Pengaruh Pemberian Ekstrak Kemangi (Ocimmum Bbasilicum forma citratum) Terhadap Perkembangan Larva Lalat Rumah (Musca domestica)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI
(Ocimmum basilicum forma citratum) TERHADAP
PERKEMBANGAN LARVA LALAT RUMAH
(Musca domestica)

Oleh :
DATTU IFFAH HANIDHAR
B04103121

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ABSTRAK

DATTU IFFAH HANIDHAR. Pengaruh pemberian ekstrak kemangi (Ocimmum
basilicum forma citratum) terhadap perkembangan larva lalat rumah (Musca
domestica). Dibimbing oleh DWI JAYANTI GUNANDINI dan AGUS
KARDINAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya larvasida kemangi terhadap lalat
rumah (Musca domestica). Kemangi disuling dengan menggunakan metode

penyulingan kukus. Dalam penelitian ini dilakukan 5 perlakuan (2,5%, 5%, 10%,
20% dan kontrol). Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4
kali. Minyak atsiri yang dihasilkan melalui penyulingan dicampur dengan aquades
hingga mencapai konsentrasi yang diinginkan. Untuk setiap pengulangan
digunakan 25 ekor larva lalat rumah instar III awal. Metode yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data hasil pengujian dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa konsentrasi
ekstrak kemangi 20% memberikan hasil yang terbaik. Hal ini diperlihatkan dari
jumlah kematian larva tertinggi (83%), kemampuan ekdisis terendah (13%) serta
kemampuan eklosi yang juga rendah (37%).

ABSTRACT
This research is for knowing larvasidae effect of kemangi leaves to house fly
(Musca domestica). Kemangi leaves was refined by using steam destillation
method which gain atsiri oil. This research was used 5 treatments (2,5%, 5%,
10%, 20% and control) and for every treatment was repeated for 4 times. The oil
was mixed with aqudes till reach concentration 2,5%, 5%, 10% and 20%. For
each repeat, it was using 25 third-instar house fly’s larvaes. The method of the
research is Complete Random Device. Data of the research is analysed by using

ANOVA and continued with Duncan's Multiple Range Test. The highest mortality
(83%) and the lowest ability in ecdysis and eclosy (13 and 37%) reached on the
highest concentration (20%).

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI
(Ocimmum basilicum forma citratum) TERHADAP
PERKEMBANGAN LARVA LALAT RUMAH
(Musca domestica)

Oleh :
DATTU IFFAH HANIDHAR
B04103121

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007


Judul

: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI (Ocimmum
basilicum forma citratum) TERHADAP PERKEMBANGAN
LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica)

Nama

: Dattu Iffah Hanidhar

NRP

: B04103121

Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II


Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, MSi

Ir. Agus Kardinan, MSc, APU

Diketahui,
Wakil Dekan FKH IPB

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS
NIP. 131 129 090

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 13 Januari 1985 dari ayah
Junaidi Mochtar dan ibu Tri Retno Pudyastuti (Alm). Penulis merupakan putri
pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri I Klaten dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pengurus DKM An Nahl
periode 2004/2005 dan 2005/2006 sebagai bendahara. Menjadi anggota
IMAKAHI FKH IPB dan Himpro Ruminansia. Pada tahun 2006 mengikuti PKM
(Proposal Kegiatan Mahasiswa) di bidang penelitian dengan judul ”Seleksi
Berbagai Varietas Sansevieria Sebagai Alternatif Bahan Lotion Pengusir
Nyamuk”

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat sang Rabb pemilik
alam, Allah SWT atas segala karunia berupa nikmat dan rahmat Nya yang telah
diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI (Ocimmum basilicum
forma citratum) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERKEMBANGAN
LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. drh. Dwi Jayanti
Gunandini, MSi selaku pembimbing pertama dan Ir. Agus Kardinan, MSc, APU
selaku pembimbing kedua untuk semua arahan dan nasihatnya. Dr. drh. Susi
Soviana, MSi selaku penguji untuk saran dan nasihatnya. Drh. Pursani Paridjo
selaku dosen pembimbing akademik untuk petuah dan kesabarannya. Untuk

keluarga tercinta, bapak yang selalu mengajari bagaimana menjadi ”seseorang”,
ibu yang tidak sempat berbagi kebahagiaan tapi selalu mendoakan dari jauh, Oki
untuk semua cinta dan tawanya, mama Ita untuk dukungan dan doanya . Temanteman (Ochie, Wiki, Iin, Roemi, Faiq, Ira, Ani Siti, Dewi dan Uliel) untuk
persahabatan yang indah. Kiki, teman satu perjuangan penelitian. Pak Opik, Pak
Nanang, Pak Heri, Pak Yunus, Pak Dedi (BALITTRO), Mas Sugi, staf lain di
laboratorium dan Mas Joko untuk semua bantuannya. Terakhir, teman-teman
angkatan 40, terima kasih telah memberiku banyak warna.
Skripsi penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang.

Bogor, Oktober 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................


ix

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................

1

Tujuan..............................................................................................

2

Hipotesis..........................................................................................


2

TINJAUAN PUSTAKA
Lalat Musca domestica..............................................................................

3

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum)..........................................

8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu.....................................................................................

13

Alat dan Bahan...........................................................................................

13


Pemeliharaan Masal Larva Lalat Rumah (Rearing)..................................

14

Penyulingan Kemangi................................................................................

15

Pengujian....................................................................................................

16

Pengamatan................................................................................................

