Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum
forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT
HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS
(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum
forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT
HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS
(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Program Studi Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

LEMBAR PENYESAHAN

Judul Penelitian

: Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum
basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi
Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada
Ikan Mas (Cyprinus carpio).


Nama

: Dhiosi Oktavia Afrensi

NRP

: B04103184

Disetujui

Dr. drh. Susi Soviana, MSi
Pembimbing I

Ir. Agus Kardinan, MSc. APU
Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan , MS.

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

ABSTRAK

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI. B04103184. Pengaruh minyak atsiri kemangi
(Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau
(Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh
SUSI SOVIANA dan AGUS KARDINAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
minyak atsiri kemangi pada ikan mas terhadap daya hinggap dan infestasi larva
lalat hijau. Lalat hijau merupakan serangga penyebab utama kerusakan produk
ikan asin berdaging tebal akibat terjadinya infestasi larva lalat hijau pada produk
ikan asin selama penjemuran. Pengendalian lalat hijau menggunakan insektisida
sintetik cukup efektif dan relatif mudah diaplikasikan, namun penggunaannya
secara tidak terkendali sering kali menimbulkan berbagai dampak negatif.
Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum forma Back) menghasilkan minyak
atsiri. Kemangi disuling dengan sistem penyulingan uap sehingga terpisah antara
air dan minyak kemangi. Minyak atsiri kemangi dicampur dengan aquades

sebagai pengencer sehingga didapat konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat kali
ulangan untuk setiap perlakuan. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
analisis Sidik Ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan Duncan’s. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa semua konsentrasi perlakuan yang diujikan dapat
menekan jumlah lalat untuk hinggap pada media ikan. Penurunan jumlah lalat
yang hinggap dan jumlah larvanya menurun seiring dengan peningkatan
konsentrasi perlakuan yang digunakan.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 22 Oktober 1983 dari pasangan
Bapak Basyarudin Effendi Djaya dan Ibu Hakimah Ismail. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1989-1995 di SDN 68
Bengkulu, Tahun 1995 sampai dengan 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP
2 Bengkulu, kemudian melanjutkan ke SMUN 7 Bengkulu sejak tahun1999
sampai 2002. Penulis diterima di Perguruan Tinggi Negri Institut Pertanian Bogor
(IPB) Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 2003 melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi seperti:

Himpunan Minat Profesi RUMINANSIA FKH IPB (2004-2005), DKM An-Nahl
(2004-2007), DKM Al-Hurriyah (2006-2007).

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dalam kehidupan, berkat petunjuk dan ridho-Nya maka skripsi ini selesai
dituliskan. Salawat dan salam teruntuk Nabi Allah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan para pejuang yang tidak kenal lelah menegakkan
kebenaran sampai akhir zaman.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan
dan terima kasih kepada: Dr. drh Susi Soviana MSi, sebagai dosen pembimbing
pertama (terima kasih atas kesabaran, semangat, kasih sayang dan waktu yang
telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini) dan Ir. Agus Kardinan MSc, APU
sebagai pembimbing kedua atas semangat, kesabaran dan waktu yang telah
diluangkan dalam pembuatan skripsi ini. Keluarga tersayang (Bapak, Ibunda yang
selalu memberikan motivasi, kakak Retha, kakak Linda, kakak Iron, adik Hilda)
atas dukungan, doa dan kasih sayang yang tulus diberikan. Dr.drh Setyo Widodo
sebagai pembimbing akademik (terima kasih atas kesabaran, motivasi, semangat
yang menyertai hari-hari kuliah di FKH). Terima kasih kepada tekhnisi

labolatorium (Bapak Opik, Bapak Nanang, Mas Jack, Bapak Hery, Bapak Yusuf,
Bapak Tedy) atas bantuan, kesabaran, perhatian dan nasehat yang diberikan. Staf
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet serta Staf Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO)
dan sahabatku (Lia, Prita, Lilis, Widya, Atin, Elia, Ani, Ramlah, Ochi, Ahmad
nur, Supri, Aswad, Kukuh) serta teman seperjuangan Datthu yang selalu bersama
menjalani penelitian ini. Tak lupa juga saudaraku tercinta di K-Link yang
memberikan arti makna sebuah perjuangan kehidupan ”Sahabat sejati tidak akan
pergi karena mereka selalu ada dihati”.
Penulis sangat menyadari kekurangan dan penulisan skripsi ini. Oleh karena
itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam proses pembuatannya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat. Amin.
Bogor, September 2007

Dhiosi Oktavia Afrensi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................ ix
PENDAHULUAN..................................................................... x
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Penelitian................................................................................ 3
Hipotesa .............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Ciri Chrysomya megacephala ................................... 4
Biologi dan Perilaku Ketertarikan Chrysomya megacephala ............ 6
Penyebaran Chrysomya megacephala ................................................ 8
Peran Chrysomya megacephala.......................................................... 9
Klasifikasi kemangi ............................................................................ 9
Kandungan daun kemangi .................................................................. 11
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat.............................................................................. 13
Bahan dan Alat ................................................................................... 13
Metode ................................................................................................ 13
Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium ........................................... 14
Penyulingan Daun Kemangi............................................................... 15
Pengujian ............................................................................................ 17
Analisis Data ...................................................................................... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Hinggap Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Lalat ............. 20
Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Jumlah Larva Lalat................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23
LAMPIRAN................................................................................................. 25

