevention atau yang disingkat dengan EDAP dalam Small 2001) menyatakan bahwa seseorang yang body image nya positif, memiliki persepsi yang jelas dan benar tentang bentuk tubuh, dan menghargai bentuk tubuh itu. Orang-orang ini juga merasa nyaman dan percaya diri terhadap tubuh mereka. Wanita cenderung merasa sangat memiliki body image yang positif ketika mereka menilai diri mereka sendiri sebagai orang yang

memiliki berat di bawah normal (Basow, 1992).

Eating Disorder Awareness and Prevention atau EDAP (dalam Small


(5)

negatif, yaitu merasa janggal atau tidak nyaman dengan tubuhnya, memiliki persepsi yang terdistorsi tentang bentuk tubuh, dimana seseorang merasa bahwa bagian tubuhnya tidak seperti yang seharusnya, bentuk dan ukuran tubuhnya merupakan suatu kegagalan dan mereka juga percaya bahwa hanya orang lain sajalah yang menarik. Orang-orang yang memiliki body image yang negatif memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berkembangnya eating disorder, depresi, terisolasi, harga diri yang rendah dan obsesi untuk menghilangkan berat badan.

Proses pembentukan body image yang baru pada masa remaja ke dalam diri (self) adalah bagian dari tugas perkembangan yang sangat penting dan biasanya remaja putri mengalami penyesuaian yang lebih sulit daripada remaja putra (Dacey & Kenny, 1997).

Penelitian menunjukkan bahwa selama masa remaja, penampilan menjadi lebih kritis bagi perempuan daripada laki-laki (Allgod-Merten et al. dalam Dacey & Kenny, 1997). Remaja putri lebih sering mengalami masalah dan merasa tidak puas dengan body imagenya daripada remaja putra. Remaja putri banyak yang merasa tidak puas dengan berat dan bentuk tubuh mereka. Keyakinan akan berat dan ukuran tubuh sangatlah penting dan jika mengalami kelebihan berat badan maka akan menimbulkan ketidakpuasan body image (Levine & Smolak dalam Cash, 2002). Adanya ketidakpuasan ini dapat mengarah pada perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, dan menurunnya harga diri, dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan eating disorders (O, Dea & Abraham dalam Dacey & Travers, 2002).


(6)

Penampilan fisik merupakan penyumbang yang kuat pada harga diri seseorang (Santrock, 1998). Persepsi terhadap penampilan fisik atau disebut juga dengan body image merupakan komponen penting dalam harga diri global remaja. Hal tersebut lebih kuat terjadi selama masa remaja daripada periode lainnya. Harga diri global yaitu sejauh mana individu memberikan penilaian terhadap diri sendiri secara menyeluruh. Health Canada (dalam Small, 2001) menyatakan bahwa body image dan harga diri memiliki kontribusi terhadap self image atau self concept.

Sebuah survey yang dilakukan oleh American Association of University Women pada remaja putri yang ber-usia 16 tahun, bahwa hanya ada 27 % remaja putri yang memberi penilaian positif tentang diri mereka. Walaupun pada saat SMA baik remaja putri maupun putra dilaporkan memiliki tingkat kepuasan diri (self satisfaction) yang rendah dibandingkan pada saat SMP, namun penurunan self satisfaction lebih signifikan terjadi pada remaja putri daripada remaja putra

(Bailey dalam Dacey & Kenny, 1997).

Permasalahan utama yang dihadapi remaja putri terhadap penampilan tubuhnya pada umumnya ialah ingin tampil langsing. Basow (1992) menyatakan bahwa kegemukan atau obesitas merupakan sesuatu hal yang remaja putri takuti. Dengan penampilan yang kurus ataupun langsing maka body image mereka terbentuk lebih positif karena mereka beranggapan tubuh yang langsing dapat diterima atau dipuji masyarakat.

Tubuh yang langsing juga mendorong remaja untuk lebih percaya diri (Dacey & Kenny, 1997). Oleh sebab itu kita sering mendengar banyaknya


(7)

keluhan-keluhan di sekitar remaja putri, yang merasa malu bila memiliki tubuh yang gemuk, tubuh harus langsing agar menjadi remaja putri yang ideal. Akibatnya remaja putri menjadi tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang ideal oleh orang lain maupun dirinya sendiri.

Fenomena lain yang ditemui adalah remaja putri yang memiliki badan gemuk atau tidak langsing ternyata mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari munculnya artis-artis atau penari remaja yang bertubuh gemuk. Di sisi lain seorang pakar pengembangan kepribadian, Mien Rachman Uno, mengutarakan bahwa kadangkala seseorang yang memiliki penampilan fisik menarik, tubuh yang langsing bisa menjadi tidak percaya diri. Individu tersebut menjadi kaku dan gelisah bila orang lain memperhatikan atau mengagumi penampilan mereka. (“Back to Beck”, Metro TV, 24 April 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa remaja putri yang memiliki penampilan fisik yang menarik dan tubuh yang langsing belum tentu menjadi percaya diri dan mampu membawa diri, sebaliknya remaja putri yang memiliki penampilan fisik yang kurang menarik atau memiliki tubuh yang gemuk bahkan bisa menjadi lebih percaya diri. Percaya diri merupakan salah satu karakteristik individu yang memiliki harga diri yang tinggi.

Remaja putri meyakini bahwa penampilan fisik adalah bagian terbesar dari harga diri mereka dan tubuh mereka merupakan sense of self. Apabila individu merasa puas dengan penampilannya maka individu juga cenderung merasa puas dengan diri mereka (American Association of University Women, dalam Steese, 2006).


(8)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa body image sebagai suatu penilaian subjektif individu terhadap penampilan fisiknya, berhubungan dengan harga diri pada masa remaja khususnya remaja putri. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk melihat apakah ada hubungan antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

I.B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

I.C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi Perkembangan yaitu memperkaya teori tentang kepuasan body image dan harga diri pada remaja putri.

b. Manfaat Praktis

- Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui apakah ada hubungan kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindak lanjut sebagai prevensi terhadap masalah-masalah yang akan muncul.

- Bagi para pembaca, khususnya remaja putri diharapkan dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat mengembangkannya secara efektif sehingga


(9)

nantinya tidak mengarahkan mereka pada perilaku-perilaku negatif dan dapat memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya.

- Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai kepuasan body image dan harga diri pada remaja putri.

I.D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang berhubungan dengan harga diri dan kepuasan body image pada remaja putri.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional dari masing-masing variabel, populasi dan metode pengambilan sampel penelitian, alat ukur penelitian, uji coba alat ukur, prosedur penelitian, dan metode analisa data.


(10)

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi tentang hasil penelitian, dan saran-saran


(11)

HUBUNGAN KEPUASAN BODY IMAGE DENGAN HARGA

DIRI PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh:

MEILOSA DIANA S

031301050

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.A. Latar Belakang Masalah ... 1

I.B. Tujuan Penelitian ... 8

I.C. Manfaat Penelitian ... 8

I.D.Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. LANDASAN TEORI ... 11

II.A. Harga Diri ... 11

II.A.1. Definisi Harga Diri ... 11

II.A.2. Dimensi Harga Diri ... 12

II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 13

II.A.4. Perkembangan Harga Diri ... 14

II.A.5. Karakteristik Individu Berdasarkan Harga diri Yang Dimiliki ... 15

II.B. Body Image ... 17


(13)

II.B.2. Kepuasan Body image ... 18

II.B.3. Pengukuran Kepuasan Body Image ... 19

II.B.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Body Image ... 20

II.C. Remaja ... 21

II.C.1. Definisi Remaja ... 21

II.C.2 Karakteristik Perkembangan Remaja ... 24

II.C.2.1. Perkembangan Fisik ... 24

II.C.2.2 Perkembangan Psikologis Remaja ... 25

II.D. Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri pada Remaja Putri ... 26

II.E. Hipotesa Penelitian ... 28

KERANGKA BERPIKIR PENELITI ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

III.B Definisi Operasional ... 30

III.B.1. Harga diri 31 III.B.2. Body Image ... 32

III.C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 33

III.C.1. Populasi dan Sampel... 33

III.C.2. Metode Pengambilan Sampel ... 34

III.D. Alat Ukur Penelitian ... 34


(14)