18

Analisis Data..............................................................................................

18


HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................

27

Saran..........................................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

28

LAMPIRAN...............................................................................................


32

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak
dengan ekstrak kemangi.....................................................................

2.

Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

3.

22

Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

4.

19

24

Rata-rata kematian larva, rata-rata kemampuan ekdisis, rata-rata
kemampuan eklosi lalat Musca domestica secara keseluruhan..........

26

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Lalat Musca domestica dewasa..........................................................

3

2.

Bentuk mata lalat Musca domestica jantan dan betina……………

4

3.

Siklus hidup lalat Musca domestica...................................................

7

4.

Daun dan semak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum).......

11

5.

Struktur bangun eugenol....................................................................

12

6.

Kandang lalat Musca domestica........................................................

13

7.

Media pengembangbiakan larva Musca domestica.........................

14

8.

Daun kemangi segar dan layu............................................................

15

9.

Alat penyulingan................................................................................

16

10. Media pengujian larva Musca domestica...........................................

16

11. Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak
dengan ekstrak kemangi.....................................................................

19

12. Larva Musca domestica normal dan mati..........................................

21

13. Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

23

14. Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

24

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Hasil penghitungan mortalitas larva, kemampuan ekdisis dan
eklosi lalat Musca domestica.............................................................

2.

32

Analisis dengan uji statistik terhadap mortalitas larva, kemampuan
ekdisis dan eklosi lalat Musca domestica..........................................

33

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI
(Ocimmum basilicum forma citratum) TERHADAP
PERKEMBANGAN LARVA LALAT RUMAH
(Musca domestica)

Oleh :
DATTU IFFAH HANIDHAR
B04103121

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ABSTRAK

DATTU IFFAH HANIDHAR. Pengaruh pemberian ekstrak kemangi (Ocimmum
basilicum forma citratum) terhadap perkembangan larva lalat rumah (Musca
domestica). Dibimbing oleh DWI JAYANTI GUNANDINI dan AGUS
KARDINAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya larvasida kemangi terhadap lalat
rumah (Musca domestica). Kemangi disuling dengan menggunakan metode
penyulingan kukus. Dalam penelitian ini dilakukan 5 perlakuan (2,5%, 5%, 10%,
20% dan kontrol). Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4
kali. Minyak atsiri yang dihasilkan melalui penyulingan dicampur dengan aquades
hingga mencapai konsentrasi yang diinginkan. Untuk setiap pengulangan
digunakan 25 ekor larva lalat rumah instar III awal. Metode yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data hasil pengujian dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan. Berdasarkan pengujian diperoleh hasil bahwa konsentrasi
ekstrak kemangi 20% memberikan hasil yang terbaik. Hal ini diperlihatkan dari
jumlah kematian larva tertinggi (83%), kemampuan ekdisis terendah (13%) serta
kemampuan eklosi yang juga rendah (37%).

ABSTRACT
This research is for knowing larvasidae effect of kemangi leaves to house fly
(Musca domestica). Kemangi leaves was refined by using steam destillation
method which gain atsiri oil. This research was used 5 treatments (2,5%, 5%,
10%, 20% and control) and for every treatment was repeated for 4 times. The oil
was mixed with aqudes till reach concentration 2,5%, 5%, 10% and 20%. For
each repeat, it was using 25 third-instar house fly’s larvaes. The method of the
research is Complete Random Device. Data of the research is analysed by using
ANOVA and continued with Duncan's Multiple Range Test. The highest mortality
(83%) and the lowest ability in ecdysis and eclosy (13 and 37%) reached on the
highest concentration (20%).

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI
(Ocimmum basilicum forma citratum) TERHADAP
PERKEMBANGAN LARVA LALAT RUMAH
(Musca domestica)

Oleh :
DATTU IFFAH HANIDHAR
B04103121

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Judul

: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI (Ocimmum
basilicum forma citratum) TERHADAP PERKEMBANGAN
LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica)

Nama

: Dattu Iffah Hanidhar

NRP

: B04103121

Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, MSi

Ir. Agus Kardinan, MSc, APU

Diketahui,
Wakil Dekan FKH IPB

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS
NIP. 131 129 090

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 13 Januari 1985 dari ayah
Junaidi Mochtar dan ibu Tri Retno Pudyastuti (Alm). Penulis merupakan putri
pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri I Klaten dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memilih Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pengurus DKM An Nahl
periode 2004/2005 dan 2005/2006 sebagai bendahara. Menjadi anggota
IMAKAHI FKH IPB dan Himpro Ruminansia. Pada tahun 2006 mengikuti PKM
(Proposal Kegiatan Mahasiswa) di bidang penelitian dengan judul ”Seleksi
Berbagai Varietas Sansevieria Sebagai Alternatif Bahan Lotion Pengusir
Nyamuk”

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat sang Rabb pemilik
alam, Allah SWT atas segala karunia berupa nikmat dan rahmat Nya yang telah
diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KEMANGI (Ocimmum basilicum
forma citratum) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERKEMBANGAN
LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica).
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. drh. Dwi Jayanti
Gunandini, MSi selaku pembimbing pertama dan Ir. Agus Kardinan, MSc, APU
selaku pembimbing kedua untuk semua arahan dan nasihatnya. Dr. drh. Susi
Soviana, MSi selaku penguji untuk saran dan nasihatnya. Drh. Pursani Paridjo
selaku dosen pembimbing akademik untuk petuah dan kesabarannya. Untuk
keluarga tercinta, bapak yang selalu mengajari bagaimana menjadi ”seseorang”,
ibu yang tidak sempat berbagi kebahagiaan tapi selalu mendoakan dari jauh, Oki
untuk semua cinta dan tawanya, mama Ita untuk dukungan dan doanya . Temanteman (Ochie, Wiki, Iin, Roemi, Faiq, Ira, Ani Siti, Dewi dan Uliel) untuk
persahabatan yang indah. Kiki, teman satu perjuangan penelitian. Pak Opik, Pak
Nanang, Pak Heri, Pak Yunus, Pak Dedi (BALITTRO), Mas Sugi, staf lain di
laboratorium dan Mas Joko untuk semua bantuannya. Terakhir, teman-teman
angkatan 40, terima kasih telah memberiku banyak warna.
Skripsi penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang.