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ....................................... 11
2. Sifat fisik kimia minyak kemangi .............................................................. 12
3. Volume setiap kosentrasi pada awal ekstrak.............................................. 17
4. Rata-rata jumlah lalat yang hinggap .......................................................... 19
5. Rata-rata jumlah infestasi larva lalat.......................................................... 20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Chrysomya megacephala ............................................................................ 4
2. Perbedaan Chrysomya megacephala jantan dan betina .............................. 5
3. Siklus hidup Chrysomya megacephala....................................................... 8

4. Tanaman Kemangi ..................................................................................... 10
5. Kandang biakan massal lalat C. Megacephala .......................................... 13
6. Ikan mas dalam gelas air mineral............................................................... 14
7. Alat penyuling............................................................................................ 15
8. Bagan aliran proses penyulingan daun kemangi........................................ 16

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jumlah rata-rata daya hinggap
Chrysomya megacephala pada media.......................................................... 26
2. Infestasi larva lalat Chrysomya megacephala
dengan berbagai kosentrasi........................................................................... 26
3. Hasil uji ANOVA daya hinggap lalat.......................................................... 27
4. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-1...................................................... 27
5. Hasil uji lanjut Dunca’s pada jam ke-2........................................................ 28
6. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-3………………………………..... 28
7. Hasil uji lanjut Duncan’s keseluruhan......................................................... 29
8. Hasil uji ANOVA infestasi larva lalat pada media……………………….. 29
9. Hasil uji lanjut Duncan’s infestasi larva lalat pada media……………….. 30


PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum
forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT
HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS
(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum
forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT
HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS
(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Program Studi Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

LEMBAR PENYESAHAN

Judul Penelitian

: Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum
basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi
Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada
Ikan Mas (Cyprinus carpio).

Nama

: Dhiosi Oktavia Afrensi

NRP

: B04103184

Disetujui

Dr. drh. Susi Soviana, MSi
Pembimbing I

Ir. Agus Kardinan, MSc. APU
Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan , MS.
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

ABSTRAK

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI. B04103184. Pengaruh minyak atsiri kemangi
(Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau
(Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh
SUSI SOVIANA dan AGUS KARDINAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
minyak atsiri kemangi pada ikan mas terhadap daya hinggap dan infestasi larva
lalat hijau. Lalat hijau merupakan serangga penyebab utama kerusakan produk
ikan asin berdaging tebal akibat terjadinya infestasi larva lalat hijau pada produk
ikan asin selama penjemuran. Pengendalian lalat hijau menggunakan insektisida
sintetik cukup efektif dan relatif mudah diaplikasikan, namun penggunaannya
secara tidak terkendali sering kali menimbulkan berbagai dampak negatif.
Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum forma Back) menghasilkan minyak
atsiri. Kemangi disuling dengan sistem penyulingan uap sehingga terpisah antara
air dan minyak kemangi. Minyak atsiri kemangi dicampur dengan aquades
sebagai pengencer sehingga didapat konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat kali
ulangan untuk setiap perlakuan. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
analisis Sidik Ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan Duncan’s. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa semua konsentrasi perlakuan yang diujikan dapat
menekan jumlah lalat untuk hinggap pada media ikan. Penurunan jumlah lalat
yang hinggap dan jumlah larvanya menurun seiring dengan peningkatan
konsentrasi perlakuan yang digunakan.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 22 Oktober 1983 dari pasangan
Bapak Basyarudin Effendi Djaya dan Ibu Hakimah Ismail. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1989-1995 di SDN 68
Bengkulu, Tahun 1995 sampai dengan 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP
2 Bengkulu, kemudian melanjutkan ke SMUN 7 Bengkulu sejak tahun1999
sampai 2002. Penulis diterima di Perguruan Tinggi Negri Institut Pertanian Bogor
(IPB) Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 2003 melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi seperti:
Himpunan Minat Profesi RUMINANSIA FKH IPB (2004-2005), DKM An-Nahl
(2004-2007), DKM Al-Hurriyah (2006-2007).

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dalam kehidupan, berkat petunjuk dan ridho-Nya maka skripsi ini selesai
dituliskan. Salawat dan salam teruntuk Nabi Allah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya dan para pejuang yang tidak kenal lelah menegakkan
kebenaran sampai akhir zaman.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan
dan terima kasih kepada: Dr. drh Susi Soviana MSi, sebagai dosen pembimbing
pertama (terima kasih atas kesabaran, semangat, kasih sayang dan waktu yang
telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini) dan Ir. Agus Kardinan MSc, APU
sebagai pembimbing kedua atas semangat, kesabaran dan waktu yang telah
diluangkan dalam pembuatan skripsi ini. Keluarga tersayang (Bapak, Ibunda yang
selalu memberikan motivasi, kakak Retha, kakak Linda, kakak Iron, adik Hilda)
atas dukungan, doa dan kasih sayang yang tulus diberikan. Dr.drh Setyo Widodo
sebagai pembimbing akademik (terima kasih atas kesabaran, motivasi, semangat
yang menyertai hari-hari kuliah di FKH). Terima kasih kepada tekhnisi
labolatorium (Bapak Opik, Bapak Nanang, Mas Jack, Bapak Hery, Bapak Yusuf,
Bapak Tedy) atas bantuan, kesabaran, perhatian dan nasehat yang diberikan. Staf
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet serta Staf Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO)
dan sahabatku (Lia, Prita, Lilis, Widya, Atin, Elia, Ani, Ramlah, Ochi, Ahmad
nur, Supri, Aswad, Kukuh) serta teman seperjuangan Datthu yang selalu bersama
menjalani penelitian ini. Tak lupa juga saudaraku tercinta di K-Link yang
memberikan arti makna sebuah perjuangan kehidupan ”Sahabat sejati tidak akan
pergi karena mereka selalu ada dihati”.
Penulis sangat menyadari kekurangan dan penulisan skripsi ini. Oleh karena
itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam proses pembuatannya.
Semoga karya tulis ini bermanfaat. Amin.
Bogor, September 2007