III.D.2. Skala Kepuasan Body Image ... 35

III.E. Uji Coba Alat Ukur ... 36

III.E.1. Uji Validitas ... 36

III.E.2. Uji Reliabilitas ... 37

III.E.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 38

III.E.3.1. Skala Harga Diri ... 38

III.E.3.2. Skala Kepuasan Body Image ... 39

III.F. Prosedur Penelitian ... 41

III.F.1. Tahap persiapan penelitian ... 41

III.F.2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 42

III.F.3. Tahap pengolahan data ... 42

III.G. Metode Analisa Data ... 42

BAB IV. ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ... 44

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian ... 44

IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... 44

IV.B. Hasil Penelitian ... 45

IV.B.1. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 45

IV.B.1.a. Uji Normalitas Sebaran ... 46

IV.B.1.b. Uji Linearitas Hubungan ... 47

IV.B.2. Hasil Utama Penelitian ... 47

IV.B.3. Hasil Tambahan Penelitian ... 48


(15)

Body Image ……….50

IV.B.3.c. Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri Berdasarkan Usia Subjek Penelitian... 52

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 54

V.A. Kesimpulan Penelitian ... 54

V.B. Diskusi ... 55

V.C. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue print Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba ... 35 Tabel 2 : Blue print Kepuasan Body Image Sebelum Uji Coba ... 36 Tabel 3 : Distribusi Aitem-aitem Skala Harga Diri

Setelah Uji Coba ... 38 Tabel 4 : Distribusi Aitem-aitem Skala Harga diri untuk Penelitian ... 39 Tabel 5 : Distribusi Aitem-aitem Skala Kepuasan Body Image

Setelah Uji Coba ... 40 Tabel 6 : Distribusi Aitem-aitem Skala Kepuasan

Body Image untuk Penelitian ... 40 Tabel 7 : Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia………...44 Tabel 8 : Normalitas Sebaran Variabel Harga Diri dan

Kepuasan Body Image ... 46 Tabel 9 : Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik

untuk Data Harga Diri ... 48 Tabel 10 : Kategorisasi Data Hipotetik Harga Diri ... 49 Tabel 11 : Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik untuk

Data Kepuasan Body Image ... 50 Tabel 12 : Kategorisasi Data Hipotetik Kepuasan Body Image ... 51 Tabel 13 : Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Scatterplot Hubungan Kepuasan Body Image


(18)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia ... 45 Grafik 2 : Kategorisasi Data Hipotetik Harga Diri ... 50 Grafik 3 : Kategorisasi Data Hipotetik Kepuasan Body Image ... 52


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Harga Diri

II.A.1. Definisi Harga Diri

Baron dan Byrne (2004) mendefenisikan harga diri sebagai penilaian yang dibuat oleh setiap individu yang mengarah pada dimensi negatif dan positif. Hal yang senada diungkapkan oleh Santrock (1998) bahwa harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Individu yang memiliki harga diri yang positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Dalam harga diri tercakup evaluasi dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan sikap positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Sikap positif terhadap diri sendiri adalah sikap terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima kekurangan yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap negatif adalah sikap tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang.

Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah penilaian yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan ke dalam sikap setuju atau tidak setuju, sehingga terlihat tingkat dimana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses, dan berharga.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian atau pandangan individu terhadap dirinya atau hal-hal yang


(20)

berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan pada dimensi positif yaitu menghargai kelebihan diri serta menerima kekurangan yang ada dan dimensi negatif yaitu tidak puas dengan kondisi diri, tidak menghargai kelebihan diri serta melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang.

II.A.2. Dimensi Harga Diri

Dimensi harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yaitu: 1. Significance

Penerimaan, perhatian dan kasih sayang yang diterima dari orang lain. Penerimaan ditandai oleh kehangatan, respon positif, ketertarikan serta rasa suka terhadap individu apa adanya. Perwujudan dari rasa penghargaan serta ketertarikan tersebut secara umum dikategorikan dengan istilah penerimaan (acceptance) dan popularitas (popularity), dan kebalikannya adalah penolakan serta isolasi. Dampak utama dari perlakuan serta perwujudan kasih sayang tersebut adalah tumbuhnya perasaan dihargai yang merupakan refleksi dari penghargaan yang diterima dari orang lain. Semakin banyak orang menunjukkan sikap serupa terhadap mereka, dan semakin sering hal itu terjadi, akan semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya pemahaman yang positif akan jati dirinya.

2. Power

Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi terjadinya sesuatu dengan mengendalikan sikap dirinya maupun orang lain. Secara umum pengaruhnya


(21)

dapat dilihat dari pengakuan dan penghargaan yang diterima dari orang lain serta sejauh mana orang lain menghargai hak serta ide-idenya.

3. Competence

Tingkat dimana performansi yang tinggi dalam pelaksanaan tugas-tugas yang bervariasi.

4. Virtue

Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etis, moral, dan agama. Individu mematuhi prinsip-prinsip etis, moral, dan agama yang telah diterimanya dan diinternalisasi. Memiliki sikap diri yang positif terhadap keberhasilan untuk memenuhi tujuan dari prinsip-prinsip tersebut.

II.A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Coopersmith (1967) yaitu:

1. Perasaan dihargai, diterima dan diperhatikan yang diterima individu dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan individu menilai dirinya berharga, yang diterapkan dalam pengembangan aspek-aspek di dalam dirinya.

2. Pengalaman keberhasilan, status dan posisi individu dalam kehidupannya. Keberhasilan individu berhubungan dengan status individu tersebut di dalam komunitasnya. Keberhasilan tersebut merupakan dasar pembentukan harga diri. Individu yang menganggap dirinya berharga akan mencapai harga diri yang tinggi.


(22)

3. Nilai dan aspirasi. Keberhasilan dan kekuatan individu tidak secara langsung diterimanya, tetapi dipilih dan disesuaikan dengan nilai-nilai dan tujuan hidup individu tersebut.

4. Cara individu merespon penilaian orang lain. Individu dapat memperkecil atau menekan penilaian orang lain yang dianggapnya tidak sesuai dengan dirinya. Mereka juga dapat menolak atau mengabaikan penilaian orang lain terhadap mereka.

II.A.4. Perkembangan Harga Diri

Salah satu fungsi dari konsep diri adalah mengevaluasi diri, hasil dari evaluasi diri ini disebut harga diri. Harga diri diperoleh melalui proses pengalaman yang terus menerus terjadi dalam diri seseorang (Branden, dalam Frey & Carlock, 1987). Harga diri bisa berubah khususnya ketika menghadapi transisi kehidupan, seperti: ketika lulus dari Sekolah Menengah Pertama dan akan melanjutkan kuliah, pada saat memperoleh pekerjaan, dan ketika harus kehilangan pekerjaan.

Penelitian menemukan bahwa harga diri pada masa kanak-kanak cenderung tinggi, menurun pada masa remaja, dan meningkat selama masa dewasa awal sampai dewasa akhir, kemudian pada suatu saat harga diri juga bisa menurun (Robins dkk dalam Shaffer, 2005).


(23)

II.A.5. Karakteristik Individu Berdasarkan Harga diri Yang Dimiliki

Coopersmith (1967) mengemukakan ciri-ciri individu sesuai dengan tingkat harga dirinya yaitu:

1. Karakteristik individu dengan harga diri tinggi

a. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga

b. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat menerima kritik dengan baik

c. Menyukai tugas baru dan menantang

d. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan diri dan mengharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya

e. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang realistis

f. Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan fantasinya, namun karena memang mempunyai kemampuan, kecakapan sosial, dan kualitas diri yang tinggi

g. Tidak terpengaruh pada penilaian orang lain tentang sifat atau kepribadiannya, baik positif ataupun negatif

h. Akan menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan yang belum jelas

i. Akan lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaan sehingga tercipta tingkat kecemasan dan perasaan tidak aman yang rendah serta memiliki daya pertahanan yang seimbang


(24)

2. Karakteristik individu dengan harga diri sedang

a. Cenderung untuk melibatkan sejumlah pernyataan positif, tetapi lebih pada tahap sedang, baik dalam penilaian kemampuan, rasa berharga dan harapan

b. Individu merefleksikan dirinya pada posisi menengah tetapi secara umum baik dalam penilaian dan kesimpulannya

c. Memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan individu pada umumnya tetapi tidak sebaik individu lain yang baik dalam banyak hal d. Pendapatnya lebih dekat dengan orang yang memiliki harga diri tinggi

daripada dengan individu yang memiliki harga diri rendah 3. Karakteristik individu dengan harga diri rendah

a. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak disukai

b. Sulit untuk mengontrol tindakan dan perilakunya terhadap dunia luar dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang lain c. Tidak menyukai sesuatu hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit

baginya untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum jelas baginya

d. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat mengekspresikan dirinya dengan baik

e. Menganggap diri kurang sempurna dan segala sesuatu yang dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun ia


(25)

telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala perubahan dalam dirinya

f. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang kurang realistis

g. Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi

h. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan dari lingkungan

II.B. Body Image

II.B.1. Definisi Body Image

Body image merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang

tubuhnya, apa yang terlihat di depan cermin, dan apa yang dirasakan individu tentang pandangan orang lain terhadap tubuhnya itu (Health Canada dalam Small, 2001).