Bogor, Oktober 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................

1

Tujuan..............................................................................................

2

Hipotesis..........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Lalat Musca domestica..............................................................................

3

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum)..........................................

8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu.....................................................................................

13

Alat dan Bahan...........................................................................................

13

Pemeliharaan Masal Larva Lalat Rumah (Rearing)..................................

14

Penyulingan Kemangi................................................................................

15

Pengujian....................................................................................................

16

Pengamatan................................................................................................

18

Analisis Data..............................................................................................

18

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................

27

Saran..........................................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

28

LAMPIRAN...............................................................................................

32

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak
dengan ekstrak kemangi.....................................................................

2.

Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

3.

22

Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

4.

19

24

Rata-rata kematian larva, rata-rata kemampuan ekdisis, rata-rata
kemampuan eklosi lalat Musca domestica secara keseluruhan..........

26

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Lalat Musca domestica dewasa..........................................................

3

2.

Bentuk mata lalat Musca domestica jantan dan betina……………

4

3.

Siklus hidup lalat Musca domestica...................................................

7

4.

Daun dan semak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum).......

11

5.

Struktur bangun eugenol....................................................................

12

6.

Kandang lalat Musca domestica........................................................

13

7.

Media pengembangbiakan larva Musca domestica.........................

14

8.

Daun kemangi segar dan layu............................................................

15

9.

Alat penyulingan................................................................................

16

10. Media pengujian larva Musca domestica...........................................

16

11. Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak
dengan ekstrak kemangi.....................................................................

19

12. Larva Musca domestica normal dan mati..........................................

21

13. Rata-rata kemampuan ekdisis lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

23

14. Rata-rata kemampuan eklosi lalat Musca domestica setelah
berkontak dengan ekstrak kemangi....................................................

24

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Hasil penghitungan mortalitas larva, kemampuan ekdisis dan
eklosi lalat Musca domestica.............................................................

2.

32

Analisis dengan uji statistik terhadap mortalitas larva, kemampuan
ekdisis dan eklosi lalat Musca domestica..........................................

33

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Serangga merupakan jenis hewan yang paling banyak populasinya di dunia.
Kehadiran serangga dalam tiap dimensi kehidupan manusia bisa mendatangkan
manfaat dan keuntungan, namun tidak sedikit pula yang mendatangkan masalah
dan kerugian. Kenyamanan hidup manusia sering kali terusik oleh kehadiran
serangga-serangga pengganggu misalnya lalat rumah. Lalat ini merupakan
serangga yang dapat menimbulkan masalah, yaitu sebagai vektor pembawa
penyakit.
Saat ini manusia sudah menemukan cara mengendalikan keberadaan
serangga pengganggu tersebut dengan menggunakan insektisida, baik insektisida
nabati maupun sintetis (Prijono dan Triwidodo 1993). Sejak tahun 1950
penggunaan insektisida nabati tergeser olah insektisida sintetis. Alasan yang
mendasari antara lain insektisida sintetis lebih efektif dan biaya produksinya lebih
rendah dibandingkan dengan insektisida alami. Faktor yang lain yaitu insektisida
sintetis mudah didapat, praktis pengaplikasiannya, tidak perlu membuat sediaan
sendiri, tersedia dalam jumlah banyak dan tidak perlu membudidayakan sendiri
tanaman penghasil insektisida (Kardinan 2002).
Penggunaan insektisida sintesis dapat menimbulkan beberapa efek yaitu
resistensi terhadap serangga, resurjensi serangga sasaran, pencemaran lingkungan,
residu insektisida dan dapat menekan perkembangan musuh alami hama (Metcalf
1982). Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut adalah mencari pengendalian
alternatif yang dapat mengendalikan hama secara efektif dan ramah lingkungan.
Pengendalian yang dimaksud adalah pengendalian dengan insektisida nabati.
Penggunaan insektisida nabati menekan populasi serangga sampai tingkat yang
diinginkan, dimana populasi hama tersisa diharapkan dapat ditekan lebih lanjut
oleh musuh alami. Selain itu, insektisida nabati mudah terurai dalam lingkungan
sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang berat.
Tanaman yang diduga dapat menjadi insektisida nabati adalah kemangi.
Selama ini, kemangi hanya dikenal sebagai sayur yang digunakan sebagai lalapan

segar dan obat tradisional. Kemangi dapat dengan mudah ditemukan di kebun,
ladang, halaman rumah bahkan kadang di pinggir jalan.
Penelitian mengenai kemangi sebagai larvasida lalat belum pernah
dilakukan secara spesifik. Ada satu tanaman yang mirip kemangi yaitu selasih
yang terbukti mampu sebagai insektisida nabati sebagai repelan nyamuk
(Musbiyana 2004).
Tanaman lain yang telah diteliti kemampuannya sebagai insektisida nabati,
antara lain daun sirih (Piper bettle, Linn) untuk membunuh larva nyamuk Culex
quinquefasciatus (Setyawati 2002), daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius,
Roxb) untuk membunuh pra dewasa nyamuk Aedes aegypti (Tsalies 2004), daun
legundi (Vitex negundo) untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti (Andesfha
2004), serbuk biji bengkuang (Pachyrrhizus erosus) sebagai larvasida lalat Musca
domestica (Purba 2004) serta daun setebal (Hoya latifolia) sebagai larvasida
nyamuk Culex quinquefasciatus (Malahayati 2006).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
kemangi (Ocimmum basillicum forma citratum) dalam berbagai konsentrasi
terhadap stadium larva, pupa dan imago lalat rumah (Musca domestica).

Hipotesis

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kemangi maka perkembangan stadium
larva, pupa serta imago lalat Musca domestica akan semakin buruk.

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Rumah (Musca domestica)
Klasifikasi
Menurut Soulsby (1986), klasifikasi Musca domestica adalah sebagai
berikut :
filum

: Arthropoda

kelas

: Insecta

ordo

: Diptera

sub ordo

: Cyclorrhapha

superfamili

: Calypterae

famili

: Muscidae

genus

: Musca

spesies

: Musca domestica

Kebanyakan Diptera secara relatif berukuran kecil dan bertubuh lunak (Borror
1992; Levine 1990). Salah satu contoh Diptera yang penting dalam kehidupan
manusia adalah Musca domestica. Lalat rumah dapat menjadi vektor dari penyakit
demam typhoid, disentri dan anthrax (Triplehorn dan Jhonson 2005).

Gambar 1 Lalat Musca domestica dewasa (Steelman 2007).

Morfologi
Sebagaimana umumnya tubuh insekta lainnya, tubuh Musca domestica
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen).
Musca domestica adalah serangga berukuran sedang dengan panjang tubuh
6-7 mm (West 1951; Axtell 1986). Menurut Soulsby (1986), lalat dewasa jantan
berukuran 5,8–6,5 mm dan yang betina 6,5–7,5 mm. Lalat jantan dan betina
memiliki beberapa perbedaan. Menurut Axtell (1986), lalat jantan memiliki mata
yang bersifat holoptik (kedua mata majemuk berdekatan), sedangkan yang betina
bersifat dikoptik (kedua mata majemuk berjauhan).

Gambar 2 Bentuk mata lalat Musca domestica jantan dan betina (Anonim 2007b).

Pada kepala lalat terdapat probosis, yang berfungsi menghisap atau
menyerap makanan cair atau cairan. Pada saat tidak digunakan, probosis akan
masuk kembali ke dalam kepala (Service 1996). Probosis bersifat retraktif yang
dapat diperpanjang dan diperpendek pada saat mengambil dan menjangkau
makanan (Levine 1990).

Morfologi antena Musca domestica sama dengan lalat tipe Musca lainnya,
yaitu tipe antena mengalami reduksi dengan ujung distal yang menumpul dan
terdiri dari tiga segmen. Segmen antena terakhir merupakan bagian yang paling
besar berbentuk silinder atau bulat dan mempunyai rambut yang disebut “arista”
(Service 1996). Antena berfungsi sebagai organ sensoris yang penting untuk
mendeteksi kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan bau-bauan.
Bagian toraks lalat berwarna abu kekuningan sampai abu gelap, di bagian
dorsal toraks terdapat 4 garis longitudinal gelap sejajar dan memanjang ke batas
posterior dari skutum (Lapage 1962). Toraks terdiri atas tiga segmen yaitu
protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Pada bagian mesotoraks terdapat sepasang
sayap yang berfungsi untuk terbang.
Sayap Musca domestica memiliki venasi M1+2 dan venanya melengkung
ke distal dan R5 (posterior pertama) yang hampir berdekatan (Soulsby 1986).
Sayap merupakan membran yang berbulu dan bersisik halus. Venasi sayap sudah
terbentuk sejak lalat dalam pupa, venasi sayap merupakan aliran darah dan udara.
Sayap Musca domestica transparan, berwarna kelabu pucat dengan pangkal
berwarna kekuningan. Tepat di belakang sayap terdapat sepasang halter (alat
keseimbangan ketika terbang) berbentuk seperti alat pemukul (Noble dan Noble
1989).
Pada tiap segmen toraks terdapat sepasang kaki. Tiap pasang kaki terbagi
menjadi lima segmen yang sama yaitu koksa, trokhanter, femur, tibia dan tarsus.
Lalat dapat melekat pada permukaan karena pada kakinya terdapat sepasang
pulvilus yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kelenjar yang bisa mengeluarkan
cairan seperti lem yang lengket. Pulvilus ini terdapat pada ujung tarsus (Axtell
1986; West 1951).
Abdomen lalat rumah rumah berwarna kekuningan dan ruas terakhir
berwarna coklat kehitaman. Abdomen terdiri dari 4 segmen. Segmen ke-1 tidak
berkembang dengan baik tapi tidak demikian dengan segmen–segmen lainnya
(Axtell 1986). Di bagian tengah abdomen terdapat garis berwarna hitam
memanjang sampai ruas ke empat (Soulsby 1974). Pada lalat jantan, segmen
terakhir abdomen dilengkapi dengan organ genitalia yang digunakan untuk
memasukkan sperma ke dalam ovipositor lalat betina. Lalat betina sendiri

memiliki 10 buah spirakel yang terdapat di ventral abdomen. Spirakel-spirakel ini
dilengkapi dengan ovipositor untuk meletakkan telur di tempat yang sesuai
(Soulsby 1986).