Dhiosi Oktavia Afrensi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ ix
PENDAHULUAN..................................................................... x
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Penelitian................................................................................ 3
Hipotesa .............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Ciri Chrysomya megacephala ................................... 4
Biologi dan Perilaku Ketertarikan Chrysomya megacephala ............ 6
Penyebaran Chrysomya megacephala ................................................ 8
Peran Chrysomya megacephala.......................................................... 9
Klasifikasi kemangi ............................................................................ 9
Kandungan daun kemangi .................................................................. 11
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat.............................................................................. 13
Bahan dan Alat ................................................................................... 13
Metode ................................................................................................ 13
Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium ........................................... 14
Penyulingan Daun Kemangi............................................................... 15
Pengujian ............................................................................................ 17
Analisis Data ...................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daya Hinggap Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Lalat ............. 20
Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Jumlah Larva Lalat................ 21
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23
LAMPIRAN................................................................................................. 25

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ....................................... 11
2. Sifat fisik kimia minyak kemangi .............................................................. 12
3. Volume setiap kosentrasi pada awal ekstrak.............................................. 17
4. Rata-rata jumlah lalat yang hinggap .......................................................... 19
5. Rata-rata jumlah infestasi larva lalat.......................................................... 20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Chrysomya megacephala ............................................................................ 4
2. Perbedaan Chrysomya megacephala jantan dan betina .............................. 5
3. Siklus hidup Chrysomya megacephala....................................................... 8
4. Tanaman Kemangi ..................................................................................... 10
5. Kandang biakan massal lalat C. Megacephala .......................................... 13
6. Ikan mas dalam gelas air mineral............................................................... 14
7. Alat penyuling............................................................................................ 15
8. Bagan aliran proses penyulingan daun kemangi........................................ 16

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jumlah rata-rata daya hinggap
Chrysomya megacephala pada media.......................................................... 26
2. Infestasi larva lalat Chrysomya megacephala
dengan berbagai kosentrasi........................................................................... 26
3. Hasil uji ANOVA daya hinggap lalat.......................................................... 27
4. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-1...................................................... 27
5. Hasil uji lanjut Dunca’s pada jam ke-2........................................................ 28
6. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-3………………………………..... 28
7. Hasil uji lanjut Duncan’s keseluruhan......................................................... 29
8. Hasil uji ANOVA infestasi larva lalat pada media……………………….. 29
9. Hasil uji lanjut Duncan’s infestasi larva lalat pada media……………….. 30

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
standar hidup manusia, perhatian para ahli serangga kesehatan bukan hanya
bertumpu pada serangga-serangga yang berperan sebagai penular penyakit
(vektor), tetapi juga pada kelompok serangga lain yang menimbulkan kerugian
dalam arti yang luas, baik sebagai pengganggu ketenangan, penurunan kualitas
bahan makanan, bahkan sebagai pengganggu estetika lingkungan.
Dengan demikian sekelompok serangga tidak hanya diperhitungkan dampak
merugikan dari perannya sebagai penular penyakit melainkan juga dari gangguan
akibat dari gigitannya bahkan hanya dari akibat keberadaannya dalam pemukiman
manusia.
Hal yang serupa juga terjadi pada perhatian para ahli serangga kesehatan
terhadap beberapa jenis lalat. Lalat mulai dirasakan sebagai bahaya mengancam,
bukan hanya dari segi kesehatan karena kebiasaannya berkerumun pada sampah
lalu dengan mudahnya hinggap pada makanan, tetapi juga dari segi estetika.
Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah
yang merupakan dampak negatif pertambahan pendududuk. Limbah yang
jumlahnya terus bertambah baik dari rumah tangga, peternakan maupun industri
akhirnya memasuki lokasi pemukiman. Hal ini mengundang lalat untuk datang
dan akhirnya berkontak dengan manusia dengan seluruh permasalahannya.
Jenis lalat yang sudah sangat dikenal dengan penyebarannya kosmopolitan
terutama di wilayah tropis adalah lalat Chrysomya megacephala (Fabricius) atau
secara umum dikenal sebagai lalat hijau. Warna yang hijau dan memiliki ukuran
yang besar dibandingkan ukuran lalat-lalat lain pada umumnya mudah dikenali.
Apalagi dengan kebiasaanya berkerumun pada bahan makanan, sampah ataupun
limbah yang membusuk menjadikan lalat ini begitu akrab sebagai serangga
pemukiman yang kehadirannya selalu diidentikkan dengan kondisi yang jorok dan
tidak sehat.
Selain itu sebagaimana lalat jenis lain dalam kelompok lalat famili
Calliphoridae, lalat C. megacephala juga berpotensi menimbulkan miasis

(belatungan). Miasis merupakan infestasi larva lalat atau belatung pada jaringan
hewan hidup, maupun jaringan nekrotik. Miasis dikelompokkan menurut
kebiasaan lalat, yaitu miasis obligat bila larva hanya ada pada jaringan hidup dan
miasis fakultatif bila larva terdapat pada jaringan mati ataupun luka yang
membusuk. Miasis telah lama menjadi masalah pada usaha pengolahan ikan asin
terutama ikan asin berdaging tebal, sehingga mendorong nelayan pengolah
menggunakan berbagai insektisida sintetik (Esser 1990).
Penggunaan insektisida pada bahan makanan dapat berdampak serius
terhadap kesehatan masyarakat. Insektisida sintetik sudah umum dilakukan karena
cukup efektif dan relatif lebih mudah diaplikasikan namun, penggunaan
insektisida sintetik pada usaha pengolahan ikan asin dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif seperti banyaknya residu insektisida yang tertinggal, mencemari
lingkungan dan pekerja yang dapat menimbulkan berbagai dampak serius
terhadap kesehatan masyarakat. Dalam upaya untuk ikut mengurangi penggunaan
insektisida sintetik diperlukan insektisida berasal dari alam yang penggunaannya
aman bagi lingkungan. Insektisida nabati memiliki susunan molekul yang
sebagian besar terdiri atas Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen yang mudah
terurai menjadi senyawa yang tidak membahayakan lingkungan (Dadang 1998).
Sekitar 3.200 dari jenis tanaman dari suku paci-pacian merupakan tanaman
pangan dan penghasil bahan pewangi. Ciri umum dari tanaman suku paci-pacian
yaitu berbatang segi empat dan letak daunnya berhadap-hadapan. Bunga memiliki
mahkota yang berbibir bawah lebar. Satu dari ribuan jenis tanaman diatas, yaitu
kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back).
Asal usul tanaman kemangi tidak diketahui dengan pasti, sejak dahulu
tanaman tersebut telah ada di Indonesia, tanaman kemangi dimanfaatkan untuk
sayur atau lalap sebagai pemacu selera makanan. Tanaman kemangi mengandung
minyak atsiri seperti egenol, sineol, methyl chavicol, protein, fosfor, besi,
belerang, Vitamin A, dan Vitamin C tetapi sejak dulu belum pernah
dibudidayakan untuk dipungut minyaknya. Minyak atsiri (essential oil)
merupakan minyak tumbuhan, mengandung aroma, dan ada yang mudah
menguap. Oleh karena itu, disebut juga sebagai minyak terbang (volatile oil).
Minyak atsiri berperan ganda pada tanaman, yaitu memiliki daya tarik terhadap

serangga yang membantu penyerbukan bunga dan mengusir serangga perusak.
Minyak atsiri banyak terdapat pada daun yang masih muda dan menimbulkan bau
wangi. Minyak tersebut juga menimbulkan rasa pedas bila dikunyah (Pitojo
1996).
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh minyak kemangi (Ocimum basilicum forma
citratum Back) terhadap daya hinggap dan infestasi larva lalat hijau (Chrysomya
megacephala) pada ikan mas ( Cyprinus carpio).
Hipotesa
Dengan bau minyak atsiri kemangi yang khas, maka jumlah lalat yang
hinggap pada media ikan mas yang telah dilumuri minyak ini dan larva yang
dihasilkan akan menurun sesuai dengan peningkatan konsentrasi minyak kemangi
(Ocimum basilicum forma Back).

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Ciri Lalat Chrysomya megacephala (Fabrius).
Klasifikasi dan ciri umum lalat hijau Chrysomya megacephala (Fabrius)
menurut Kurahashi (Evenhuis 1989 dalam Soviana 1996) sebagai berikut:
Ordo

: Diptera

Subordo

: Cyclorrapha

Famili

: Calliphoridae

Subfamili : Chrysomyniae
Genus

: Chrysomya

Spesies

: Chrysomya megacephala

Gambar 1 Chrysomya megacephala
( Anonimous 2007a )

Chrysomya megacephala dikenal sebagai lalat hijau. Sebenarnya penamaan lalat
hijau ini bukan hanya diperuntukkan bagi lalat jenis ini saja tetapi juga semua
lalat yang memiliki ciri-ciri umum yang sama. Lalat hijau memiliki warna tubuh
yang hijau atau kehijauan, mengkilat dan berpotensi menimbulkan miasis
(belatungan) baik pada manusia, hewan maupun bahan makanan lain, yang
semuanya termasuk dalam kelompok lalat dari famili Calliphoridae. Dalam
bahasa Inggris kelompok lalat hijau ini diistilahkan sebagai “blow flies”.

Penamaan khusus terhadap lalat Chrysomya megacephala dalam bahasa Indonesia
tidak dikenal, sedangkan dalam istilah Inggris disebut sebagai “Oriental latrine
fly”.
Ciri umum Chrysomya megacephala dewasa selain memiliki warna tubuh
hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat
rumah. Sayatan jernih dengan guratan urat-urat yang jelas, seluruh tubuh tertutup
dengan bulu-bulu keras dan jarang letaknya. Mempunyai abdomen berwarna hijau
metalik (Cheng 1964 dalam Sigit 1978) dengan mata bewarna jingga dan bagian
mulutnya bewarna kuning. Panjang lalat kurang lebih delapan mm dari kepala
sampai ujung abdomen. Lalat jantan memiliki sepanjang mata yang cenderung
bersatu atau holoptik sedangkan lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit
terpisah antara satu dan lainnya atau dioptik. Mengenai ciri morfologi Chrysomya
megacephala yang menonjol dibandingkan terhadap spesies lainnya pada genus
yang sama, digambarkan oleh (White et al. 1940) bahwa pada lalat jantan terdapat
bentuk mata faset yang membesar pada pertengahan atas mata sehingga memberi
batas yang jelas dan seolah-olah membagi mata faset atas dua bagian.

(a)

(b)

Gambar 2 Chrysomya megacephala (a) jantan (b) betina
(Anonimous 2007b)

Kurahashi (1984) dalam tulisannya mengenai penyebaran lalat ini,
berspekulasi bahwa sebenarnya nama Chrysomya megacephala diambil dari

kelompok lalat megacephala yang terdiri dari tujuh spesies lalat yang terutama
berasal dari wilayah Oseania dan Australia. Ketujuh spesies lalat itu adalah
Chrysomya saffranea (Bigot), C. phaonis (Seguy), C. bezziana (Villeneuve), C.
thanomthini (Kurahashi dan Tumrasvin), C. pingguis (Wiedeman), C. defixa
(Walker) serta C. megacephala (Fabricius) sendiri.
Secara lebih terperinci Kurahashi (1984) memisahkan lalat C. megacephala
dari jenis lalat lain dalam kelompok megacephala berdasarkan adanya beberapa
persamaan dan perbedaan morfologis. Bersama-sama dengan C. saffranea, C.
phaonis dan C. bezziana, C. megacephala dipisahkan dari berbagai jenis lalat lain
dalam kelompok megacephala berdasarkan kepada warna dasar skuama atas yang
putih. Selanjutnya dengan bulu-bulu pada skuama atas dan bawah yang berwarna
coklat kehitaman juga daerah sekitar mata yang orange kemerahan, lalat C.
megacephala dan C. saffranea ini dapat dibedakan dengan C. phaonis dan C.
bezziana yang memiliki warna bulu skuama putih. Sedangkan untuk membedakan
dengan C. saffranea, jelas terlihat dari perbedaan warna bulu-bulu peritomal
(sekitar mulut) yang hitam atau kehitaman pada C. megacephala dan kuning pada
C. saffranea.

Biologi dan Perilaku Ketertarikan Lalat Chrysomya megacephala
Dalam kehidupan alami, lalat C. megacephala mengalami metamorfosa
sempurna yang diawali dengan telur, yang kemudian menjadi larva, pupa dan
akhirnya menjadi bentuk dewasa. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dalam
keadaan berkelompok-kelompok.
Pada daging ikan “cod” (Gadus morhua), dilaporkan bahwa umumnya telur
diletakkan pada celah-celah sempit diantara daging ikan atau di bawah permukaan
antara daging ikan dan dasar wadahnya. Hal ini terutama untuk melindungi telur
dari kekeringan seperti halnya mengapa telur diletakkan dalam kelompokkelompok (Esser 1990). Dilaporkan pula bahwa peletakkan telur oleh lalat ini
dipengaruhi oleh rangsangan kimia, yang disimpulkan sebagai feromon, yang
dihasilkan oleh lalat betina pada saat bertelur. Sehingga adanya telur segar dan
lalat betina lain yang bertelur pada suatu media, mendorong lalat betina lainnya
untuk meletakkan telurnya pada media tersebut.

Pada umumnya telur yang menetas akan membentuk kelompok-kelompok
kecil larva. Setelah berganti kulit dalam waktu 12-18 jam dan menjadi larva tahap
kedua, setelah dua hari kemudian berkembang menjadi larva tahap ketiga. Larva
yang cukup umur dapat berukuran satu cm dan berwarna kuning tua keputihputihan, stadium larva dilalui selama 5-6 hari. Bila telah siap menjadi pupa, larva
tersebut akan mencari tempat yang kering. Stadium pupa dilalui selama 7-9 hari
dan akhirnya menjadi bentuk dewasa. Waktu yang diperlukan dari telur sampai
menjadi lalat dewasa adalah kira-kira 14-15 hari (Soviana 1996). Seluruh siklus
hidupnya, yaitu dari telur sampai menghasilkan telur lagi memerlukan waktu kirakira tiga minggu.
Larva lalat Chrysomya megacephala menimbulkan masalah miasis. Larva
terutama berkembang pada bangkai, atau jaringan yang membusuk dan sangat
jarang ditemukan pada luka, walaupun seringkali lalat dewasa makan dari lukaluka (Spradbery 1991). Masalah miasis akibat infestasi larva lalat ini, terutama
pada bahan makanan banyak dilaporkan pada usaha pengolahan ikan asin
berdaging tebal seperti ikan kakap atau mayung. Bahkan dari penelitian terhadap
koloni lalat C. megacephala yang ditangkap dari tempat usaha pembuatan ikan
asin di Muara Angke, Jakarta Utara (Esser 1990 dalam Soviana 1996) ditemukan
bahwa larva lalat ini dalam keadaan terpaksa masih dapat hidup dan berkembang
pada daging ikan dengan kadar garam mencapai 40% dari berat bersih ikan.
Bentuk dewasa lalat ini sudah menjadi pengganggu pada rumah potong
hewan, dan pada tempat-tempat penjualan daging, ikan, manisan, buah-buahan
dan berbagai jenis makanan di pasar (Greenberg 1973).

Gambar 3 Siklus hidup C. megacephala
(Anonimous 2007c)

Penyebaran Lalat Hijau Chrysomya megacephala (Fabricius)
Kurahashi (1984) menyatakan bahwa lalat ini merupakan jenis lalat
pengganggu yang umum di wilayah Asia Tenggara dan menyebar secara luas
sampai ke Australia dan Oceania. Penyebaran yang luas agaknya dimungkinkan
pula oleh daya adaptasinya yang tinggi. Penyebaran beragam jenis lalat famili
Calliphoridae

berdasarkan

ketinggian

pernah

dilakukan

di

pegunungan

Chiangmai, Thailand (Tumrasvin et al. 1978). Dilaporkan bahwa 35% dari
sejumlah 2189 ekor lalat yang tediri dari 17 spesies lalat famili Calliphoridae yang
tertangkap dilokasi penelitian baik di wilayah perkotaan di tepi pantai, maupun
tempat-tempat dengan ketinggian 500 meter hingga 1700 meter diatas permukaan
laut, adalah lalat C. megacephala.
Di wilayah Jawa Barat (Soviana et al. 1994) menemukan bahwa 96% dari
jumlah lalat dari famili Calliphoridae yang tertangkap dengan perangkap
berumpan daging mentah di tiga wilayah peternakan sapi di Cakung, Jonggol dan
Cicurug adalah lalat jenis ini. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dominasi lalat
jenis ini terjadi terutama pada peternakan sapi yang dekat dengan pemukiman

manusia. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi pemukiman menyediakan tempat
yang menarik bagi lalat ini untuk datang.

Peran Lalat C. megacephala (Fabricius) dalam Dunia Kesehatan
Karena memiliki kebiasaan untuk dengan mudah berpindah dan hinggap
dari kotoran baik berbagai sampah hingga tinja ke berbagai jenis bahan makanan,
maka lalat hijau C. megacephala dapat berperan penting dalam penularan
berbagai penyakit. Penelitian mengenai peran lalat Chrysomya megacephala
sebagai vektor mekanik penyakit kecacingan pernah dilakukan oleh (Monzo et al.
1991) di wilayah kumuh kota Manila, Filipina, yang menemukan 41,9% dari
seluruh lalat C. megacephala yang tertangkap mengandung telur-telur cacing pada
permukaan tubuhnya.
Sebagaimana lalat jenis lain dalam kelompok famili Calliphoridae, lalat C.
megacephala juga berperan menimbulkan miasis atau belatungan terutama pada
bahan makanan. Dalam survei lapangan, melalui wawancara (Esser 1990)
melaporkan bahwa lalat C. megacephala menjadi penyebab utama kerusakan
produk ikan asin di delapan propinsi di Indonesia dan tiga propinsi di Thailand,
akibat terjadinya infestasi larva lalat tersebut pada produk ikan asin selama
penjemuran. Sedangkan besarnya kerugian akibat infestasi larva itu dilaporkan
oleh (Anggawati et al. 1992) dapat mencapai 30% terutama pada musim hujan.

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back)
Tanaman kemangi menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk dalam
sistematika sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Sub-divio : Angiospermae
Classis

: Amaranthaceae

Famili

: Labiatae

Genus

: Ocimum

Spesies

: Ocimum basilicum forma citratum Back (Kemangi)

Gambar 4 Ocimum basilicum forma citratum Back
(Anonimous 2007d)

Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan
cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu, dengan tinggi 0,3 hingga 1,0
meter. Daun-daunnya hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun mempunyai
panjang 2,5 cm, luas daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5 cm x 1-2,5 cm
(Siemonsma dan Pileuk 1994).
Tanaman kemangi memiliki rasa yang lebih tajam dan lebih pedas dari pada
Ocimums lainnya, sehingga menyerupai rasa kulit jeruk. Kemangi tahan terhadap
cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar dan
lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih
pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat
ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam (Nazaruddin 1999).
Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering,
dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di temukan
di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas permukaan laut
(Heyne 1987).
Kemangi dapat digunakan sebagai obat. Bagian-bagian yang dapat
digunakan sebagai obat adalah akar, daun, dan biji. Tanaman kemangi merupakan
tumbuhan yang berbatang lunak, berdaun tipis, berbunga putih dan mengandung
minyak atsiri (Anonimous 2007d). Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri
yang terdiri atas osimena, farnesena, sineol, felandrena, sedrena, bergamotena,

amorftena, burnesena, kardinena, kopaena, kubebena, pinena, santelena,
terpinena, sitral, dan kariofilena.
Selain itu senyawa lain yang juga terkandung di dalamnya yaitu anetol,
apigenin, asam karbonat, asam kafeat, eskuletin, eriodiktiol, eskulin, estragol,
faenesol, histidin, magnesium, rutin tanin, ß-caroten dan ß-sitosterol (Yayasan
Pengembangan Tanaman Obat Karyasari 2005).

Tabel 1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi

Bagian Tanaman
Akar
Daun

Kegunaan
Penyakit kulit
Tonikum, karminatif, stomatikum, obat
borok, batuk, peluruh haid, demam,
sariawan

Biji

Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar,
sembelit, kejang perut

Semua bagian

Pewangi, penambah nafsu makan, disentri,
demam

Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang jika disuling
menghasilkan rendemen sekitar 0,2% sampai 0,7%. Komponen kimia yang
terkandung dalam minyak atsiri adalah suneol, metil chavicol, linool, dan
hidrokarbon bertitik didih rendah (pinene dan olefin terpene). Minyak kemangi
banyak digunakan sebagai flavoring agent terutama pada kembang gula, bahan
pangan, sambal sup, pasta tomat, asinan dan sebagai bumbu pada daging dan
sosis. Minyak kemangi juga digunakan untuk campuran parfum dan pewangi
sabun (Ketaren 1985). Sifat fisik dan kimia minyak kemangi sebagaimana terisi
dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Sifat fisik kimia minyak kemangi

Karakteristik

Nilai

Bobot jenis 15°/15oC

(0.9246 – 0.9303)

Putaran optik

(-7°0 - 8°15’)

Indeks bias pada 20oC

(1.49250 – 1.49497)

Bilangan Asam

(0.8 – 1.5)

Bilangan Ester

(6.5 – 7.5)

(Sumber : Ketaren 1985)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2007, di
Insektarium, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan, Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik (BALITRO), Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : minyak kemangi, air
gula

10%,

susu

bubuk,

pakan

ayam,

ikan

mas,

aquades,

teepol

(CH3(CH2)11OSO3Na+). Serangga uji yang digunakan adalah lalat hijau dewasa
(Chrysomya megacephala) betina dan jantan.
Alat yang digunakan adalah kandang lalat, nampan, baskom plastik, pinset,
gelas plastik, kapas, kuas, tabung reaksi, spoit, gelas ukur, label, kain kasa, pisau,
spidol, alat penghitung (counter), alat penghitung waktu (jam tangan). Pengujian
dilakukan dalam ruangan bersuhu 25o-27oC dengan kelembaban 60-80%.

Gambar 5 Kandang biakan masal lalat C. megacephala

Metode
Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium (Rearing)
Pada penelitian ini digunakan biakan lalat hijau Chrysomya megacephala
yang berasal dari lapang yaitu kandang hewan ruminan kecil, FKH-IPB sebanyak
50 ekor dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 4. Lalat dibiakkan dalam
kandang lalat yang berukuran 45x45x45 cm. Sebagai bahan makanan dan tempat

meletakkan telur serta perkembangan larva digunakan media ikan mas yang
dimasukkan kedalam gelas plastik. Didalam kandang disediakan susu bubuk dan
air gula 10% sebagai sumber nutrisi.

Dari hasil pembiakan inilah didapat

persediaan (stok) lalat hijau dewasa untuk pengujian.

Gambar 6 Ikan mas dalam gelas air mineral

Penyulingan Daun Kemangi
Daun kemangi diperoleh dari pasar Anyar, Bogor dan telah dilayukan
selama dua sampai tiga jam untuk mengurangi kadar airnya. Daun kemangi yang
telah dilayukan siap untuk disuling untuk memperoleh minyaknya. Alat
penyulingan berupa kukusan yang dilengkapi dengan tabung penyuling yang
bagian ujungnya berupa kran tertutup agar uap tidak keluar melalui celah alat
tersebut. Prinsip kerja alat penyulingan adalah pengukusan dengan air.
Uap yang dihasilkan dari proses pengukusan di alirkan melalui pipa kaca.
Uap diembunkan dengan cara mengalirkan air dingin (Guenther 1990). Besar api
pemanasan dengan air pendingin yang mengalir harus diperhatikan agar uap tidak
keluar dari pipa kaca penyulingan. Cairan yang keluar dari pipa kaca masih
berupa kandungan emulsi air dan minyak. Emulsi ditampung dan dibiarkan
beberapa saat, sehingga air dan minyak tersebut akan terpisah dengan sendirinya,
karena berat jenis air lebih berat dari berat jenis minyak sehingga minyak berada
diatas permukaan air. Air yang berada di bawah permukaan minyak dipisahkan
dengan cara dialirkan keluar. Minyak yang diperoleh masih mengandung air, yang
selanjutnya dipisahkan dengan ditambahkan Na2SO4 yang berfungsi sebagai
stabilizer antara minyak dan air. Minyak yang didapat disebut minyak atsiri dan

dianggap memiliki konsentrasi 100%. Penyulingan dilakukan di Laboratorium
BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik), Cimanggu, Bogor.

Gambar 7 Alat penyuling

Daun kemangi

Penyulingan air dan uap
(100oC-105oC, 3 jam)

air

ampas

Minyak dan air

Pemisahan dengan menggunakan
labu florentine

air

minyak

Penambahan Na2SO4 anhidrit

Minyak kemangi

Air dan Na2SO4 anhidrit

Pengujian

Gambar 4 Bagan aliran proses penyulingan daun kemangi

Pengujian
Minyak kemangi diencerkan dengan aquades dan beberapa tetes teepol.
Aquades dipilih sebagai pelarut karena aman, mudah didapat dan murah.
Kosentrasi minyak kemangi yang digunakan pada pengujian adalah 2,5%, 5%,
10%, 20%, 40%.
Teepol berperan sebagai pengemulsi (emulsifier) dan perata (spreader).
Emulsifier adalah sebuah bahan yang memungkinkan suspensi butiran minyak
yang kecil secara makroskopik dalam air membentuk sebuah emulsi. Molekulmolekul senyawa ini mempunyai afinitas terhadap kedua cairan tersebut. Daya
afinitas parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan tersebut. Spreader adalah
bahan emulsifier bersifat secara langsung membantu kontak antara butiran cairan
dengan target, sehingga kontak optimal dapat dicapai (Martin dan Woodcock
1983).
Cara membuat minyak kemangi berkonsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%
adalah dengan mencampurkan minyak atsiri dengan aquades serta menambahkan
beberapa tetes teepol ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok supaya rata
setelah itu dioleskan pada ikan mas yang telah diangin-anginkan dan disayat
beberapa goresan pada tubuh ikan terlebih dahulu. Pengolesan minyak kemangi
pada ikan mas dilakukan dari kepala hingga ekor. Cara pengenceran minyak
kemangi sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Volume yang diinginkan pada setiap percobaan adalah 4 ml dengan
kosentrasi awal ekstrak dianggap 100%
Konsentrasi
2,5%
5%
10%
20%
40%

Rumus V1xC1= V2xC2
V1x100 = 4 mlx2.5
V1=0,1 ml
V1x100 = 4 mlx5
V1 = 0,2 ml
V1x100 = 4 mlx10
V1 = 0,4 ml
V1x100 = 4 mlx20
V1 = 0,8 ml
V1x100 = 4 mlx100
V1= 1,6 ml

Aquades yang Digunakan
4 ml – 0,1 ml
=3,9 ml
4 ml – 0,2 ml
= 3,8 ml
4 ml – 0,4 ml
= 3,6ml
4 ml – 0,8 ml
= 3,2 ml
4 ml – 1,6 ml
= 2,4 ml

Rumus Pengencer
V1 X C1 = V2 X C2
Keterangan:
V1 = Volume yang dicari

V2

= Volume yang diinginkan

C1 = Kosentrasi ekstrak awal

C2 = Kosentrasi yang diinginkan

Percobaan tersebut dilakukan dengan memasukkan lalat hijau hasil
pembiakan masal berumur dua minggu sebanyak 50 ekor ke dalam kandang lalat
dengan perbandingan lalat jantan dan betina 1 : 4 yang telah dipuasakan sehari
sebelumnya.
Lalat tersebut diberi makan ikan mas yang telah diolesi campuran aquades
ditambah dua tetes teepol dan minyak atsiri dengan kosentrasi yang berbeda-beda,
sebagai sumber nutrisi dan energi bagi lalat juga disiapkan susu bubuk dan air
gula yang ditempatkan pada gelas plastik yang bagian atasnya dilubangi untuk
menempatkan kapas agar lalat dapat dengan mudah menghisap air gula tersebut.
Pengamatan pertama yang dilakukan mengamati jumlah lalat yang hinggap
pada media ikan mas selama tiga jam pertama setiap 60 menit, kemudian setelah
beberapa hari dilihat adanya larva lalat yang muncul maka seluruh media
dikeluarkan dari kandang, jika terbentuk larva instar dua hitung jumlahnya untuk
setiap perlakuan. Pengujian dilakukan sebanyak empat kali ulangan.
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan
Acak Kelompok dengan empat kali pengulangan kemudian data yang diperoleh
diuji dengan menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan Duncan’s
Multiple Range Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penyulingan tanaman kemangi (Ocimum basilicum forma citratum
Back) berupa minyak atsiri bewarna kuning dan berbau pekat. Pengamatan daya
hinggap lalat tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata jumlah lalat yang hinggap pada media ikan mas perlakuan (ekor
lalat)

Waktu

Konsentrasi
Jam ke-1
a

Jam ke-2
0

a

Jam ke-3
0,25a

2,5 %

0,25

5%

0a

0a

0a

10%

0a

0a

0a

20%

0a

0a

0a

40%

0a

0a

0a

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata pada taraf 5% (P

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN BIOFLOK TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

1 5 33

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kemangi (Ocimmum Bbasilicum forma citratum) Terhadap Perkembangan Larva Lalat Rumah (Musca domestica)

1 14 55

EFEKTIVITAS KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN TETRASIKLIN DAN Efektivitas Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Tetrasiklin Dan Sefalotin Terhadap Bakteri Salmonella Thypi.

0 2 12

EFEKTIVITAS KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum Efektivitas Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Tetrasiklin Dan Sefalotin Terhadap Bakteri Salmonella Thypi.

0 4 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum) DENGAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan Kloramfenikol Atau Gentamisin Terhadap Salmonella Typhi.

0 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum) DENGAN KLORAMFENIKOL Aktivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan Kloramfenikol Atau Gentamisin Terhadap Salmonella Typhi.

0 1 14

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA AKTIVITAS ERITROMISIN Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Pada Aktivitas Eritromisin Dan Trimetoprim-Sulfametoksazol Terhadap Salmonella Thypi Secara In Vitro.

0 2 13

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) PADA AKTIVITAS ERITROMISIN Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Pada Aktivitas Eritromisin Dan Trimetoprim-Sulfametoksazol Terhadap Salmonella Thypi Secara In Vitro.

1 6 15

PENGARUH KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN AMPISILIN DAN Pengaruh Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Ampisilin Dan Amikasin Terhadap Bakteri Salmonella Typhi.

1 3 12

PENGARUH KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum Pengaruh Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Ampisilin Dan Amikasin Terhadap Bakteri Salmonella Typhi.

0 6 18