Menurut Schilder (dalam Carsini, 2002), body image adalah gambaran mental yang terbentuk tentang tubuh seseorang secara keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap terhadap karakteristik tersebut. Papalia, Olds & Fieldman (2001) berpendapat bahwa body image itu bukan hanya gambaran melainkan juga evaluasi penampilan seseorang.

Cash dan Pruzinsky (dalam Thompson et.al. 1999) menyebutkan bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang


(26)

berpendapat bahwa body image adalah tingkat kepuasan seseorang terhadap fisiknya yang sekarang (ukuran, bentuk, penampilan secara umum).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental, evaluasi atau sikap subjektif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Evaluasi atau sikap tersebut bisa perasaan puas/positif atau perasaan tidak puas/negatif terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh.

II.B.2. Kepuasan Body image

Menurut Hill, Oliver, & Rogers (1992) kepuasan body image adalah derajat kepuasan mengenai berbagai bagian dari karakteristik tubuh seseorang. Seseorang dikatakan memiliki kepuasan body image apabila derajat kepuasan body imagenya tinggi, sebaliknya ia dikatakan memiliki ketidakpuasan body

image apabila derajat kepuasan body imagenya rendah. Hanya ada sedikit remaja

yang dapat menjadi objektif dalam menilai tubuhnya sendiri, karena body image yang terbentuk selalu merupakan cerminan dari perbandingan dengan orang lain. Menurut Cobb (1995), seberapa jauh kepuasan yang dimiliki remaja pada tubuhnya akan sangat bergantung dari reaksi yang diberikan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.


(27)

II.B.3. Pengukuran Kepuasan Body Image

Pengukuran kepuasan body image menggunakan MBSRQ

(Multidimensional Body Self-Relation Questionnaire) oleh Cash (dalam Jones, 2001 ) yang terdiri dari beberapa dimensi yaitu:

1. Evaluasi penampilan

Mengukur perasaan menarik atau tidak menarik, kepuasan atau ketidakpuasan terhadap penampilan. Skor yang tinggi mengindikasikan kepuasan dan skor yang rendah mengindikasikan ketidakpuasan.

2. Orientasi penampilan

Mengukur derajat perhatian individu terhadap penampilannya. Skor yang tinggi menunjukkan individu menginvestasikan waktu yang banyak dalam memperbaiki penampilannya.

3. Kepuasan area tubuh

Mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tampilan otot, berat, tinggi, dan penampilan secara keseluruhan.

4. Kecemasan menjadi gemuk

Menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.


(28)

5. Persepsi terhadap ukuran tubuh

Menggambarkan bagaimana seseorang mempersepsi dan menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai dengan yang sangat gemuk.

II.B.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Body Image

Beberapa tokoh menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi body image. Levine & Smolak (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi body image antara lain:  Orang tua

Beberapa penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara sikap dan perilaku orangtua dalam menghargai body image mereka sendiri dengan penghargaan body image anak remaja mereka Orangtua dapat mempengaruhi perkembangan body image anak antara lain dengan cara: memilih dan mengkomentari pakaian dan penampilan anak, atau menganjurkan anak untuk berpenampilan dengan cara tertentu dan menghindari makanan tertentu

 Teman sebaya

Penampilan dan daya tarik fisik adalah topik penting yang khusus bagi remaja putri karena adanya transisi dari masa anak-anak ke masa remaja. Remaja putri sering membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya. Pembicaran yang paling sering dibahas dengan teman sebaya pada remaja putri adalah tentang berat badan, bentuk tubuh, dan diet.


(29)

 Media massa

Media massa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media tidak hanya memberikan informasi mengenai bentuk tubuh ideal tapi juga memberitahukan cara mencapainya melalui artikel mengenai diet dan olahraga.

 Tahap perkembangan

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan berdampak pada kepuasan body image mereka karena belum tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan mereka yang bahkan bisa menimbulkan rasa malu.

Menurut Fallon (dalam Thompson, 1996) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan body image yaitu:

 Trend yang sedang berlaku di masyarakat

Trend yang berlaku di masyarakat sangat mempengaruhi citra tubuh seseorang. Trend tentang bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi persepsi individu tentang tubuhnya. Adanya tuntutan untuk selalu tampil menarik dan mempunyai bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi wanita untuk mencapai bentuk tubuh ideal tersebut. Seiring dengan waktu bisa saja trend tentang tubuh yang ideal tersebut berubah.

 Sosialisasi

Seumur hidupnya, manusia tidak terlepas dari pengaruh orang lain. Melalui orang tua, teman, kekasih, ataupun significant others lainnya, nilai tentang penampilan standar fisik yang berlaku diajarkan dan disosialisasikan.


(30)

Selain dari faktor-faktor diatas, faktor lain yang turut mempengaruhi kepuasan body image menurut Small (2001) yaitu:

 Kebudayaan

Sistem nilai budaya yang dimiliki setiap budaya dapat mempengaruhi body image. Seseorang akan mengikuti konsep ideal yang sesuai dengan sistem

nilai budaya yang dianutnya (Small, 2001).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan body image yaitu : orang tua, teman sebaya, media massa, tahap perkembangan, trend yang sedang berlaku di masyarakat, sosialisasi, dan kebudayaan.

II.C. Remaja

II.C.1. Definisi Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa Latin yaitu adolescere yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa (Rice, 1999). Menurut Hurlock (1999) istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan, fisik.

Santrock (2001) mengemukakan bahwa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. Rice (1999) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa sebelum seseorang menjadi seorang dewasa yang matang, bertanggung jawab dan kreatif. Akan tetapi


(31)

ternyata tidak mudah untuk mendefenisikan remaja karena banyaknya ahli yang memberikan batasan usia yang berbeda untuk remaja (Sarwono, 1991).

Monks (2001) membagi usia remaja dalam tiga tahapan : remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan ((12-15-18 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Bigner (1994) membagi masa remaja dalam dua periode, yaitu: periode remaja awal (usia 13-16 tahun) dan periode remaja akhir (usia 16-18 tahun). Demikian juga Hurlock (1999) membagi masa remaja dalam dua masa yaitu remaja awal (13-16 atau 17 tahun) dan remaja akhir (16 atau 17 tahun-18 tahun).

Menurut Hurlock (1999) remaja dapat didefinisikan berdasarkan kondisi biologis, yaitu masa remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya karena mulai diproduksinya hormon-hormon seksual. Dalam pandangan secara psikologis, seseorang dikatakan mulai menginjak masa dewasa bila ia telah mencapai suatu titik dimana individu tersebut sudah tidak lagi menjalani kehidupannya seperti seorang kanak-kanak karena adanya perbedaan tuntutan, peran, dan berubahnya tugas perkembangan mereka.

Havighurst (dalam Hurlock, 1999) secara umum menyebutkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu:

1. Mencapai hubungan baru dan hubungan yang lebih dewasa dengan teman seusia dari dua jenis kelamin.

2. Mencapai peran sosial yang maskulin dan feminin.


(32)

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang yang lebih dewasa lainnya.

5. Mencapai kepastian atau jaminan kemandirian ekonomi. 6. Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan.

7. Mempersiapkan diri untuk rencana pernikahan dan menghadapi kehidupan berkeluarga.

8. Mengembangkan keahlian-keahlian intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan terhadap kompetensi pribadi sebagai warga negara.

9. Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara sosial.

Berdasarkan pada definisi dan batasan usia remaja diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah seseorang yang berada pada periode transisi antara masa anak-anak menuju orang dewasa dengan segala perkembangan biologis, psikologis, kognitif, dan psikososial yang berada pada usia 12-21 tahun.

II.C.2 Karakteristik Perkembangan Remaja II.C.2.1. Perkembangan Fisik

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu (Hurlock, 1999).


(33)

Perkembangan biologis pada masa remaja terjadi dengan cepat, terutama pada tahun-tahun awal masa remaja. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi antara lain: pertambahan tinggi badan, matangnya sistem reproduksi, munculnya tanda-tanda seks sekunder, meningkatnya kekuatan otot, dan perubahan berat badan (Newman, 2006). Perubahan-perubahan fisik tersebut menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Misalnya, pertumbuhan payudara yang cepat dan besar akan membuat seseorang remaja putri merasa lain dengan teman-temannya sehingga ia merasa malu dan tersisih (Sarwono, 2001).

Selain itu, pertumbuhan fisik pada masa remaja seringkali terjadi secara tidak proporsional dan berbeda-beda satu individu dengan yang lain, sehingga remaja seringkali merasa tidak puas dan malu dengan tubuhnya karena merasa tubuhnya tidak menarik (Hurlock, 1999). Hal tersebut juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Dacey & Kenny (2001) bahwa remaja sering merasa tidak puas akan perubahan tubuh dan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap berat badan sangat umum terjadi pada remaja putri (Foster, Wadden & Vogt Rodin dalam Kaplan, 2000). Ketidakpuasan terhadap ukuran tubuh ini meningkat antara usia 12 dan 18 tahun (Pritchard et al. dalam Kaplan, 2000).

II.C.2.2 Perkembangan Psikologis Remaja

Perkembangan psikologis remaja berkaitan dengan perkembangan diri (self) karena pada masa remaja adalah saat seseorang mencari jati dirinya.


(34)

Hall & Lindzey (dalam Frey & Carlock, 1987) mengatakan bahwa ada dua arti diri (self), yaitu suatu sikap, perasaan, dan evaluasi terhadap diri seseorang dan sebagai suatu proses berpikir, mengingat, dan menerima.

Carl Rogers (dalam Frey & Carlock, 1987) mendefenisikan diri (self) sebagai suatu susunan dari diri yang sebenarnya, diri ideal, dan diri yang diterima. Semakin kongruen ketiga hal tersebut maka individu akan semakin sehat.

Dapat disimpulkan bahwa self atau diri adalah sikap, perasaan, dan penilaian yang dirasakan seseorang tentang dirinya yang terbentuk melalui proses berpikir, mengingat, dan mempersepsi hal-hal yang terjadi di lingkungannya, yang merupakan komposisi dari diri yang sebenarnya (the real self), diri ideal (ideal self) dan perceived self. Semakin kongruen ketiga hal tersebut, maka akan makin

sehat individu tersebut.

Pada masa remaja, body image merupakan aspek penting dari perkembangan psikologis dan interpersonal individu khususnya remaja putri. Hampir 40-70% remaja putri tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuhnya. Pada beberapa negara berkembang, 50-80% remaja putri ingin lebih kurus (Levine & Smolak, dalam Cash & Pruzinsky, 2002).

II.D. Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri pada Remaja Putri

Semua manusia mendambakan penampilan fisik yang menarik. Namun hasrat untuk mencapai penampilan yang menarik lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Di sepanjang kehidupan, setiap individu menghadapi


(35)

tugas-tugas perkembangan tertentu. Individu juga akan memiliki krisis di setiap tahap perkembangannya. Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999) salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Pada remaja putri, penampilan fisik lebih penting dan sering merasa tidak puas dibandingkan dengan remaja putra (Dacey & Kenny, 1997).

Pada masa remaja, yang berkembang bukan hanya fisiknya saja tetapi juga kognitif, hubungan sosial, kemandirian, dan harga diri (Papalia, Olds & Fieldman, 2001). Harga diri adalah penilaian yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan ke dalam sikap setuju atau tidak setuju sehingga terlihat tingkat dimana individu menyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses, dan berharga (Coopersmith, 1967).

Hasil penelitian 50 studi meta-analysis terhadap harga diri sepanjang rentang kehidupan, menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak dan remaja awal harga diri relatif kurang stabil namun menjadi lebih kuat pada masa remaja akhir dan dewasa awal (Trzesniewski et al., dalam Shaffer, 2005). Laki-laki pada umumnya menunjukkan harga diri yang lebih tinggi daripada perempuan setelah remaja awal, sedangkan perempuan dilaporkan memiliki harga diri yang rendah selama masa remaja tengah dan akhir (Cairns et al. dalam Kaplan, 2000). Pada kebanyakan remaja putri, tampaknya penampilan fisik menjadi suatu yang kritis terhadap harga diri (Dacey & Kenny, 2001).

Body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang


(36)

dkk, 1999). Hampir semua penelitian menunjukkan bahwa remaja putri lebih merasa tidak puas dengan tubuh mereka daripada remaja laki-laki. Adanya ketidakpuasan ini dapat mengarah pada perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, dan menurunnya harga diri, dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan eating disorders (O, Dea & Abraham, dalam Dacey & Travers, 2002).

Menurut Hill, Oliver, & Rogers (1992) kepuasan body image adalah derajat kepuasan mengenai berbagai bagian dari karakteristik tubuh seseorang. Seseorang dikatakan memiliki kepuasan body image apabila derajat kepuasan body imagenya tinggi, sebaliknya ia dikatakan memiliki ketidakpuasan body

image apabila derajat kepuasan body imagenya rendah.

Remaja putri meyakini bahwa penampilan fisik adalah bagian terbesar dari harga diri mereka dan tubuh mereka merupakan sense of self (American Association of University Women, dalam Steese, 2006). Demikian pula dengan Guinn et al. (dalam Kaplan, 2000) yang mengatakan bahwa bagian yang penting dari harga diri seseorang pada masa remaja ditentukan oleh body image.

II.E. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri. Artinya semakin tinggi kepuasan body image maka harga diri remaja putri semakin tinggi, demikian sebaliknya semakin rendah kepuasan body image maka harga diri remaja putri semakin rendah.


(37)

KERANGKA BERPIKIR PENELITI

Keterangan garis:

memiliki

salah satu

timbul

mempengaruhi tingkatan

Puas Tidak Puas

Harga Diri Kepuasan

Body Image

Tinggi Sedang

Tinggi Sedang Rendah Remaja Tengah

Tugas Perkembangan

Menerima Keadaan Fisik


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Hadi, 2000).

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu dilakukan identifikasi variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah :

Dependent Variabel (variabel tergantung) : Harga diri

Independent Variabel (variabel bebas) : Kepuasan Body Image

III.B Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari kedua variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(39)

III.B.1 Harga diri

Harga diri merupakan penilaian atau pandangan individu terhadap dirinya atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan pada dimensi positif yaitu menghargai kelebihan diri serta menerima kekurangan yang ada dan dimensi negatif yaitu tidak puas dengan kondisi diri, tidak menghargai kelebihan diri serta melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang.

Harga diri dalam penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan alat yang berupa skala yang disusun berdasarkan empat dimensi harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yaitu:

1). Significance, yaitu penerimaan, perhatian dan kasih sayang yang diterima dari orang lain. Penerimaan ditandai oleh kehangatan, respon positif, ketertarikan serta rasa suka terhadap individu apa adanya. Perwujudan dari rasa penghargaan serta ketertarikan tersebut secara umum dikategorikan dengan istilah penerimaan (acceptance) dan popularitas (popularity), dan kebalikannya adalah penolakan serta isolasi.

2). Power, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi terjadinya sesuatu dengan mengendalikan sikap dirinya maupun orang lain. Secara umum pengaruhnya dapat dilihat dari pengakuan dan penghargaan yang diterima dari orang lain serta sejauh mana orang lain menghargai hak serta ide-idenya. 3). Competence, yaitu tingkat dimana performansi yang tinggi dalam pelaksanaan

tugas-tugas yang bervariasi.

4). Virtue, yaitu kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etis, moral, dan agama. Individu mematuhi prinsip-prinsip etis, moral, dan agama yang telah


(40)

diterimanya dan diinternalisasi. Memiliki sikap diri yang positif terhadap keberhasilan untuk memenuhi tujuan dari prinsip-prinsip tersebut.

Semakin tinggi skor yang diperoleh individu dalam skala harga diri yang diberikan, artinya semakin tinggi harga diri yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor skala harga diri yang diperoleh, maka semakin rendah juga harga diri yang dimilikinya.

III.B.2. Body Image

Body image adalah gambaran mental, evaluasi atau sikap subjektif yang

dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Evaluasi atau sikap tersebut bisa perasaan suka (puas/positif) atau perasaan tidak suka (tidak puas/negatif) terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh. Kepuasan body image diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash (dalam Jones, 2001) yaitu:

1). Evaluasi penampilan, yaitu mengukur perasaan menarik atau tidak menarik, kepuasan atau ketidakpuasan terhadap penampilan. Skor yang tinggi mengindikasikan kepuasan dan skor yang rendah mengindikasikan ketidakpuasan.

2). Orientasi penampilan, yaitu mengukur derajat perhatian individu terhadap penampilannya. Skor yang tinggi menunjukkan individu menginvestasikan waktu yang banyak dalam memperbaiki penampilannya.


(41)

3) Kepuasan area tubuh, yaitu mengukur kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Adapun aspek-aspek tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tampilan otot, berat, tinggi, dan penampilan secara keseluruhan.

4). Kecemasan menjadi gemuk, yaitu menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

5). Persepsi terhadap ukuran tubuh, yaitu menggambarkan bagaimana seseorang mempersepsi dan menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai dengan yang sangat gemuk.

Semakin tinggi skor seseorang maka semakin tinggi kepuasan body imagenya, dan demikian sebaliknya semakin rendah skor seseorang maka semakin

rendah kepuasan body imagenya.

III.C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel III.C.1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Sampel adalah bagian dari populasi, sampel juga harus memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan generalisasi (Hadi, 2000).

Pada penelitian ini populasi yang hendak diteliti adalah: 1. Remaja putri di Medan


(42)

III.C.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Hadi (2000) mengatakan bahwa simple random sampling adalah teknik

pengambilan sampel probability (setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel), jadi semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.

III.D. Alat Ukur Penelitian

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah skala yaitu skala harga diri dan skala kepuasan body image.

III.D.1. Skala Harga Diri

Skala harga diri disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yaitu: significance; competence; power; dan virtue.

Keempat dimensi diatas diuraikan dalam format skala Likert. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang mendukung (favorable) bergerak dari 4 sampai 1 dimana pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 4, Sesuai (S) diberi nilai 3, Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 2, dan


(43)

Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 1. Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat tidak mendukung (unfavorable) bergerak dari 1 sampai dengan 4 dengan pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 1, Sesuai (S) diberi nilai 2, Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 4.

Blue print skala harga diri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Blue print Skala Harga Diri Sebelum Uji Coba

No Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Significance 4,18,28,32, 38,39,44,46.

9,19,25,50, 51,54,57,64.

16

2. Power 1,6,22,26,

29,36,52,58.

5,10,14,20, 30,40,47,61.

16

3. Competence 8,12,17,21, 35,37,49,60.

2,16,24,31, 43,45,53,56.

16

4. Virtue 7,15,23,27,

33,48,55,63.

3,11,13,34, 41,42,59,62.

16

Jumlah 32 32 64

III.D.2. Skala Kepuasan Body Image

Skala kepuasan body image disusun peneliti berdasarkan dimensi kepuasan body image yang dikemukakan oleh Cash (dalam Jones, 2001) yaitu: evaluasi penampilan; orientasi penampilan; kepuasan area tubuh; kecemasan menjadi gemuk; dan persepsi terhadap ukuran tubuh.

Kelima dimensi diatas diuraikan dalam format skala Likert. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang mendukung (favorable) bergerak dari 4 sampai 1 dimana pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 4, Sesuai (S) diberi nilai 3, Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 1. Bobot nilai untuk setiap pernyataan


(44)

yang bersifat tidak mendukung (unfavorable) bergerak dari 1 sampai dengan 4 dengan pilihan Sangat Sesuai (SS) diberi nilai 1, Sesuai (S) diberi nilai 2, Tidak Sesuai (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi nilai 4.

Blue print skala kepuasan body image dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Blue print Skala Kepuasan Body Image Sebelum Uji Coba

No. Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Evaluasi penampilan 6,12,27,29,33,44,76

,81.

3,15,17,51,52,64,71 ,83.

16

2. Orientasi penampilan 14,20,45,60,61,62,6

9,70.

2,8,13,16,26,42,49, 73.

16

3. Kepuasan area tubuh 4,18,30,41,47,56,

74,77, 80,82.

1,11,22,4,32,34, 37,58,65,68.

20

4. Kecemasan menjadi gemuk 5,9,28,31,36,48, 50,63,67,75.

7,10,21,23,38,40, 53,55,59,78.

20

5. Persepsi terhadap ukuran tubuh

19,25,39,46,54,66 35,43,57,72,79,84 12

Jumlah 42 42 84

III.E. Uji Coba Alat Ukur III.E.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur yang valid, tidak hanya mampu mengungkapkan data dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dalam penelitian ini kedua skala akan diuji validitasnya berdasarkan pada content validity (validitas isi). Validitas isi ditentukan melalui pendapat profesional dalam

proses telaah soal (Azwar, 2005). Setelah dimensi-dimensi yang dikur ditentukan, peneliti akan menyusun aitem-aitem mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya peneliti meminta pertimbangan pendapat profesional


(45)

dalam hal ini adalah pendapat dosen pembimbing peneliti sebelum aitem-aitem dijadikan alat ukur. Kemudian dilakukan seleksi aitem untuk memilih aitem-aitem mana yang dapat dijadikan alat ukur sesuai blue print yang ada. Seleksi aitem dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi Pearson Product Moment yang dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 12 for windows. Prosedur pengujian ini menghasilkan koefisien aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem dimana setiap butir aitem pada skala dikorelasikan dengan skor total skala (Azwar, 2000).

III.E.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu alat ukur dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek tidak berubah (Azwar, 2005).

Uji reliabilitas skala dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal. Dalam pendekatan konsistensi internal hanya menggunakan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi tinggi. Teknik analisa yang digunakan untuk menghitung reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini adalah koefisien alpha cronbach formula (Azwar, 2005) dengan bantuan SPSS versi 12.0 for windows.


(46)

III.E.3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur penelitian yaitu skala kepuasan body image dilakukan terhadap 35 orang remaja putri dan skala harga diri pada 59 orang remaja putri. Uji coba dikenakan kepada remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah skala yang disebarkan sebanyak 84 aitem untuk skala kepuasan body image dan 64 aitem untuk skala harga diri.

III.E.3.1. Skala Harga Diri

Hasil uji coba skala harga diri menunjukkan reliabilitas alpha sebesar 0,902 , dengan nilai rxy aitem bergerak dari -0,476 sampai 0,601. Jumlah aitem

yang diujicobakan adalah 64 aitem dan dari 64 aitem terdapat 40 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi yang tinggi dimana aitem-aitem tersebut memiliki nilai rxy  0,3. Menurut Azwar (1997), semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,300 daya pembedanya dianggap memuaskan. Distribusi aitem-aitem skala harga diri setelah uji coba dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Harga Diri Setelah Uji Coba

No Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Significance 4,18,28,32, 38,39,44,46.

9,19,25,50,

51,54,57,64.

16

2. Power 1,6,22,26,

29,36,52,58.

5,10,14,20,

30,40,47,61.

16

3. Competence 8,12,17,21,

35,37,49,60.

2,16,24,31,

43,45,53,56.

16

4. Virtue 7,15,23,27,

33,48,55,63.

3,11,13,34, 41,42,59,62.

16

Jumlah 32 32 64

Keterangan:


(47)

Selanjutnya, dari 40 aitem yang diterima dilakukan penyusunan kembali nomor-nomor aitem untuk kemudian digunakan dalam pengambilan data penelitian. Tabel 4 menunjukkan aitem-aitem yang digunakan untuk penelitian. Aitem-aitem dibawah yang diberikan tanda kurung dan cetak tebal merupakan penomoran aitem yang baru yang akan digunakan untuk skala penelitian.

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Harga Diri untuk Penelitian

No Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Significance 18,28,32,39,44.

(8),(17),(20),(24),(28)

19,25,50,51,57,64

(9),(14),(31),(32), (36),(40).

11

2. Power 6,22,26,36.

(2),(11),(15),(23).

14,20,30,40.

(5),(10),(18),(25).

8

3. Competence 17,35,49,60.

(7),(22),(30),(37).

24,31,43,53,56.

(13),(19),(27),(33), (35).

9

4. Virtue 7,15,23,27,33,48,55,6.

(3),(6),(12),(16),(21), (29),(34),(39).

3,11,41,62.

(1),(4),(26),(38).

12

Jumlah 21 19 40

III.E.3.2. Skala Kepuasan Body Image

Hasil uji coba skala kepuasan body image menunjukkan reliabilitas alpha sebesar 0,917, dengan nilai rxy aitem bergerak dari -0,465 sampai 0,793. Jumlah

aitem yang diujicobakan adalah 84 aitem dan dari 84 aitem terdapat 50 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi yang tinggi dimana aitem-aitem tersebut memiliki nilai rxy  0,3. Tabel 5 menunjukkan aitem-aitem setelah dilakukan uji


(48)

Tabel 5. Distribusi Aitem-aitem Skala Kepuasan Body Image Setelah Uji Coba

No. Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Evaluasi penampilan 6,12,27,29,33,44,76

,81.

3,15,17,51,52,64,71 ,83.

16

2. Orientasi penampilan 14,20,45,60,61,62,6

9,70.

2,8,13,16,26,42,49,

73.

16

3. Kepuasan area tubuh 4,18,30,41,47,56,

74,77,80,82

1,11,22,4, 32,34,

37,58,65,68.

20

4. Kecemasan menjadi gemuk 5,9,28,31,36,48,50, 63,67,75.

7,10,21,23,38,40,53 ,55,59,78.

20

5. Persepsi terhadap ukuran tubuh

19,25,39,46,54,66 35,43,57,72,79,84 12

Jumlah 42 42 84

Keterangan:

Penebalan: Aitem yang diterima/memiliki daya beda tinggi

Tabel 6 menunjukkan aitem-aitem yang digunakan untuk penelitian. Aitem-aitem dibawah yang diberikan tanda kurung dan cetak tebal merupakan penomoran aitem yang baru yang akan digunakan untuk skala penelitian.

Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Kepuasan Body Image untuk Penelitian

No. Dimensi Favorable Unfavorable Jlh

1. Evaluasi penampilan 6,27,29,33,76,81. (5),(17),(18),(21),(45), (47). 3,15,17,51,52,71,83. (3),(9),(11),(29), (30),(43),(49). 13 2. Orientasi penampilan 14,60,61,62,69. (8),(37),(38),(39),(42). 2,13,16,26,42,49. (2),(7),(10),(16), (26),(28). 11

3. Kepuasan area

tubuh 4,18,30,41,56,74,80,82. (4),(12),(19),(25), (33),(44),(46),(48). 1,11,22,32,34,58,68. (1),(6),(14),(20), (22),(35),(41). 15 4. Kecemasan menjadi gemuk - 21,55,59. (13),(32),(36). 3

5. Persepsi terhadap

ukuran tubuh 25,39,46,54,66. (15),(24),(27),(31),(40). 35,57,84. (23),(34),(50). 8


(49)

III.F. Prosedur Penelitian

III.F.1. Tahap persiapan penelitian

Dalam tahap persiapan, yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Pembuatan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang berbentuk skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala yang pertama yaitu skala harga diri disusun berdasarkan dimensi-dimensi harga diri yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967). Skala yang kedua yaitu skala kepuasan body image yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi kepuasan body image yang dikemukakan oleh Cash (dalam Jones, 2001). Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala tersebut terdiri dari 90 aitem yang terdiri dari 40 aitem untuk skala harga diri dan 50 aitem untuk skala kepuasan body image. Skala dibuat dengan tipe Likert dan dalam bentuk buku.

2. Uji coba alat ukur

Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur, uji coba dilakukan pada remaja putri yang berusia 15-18 tahun mulai tanggal 20 September 2007 – 13 November 2007. Uji coba dilakukan terhadap 59 orang untuk skala harga diri dan 35 orang untuk skala kepuasan body image. Uji coba dilakukan dengan cara memberikan skala baik secara langsung kepada subjek penelitian maupun melalui perantara seorang teman.


(50)

3. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.

III.F.2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah alat ukur diujicobakan dan direvisi, maka dilaksanakan pengambilan data penelitian pada tanggal 29 November 2007 di SMA Negeri 7 Medan dan tanggal 30 November 2007 di SMA Swasta Medan Putri Medan. Skala diberikan langsung kepada subjek penelitian. Jumlah subjek penelitian adalah 166 orang.

III.F.3. Tahap pengolahan data

Setelah diperoleh hasil skor skala harga diri dan skala kepuasan body image dari masing-masing subjek penelitian, maka akan dilakukan pengolahan

data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows 12,0 version.

III.G. Metode Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik. Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang


(51)

mendasari adalah: statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan universal (Hadi, 2000).

Metode analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisa korelasi Pearson Product Moment karena dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah ada

hubungan kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu :

1. Uji normalitas sebaran variabel penelitian, yaitu dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variabel kepuasan body image dan variabel harga diri dalam penelitian ini sebarannya telah normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov. Menurut Hadi (2000), sebaran sampel dinyatakan

normal apabila p0.05 dan sebaliknya sampel tidak terdistribusi dengan normal apabila p0.05.

2. Uji linearitas digunakan untuk melihat hubungan antara variabel kepuasan body image berkorelasi linear dengan variabel harga diri. Uji linearitas

dilakukan dengan menggunakan metode Interactive Graph yang akan menghasilkan diagram pencar (Scatter Plot).


(52)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran keseluruhan hasil penelitian. Diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian, dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta hasil penelitian.

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang secara keseluruhan berjumlah 166 orang, yang memenuhi kriteria sampel penelitian yaitu remaja putri yang berusia berkisar 15 sampai 18 tahun.

IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase

15 tahun 49 29.5

16 tahun 38 22.9

17 tahun 66 39.8

18 tahun 13 7.8


(53)

Grafik 1

Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun

Usia 0

10 20 30 40 50 60 70

Fre

quenc

y

Usia

Berdasarkan data pada tabel serta grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah subjek berdasarkan usia yang terbanyak pada usia 17 tahun sebanyak 66 orang (39.8%), diikuti dengan subjek yang berusia 15 tahun sebanyak 49 orang (29.5%), kemudian subjek dengan usia 16 tahun sebanyak 38 orang (22.9%), dan jumlah subjek yang paling sedikit pada usia 18 tahun yaitu 13 orang (7.8%).

IV.B. Hasil Penelitian

IV.B.1. Hasil Uji Asumsi Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri. Oleh karena itu sebelum analisa

data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian baik variabel harga diri maupun variabel kepuasan body image. Selain itu juga dilakukan uji linearitas untuk mengetahui bentuk hubungan antara masing-masing variabel.


(54)

IV.B.1.a. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0.05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0.05 maka sebaran data tidak normal. Pada penelitian ini diperoleh nilai p>0.05, untuk variabel kepuasan body image dan harga diri. Untuk lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut :

a. Data harga diri mengikuti distribusi normal dimana nilai p0.82 (p>0.05) pada tes Kolmogorov Smirnov. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

b. Data kepuasan body image mengikuti distribusi normal dimana nilai p0.865 (p>0.05) pada tes Kolmogorov Smirnov. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Normalitas Sebaran Variabel Harga Diri dan Kepuasan Body Image

Harga Diri

Kepuasan body image

N 166 166

Normal Parameters(a,b) Mean 129.74 112.70

Std. Deviation 16.970 12.456

Most Extreme Differences

Absolute

.047 .049

Positive .040 .049

Negative -.047 -.041

Kolmogorov-Smirnov

Z .628 .600


(55)

IV.B.1.b. Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel kepuasan body image dan variabel harga diri memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan

dengan menggunakan diagram pencar (scatter plot). Dari diagram ini menunjukkan bahwa variabel bebas (kepuasan body image) dan variabel tergantung (harga diri) memiliki hubungan yang linier.

Gambar 1

Scatterplot Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri

Linear Regression

80 100 120 140

h.diri 80 100 120 140 160 b .i m a g e                                                                                                                                                                      

b.image = 59.55 + 0.62 * h.diri R-Square = 0.21

IV.B.2. Hasil Utama Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini serta landasan teori yang telah dikemukakan di awal, hipotesa penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri”.

Sebelum pengujian statistik, maka dilakukan perumusan hipotesa statistik yaitu :


(56)

1. Ho (Hipotesa Nihil); artinya tidak ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

2. Ha (Hipotesa Alternatif); artinya ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

Dari hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment, diperoleh nilai rxy0.457 (korelasi positif sebesar 0.457) dengan nilai 0.00 (0.05), artinya H

ditolak sehingga konsekuensinya Ha diterima. Dengan diterimanya Ha, maka hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa “ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri” dimana hubungan diantara keduanya bermakna lemah karena nilai rxy di bawah 0.5.

IV.B.3. Hasil Tambahan Penelitian

Ada beberapa hasil tambahan dalam penelitian ini antara lain kategorisasi data penelitian pada skala kepuasan body image dan skala harga diri pada remaja putri, hubungan kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

IV.B.3.a. Kategorisasi Skor Harga Diri

Deskripsi data harga diri dari hasil penelitian ini dapat dilihat dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik untuk Data Harga Diri

N Mean Standar Deviasi Min Max

Empirik 166 112.7 12.456 79 144


(57)

Skala harga diri terdiri dari 40 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari skor 1 sampai 4. Berdasarkan tabel diatas diperoleh mean hipotetik sebesar 100 (XH=100) dengan standar deviasi sebesar 20 (SDH=20), sedangkan

mean empirik yang diperoleh sebesar 112.7 (XE=112.7) dengan standar deviasi

12.456 (SDE=12.456). Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan skor

mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa harga diri pada subjek penelitian lebih tinggi dari rata-rata harga diri populasi berdasarkan skala harga diri yang disusun oleh peneliti.

Berdasarkan skor hipotetik yang diperoleh dari skala harga diri maka kriteria skor harga diri yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas 3 yakni tinggi, sedang, dan rendah (Azwar, 2005) dengan rumusan sebagai berikut:

Tinggi : Mean  1 SD  X

Sedang : Mean  1 SD  X  Mean  1 SD Rendah : X  Mean  1 SD

Gambaran kategorisasi skor harga diri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Kategorisasi Data Hipotetik Harga Diri Variabel Rentang Nilai Kategori Jumlah

Subjek (N)

Persentase

Harga Diri X  120 Tinggi 43 25.9

80X<120 Sedang 122 73.5

X<80 Rendah 1 0.6

Berdasarkan tabel 10 maka diketahui bahwa skor di atas 120 masuk dalam kategori tinggi, sementara skor yang berada di antara 80 sampai dengan 120


(58)

termasuk kategori sedang dan skor yang berada di bawah 80 masuk dalam kategori rendah.

Grafik 2

Kategorisasi Data Hipotetik Harga Diri

tinggi sedang rendah

hargadiri

0 25 50 75 100 125

Fr

eq

ue

ncy

hargadiri

Berdasarkan data pada tabel serta grafik di atas dapat dilihat bahwa 43 orang (25.9 %) dari subjek penelitian memiliki harga diri yang tinggi, 122 orang (73.5 %) memiliki harga diri yang sedang, dan 1 orang (0.6 %) memiliki harga diri yang rendah.

IV.B.3.b. Kategorisasi Skor Kepuasan Body Image

Deskripsi data kepuasan body image dari hasil penelitian ini dapat dilihat dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik untuk Data Kepuasan Body Image

N Mean Standar Deviasi Min Max

Empirik 166 129.74 16.97 80 175


(59)

Skala kepuasan body image terdiri dari 50 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari skor 1 sampai 4. Berdasarkan tabel diatas diperoleh mean hipotetik sebesar 125 (XH=125) dengan standar deviasi sebesar 25 (SDH=25),

sedangkan mean empirik yang diperoleh sebesar 129.7 (XE=129.74) dengan

standar deviasi 16.97 (SDE=16.97). Hasil perbandingan antara skor mean empirik

dengan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa kepuasan body image pada subjek penelitian lebih tinggi dari rata-rata kepuasan body image pada umumnya berdasarkan skala kepuasan body image yang disusun oleh peneliti.

Berdasarkan skor hipotetik yang diperoleh dari skala kepuasan body image maka kriteria skor kepuasan body image yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas 3 yakni tinggi, sedang, dan rendah (Azwar, 2005).

Tabel 12. Kategorisasi Data Hipotetik Kepuasan Body Image Variabel Rentang

Nilai

Kategori Jumlah Subjek (N)

Persentase

Kepuasan Body Image X  150 Tinggi 15 9

100X<150 Sedang 142 85.5

X<100 Rendah 9 5.4

Berdasarkan tabel 12 maka diketahui bahwa skor di atas 150 masuk dalam kategori tinggi, sementara skor yang berada di antara 100 sampai dengan 150 termasuk kategori sedang dan skor yang berada di bawah 100 masuk dalam kategori rendah.


(60)

Grafik 3

Kategorisasi Data Hipotetik Kepuasan Body Image

tinggi sedang rendah

kep.bodyimage

0 30 60 90 120 150

Fr

equen

cy

kep.bodyimage

Berdasarkan data pada tabel serta grafik di atas dapat dilihat bahwa 15 orang (9 %) dari subjek penelitian memiliki kepuasan body image yang tinggi, 142 orang (85.5 %) memiliki kepuasan body image yang sedang dan 9 orang (5.4 %) memiliki kepuasan body image yang rendah.

IV.B.3.c. Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri Berdasarkan Usia Subjek Penelitian

Untuk melihat hubungan antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel 13 berikut:

Tabel 13. Hubungan Kepuasan Body Image dengan Harga Diri Berdasarkan Usia Subjek Penelitian

Usia rxy Kesimpulan

15 tahun 0.632 0.000 Signifikan

16 tahun 0.295 0.036 Signifikan

17 tahun 0.402 0.000 Signifikan


(61)

Berdasarkan data pada tabel 13 di atas, diperoleh bahwa peran kepuasan body image dalam menjelaskan dampaknya terhadap harga diri remaja putri

signifikan pada usia 15 tahun, 16 tahun dan 17 tahun. Pada usia 15 tahun nilai r2 adalah 0.4, artinya 40% peran kepuasan body image dalam menjelaskan dampaknya terhadap harga diri remaja putri sedangkan untuk usia 16 tahun memiliki nilai (r2  0.09), yang berarti hanya 9% peran kepuasan body image dalam menjelaskan dampaknya terhadap harga diri remaja putri. Pada usia 17 tahun nilai r2 adalah 0.162, artinya 16,2% peran kepuasan body image dalam menjelaskan dampaknya terhadap harga diri remaja putri dan usia 18 tahun memiliki nilai (r2  adalah 0.16), yang berarti 16% peran kepuasan body image dalam menjelaskan dampaknya terhadap harga diri remaja putri.


(62)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab berikut ini berisi mengenai kesimpulan atas sejumlah hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Selanjutnya kesimpulan ini akan didiskusikan berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Sedangkan pada akhir bab akan dikemukakan saran-saran yang berguna bagi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini.

V.A. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri. Artinya semakin tinggi kepuasan body image yang dimiliki remaja putri, maka harga dirinya makin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah kepuasan body image yang dimiliki remaja putri, maka harga dirinya makin rendah.

2. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa :

a. Sumbangan dari kepuasan body image terhadap harga diri adalah sebesar 21 % (R-Square  21 %). Artinya 21 % harga diri remaja putri dapat dijelaskan dari bagaimana kepuasan body imagenya dan selain itu terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga diri remaja putri.


(63)

b. Berdasarkan kategorisasi data hipotetik harga diri, maka diperoleh 122 orang (73.5 %) dari 166 orang remaja putri berusia 15-18 tahun yang merupakan sampel penelitian memiliki harga diri yang sedang. c. Berdasarkan kategorisasi data hipotetik kepuasan body image, maka

diperoleh 142 orang (85.5 %) dari 166 orang remaja putri berusia 15-18 tahun yang merupakan sampel penelitian memiliki kepuasan body image yang sedang.

d. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri berdasarkan usia, kecuali pada usia 18 tahun.

V.B. Diskusi

Hasil perhitungan dengan menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai rxy  0.457 dengan nilai p  0.00, yang berarti hasil

penelitian ini mendukung hipotesa penelitian yaitu terdapat “hubungan positif antara kepuasan body image dengan harga diri pada remaja putri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santrock (1998) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap penampilan fisik atau disebut juga dengan body image merupakan komponen penting dalam harga diri global remaja. Demikian pula dengan Guinn et al. (dalam Kaplan, 2000) yang mengatakan bahwa bagian yang penting dari harga diri seseorang pada masa remaja ditentukan oleh body image.


(1)

dengan menggunakan metode observasi dan wawancara untuk memperkaya hasil penelitian.

b. Proses pembuatan alat ukur dalam penelitian ini masih memiliki kelemahan dalam hal isi, oleh sebab itu untuk penelitian selanjutnya hendaknya lebih memperhatikan dan memperkuat content validity . c. Memperluas penelitian tidak hanya pada remaja putri yang berada

pada masa remaja tengah (15-18 tahun), tetapi untuk seluruh remaja yaitu remaja awal dan remaja akhir serta wanita dewasa awal karena pada dewasa awal salah satu tugas perkembangan individu adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis. Wanita menerima tekanan dari masyarakat untuk selalu tampil menarik. Sebagai akibatnya, wanita belajar melalui pengalaman untuk menyamakan daya tarik fisik dengan harga diri. Wanita diajarkan untuk meyakini bahwa ia bertanggungjawab terhadap kesuksesan dalam hubungan dengan lawan jenis. Melalui pengalaman sosialnya (yang didapat dari media massa, rekan-rekan maupun keluarga), wanita diajarkan untuk menghubungkan kesuksesan dalam hubungan interpersonal dengan daya tarik fisik.

d. Mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga diri pada remaja putri, seperti status dan kedudukan individu, prestasi yang telah diraih pada bidang yang dianggap penting.


(2)

2. Saran Praktis

a. Bagi para remaja putri

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang adalah bagaimana ia menilai dirinya sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai penilaian diri yang baik, remaja harus mengembangkan harga dirinya melalui kegiatan atau bidang yang dianggap penting bagi dirinya. Dengan begitu remaja putri dapat mengembangkan harga diri yang baik tanpa harus menyesali keadaan dirinya yang lain yang dianggap kurang kompeten. Para remaja putri tidak perlu merasa malu apabila dia atau orang lain menilai penampilan fisiknya kurang ideal atau kurang menarik. Remaja putri dapat menentukan sendiri kecakapannya dan akhirnya menemukan penilaian yang baik tentang dirinya dengan lebih giat lagi menggali potensi yang ada pada dirinya.

b. Bagi orang-orang di sekitar remaja putri

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi harga diri remaja adalah keberadaan significant others. Bagi orang-orang di sekitar remaja putri khususnya orang tua, diharapkan mampu membina putrinya untuk mengembangkan harga diri yang baik dengan cara memberikan mereka kasih sayang yang tulus, memperhatikan hal-hal atau bidang-bidang yang dianggap penting bagi mereka sehingga dapat mendukung mereka dalam mengembangkan dirinya pada bidang tersebut, dan mendukung mereka dalam mengembangkan segala kreativitasnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2000). Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Afiatin, I. & Martaniah, S. M. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron & Byrne. (1994). Social Psychology : Understanding Human Interaction

(6th edition). USA: Needham Heights Allyn & Bacon Inc.

Baron, R. A., Byrne, D. (1997). Social Psychology. Boston : Allyn & Bacon Baron, R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial (edisi 10). Jakarta : Penerbit

Erlangga

Basow, A. Susan. (1992). Gender: stereotypes and roles (3rd ed). California :

Brooks Publishing Company

Branden, N. (1981). The psychology of Self Esteem, A New Concept of Man’s

Psychology Nature. Toronto : Bantam Books

Carsini, Ray. (2002). The dictionary of psychology. USA : Brunner-Rout ledge Cash, F. Thomas. (1999). Body image, development, deviance, and change. New

York : The Guilford Press

Coob, J. Nancy. (1995). Adolescence: continuity, change, and diversity (2nd ed).

California : Mayfield Publishing Company

Coopersmith, S. (1967). The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco : W. H. Freeman & Company

Craig, J. Grace. (1990). Human Development (4th ed). New Jersey : Prentice Hall,

Inc.

Dacey, J. & Kenny Maureen. (1997). Adolescent development (2nd ed). USA : Brown and Benchnart Publisher

Dacey & Travers. (2002). Human Development Across the Life Span. USA : Mc. Graw Hill


(4)

Frey, D & Carlock, C. J. (1987). Enhancing Self Esteem. Ohio : Accelerated Development

Hadi, Sutrisno.(2000). Metodologi Research 1-4. Yogyakarta : Penerbit Andi Harter, Susan. (1996). Historical Roots of Contemporary Issues Involving Self

concept. Dalam Bruce A Bracken (editor). Handbook of Self concept.

New York : John Willey & Sons

Hill, Andrew, J., Oliver S., & Rogers P.J., (1992). The Rise of Dieeting in

Chilhood and Adolescence. British Journal of Clinical Psychology,

Vol.31. 95-105

Hogg, S. (2001). Group Process : Handbook Of Social psychology. USA : Blacwell Publishers.

Hurlock, Elizabeth. (1999). Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Jones, D.C. (2001). Social Comparison and body image: Attractiveness comparison to models and peers among adolescent girls and boys-Statistical Data Included. Sex Roles : A Journal of Research Online. http://findarticles.com/p/articles/mi_m2294/is_2001_nov/ai_87080429/p rint. Tanggal akses : 24 Maret 2007

Kaplan, Paul S., (2000). A Child Odyssey, Child & Adolescent Development (3rd ed). USA : Wadsworth Thomson Learning.

Maslow, A. (1987) Motivation and Personality. New York : Harper Inc.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. (2001). Psikologi

Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta :

GMUP

Newman & Newman. (2006). Development Through Life, A Psychosocial

Approach (9th edition). USA : Thomson Wadsworth

Papalia, E. Diane., Olds, W.S. Feldman D.R. (2001). Human Development (8th

edition). New York : Mc Graw Hill, Inc.

Powers, P.D., & Erickson, M.T. (1989). The Body and the self. London : The MIT Press.

Rice, F.P. (1999). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture (9th


(5)

Santrock, J. W. (2001). Adolescence: perkembangan remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Penerbit Erlangga

Santrock, J. W. (1998). Adolescence (7th edition). New York : Mc Graw Hill

Sarwono, W. Sarlito. (2001). Psikologi remaja. Edisi Satu. Cetakan keenam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Secord. S., & Jourard, S. (1998). Body image disturbance: Assesment and Treatment. USA : Pergamon Press

Shaffer, R, David. (2005). Social and personality development (5 th ediion). USA : Thomson Learning Inc.

Small, Kelly. (2001). Addressing body image, Self Esteem, and Eating Disorder.

A Peer Review Journal. Online.

http://www.ucalgary.ca/~egallery/volume2/small.html. Tanggal akses : 13 April 2007

Steese, Stephanie. (2006). Understanding girls' circle as an intervention on perceived social support, body image, self-efficacy, locus of control, and

self-esteem. A Journal of Research. [Online].

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1033920491&sid=1&Fmt=4&clien tId=63928&RQT=309&VName=PQD. Tanggal akses : 13 April, 2007 Sukadji, S., & Singgih, E.E. (2001). Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta :

Indonesia University Press

Suryabrata, S. (1993). Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Tambunan, Raymond, Psi. Harga Diri Remaja [Online]. Jakarta : e-psikologi.com

Tanggal akses: 20 Februari 2007

Thompson, J.K., Heinberg, C.J., Altabe, M., & Tan Heff-Dunn, S. (1999).

Exacting beauty : theory, assessment, and treatment of body image disturbance. Washington, DC: American Psychological Association

Thompson, J.K. (1996). Body images, eating disorders, and obesity : An

integrative guide for assessment and treatment. Washington, DC :

American Psychological Association

Tjahningsih dan Sartini Nuryoto. (1994). Harga Diri Remaja yang Bertempat Tinggal di dalam Lingkungan Kompleks Pelacuran dan Luar Lingkungan Kompleks Pelacuran. Jurnal psikologi Tahun XXI. No:2. Yogyakarta : UGM


(6)

Wade, Carole., & Travis, C. (1998). Psychology (5th ed). USA : Addison-Wesley Education Publishers, Inc.

Wayne & Margareth. (2006) Psychology Applied to Modern Life. USA : Thomson Learning Inc.