Siklus Hidup
Lalat rumah termasuk serangga yang bermetamorfosis sempurna. Siklus
hidup lalat rumah terdiri dari tahap pra dewasa dan tahap dewasa. Lalat rumah
bersifat ovipar.
Siklus hidup Musca domestica dimulai dari telur, larva, pupa dan dewasa.
Lalat rumah bertelur 100–150 butir dengan rata-rata 120 butir setiap kali bertelur
(Pierce 1925 dalam West 1951). Lalat berkembang biak pada feses manusia atau
hewan atau sampah organik basah tapi biasanya lebih sering ditemukan pada
manur kuda (Lapage 1962). Selama hidupnya lalat betina bertelur 4 sampai 6 kali
dengan interval waktu sekitar 2 minggu dan tergantung pada faktor lingkungan
(West 1951). Panjang telur kurang lebih 1 mm, lebar telur kurang lebih 0,26 mm,
berbentuk seperti pisang, berwarna putih krem dan bagian dorsal memiliki dua
garis longitudinal (Lapage 1962; Axtell 1986). Suhu memadai diperlukan agar
telur dapat berkembang dengan baik. Suhu penetasan dapat berkisar antara 1042°C. Suhu optimum untuk penetasan telur berkisar antara 15-20°C (West 1951).
Telur akan menetas menjadi larva setelah 12-24 jam (Lapage 1962). Larva
berwarna putih, berukuran 1-13 mm dan mempunyai 12 segmen yang terdiri atas
1 segmen kepala, 3 segmen toraks dan 8 segmen abdomen (Kettle 1984).
Morfologi tubuh larva meruncing di bagian anterior dan melebar di bagian
posterior dimana spirakel berada. Tubuh bagian anterior terdapat sepasang kait
oral yang terhubung dengan tulang internal cephalo–pharyngeal. Tulang ini
tersusun dari kitin yang mengalami pigmentasi gelap (Lapage 1962).
Larva lalat dapat bertahan pada suhu 30°C selama 4-5 hari. Larva
mengalami pergantian kulit sebanyak 2 kali dan mempunyai 3 bentuk instar.
Instar I berlangsung selama 20 jam sampai 4 hari, instar II selama 24 jam sampai
beberapa hari dan instar III selama 3-9 hari. Selama periode larva, makanannya
berupa bahan-bahan organik yang telah membusuk (Urquhart et al 1987).

Perkembangan larva sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu juga
berkaitan erat dengan letak kedalaman larva dalam media. Pengaruh panas yang
diakibatkan oleh fermentasi media akan menyebabkan larva untuk cenderung
turun sampai kedalaman 5-10 cm (West 1951).
Sebelum menjadi pupa, larva tidak makan dan akan bermigrasi ke tempat
yang lebih kering dan dingin (Yap dan Chong 1995). Setelah melalui tiga tahap
instar dalam stadium larva, kulit larva berubah warna menjadi coklat dan keras
menuju bentuk puparium (Lapage 1962). Pupa yang semula berwarna putih lamakelamaan akan berwarna coklat kehitaman. Pupa terbentuk melalui kontraksi
(pemendekan dan pengerasan) setelah itu terbentuk pupa yang silindris, gelap,
kutikula mengeras dengan ukuran sekitar 6,3 mm. Stadium pupa hidup pada suhu
25-30°C selama 4-7 hari (West 1951). Menurut Yap dan Chong (1995), pupa
lebih suka hidup pada kelembaban rendah dan jika kondisi lingkungan tidak
memungkinkan maka masa puparium diperpanjang.

Gambar 3 Siklus hidup lalat Musca domestica (Watson, Waldron dan Rutz 1994).

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum)
Kemangi dan tanaman sejenisnya, seperti selasih memiliki sejarah yang
menarik, tanaman jenis ini menjadi simbol kerajaan di Perancis dan Italia. Selain
itu, juga digunakan untuk menyatakan cinta. Bahkan di India, tanaman ini
dianggap suci (Adnyana dan Firmansyah 2006). Saat ini kemangi lebih sering
digunakan sebagai bumbu dalam masakan dan pengobatan alternatif. Tanaman ini
sangat mudah ditemukan dan dibudidayakan (Pitojo 1996).
Kemangi merupakan tanaman semak beraroma khas (Anonim 2006b).
Meskipun berbau harum, kemangi tidak ditempatkan di dalam rumah atau
berfungsi sebagi tanaman hias. Biasanya, kemangi ditanam secara massal untuk
pemenuhan kebutuhan akan sayur jenis ini. Menurut Tarmidi (2004), kemangi
hanya dikenal sebagai sayur, lalapan atau penghias makanan.
Menurut Adnyana dan Firmansyah (2006), kemangi tersebar dari daerah
tropis Asia, Afrika sampai Amerika tengah dan Amerika selatan. Dari sekian
banyak jenis Ocimum tersebut, memang hanya beberapa yang telah menjadi
komoditas komersial, di antaranya yaitu jenis Ocimum basilicum, Ocimum
sanctum, Ocimum gratisimum, Ocimum americanum, dan beberapa jenis lainnya.
Tanaman kemangi mudah dikenali. Kemangi merupakan sejenis tanaman
beraroma dan baunya seperti bau serai. Tanaman ini tidak menuntut syarat
tumbuh yang rumit, dapat dikatakan kemangi bisa tumbuh dimana saja asal
tanahnya bersifat asam (Tarmidi 2004). Kemangi berbiak melalui biji benih yang
dihasilkan bunga dan keratan batang (Anonim 2006b). Menurut Tarmidi (2004)
biji diperoleh dari buah kemangi yang masak di batang, ciri biji yang telah matang
berwarna hitam dan kering. Tinggi tanaman antara 0,3–0,6 m. Batang muda
berwarna hijau dan setelah tua berwarna kecoklatan dan terdapat bulu halus di
sepanjang batangnya (Pitojo 1996).
Letak daunnya tersusun dalam bentuk pasangan yang bertentangan dan
tersusun dari arah atas dan bawah (Anonim 2006b). Tangkai daun berwarna hijau
dan panjangnya antara 0,5-2 cm, helaian daun berbentuk bulat telur, ujungnya
meruncing, tampak menggelombang, pada sebelah menyebelah ibu tulang daun
terdapat 3-6 tulang cabang. Tepi daun sedikit bergerigi, terdapat bintik-bintik

serupa kelenjar. Daun pelindung elips atau bulat telur, panjang antara 0,5-1 cm
(Pitojo 1996).
Kelopak bunga hijau, berambut, di sebelah dalam lebih rapat dan bergigi tak
beraturan. Bunga semu terdiri dari 1-6 karangan bunga, berkumpul menjadi
tandan, terletak di bagian ujung batang, cabang atau ranting tanaman, panjang
karangan bunga mencapai 25 cm dengan 20 kelopak bunga. Daun mahkota
berwarna putih, berbibir 2. Bibir atas bertaju 4, bibir bawah utuh. Tangkai kepala
putik ungu sedangkan tangkai kepala sari dan tepung sari berwarna putih. Tangkai
dan kelopak buah letaknya tegak, melekat pada sumbu dari karangan bunga. Biji
buah kemangi kecil, keras, berwarna hijau keputihan. Secara keseluruhan tandan
bunga dan buah tampak hijau keputihan dan tidak mencolok (Pitojo 1996).
Bunganya termasuk jenis hemafrodit dan berbau sedikit wangi (Anonim 2006b).
Tanaman kemangi menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk dalam
sistematika sebagai berikut (Pitojo 1996)
divisio

: Spermatophyta

sub divisio

: Angiospermae

kelas

: Dicotyledonae

ordo

: Amaranthaceae

famili

: Labiatae

genus

: Ocimum

spesies

: Ocimum basilicum forma citratum

Kemangi adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri
merupakan salah satu hasil dari proses metabolisme tanaman yang terbentuk
karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air (Ketaren
1985). Menurut Lutony dan Rahmayati (1994), minyak atsiri dihasilkan dari
bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah
atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol adalah mudah menguap pada suhu
ruang, memiliki rasa getir, berbau khas dan larut dalam pelarut organik. Minyak
atsiri banyak digunakan sebagai aroma pada makanan, minuman, bahkan dalam
industri parfum. Kandungan minyak atsiri dari masing-masing jenis tanaman
berbeda satu sama lain, baik komposisi senyawa penyusun ataupun kadarnya
(Adnyana dan Firmansyah 2006). Contoh tanaman penghasil minyak atsiri yang

lain adalah akar wangi, cendana, jahe, kayu putih, kenanga, nilam, pala dan sereh
wangi (Lutony dan Rahmayati 1994).
Senyawa penyusun minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman kemangi
terdiri dari α-pinene, β-pinene, ocimene, δ-3-carene, linalool, linalyl acetate, αterpineol, methyl clavicol, benzyl acetate, phenyl ethyl alkohol, nerolidol,
farnesol, geranyl acetate, eugenol, isoeugenol, 1,8-sineol, kamfor, linalool,
geraniol, citral eugenol, methyl cinamate, methyl eugenol, β-bisabolen dan βkariopilen (Sait 1983; Adnyana dan Firmansyah 2006). Minyak atsiri
mengandung campuran dari bahan hayati termasuk di dalamnya aldehid, alkohol
ester, keton dan terpen. Biji kemangi mengandung zat kimia saponin, flavonoid
dan polifenol. Minyak atsiri banyak terdapat pada daun yang masih muda (Pitojo
1996). Zat bioaktif dalam minyak kemangi yang berfungsi sebagai larvasida
adalah eugenol dan methyl calvicol (Adnyana dan Firmansyah 2006). Volume
minyak kemangi yang dapat diperoleh dari proses penyulingan kira-kira 0,17 %
dari tanaman segarnya (Sait 1983).
Kemangi sebagai obat tradisional, biasanya digunakan untuk menurunkan
demam, menghilangkan sakit kepala, menyembuhkan batuk, obat rematik (luar),
bengkak (luar), gangguan ginjal, pelancar haid, pelancar ASI, dan pelembut kulit
(Anonim 2006a) bahkan jusnya bisa diminum untuk penderita asma (Anonim
2006b).
Pembuktian ilmiah mengenai manfaat kemangi sebagai obat telah
dilakukan. Pengujian farmakologis memperlihatkan bahwa kemangi memiliki
aktivitas antibakteri, antifungi, antiulcer, dan antiseptik. Aktivitas antibakteri
terhadap Saphylococcus aureus, Salmonella enteritidis, Escherichia coli, aktivitas
antiseptik terhadap Proteus vulgaris, Bacillus subtilis, Salmonella paratyphi,
aktivitas

antifungi

terhadap

Candida

albicans,

Microsporeum gyseum (Simon, Quinn dan Murray, 1990).

Penicillium

notatum,

Gambar 4

Daun dan semak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum)
(Anonim 2006b).

Eugenol merupakan salah satu senyawa bioaktif dalam kemangi yang
bekerja sebagai larvasida. Menurut Hadiwijaya (1983), zat ini termasuk golongan
fenol yang berperan aktif sebagai anti mikroba. Fenol atau asam karbolat
digunakan sebagai antiseptik di rumah sakit tapi penggunannya digantikan karena
fenol mudah terhisap melalui kulit, menyebabkan cacat bakar dan amat beracun
(Wilbraham dan Matta 1992). Banyak jenis fenol yang terbentuk secara alami,
baik pada tanaman dan hewan (Carey 1992). Salah satu contoh fenol yang
diproduksi tanaman adalah eugenol. Eugenol disebut juga 2 methoxy-4-(2propenyl) phenol, asam eugenik, 4 alyl-2-methoxyphenol dengan rumus kimia
C10H12O2 dan berat molekul 164,20. Eugenol berwarna kuning pucat, larut dalam
air dan pelarut organik (Anonim 2007a). Eugenol berfungsi sebagai bahan
pemingsan, parfum dan bahan analgesik gigi (Hadiwijaya 1983). Senyawa ini
digunakan sebagai bahan pencampur dalam pembuatan parfum dan obat-obatan
serta bahan untuk pembuatan vanili sintetis yang banyak digunakan dalam industri
makanan dan minuman (Nurdjanah et al 1997). Derivativ eugenol atau
methoxyphenol digunakan sebagai penarik serangga, penyerap UV, analgesik dan
antiseptik (Anonim 2006a).

Gambar 5 Struktur bangun eugenol (Anonim 2007a)
Eugenol dapat menyebabkan alergi jika terkena pada kulit. (Anonim
2007a). Eugenol memiliki efek membakar jika mengenai kulit dan mukosa mulut
sehingga berakibat pada kehilangan sensitifitas akan sakit, kerusakan jaringan
lokal dan rusaknya gigi (Anonim 2006c). Menurut Ratnasari (2002) dan Hart
(1990), eugenol bekerja pada sistem syaraf. Eugenol mengganggu kerja syaraf
sehingga terjadi penurunan fungsi. Selain eugenol, senyawa bioaktif pada
kemangi yang berfungsi sebagai larvasida adalah methyl clavicol. Menurut Lowry
(2006), methyl clavicol termasuk ke dalam kelompok ether. Ether merupakan zat
anastetik yang pertama kali digunakan. Keberadaannya telah tergantikan karena
sifatnya yang mudah terbakar dan menyebabkan mual (Wilbraham dan Matta
1992). Ether berpengaruh pada tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan.
Ether juga menyebabkan relaksasi otot (Brown 1976). Methyl clavicol banyak
dikandung biji anise dari tanaman anise (Pimpinella anisum) (Anonim 2002).
Methyl clavicol juga terkandung dalam tanaman French Terragon (Artemisia
dracunculus var. sativa). Zat ini dapat bersifat sebagai anastetikum lokal pada
lidah (Voight 2001).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan,
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penyulingan dilakukan di
Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO),
Cimanggu Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Mei
2007
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : minyak kemangi
dengan konsentrasi awal dianggap 100%, sekam, pakan ayam, susu bubuk, gula
pasir, aquades, pengemulsi. Penelitian ini menggunakan hewan uji yaitu larva lalat
rumah (Musca domestica) instar III awal.
Alat yang digunakan adalah kandang (kurungan) lalat berukuran 40x40x40
3

cm dengan kerangka dari kayu, berdinding kain kasa di keempat sisinya,
mangkok plastik, gelas plastik, kapas, nampan, pinset, pipet, kain kasa sebagai
penutup gelas, timbangan, gelas ukur dan sendok plastik.

Gambar 6 Kandang lalat Musca domestica.

Pemeliharaan Larva Lalat Rumah (Rearing)
Pada penelitian ini digunakan biakan larva Musca domestica instar III awal.
Lalat dewasa diperoleh dari koloni yang telah dipelihara dan beradaptasi di
Insektori Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesmavet FKH, IPB. Lalat dewasa dikembangbiakkan di
kandang lalat. Di dalam kandang diletakkan mangkok plastik berisi media biakan
dengan perbandingan antara pakan ayam dan sekam 3 : 1 kemudian diberi air
secukupnya hingga terlihat cukup lembab. Kondisi media tergantung terhadap
cuaca, ketika cuaca hujan media diupayakan lembab tapi ketika cuaca kering
maka media diusahakan basah. Setelah semuanya dicampur kemudian diaduk
hingga merata. Media ini berfungsi sebagai tempat bertelur bagi lalat betina.
Di dalam kandang juga disediakan susu bubuk atau air gula 10% dalam
gelas plastik sebagai sumber karbohidrat untuk lalat. Air gula ini harus diganti
setiap dua hari sekali agar tidak basi. Setelah telur dalam media biakan menetas
menjadi larva, larva kemudian dipindahkan ke dalam nampan berukuran 30x20x5
cm3 yang berisi pelet ayam kering, yang berfungsi sebagai nutrisi tambahan bagi
larva. Jika jumlah larva terlalu banyak maka sebagian harus dipindahkan ke
nampan baru agar tidak terjadi kompetisi makanan dan oksigen. Pemberian pakan
dilakukan selama periode larva. Larva ditunggu kira-kira 4-5 hari hingga menjadi
instar III. Dari hasil pemeliharaan inilah didapat persediaan larva instar III awal
untuk pengujian.

Gambar 7 Media pengembangbiakkan larva Musca domestica.

Penyulingan Kemangi
Bagian kemangi yang digunakan untuk penyulingan adalah daunnya. Daun
kemangi dilayukan kurang lebih selama 24 jam untuk mengurangi kadar airnya.
Selanjutnya daun kemangi disuling untuk memperoleh minyaknya. Alat penyuling
berupa kukusan yang berisi air yang dilengkapi dengan saluran tabung penyuling
dengan bagian ujungnya berupa kran yang tertutup. Kukusan ini diletakkan di atas
bunsen yang telah dinyalakan. Daun kemangi yang telah dilayukan dimasukkan
dalam kukusan, kemudan kukusan ditutup rapat-rapat, agar uap daun kemangi
hanya keluar melalui saluran tabung penyuling, sementara bunsen dinyalakan
dengan api kecil.
Selama proses pemanasan ini, daun kemangi yang dikukus berubah menjadi
uap air dan minyak, keduanya akan dikeluarkan melalui saluran tabung penyuling
dan nantinya akan menetes kembali ke saluran tabung penyuling bagian akhir,
yang berupa kran tertutup. Air akan selalu berada di bawah minyak karena berat
jenis air lebih berat dari pada berat jenis minyak. Air yang berada di bawah
minyak harus dibuang terlebih dahulu sehingga minyak dapat dikeluarkan. Setelah
air yang berada di bawah minyak dikeluarkan dengan tuntas maka minyak yang
keluar bisa segera ditampung dalam wadah dan minyak siap digunakan untuk
pengujian. Konsentrasi minyak kemangi dianggap 100%.

A.

B.

Gambar 8 Daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) A. Segar B. Layu

Gambar 9 Alat penyulingan.

Pengujian
Pengujian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap. Penelitian
ini menggunakan larva lalat rumah (Musca domestica) instar III awal. Larutan
penguji yang digunakan sebagai larvasida adalah ekstrak tanaman kemangi.
Pengujian dilakukan dengan menyediakan gelas berjumlah 20 buah yang
berisi media biakan seberat 10 gram. Media diperoleh dari campuran pakan ayam
dan sekam yang telah diaduk rata kemudian ditimbang sebanyak 10 gr. Dalam
penelitian dilakukan 5 perlakuan, yaitu pemberian minyak kemangi dengan
konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20% dan kontrol. Masing-masing perlakuan
dilakukan pengulangan sebanyak empat kali.

Gambar 10 Media pengujian larva Musca domestica.

Konsentrasi perlakuan diperoleh dengan mencampurkan minyak kemangi
yang dianggap 100% dengan pengencer berupa aquades. Di setiap gelas plastik
ditetesi pengemulsi sebanyak 0,1 ml. Pencampuran ini menggunakan rumus :
C1 . V1 = C2 . V2
Keterangan
C1

= Konsentrasi ekstrak awal

C2

= Konsentrasi yang diinginkan

V1

= Volume yang dicari

V2

= Volume yang diinginkan

Volume yang diinginkan untuk setiap gelas pengujian adalah 6 ml dengan
konsentrasi awal dianggap 100%.
Berikut perhitungannya :
No. Konsentrasi (%)

Minyak kemangi yang

Aquades yang digunakan

digunakan
(V1.C1 = V2.C2)
1.

2,5

V1.100 = 6 ml . 2,5

6 ml – 0,15 ml = 5,85 ml

V1 = 0,15 ml
2.

5

V1.100 = 6 ml . 5

6 ml – 0,3 ml = 5,7 ml

V1 = 0,3 ml
3.

10

V1.100 = 6 ml . 10

6 ml – 0,6 ml = 5,4 ml

V1 = 0,6 ml
4.

20

V1.100 = 6 ml . 20

6 ml – 1,2 ml = 4, 8 ml

V1 = 1,2 ml
5.

Kontrol

V1.100 = 6 ml . 0

6 ml – 0 ml = 6 ml

V1 = 0 ml

Setelah media untuk pengujian siap, di dalam tiap gelas plastik diletakkan
25 ekor larva. Larva Musca domestica setelah diberi perlakuan diamati tiap 24
jam untuk memantau pertumbuhan larva sampai menjadi lalat dewasa.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara :
1. Menghitung jumlah larva yang mati (mortalitas larva) setelah 4 hari
terpapar ekstrak kemangi
2. Jumlah pupa yang terbentuk dari larva setelah 4 hari
3. Jumlah pupa yang mengalami eklosi setelah 3 hari dari masa pupa.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan untuk menguji perbedaan
diantara perlakuan yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pengaruh kemangi (Ocimum basilicum forma citratum)
terhadap lalat rumah (Musca domestica) disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
sebagai berikut :
Tabel 1 Rata-rata kematian larva Musca domestica setelah berkontak dengan
ekstrak kemangi
Ulangan
Konsentrasi
Rata-rata
I

II

III

IV

Kontrol

0%

0%

0%

0%

0%a

2,5%

8%

12%

8%

0%

7%a

5%

36%

32%

20%

16%

26%b

10%

8%

4%

24%

8%

11%ab

20%

52%

84%

96%

100%

83%c

Mortalitas

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf P