Analisis kelayakan usaha penyulingan minyak kayu putih yakasaba di kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN
MINYAK KAYU PUTIH YAKASABA
DI KABUPATEN MUARA ENIM
SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

GUSRI AYU FARSA
H34050991

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
GUSRI AYU FARSA. Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu
Putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah bimbingan LUSI FAUSIA).
Salah satu penyumbang bagi perekonomian Indonesia adalah sektor

kehutanan. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam
hutannya. Produk kehutanan yang dapat dimanfaatkan berupa hasil hutan kayu
dan non kayu, namun selama ini yang dimanfaatkan hanya hasil hutan kayu
sedangkan non kayu belum dimanfaatkan dengan baik. Adanya paradigma baru di
sektor kehutanan yang memandang hutan sebagai sistem sumberdaya yang
bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan serta
pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, menyadarkan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan
salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling
bersinanggungan dengan masyarakat sekitar hutan.
Salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kontribusi yang cukup
besar adalah minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential
oils adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun,
bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga Dari sekitar 80 jenis minyak atsiri
yang selama ini menjadi komoditas perdagangan, sekitar 40 jenis diantaranya
dapat diproduksi di Indonesia dan baru sekitar 12 jenis minyak atsiri yang menjadi
komoditas ekspor Indonesia. Salah satu minyak atsiri andalan Indonesia yang
memiliki harga yang relatif stabil dan merupakan salah satu minyak atsiri produk
kehutanan non kayu Indonesia adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih
merupakan minyak hasil penyulingan tanaman kayu putih. Usaha penyulingan

minyak kayu putih ini sangat prospektif untuk dikembangkan, selain karena
tanaman ini mudah untuk dibudidayakan termasuk pada lahan kritis sekalipun,
tetapi juga masih banyaknya permintaan akan minyak kayu putih yang belum
dapat dipenuhi. Kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri belum dapat dipenuhi
dari sumber sendiri, hal ini dikarenakan masih sedikitnya produsen minyak kayu
putih yang ada di Indonesia, diantaranya Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Propinsi DIY, industri rakyat di Kepulauan Maluku, dan beberapa
sumber kecil lainnya.
Melihat potensi inilah, didirikannya usaha penyulingan Yakasaba di
Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Usaha penyulingan ini merupakan
usaha yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan batubara yang ada di
Sumatera Selatan, dimana perusahaan ini memiliki perkebunan kayu putih yang
merupakan hasil revegetasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lahan
tambangnya yang sudah tidak produktif lagi. Sebagai usaha baru dan pertama di
daerah Sumatera Selatan, diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui apakah
usaha ini layak atau tidak untuk dijalankan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha
penyulingan MKP Yakasaba, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha
penyulingan MKP Yakasaba dan (3) Menganalisis sensitivitas usaha penyulingan
MKP Yakasaba.


Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel
2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi
data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Selain itu
digunakan juga Minitab 14 untuk meramalkan produksi serta harga dari MKP
Yakasasa selama umur proyek berlangsung. Sedangkan untuk data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis
terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar,
teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha
penyulingan MKP Yakasaba ini layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor
yang menghambat kegiatan produksi Yakasaba dari tiap-tiap aspek.
Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario
atau pola usaha. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp
1.264.477.393,82, IRR sebesar 28,90 persen , Net B/C sebesar 4,63, serta nilai
Payback Periode selama 6 tahun 4 bulan dan 28 hari. Pada skenario II, nilai NPV
yang diperoleh sebesar Rp 2.848.453.013,92, IRR sebesar 35,86 persen, Net B/C
sebesar 5,51, dan Payback Periode selama 5 tahun 1 bulan 12 hari. Sedangkan
pada skenario III, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.982.818.583,46,

dengan nilai IRR sebesar 48,79 persen, Net B/C sebesar 8,74, serta Payback
Periode selama 4 tahun 18 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial,
ketiga skenario tersebut layak untuk dijalankan.
Jika dilihat dari hasil analisis sensitivitas, skenario II yang merupakan usaha
penyulingan minyak kayu putih yang saat ini sedang dijalankan adalah usaha yang
paling sensitif terhadap penurunan harga jual minyak kayu putih sebesar 23
persen, sedangkan skenario I merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap
kenaikan harga bahan bakar batubara sebesar 18 persen. Kenaikan harga bahan
bakar batubara tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap usaha
dikarenakan pada kedua skenario ini penggunaan bahan bakar batubara hanya
pada tahun pertama saja, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya menggunakan
bahan bakar yang berasal dari limbah penyulingan daun kayu putih.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN
MINYAK KAYU PUTIH YAKASABA
DI KABUPATEN MUARA ENIM
SUMATERA SELATAN

GUSRI AYU FARSA
H34050991


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih
Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

Nama

: Gusri Ayu Farsa

NRP


: H34050991

Disetujui,
Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec
NIP. 19600321 1986012 001

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 1984031 002

Tanggal Lulus:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Yakasaba di Kabupaten Muara
Enim Sumatera Selatan” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Gusri Ayu Farsa
H34050991

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 21 Agustus 1987 dari
pasangan Bapak Fachrozi dan Ibu Saptinah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negeri I Palembang, dan pada tahun yang sama pula penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, dimana pada
tahun ini IPB menerapkan sistem kurikulum mayor minor, dan baru pada tahun

2006 penulis mendapatkan mayor Agribisnis dengan minor Ekonomi Pertanian.
Pendidikan tingkat SMP diselesaikan oleh penulis pada tahun 2002 di SMP
Negeri 1 Tanjung Enim, sedangkan lulus SD pada tahun 1999 di SD Negeri 8
Tanjung Enim. Tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikannya di Taman
Kanak-kanak (TK) Bhayankari Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan
ataupun organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2007, penulis menjadi staf
Departemen Budaya dan Olahraga, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa (BEM KM) IPB, Kepala Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom)
Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya (IKAMUSI) IPB, serta staf Divisi
Dana Usaha pada Student Economic Student Club (SES-C) Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Selain itu, penulis juga tercatat dalam keanggotaan Koperasi
Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) IPB.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka untuk
mendapatkan gelar sarjana. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak
terutama orang tua, pihak penyulingan Yakasaba, dan dosen pembimbing skripsi
Ibu Ir. Lusi Fausia, M.Ec yang telah membimbing dan memberikan masukan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan
Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan”.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk
penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga
mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di
masa mendatang.

Bogor, Juli 2009

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobbil Alamin... Syukur ke hadirat Allah SWT, raja semesta
alam, atas rahmat-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua tercinta. Terima kasih atas segalanya, tanpa kalian aku
bukanlah siapa-siapa dan tak bisa apa-apa. Love you so much!!!
2. Adik tercinta, Fadhli Farsa dan juga keluarga besarku di Palembang.

Terima kasih atas dorongan semangat dan doanya.
3. Ir. Lusi Fausia, M.Ec, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas masukannya dan bimbingannya.
4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik selama
berkuliah di Departemen Agibisnis yang telah banyak membantu dan
membimbing akademik penulis.
5. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
6. Eva Yolynda Aviny, SP.MM, selaku dosen penguji dari wakil komisi
pendidikan Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah
diberikan.
7. Pihak Penyulingan MKP YAKASABA, Bapak Bambang Sulistyanto,
Bapak H. Jumiin, Bapak Yos, dan juga pihak Yakasaba lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan informasi yang
diberikan. Selain itu terima kasih juga kepada Pihak Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Yogyakarta serta Pabrik MKP Sendang Mole, terutama Bapak
Pramono, atas informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
8. Herviana Ferazuma dan Olga Mardisadora. Terimakasih telah menjadi

sahabat sekaligus saudara bagi penulis, atas semangat, kesabaran, nasihat,
dan doa yang kalian berikan. Luv u darlaaa!!
9. Syahra Zulfah dan Septi Budhi Lestari. Terimakasih atas bantuan dan juga
dukungannya selama ini, khususnya dalam pembuatan skripsi ini.

Terimakasih juga atas kesabaran kalian dalam „menenangkan‟ku..
Makasih banyak teman!!
10. Amel, Bunda, Echie, Elin, Nenek, Raiya dan anggota HIMAWAJA
(Himpunan Mahasiswa Wisma Gajah) lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu per satu, terima kasih atas suntikan semangat dan doanya, juga atas
aura kekeluargaan yang terjalin selama ini. Thanks sista, luv you so much.
11. Lysti, Nemo, Ncep, Sarjul, Siti, DL, James, Mamamia, Kk Huiy, Beib,
Taice, Fence, Nenejanda, Mamih, Daeng, Engkong dan semua AGB 42
dan juga 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Makasih ya teman.
Makasih atas semua cinta, doa dan semangatnya. Terimakasih telah ikut
mewarnai hari-hari penulis. AGB.. Growing The Future!!!
12. Riana Septiana selaku pembahas pada seminar penulis. Terimakasih atas
saran dan masukannya, Besan!!
13. Rekan seperjuangan yang selalu mendampingi dan memberi semangat
kepada penulis, Marlinda Sari dan juga Neina Ayu sebagai rekan satu
bimbingan
14. Teman senasib seperjuangan di asrama putri tercinta, 1β7‟ers!! Maya,
Wewe, Wulan, serta sluruh keluarga besar “10 Segar”. Terima kasih atas
rasa persaudaraan dan kebersamaannya, serta atas segala dukungannya.
15. Kelompok gladikarya yang selama 1,5 bulan hidup bersama dengan
penulis. Keluarga cemara! Teh decu, Agil, Bonsay, dan aBah. Terima
kasih atas pengertian, semangat, dan kasih sayang kalian padaku.
16. Dosen-dosen dan Staf Departemen Agribisnis. Terima kasih sebesarbesarnya atas semua ilmu pengetahuan dan pengalaman yang kalian bagi
untukku dan teman-teman.
17. Teman-teman satu OMDA (K Arie, Aqm, Didi, Martha, Jamie, Vagha,
Ricky, Yudi, Kino, Mas Wawan, K Icha, Tekwan, YuMeg, Lesty,Wina,
Arie, Mel, Ambar, angkatan 40, 41, 43,44, dan 45 lainnya yang tak dapat
disebut satu per satu), BEM KM (Tibi, Yuni, dkk), dan SES-C. Makasih
atas rasa persaudaraan, ilmu, dan semangat yang kalian berikan.
18. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN
MINYAK KAYU PUTIH YAKASABA
DI KABUPATEN MUARA ENIM
SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

GUSRI AYU FARSA
H34050991

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
GUSRI AYU FARSA. Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu
Putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah bimbingan LUSI FAUSIA).
Salah satu penyumbang bagi perekonomian Indonesia adalah sektor
kehutanan. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam
hutannya. Produk kehutanan yang dapat dimanfaatkan berupa hasil hutan kayu
dan non kayu, namun selama ini yang dimanfaatkan hanya hasil hutan kayu
sedangkan non kayu belum dimanfaatkan dengan baik. Adanya paradigma baru di
sektor kehutanan yang memandang hutan sebagai sistem sumberdaya yang
bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan serta
pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, menyadarkan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan
salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling
bersinanggungan dengan masyarakat sekitar hutan.
Salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kontribusi yang cukup
besar adalah minyak atsiri. Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential
oils adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun,
bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga Dari sekitar 80 jenis minyak atsiri
yang selama ini menjadi komoditas perdagangan, sekitar 40 jenis diantaranya
dapat diproduksi di Indonesia dan baru sekitar 12 jenis minyak atsiri yang menjadi
komoditas ekspor Indonesia. Salah satu minyak atsiri andalan Indonesia yang
memiliki harga yang relatif stabil dan merupakan salah satu minyak atsiri produk
kehutanan non kayu Indonesia adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih
merupakan minyak hasil penyulingan tanaman kayu putih. Usaha penyulingan
minyak kayu putih ini sangat prospektif untuk dikembangkan, selain karena
tanaman ini mudah untuk dibudidayakan termasuk pada lahan kritis sekalipun,
tetapi juga masih banyaknya permintaan akan minyak kayu putih yang belum
dapat dipenuhi. Kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri belum dapat dipenuhi
dari sumber sendiri, hal ini dikarenakan masih sedikitnya produsen minyak kayu
putih yang ada di Indonesia, diantaranya Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Propinsi DIY, industri rakyat di Kepulauan Maluku, dan beberapa
sumber kecil lainnya.
Melihat potensi inilah, didirikannya usaha penyulingan Yakasaba di
Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Usaha penyulingan ini merupakan
usaha yang dimiliki oleh perusahaan pertambangan batubara yang ada di
Sumatera Selatan, dimana perusahaan ini memiliki perkebunan kayu putih yang
merupakan hasil revegetasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lahan
tambangnya yang sudah tidak produktif lagi. Sebagai usaha baru dan pertama di
daerah Sumatera Selatan, diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui apakah
usaha ini layak atau tidak untuk dijalankan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial usaha
penyulingan MKP Yakasaba, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha
penyulingan MKP Yakasaba dan (3) Menganalisis sensitivitas usaha penyulingan
MKP Yakasaba.

Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel
2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi
data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Selain itu
digunakan juga Minitab 14 untuk meramalkan produksi serta harga dari MKP
Yakasasa selama umur proyek berlangsung. Sedangkan untuk data kualitatif
disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis
terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar,
teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha
penyulingan MKP Yakasaba ini layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor
yang menghambat kegiatan produksi Yakasaba dari tiap-tiap aspek.
Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario
atau pola usaha. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp
1.264.477.393,82, IRR sebesar 28,90 persen , Net B/C sebesar 4,63, serta nilai
Payback Periode selama 6 tahun 4 bulan dan 28 hari. Pada skenario II, nilai NPV
yang diperoleh sebesar Rp 2.848.453.013,92, IRR sebesar 35,86 persen, Net B/C
sebesar 5,51, dan Payback Periode selama 5 tahun 1 bulan 12 hari. Sedangkan
pada skenario III, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.982.818.583,46,
dengan nilai IRR sebesar 48,79 persen, Net B/C sebesar 8,74, serta Payback
Periode selama 4 tahun 18 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial,
ketiga skenario tersebut layak untuk dijalankan.
Jika dilihat dari hasil analisis sensitivitas, skenario II yang merupakan usaha
penyulingan minyak kayu putih yang saat ini sedang dijalankan adalah usaha yang
paling sensitif terhadap penurunan harga jual minyak kayu putih sebesar 23
persen, sedangkan skenario I merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap
kenaikan harga bahan bakar batubara sebesar 18 persen. Kenaikan harga bahan
bakar batubara tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap usaha
dikarenakan pada kedua skenario ini penggunaan bahan bakar batubara hanya
pada tahun pertama saja, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya menggunakan
bahan bakar yang berasal dari limbah penyulingan daun kayu putih.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN
MINYAK KAYU PUTIH YAKASABA
DI KABUPATEN MUARA ENIM
SUMATERA SELATAN

GUSRI AYU FARSA
H34050991

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih
Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

Nama

: Gusri Ayu Farsa

NRP

: H34050991

Disetujui,
Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec
NIP. 19600321 1986012 001

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 1984031 002

Tanggal Lulus:

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Yakasaba di Kabupaten Muara
Enim Sumatera Selatan” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Gusri Ayu Farsa
H34050991

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 21 Agustus 1987 dari
pasangan Bapak Fachrozi dan Ibu Saptinah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di
SMA Negeri I Palembang, dan pada tahun yang sama pula penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, dimana pada
tahun ini IPB menerapkan sistem kurikulum mayor minor, dan baru pada tahun
2006 penulis mendapatkan mayor Agribisnis dengan minor Ekonomi Pertanian.
Pendidikan tingkat SMP diselesaikan oleh penulis pada tahun 2002 di SMP
Negeri 1 Tanjung Enim, sedangkan lulus SD pada tahun 1999 di SD Negeri 8
Tanjung Enim. Tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikannya di Taman
Kanak-kanak (TK) Bhayankari Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif di beberapa kegiatan
ataupun organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2007, penulis menjadi staf
Departemen Budaya dan Olahraga, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa (BEM KM) IPB, Kepala Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom)
Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya (IKAMUSI) IPB, serta staf Divisi
Dana Usaha pada Student Economic Student Club (SES-C) Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB. Selain itu, penulis juga tercatat dalam keanggotaan Koperasi
Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) IPB.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka untuk
mendapatkan gelar sarjana. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak
terutama orang tua, pihak penyulingan Yakasaba, dan dosen pembimbing skripsi
Ibu Ir. Lusi Fausia, M.Ec yang telah membimbing dan memberikan masukan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan
Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan”.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat begi semua pihak termasuk
penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga
mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di
masa mendatang.

Bogor, Juli 2009

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobbil Alamin... Syukur ke hadirat Allah SWT, raja semesta
alam, atas rahmat-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua tercinta. Terima kasih atas segalanya, tanpa kalian aku
bukanlah siapa-siapa dan tak bisa apa-apa. Love you so much!!!
2. Adik tercinta, Fadhli Farsa dan juga keluarga besarku di Palembang.
Terima kasih atas dorongan semangat dan doanya.
3. Ir. Lusi Fausia, M.Ec, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih atas masukannya dan bimbingannya.
4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik selama
berkuliah di Departemen Agibisnis yang telah banyak membantu dan
membimbing akademik penulis.
5. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
6. Eva Yolynda Aviny, SP.MM, selaku dosen penguji dari wakil komisi
pendidikan Departemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah
diberikan.
7. Pihak Penyulingan MKP YAKASABA, Bapak Bambang Sulistyanto,
Bapak H. Jumiin, Bapak Yos, dan juga pihak Yakasaba lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan informasi yang
diberikan. Selain itu terima kasih juga kepada Pihak Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Yogyakarta serta Pabrik MKP Sendang Mole, terutama Bapak
Pramono, atas informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.
8. Herviana Ferazuma dan Olga Mardisadora. Terimakasih telah menjadi
sahabat sekaligus saudara bagi penulis, atas semangat, kesabaran, nasihat,
dan doa yang kalian berikan. Luv u darlaaa!!
9. Syahra Zulfah dan Septi Budhi Lestari. Terimakasih atas bantuan dan juga
dukungannya selama ini, khususnya dalam pembuatan skripsi ini.

Terimakasih juga atas kesabaran kalian dalam „menenangkan‟ku..
Makasih banyak teman!!
10. Amel, Bunda, Echie, Elin, Nenek, Raiya dan anggota HIMAWAJA
(Himpunan Mahasiswa Wisma Gajah) lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu per satu, terima kasih atas suntikan semangat dan doanya, juga atas
aura kekeluargaan yang terjalin selama ini. Thanks sista, luv you so much.
11. Lysti, Nemo, Ncep, Sarjul, Siti, DL, James, Mamamia, Kk Huiy, Beib,
Taice, Fence, Nenejanda, Mamih, Daeng, Engkong dan semua AGB 42
dan juga 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Makasih ya teman.
Makasih atas semua cinta, doa dan semangatnya. Terimakasih telah ikut
mewarnai hari-hari penulis. AGB.. Growing The Future!!!
12. Riana Septiana selaku pembahas pada seminar penulis. Terimakasih atas
saran dan masukannya, Besan!!
13. Rekan seperjuangan yang selalu mendampingi dan memberi semangat
kepada penulis, Marlinda Sari dan juga Neina Ayu sebagai rekan satu
bimbingan
14. Teman senasib seperjuangan di asrama putri tercinta, 1β7‟ers!! Maya,
Wewe, Wulan, serta sluruh keluarga besar “10 Segar”. Terima kasih atas
rasa persaudaraan dan kebersamaannya, serta atas segala dukungannya.
15. Kelompok gladikarya yang selama 1,5 bulan hidup bersama dengan
penulis. Keluarga cemara! Teh decu, Agil, Bonsay, dan aBah. Terima
kasih atas pengertian, semangat, dan kasih sayang kalian padaku.
16. Dosen-dosen dan Staf Departemen Agribisnis. Terima kasih sebesarbesarnya atas semua ilmu pengetahuan dan pengalaman yang kalian bagi
untukku dan teman-teman.
17. Teman-teman satu OMDA (K Arie, Aqm, Didi, Martha, Jamie, Vagha,
Ricky, Yudi, Kino, Mas Wawan, K Icha, Tekwan, YuMeg, Lesty,Wina,
Arie, Mel, Ambar, angkatan 40, 41, 43,44, dan 45 lainnya yang tak dapat
disebut satu per satu), BEM KM (Tibi, Yuni, dkk), dan SES-C. Makasih
atas rasa persaudaraan, ilmu, dan semangat yang kalian berikan.
18. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xvi

I

PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................

1
1
7
10
11
11

II

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Deskripsi Minyak Kayu Putih .......................................................
2.2 Budidaya Kayu Putih .....................................................................
2.3 Penyulingan Minyak Kayu Putih ...................................................
2.4 Manfaat dan Kegunaan Minyak Kayu Putih .................................
2.5 Penelitian Terdahulu ......................................................................

12
12
12
19
22
24

III

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .........................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................

26
26
41

IV

METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
4.2 Data dan Sumber Data ...................................................................
4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..........................................

43
43
43
43
44

V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..........................................
5.1 Profil dan Sejarah Perusahaan .......................................................
5.2 Jenis Usaha ....................................................................................
5.3 Struktur Organisasi ........................................................................

54
54
55
59

VII ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL ............................
6.1 Aspek Pasar ...................................................................................
6.1.1 Permintaan ....................................................................
6.1.2 Penawaran .....................................................................
6.1.3 Strategi Pemasaran .......................................................
6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ...........................................
6.2 Aspek Teknis .................................................................................
6.2.1 Lokasi Usaha ................................................................
6.2.2 Skala Usaha ..................................................................
6.2.3 Layout ...........................................................................
6.2.4 Proses Produksi ............................................................
6.2.5 Penggunaan Teknologi .................................................
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ........................................
6.3 Aspek Manajemen .........................................................................

62
62
62
62
63
66
66
67
68
69
69
70
72
72

6.4 Aspek Hukum ................................................................................
6.4.1 Bentuk Badan Usaha .........................................................
6.4.2 Izin Usaha ..........................................................................
6.4.3 Hasil Analisis Aspek Hukum ............................................
6.5 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ........................................

74
74
75
76
76

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ......................................................
7.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I .......................................
7.1.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) ..............................
7.1.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) ..........................
7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial .......................................
7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ......................................
7.2.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) ..............................
7.2.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) ..........................
7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial .......................................
7.2.4 Pelaksanaan Skenario II ...............................................
7.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III .....................................
7.3.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) ..............................
7.3.2 Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) ..........................
7.3.3 Analisis Kelayakan Finansial .......................................
7.3.4 Pelaksanaan Skenario III ..............................................
7.4 Analisis Sensitivitas .......................................................................
7.4.1 Penurunan Harga Minyak Kayu Putih 23 Persen ..............
7.4.2 Kenaikan Harga Bahan Bakar Batubara 18 persen ............

77
78
78
81
84
85
86
89
93
94
95
95
98
101
102
103
104
107

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
8.1 Kesimpulan ....................................................................................
8.2 Saran
.......................................................................................

111
111
112

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

113

.......................................................................................

115

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................

42

2.

Skema Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih ..........................

58

3.

Struktur Organisasi Penyulingan MKP Yakasaba ......................

59

4.

Saluran Pemasaran MKP Yakasaba ............................................

65

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Layout Penyulingan MKP Yakasaba .......................................

2.

a. Nilai MSE Hasil Penerapan Model Peramalan Produksi

115

Minyak Kayu Putih Yakasaba Skenario I .............................

116

b. Output Peramalan Produksi MKP ........................................

116

c. Nilai MSE Hasil Penerapan Model Peramalan Produksi

3.

MKP Skenario II dan II ........................................................

118

d. Output Peramalan Produksi MKP Skenario II dan III .........

119

a. Daftar Harga MKP Tahun 1974 Hingga 2009 .....................

121

b. Nilai MSE Hasil Penerapan Model Peramalan Harga MKP
Tahun 2010 Hingga 2023 .....................................................

122

c. Output Peramalan Harga MKP ............................................

122

4.

Dokumentasi ............................................................................

124

5.

Cashflow Usaha Penyulingan MKP Yakasaba Skenario I .......

125

6.

Cashflow Usaha Penyulingan MKP Yakasaba Skenario II .....

127

7.

Cashflow Usaha Penyulingan MKP Yakasaba Skenario III ....

129

8.

Analisis Sensitivitas Usaha Pada Penurunan Harga MKP
Skenario I .................................................................................

9.

Analisis SIensitivitas Usaha Pada Penurunan Harga MKP
Skenario II ................................................................................

10.

137

Analisis Sensitivitas Usaha Pada Kenaikan Harga Batubara
Skenario II ...............................................................................

13.

135

Analisis Sensitivitas Usaha Pada Kenaikan Harga Batubara
Skenario I .................................................................................

12.

133

Analisis Sensitivitas Usaha Pada Penurunan Harga MKP
Skenario III ...............................................................................

11.

131

139

Analisis Sensitivitas Usaha Pada Kenaikan Harga Batubara
Skenario III ...............................................................................

141

14.

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba Skenario I ....

143

15.

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba Skenario II ..

144

16.

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba Skenario III .

17.

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Penurunan Harga Jual MKP- Skenario I) .............

18.

149

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Kenaikan Harga Batubara- Skenario II) ...............

22.

148

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Kenaikan Harga Batubara- Skenario I) ................

21.

147

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Penurunan Harga Jual MKP- Skenario III) ..........

20.

146

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Penurunan Harga Jual MKP- Skenario II) ...........

19.

145

150

Laporan Laba Rugi Penyulingan MKP Yakasaba
(Sensitivitas Kenaikan Harga Batubara- Skenario III) ..............

151

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor penunjang utama perekonomian
Indonesia. Negara dengan sebagian besar mata pencaharian utama penduduknya
berada di sektor pertanian ini terus berupaya meningkatkan pertaniannya, yang
tidak hanya mencakup pertanian sawah dan ladang, tetapi lebih luas mencakup
peternakan,

perikanan,

dan

kehutanan.

Salah

satu

penyumbang

bagi

perekonomian Indonesia adalah sektor kehutanan. Adapun kontribusi sektor
kehutanan terhadap PDB Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Produk Domestik Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku (1997-2006)
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Produk Domestik Bruto
(Miliar Rupiah)
Kehutanan
Total PDB
9 .806,5
627.695,9
11.700,5
955.753,9
13.803,8
1.099.731,8
16.343,0
1.389.769,9
16.962,1
1.646. 322,0
17.602,4
1.821.833,0
18.414,6
2.013.674,6
20.290,0
2.295.826,2
22.561,8
2.784.960,4
30.017,0
3.338.195,7

Kontribusi Kehutanan
Terhadap PDB (%)
1,56
1,22
1,26
1,18
1,03
0,97
0,91
0,88
0,81
0,90

Sumber: Badan Pusat Statistik ( 2007)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan sektor
kehutanan terhadap PDB Indonesia setiap tahunnya cenderung mengalami
penurunan. Penurunan kontribusi tersebut dikarenakan menurunnya produktivitas
hutan Indonesia seiring dengan menurunnya kuantitas (luas) hutan Indonesia serta
kualitas hutan atau yang biasa disebut dengan deforestasi hutan. Adapun laju
pengurangan luas hutan tersebut di atas tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 2
juta hektar setiap tahunnya. Penurunan luas hutan Indonesia dalam kurun waktu
50 tahun terakhir yaitu dari 162 juta hektar menjadi hanya 98 hektarnya saja ini
merupakan dampak dari pembalakan liar, penebangan ilegal, dan juga kebakaran

hutan. Selain itu, areal hutan dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan
skala besar dengan melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, atau
menjadi kawasan transmigrasi serta sasaran kawasan pengembangan perkotaan.1
Maraknya pembalakan hutan dan pemanfaatan hutan dengan hanya
melihat hasil berupa kayu adalah cermin kurang optimalnya pengelolaan hutan,
dan ketidaktahuan akan nilai sesungguhnya dari hutan. Hutan sebagai sebuah
ekosistem mengandung sejumlah sumber daya, tidak hanya hasil berupa kayu
saja. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam
hutannya. Produk kehutanan yang dapat dimanfaatkan dapat berupa hasil hutan
kayu dan non kayu, namun selama ini yang dimanfaatkan hanya hasil hutan kayu
sedangkan non kayu belum dimanfaatkan dengan baik.
Adanya paradigma baru di sektor kehutanan yang memandang hutan
sebagai sistem sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat
multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, menyadarkan bahwa produk hasil hutan bukan
kayu (HHBK) merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki
keunggulan komparatif dan paling bersinanggungan dengan masyarakat sekitar
hutan. HHBK terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan
masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi
penambahan devisa Negara. HHBK tersebut dapat berupa getah, kulit binatang,
akar kayu, madu, minyak atsiri, dan sebagainya. Adapun produksi hasil hutan non
kayu dapat dilihat pada tabel 2.

1

http://nasional.vivanews.com/news/read/21286luas_hutan_indonesia_semakin_berkurag/.

Amir

Amrullah. Hutan Indonesia Semakin Berkurang. 12/01/2009. Diakses pada tanggal 26 Februari
2009.

Tabel 2. Produksi dan Nilai Ekspor Hasil Hutan Non Kayu Tahun 2000 hingga
2004
No.
1.

Komoditas
Rotan

Satuan
Ton
Ribu $

2.

Arang Kayu

Ton
Ribu $

3.

Gambir

Ton
Ribu $

4.

Minyak Atsiri

Ton
Ribu $

5.

6.

Sirlak, Getah,
dan Damar

Ton

Terpentin

Ton

Ribu $

Ribu $
7.

Bambu

Ton
Ribu $

8.

Anyaman dari
Rotan

Ton

Ribu $
Sumber: www.dephut.go.id

2000
18.701

2001
24.116

Tahun
2002
22.999

2003
32.746

2004
31.600

11.619,45

13.844,48

13.692,74

20.588,54

20.834,07

77.574

54.480

50.319

38.489

73.100

18.439,24

9.970,86

6.528,47

5.883,41

12.172,44

11.593

14.231

13.820

8.920

17.478

14.701,69

18.040,74

15.731,46

9.698,25

18.232,16

5.797

7.748

6.809

6.904

6.563

55.965,07

72.562,39

71.003,92

66.407

71.025,73

2.437

3.232

3.121

4.953

4.139

1.522,96

1.866,32

1.508,70

2.057,14

2.174,48

5.587

3.667

5.530

5.495

6.794

1.349,73

1.625,57

2.555,66

2.277,21

3.357,99

2.913

2.621

1.578

4.463

4.847

1.160,12

1.231,51

1.067,65

1.885,93

2.105,04

21.368

21.378

22.609

22.682

13.473

53.292,65

56.992,03

53.305,83

45.904,03

20.802,47

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa minyak atsiri merupakan hasil hutan
non kayu yang memberikan kontribusi yang besar. Di setiap tahunnya, ekspor
minyak atsiri merupakan nilai ekspor terbesar dibandingkan hasil hutan non kayu
lainnya. Ekspor minyak atsiri cenderung berfluktuatif, pada tahun 2001 dan 2004
nilai ekspor minyak atsiri meningkat masing-masing sebesar 16.597,32 dan
4.618,73 dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2002 dan 2003, nilai
ekspor minyak atsiri mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Ketidakstabilan nilai ekspor minyak atsiri ini disebabkan oleh
produksi minyak atsiri maupun tingkat harga minyak atsiri yang juga tidak stabil.
Di Pasar dunia, tercatat tidak kurang dari 80 jenis minyak atsiri yang
selama ini menjadi komoditas perdagangan. Sekitar 40 jenis diantaranya dapat
diproduksi di Indonesia karena tanaman penghasilnya dapat dibudidayakan di
Indonesia yang subur dan beriklim tropis, dan baru sekitar 12 jenis minyak atsiri
yang menjadi komoditas ekspor Indonesia. Minyak atsiri atau yang disebut juga

dengan essential oils adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik
berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga (Armando, 2009).
Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan
bertambahnya populasi penduduk dunia dan berkembangnya berbagai industri
yang memanfaatkan minyak atsiri. Manfaat dan kegunaan minyak atsiri sangat
banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak
atsiri biasanya banyak digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik
dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu
maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan
minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta
gigi, shampoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri
sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya
sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri
sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan
lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan
pengawet dan bahan insektisida.
Salah satu minyak atsiri andalan Indonesia yang memiliki harga yang
relatif stabil dan merupakan salah satu minyak atsiri produk kehutanan non kayu
Indonesia adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih merupakan minyak hasil
penyulingan tanaman kayu putih. Usaha penyulingan minyak kayu putih ini
sangat prospektif untuk dikembangkan, selain karena tanaman ini mudah untuk
dibudidayakan termasuk pada lahan kritis sekalipun, tetapi juga masih banyaknya
permintaan akan minyak kayu putih yang belum dapat dipenuhi.
Saat ini, permintaan pasar domestik minyak kayu putih dipenuhi dari
Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi DIY, industri rakyat
di Kepulauan Maluku, dan beberapa sumber kecil lainnya. Menurut Dinas
Kehutanan, kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri belum dapat dipenuhi dari
sumber sendiri. Dalam setiap tahunnya terdapat kekurangan minyak kayu putih
kurang lebih 1.000 ton. Selama ini kekurangan tersebut dicukupi dengan
mengimpor minyak Eucaliptus dari Cina. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang

untuk pengembangan industri minyak kayu putih masih terbuka lebar. 2 Adapun
jumlah produksi minyak kayu putih di Indonesia dapat dilihat pada tabel 3
berikut.
Tabel 3. Produksi Minyak Kayu Putih Indonesia
Tahun

Volume (Liter)

Peningkatan (%)

2000

174.338

-

2001

157.417

-9,7

2002

188.264

19,6

2003

28.138

-85,1

2004

31.978

13,6

2005

275.192

760,6

Sumber: Dirjen Bina Produksi Kehutanan, 2006

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi minyak kayu putih
cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2001 dan 2003, produksi minyak kayu putih
di Indonesia menurun masing-masing sebesar 9,7% dan 85,1% dari tahun
sebelumnya. Di tahun 2002 dan 2004, produksi minyak kayu putih kembali
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 19,6 % dan 13,6%. Perubahan
produksi minyak kayu putih yang fluktuatif ini dikarenakan masih kurangnya
pihak-pihak yang mengusahakan penyulingan minyak kayu putih, sehingga
kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri hanya bergantung pada beberapa
produsen. Namun pada tahun 2005, produksi minyak kayu putih mengalami
peningkatan yang sangat tinggi yaitu sebesar 760,6%. Menurut Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Yogyakarta, peningkatan produksi minyak kayu putih ini
dikarenakan industri minyak kayu putih mulai bangkit kembali, pemerintah
melalui Perum Perhutani kembali menggalakkan produksi minyak kayu putih
dengan bekerja sama dengan beberapa usaha penyulingan.
Sebagai komoditas ekspor, perkembangan nilai ekspor minyak kayu putih
Indonesia dalam pasaran minyak atsiri dunia masih rendah jika dibandingkan
dengan minyak atsiri lainnya. Walaupun demikian, tetapi komoditas ini tetap
mendapat perhatian sebagai komoditas ekspor yang perlu dikembangkan, karena

2

Minyak Kayu Putih: Pproduksi dan Kebutuhan Dalam Negeri.
http://www.beritabumi.or.id/berita3.php?idberita=433.2005.[Diakses 25 Februari 2009]

memiliki potensi yang cukup besar apabila dikembangkan secara intensif. Adapun
perkembangan nilai ekspor dari minyak kayu putih Indonesia dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor-Impor Minyak Kayu Putih Indonesia
Tahun

Ekspor

Impor

Net

V

Nilai

Harga

V

Nilai

Harga

Ekspor

(Kg)

FOB ($)

per Kg

(Kg)

CIF ($)

per Kg

($)

1993

56,027

167,408

2,988

23,125

97,925

4,234

69,483

1994

19,904

79,717

4,005

31,569

133,872

4,241

-54,155

1995

59,864

252,415

4,217

18,414

135,104

7,337

117,311

1996

180

2,110

11,722

1,091

17,071

15,647

-13,537

Sumber: Pusdata Perdagangan dalam Maarthen (2004)

Sama halnya dengan produksi minyak kayu putih, dari tabel 4 diatas dapat
diketahui bahwa nilai ekspor-impor minyak kayu putih Indonesia berfluktuatif.
Pada tahun 1993 dan 1995 nilai ekspor kayu putih lebih besar daripada jumlah
impornya, dengan nilai net impornya masing-masing 69,483 US $ dan 117,311
US $. Sedangkan pada tahun 1994 dan 1996 neraca perdagangan bernilai negatif,
yaitu masing-masing 54,155 US $ dan 13,537 US $. Hal ini berarti nilai impor
minyak kayu putih Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspornya.
Setelah tahun 1996, Indonesia tidak lagi mengekspor minyak kayu putih yang
diproduksinya. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak
kayu putih terbesar di dunia. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia
mengimpor minyak kayu putih yang berasal dari Cina dan juga Vietnam.
Tanaman kayu putih sebagai bahan baku dari minyak kayu putih ini dapat
dibudidayakan dengan mudah. Tanaman kayu putih dapat hidup dan beradaptasi
hampir di berbagai kondisi tanah. Di Indonesia tanaman kayu putih pada
umumnya berupa hutan lahan dan hutan buatan. Hutan alam kayu putih pada
umumnya terdapat di Maluku (Pulau Buru, Seram, Nusa Laut, Ambon), Sumatera
Selatan (sepanjang sungai Musi, Palembang), Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa
Tenggara Timur dan Irian Jaya. Sedangkan hutan buatan kayu putih terdapat di
Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, dan Madiun), Jawa Tengah (Sala, Gundih,
Grobogan, dan Purwodadi), Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat.

Salah satu daerah yang dapat ditumbuhi oleh tanaman kayu putih adalah
Sumatera Selatan. Namun selama ini tanaman kayu putih yang tumbuh di daerah
Sumatera Selatan belum dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi, hanya sebagai
tanaman pencegah erosi pada tanah yang gundul dan tandus. Sebagai salah satu
propinsi yang perekonomiannya disokong oleh sektor pertambangan, dimana
sektor ini seringkali diasosiasikan dengan kerusakan hutan, lahan yang ada di
daerah ini berkemungkinan tandus atau kehilangan unsur haranya. Oleh karena
itu, pemerintah mengimbau pada perusahaan pertambangan yang ada untuk tidak
melupakan kelestarian lingkungan, salah satunya dengan reklamasi lahan
pertambangan. Salah satu perusahaan pertambangan yang ada di Sumatera Selatan
tepatnya di Kabupaten Muara Enim adalah PT Bukit Asam Persero (PTBA).
Perusahaan tersebut telah mereklamasi lahan pertambangannya dan menanaminya
dengan tanaman kayu putih. Pada awalnya, penanaman ini dilakukan hanya
sebagai bentuk

tanggung jawab perusahaan terhadap kelestarian lingkungan.

Namun saat ini, perusahaan mencoba memanfaatkan tanaman kayu putih tersebut
untuk penyulingan kayu putih. Sebagai usaha baru dan pertama di daerah ini, studi
untuk melihat apakah usaha ini layak untuk dijalankan sangat diperlukan.

1.2 Perumusan Masalah
Jumlah penduduk dunia yang mengalami peningkatan dan berkembangnya
berbagai industri yang memanfaatkan minyak atsiri (kosmetik dan obat-obatan),
diduga menjadi penyebab meningkatnya pula kebutuhan akan minyak atsiri, salah
satunya adalah minyak kayu putih. Namun, produksi minyak kayu putih Indonesia
belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Dinas Kehutanan,
kekurangan supply minyak kayu putih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
tersebut diperkirakan sebesar 950 hingga 1.000 ton setiap tahunnya. Kurangnya
produksi minyak kayu putih ini dikarenakan masih sedikit pihak-pihak yang
mengusahakan penyulingan minyak kayu putih, sehingga kebutuhan minyak kayu
putih dalam negeri hanya bergantung pada beberapa produsen. Oleh karena itulah
perlu adanya perhatian terhadap peningkatan produksi minyak kayu putih
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditi
ekspor.

Melihat potensi pasar dan perkebunan kayu putih hasil reklamasi lahan
tambang yang dimilikinya, PT Bukit Asam Persero melalui yayasan yang
dimilikinya, yaitu Yakasaba mencoba mengusahakan penyulingan minyak kayu
putih. PT Bukit Asam Persero (PTBA) merupakan perusahaan pertambangan
batubara yang ada di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabup