Analisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam (patchouli oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN

MINYAK NILAM (

Patchouli Oil

)

PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI

KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

LYSTI FATIMAH SIREGAR. Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia dan terbesar ke tujuh di dunia. Salah satu minyak atsiri yang cukup terkenal dan memiliki pangsa pasar besar di pasar internasional adalah minyak nilam. Melihat potensi yang ada dalam minyak nilam, maka PT. Perkasa Primatama Mandiri membuka usaha yang bergerak di bidang perkebunan dan penyulingan minyak nilam. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan satu-satunya yang melakukan penyulingan minyak nilam dengan menggunakan teknologi modern (heater) di Sumatera Utara. Mengingat dalam membuka usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern membutuhkan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan perusahaan memberikan keuntungan atau tidak.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario, dan (3) menganalisis sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkasa Primatama Mandiri yang berlokasi di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2009. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam berdasarkan empat kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period.

Bedasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan. Dilihat dari permintaan dan penawarannya, minyak nilam memiliki potensi pasar yang tinggi. Minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki keunggulan karena telah memiliki standar kualitas produk ekspor yaitu memiliki PA (patchouli alcohol) 35 persen sampai 36 persen, memiliki rendemen 2,5 persen sampai 5 persen, memiliki aroma khas dan berwarna merah kecoklatan, serta minyak yang dihasilkan lebih jernih karena dihasilkan dari mesin suling yang terbuat dari stainless steel dengan sistem penyulingan uap tidak langsung yang


(3)

iii

menggunakan teknologi modern (heater). Minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan akan dipasarkan ke beberapa kota dalam negeri seperti Medan dan Jakarta. Selain itu perusahaan juga berencana akan melakukan ekspor ke Singapura, Cina, Jepang, dan Korea. Perusahaan sudah memiliki struktur organisasi formal dimana dalam pelaksanaannya sudah terdapat pembagian tugas yang jelas antara pengelola dan karyawan. Dalam pendirian usahanya perusahaan telah memperoleh ijin usaha berupa ijin perkebunan dari Dinas Perkebunan. Usaha yang dijalankan perusahaan sangat didukung oleh masyarakat karena tidak memberikan dampak buruk baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil berdasarkan tingkat dividen yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV sebesar Rp 563.632.417 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan selama umur proyek adalah sebesar Rp 563.632.417. Net B/C sebesar 2,93 menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,93 dan IRR sebesar 119,64 persen menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 119,64 persen. Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 1 tahun 11 bulan 26 hari. Karena periode pengembalian investasi yang diperoleh kurang dari umur proyek yang ditentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan.

Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value

menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh perusahaan lebih sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang dapat diberikan antara lain : (1) perusahaan sebaiknya melakukan skenario III yaitu melakukan peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan jumlah ketel suling kapasitas 100 kg terhadap usaha yang dilakukan saat ini, (2) perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi melalui website sehingga semua orang baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri dapat mengetahui informasi tentang minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) perusahaan sebaiknya melakukan kontrak dengan perusahaan lain yang menjadi pasar tujuan minyak nilam yang dihasilkan perusahaan agar perusahaan terhindar dari kerugian akibat harga minyak nilam yang berfluktuatif karena harga yang diterima perusahaan akan relatif lebih stabil.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN

MINYAK NILAM (

Patchouli Oil

)

PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI

KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribinis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Nama : Lysti Fatimah Siregar NRP : H34050230

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP.19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Lysti Fatimah Siregar H34050230


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidempuan pada tanggal 26 Maret 1987. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Fahdriansyah Siregar dan Ibunda Besti Hutagalung.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Padangsidempuan pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 di SLTPN 1 Padangsidempuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2 Padangsidempuan diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota pada divisi usaha mandiri dalam Syariah Economic Student Club (SES-C) dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan, menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario, dan menganalisis sensitivitas usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode

switching value.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Amzul Rifin, SP, MA dan Tintin Sarianti, SP yang telah menjadi pembimbing

akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.

5. Bapak Samsi Lubis, SH selaku komisaris utama perusahaan dan Jhon S Daeli selaku manajer produksi atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Tulang Edi dan keluarga atas waktu, informasi, dan kebaikannya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Parlindungan Siregar yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dengan penulis dan mengantarkan penulis ke tempat penelitian.

8. Afrizal Fahmi Lubis atas informasi, kesabaran serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

9. Feni Indah Kusumawati yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penulis.

10. Ferdiansyah yang telah membantu penulis dalam pembuatan power point. 11. Teman-teman seperjuangan, Gusri (Abel), Septi (Ncep), Riana (Nemo), Siti

(Sweety), Dian (DL), Sarah (Sarjul), Uti (Upet), Nilam (Bebe), Tika (Tice), Shinta (Mamce), Lizna (Doyong), Echa (Moo), Reza (James), dan Dauz (Abah) atas semangat dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman satu bimbingan, Asmita, Feni, dan Ririn.


(10)

2

13. Teman-teman Galdikarya, Nti, Anis, Cicin, dan Mada atas kebersamaan selama Gladikarya.

14. Teman-teman Agribisnis 42 atas kebersamaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaannya selama empat tahun.

15. Teman-teman “Pondok Putri Rahmah”, Nina, Mara, Mba Otis, Mba Diah, Mba Tyas, Mba Acid, Ina, Dewi, Dina, Vitria, Ika, Yoan, Tika atas masukan, semangat, serta kebersamaannya selama ini.

16. Teman-teman SES-C khususnya divisi usaha mandiri, kak Anas, Gusri, Rina, Tedi, Buja dan Uti.

17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

Bogor, Agustus 2009 Lysti Fatimah Siregar


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN

MINYAK NILAM (

Patchouli Oil

)

PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI

KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

RINGKASAN

LYSTI FATIMAH SIREGAR. Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Indonesia merupakan negara penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia dan terbesar ke tujuh di dunia. Salah satu minyak atsiri yang cukup terkenal dan memiliki pangsa pasar besar di pasar internasional adalah minyak nilam. Melihat potensi yang ada dalam minyak nilam, maka PT. Perkasa Primatama Mandiri membuka usaha yang bergerak di bidang perkebunan dan penyulingan minyak nilam. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan satu-satunya yang melakukan penyulingan minyak nilam dengan menggunakan teknologi modern (heater) di Sumatera Utara. Mengingat dalam membuka usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern membutuhkan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan perusahaan memberikan keuntungan atau tidak.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario, dan (3) menganalisis sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkasa Primatama Mandiri yang berlokasi di Desa Hutarimbaru, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2009. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam berdasarkan empat kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period.

Bedasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan. Dilihat dari permintaan dan penawarannya, minyak nilam memiliki potensi pasar yang tinggi. Minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki keunggulan karena telah memiliki standar kualitas produk ekspor yaitu memiliki PA (patchouli alcohol) 35 persen sampai 36 persen, memiliki rendemen 2,5 persen sampai 5 persen, memiliki aroma khas dan berwarna merah kecoklatan, serta minyak yang dihasilkan lebih jernih karena dihasilkan dari mesin suling yang terbuat dari stainless steel dengan sistem penyulingan uap tidak langsung yang


(13)

iii

menggunakan teknologi modern (heater). Minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan akan dipasarkan ke beberapa kota dalam negeri seperti Medan dan Jakarta. Selain itu perusahaan juga berencana akan melakukan ekspor ke Singapura, Cina, Jepang, dan Korea. Perusahaan sudah memiliki struktur organisasi formal dimana dalam pelaksanaannya sudah terdapat pembagian tugas yang jelas antara pengelola dan karyawan. Dalam pendirian usahanya perusahaan telah memperoleh ijin usaha berupa ijin perkebunan dari Dinas Perkebunan. Usaha yang dijalankan perusahaan sangat didukung oleh masyarakat karena tidak memberikan dampak buruk baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh PT. Perkasa Primatama Mandiri layak untuk dijalankan pada tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil berdasarkan tingkat dividen yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV sebesar Rp 563.632.417 menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan selama umur proyek adalah sebesar Rp 563.632.417. Net B/C sebesar 2,93 menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,93 dan IRR sebesar 119,64 persen menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan akan bernilai nol pada tingkat suku bunga atau diskonto 119,64 persen. Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 1 tahun 11 bulan 26 hari. Karena periode pengembalian investasi yang diperoleh kurang dari umur proyek yang ditentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada usaha penyulingan minyak nilam ini layak untuk dijalankan.

Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value

menunjukkan bahwa usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh perusahaan lebih sensitif terhadap perubahan baik penurunan harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang dapat diberikan antara lain : (1) perusahaan sebaiknya melakukan skenario III yaitu melakukan peningkatan kapasitas produksi dengan penambahan jumlah ketel suling kapasitas 100 kg terhadap usaha yang dilakukan saat ini, (2) perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi melalui website sehingga semua orang baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri dapat mengetahui informasi tentang minyak nilam yang dihasilkan oleh perusahaan, (3) perusahaan sebaiknya melakukan kontrak dengan perusahaan lain yang menjadi pasar tujuan minyak nilam yang dihasilkan perusahaan agar perusahaan terhindar dari kerugian akibat harga minyak nilam yang berfluktuatif karena harga yang diterima perusahaan akan relatif lebih stabil.


(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN

MINYAK NILAM (

Patchouli Oil

)

PT PERKASA PRIMATAMA MANDIRI

KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

LYSTI FATIMAH SIREGAR H34050230

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribinis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Nama : Lysti Fatimah Siregar NRP : H34050230

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP.19580908 198403 1 002


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Lysti Fatimah Siregar H34050230


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidempuan pada tanggal 26 Maret 1987. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Fahdriansyah Siregar dan Ibunda Besti Hutagalung.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Padangsidempuan pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 di SLTPN 1 Padangsidempuan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2 Padangsidempuan diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota pada divisi usaha mandiri dalam Syariah Economic Student Club (SES-C) dan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA).


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam (Patchouli Oil) PT Perkasa Primatama Mandiri Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan, menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario, dan menganalisis sensitivitas usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode

switching value.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Etriya, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Amzul Rifin, SP, MA dan Tintin Sarianti, SP yang telah menjadi pembimbing

akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.

5. Bapak Samsi Lubis, SH selaku komisaris utama perusahaan dan Jhon S Daeli selaku manajer produksi atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Tulang Edi dan keluarga atas waktu, informasi, dan kebaikannya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Parlindungan Siregar yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dengan penulis dan mengantarkan penulis ke tempat penelitian.

8. Afrizal Fahmi Lubis atas informasi, kesabaran serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

9. Feni Indah Kusumawati yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penulis.

10. Ferdiansyah yang telah membantu penulis dalam pembuatan power point. 11. Teman-teman seperjuangan, Gusri (Abel), Septi (Ncep), Riana (Nemo), Siti

(Sweety), Dian (DL), Sarah (Sarjul), Uti (Upet), Nilam (Bebe), Tika (Tice), Shinta (Mamce), Lizna (Doyong), Echa (Moo), Reza (James), dan Dauz (Abah) atas semangat dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman satu bimbingan, Asmita, Feni, dan Ririn.


(20)

2

13. Teman-teman Galdikarya, Nti, Anis, Cicin, dan Mada atas kebersamaan selama Gladikarya.

14. Teman-teman Agribisnis 42 atas kebersamaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaannya selama empat tahun.

15. Teman-teman “Pondok Putri Rahmah”, Nina, Mara, Mba Otis, Mba Diah, Mba Tyas, Mba Acid, Ina, Dewi, Dina, Vitria, Ika, Yoan, Tika atas masukan, semangat, serta kebersamaannya selama ini.

16. Teman-teman SES-C khususnya divisi usaha mandiri, kak Anas, Gusri, Rina, Tedi, Buja dan Uti.

17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

Bogor, Agustus 2009 Lysti Fatimah Siregar


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Manfaat ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1. Deskripsi dan Pemanfaatan Minyak Nilam ... 10

2.1.2. Kriteria Kandungan Minyak Nilam ... 11

2.1.3. Proses Penyulingan Minyak Nilam ... 12

2.2. Penelitian Terdahulu ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 20

3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek ... 21

3.1.3. Analisis Nilai Pengganti ... 26

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Lokasi dan Waktu ... 30

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 30

4.3. Metode dan Pengolahan ... 30

4.3.1. Analisis Kelayakan Finansial ... 31

4.3.2. Metode Penyusutan Garis Lurus ... 34

4.3.3. Analisis Nilai Pengganti ... 35

4.4. Asumsi Dasar ... 36

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 38

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 38

5.2. Struktur Organisasi ... 40

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL ... 43

6.1. Aspek Pasar ... 43

6.2. Aspek Teknis ... 47

6.3. Aspek Manajemen ... 59

6.4. Aspek Hukum ... 62

6.5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 63


(22)

xii

7.1.Analisis Inflow ... 65 7.2. Analisis Outflow ... 71 7.3. Analisis Kelayakan Finansial ... 80 7.4. Analisis Switching Value ... 81 7.5. Perbandingan Hasil Analisi Kelayakan Finansial

Skenario I dan II ... 83 7.6. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

Skenario I dan II ... 83

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85 8.1. Kesimpulan ... 85 8.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008 ... 3 2. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan

Nilam Tahun 2003-2006 ... 3 3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006 ... 4 4. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Menurut ISO 3757

(2002) ... 12 5. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam Skenario I ... 66 6. Proyeksi Penjualan Daun Kering Skenario I ... 67 7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario I ... 68 8. Proyeksi Penjualan Minyak Nilam Skenario II ... 69 9. Proyeksi Penjualan Daun Kering Skenario II ... 70 10.Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Skenario II ... 71 11.Biaya Investasi Skenario I ... 73 12.Biaya Reinvestasi Skenario I ... 74 13.Biaya Variabel Skenario I ... 75 14.Biaya Tetap Skenario I ... 76 15.Biaya Investasi Skenario II ... 77 16.Biaya Reinvestasi Skenario II ... 78 17.Biaya Variabel Skenario II ... 79 18.Biaya Tetap Skenario II ... 79 19.Hasil Analisis Finansial Skenario I ... 80 20.Hasil Analisis Finansial Skenario II ... 81 21.Hasil Analisis Switching Value Skenario I ... 82 22.Hasil Analisis Switching Value Skenario II ... 82 23.Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Skenario I dan

II ... 83 24.Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II ... 84


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam ... 12 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 29 3. Bibit Setek Batang ... 51 4. Pembibitan ... 51 5. Tanaman Nilam Madina dengan Jarak Tanam

50 cm x100 cm ... 52 6. Penjemuran di Luar Ruangan ... 56 7. Penjemuran di Dalam Ruangan ... 56 8. Proses Penyulingan ... 59


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Jenis Minyak Atsiri yang Disuplai dari Indonesia ... 90 2. Daftar Tanaman Atsiri Penghasil Minyak Atsiri yang

Berkembang di Indonesia ... 91 3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia ke Negara Tujuan ... 93 4. Grafik Tren Pertumbuhan Produksi Nilam Indonesia ... 94 5. Grafik Tren Pertumbuhan Ekspor Minyak Nilam

Indonesia ... 95 6. Kuisioner Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Nilam ... 96 7. Struktur Organisasi PT. Perkasa Primatama Mandiri ... 103 8. Jadwal Tanam dan Panen ... 104 9. Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam

Skenario I ... 106 10.Cashflow Skenario I, Tanpa Penambahan Jumlah Ketel ... 108 11.Laporan Rugi Laba Usaha Penyulingan Minyak Nilam

Skenario II ... 110 12.Cashflow Skenario II, Adanya Penambahan Ketel Suling

100 kg ... 112 13.Switching Value Skenario I, Penurunan Harga Jual atau

Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun Kering Sebesar

18,93986593 persen ... 114 14.Switching Value Skenario II, Penurunan Harga Jual atau

Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun Kering Sebesar


(26)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Ketua Dewan Atsiri Indonesia Wien P Gunawan, Indonesia adalah penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia. Data UN Comtrade tahun 2006 bahkan menunjukkan, Indonesia merupakan produsen minyak atsiri terbesar ketujuh di Dunia.1 Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional, sekitar 9-12 jenis minyak atsiri diekspor dari Indonesia (Lampiran 1). Pangsa pasar ekspor Indonesia dari pasar dunia untuk beberapa minyak atsiri antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63 persen, dan minyak sereh 15 persen.2

Minyak atsiri yang disebut essential oil, ethereal oils, atau volatile oils

adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, akar, batang, ranting, bunga atau buah yang diperoleh melalui proses penyulingan (Raziah, 2007). Minyak atsiri dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri parfum, kosmetik, essence, industri farmasi dan

flavoring agent. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri berfungsi sebagai zat pewangi, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga. Beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan pangan dan minuman.3

Jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri sekitar 150 - 200 jenis. Di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman yang dapat menghasilkan

1

Kompas. 9 November 2007. Minyak Atsiri Berpeluang Besar di Pasar Global. Kompas: 19

2

Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-harian/perdagangan/1id99645.html. [22 Februari 2009]

3

Atsiri Indonesia. Produk Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/produk.php. [11 januari 2001]


(27)

2

minyak atsiri, namun yang telah dikembangkan sekitar 37 jenis.4 Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut, yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam. Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Mangun (2005), di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth (nilam aceh),

Pogostemon heyneanus Benth (nilam jawa), dan Pogostemon hortensis Benth (nilam sabun). Diantara ketiga jenis nilam tersebut, nilam aceh memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi yaitu 2,5 persen sampai 5 persen. Sedangkan nilam jawa dan nilam sabun memiliki kandungan minyak yang sama yaitu sekitar 0,5 persen sampai 1,5 persen.

Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan Philipina, India, Amerika selatan dan China (Grieve dalam www.balittro.litbang.deptan.go.id, 2003). Sentra produksi nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa. Lebih dari 80 persen minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri.5 Daerah produksi nilam dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada tahun 2003-2006 luas areal perkebunan nilam mengalami peningkatan, sedangkan produksi mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan produktivitasnya akan mengalami penurunan. Peningkatan luas areal perkebunan nilam yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi dan produktivitas nilam disebabkan karena pengusahaan nilam pada umumnya masih dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal tanam yang relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik dan benar sehingga produksi nilam menjadi tidak optimal. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan nilam dapat dilihat pada Tabel 2.

4

Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php. [22 Februari 2009]

5

Petani Indonesia. 2009. Minyak Nilam. http://www.petaniindonesia.com/2009/01/06/minyak-nilam. [18 Januari 2009]


(28)

3

Tabel 1. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008 Lokasi

Produksi (ton) / Tahun Rata-rata

Pertumbuan Produksi 2003-2006

(%)

2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

NAD 239.00 121 87 88 110 130 -33 Sumatera Utara 383.00 233 178 118 98 116 -95 Sumatera Barat 613.00 404 396 152 300 318 6

Riau 362.00 22 23 20 19 33 -34

Jambi - - - 29 23 48 -

Sumatera Selatan 438 42 42 108 19 79 300 Bengkulu 146 584 286 297 - - -

Lampung 45 15 15 19 25 33 24

Jawa Barat 25 55 180 223 155 181 357 Jawa Tengah 129 234 330 424 292 388 153

D.I.Yogyakarta - - 51 - - -

Jawa Timur 2 2 1 967 110 164 96.510

Indonesia 2.382 1.712 1.537 2.496 1.152 1.490 -0,5

Sumber : Departemen Pertanian, 2003-2008 Keterangan : *) = angka sementara

Tabel 2. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003- 2006

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)

2003 16.354,00 2.382,00 199,38

2004 20.179,00 1.712,00 103,42

2005 20.455,00 1.537,00 103,11

2006 [4]22.498,00 [4]1.758,00 [4]107,23 Sumber: Departemen Pertanian6, 2003-2006

Keterangan : [4] = angka sementara

Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetik disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40 - 50 persen dari bahan baku dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah

6

Departemen Pertanian. Pencarian Data Beradasarkan Indikator. http://database.deptan.go.id/ Bdsp/hasil_ind.asp. [11 Januari 2009]


(29)

4

patchauoli alkohol yang berkisar antara 30 – 50 persen. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis (Feri dalam www.balittro.litbang.deptan.go.id, 1991). Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan daun nilam basah maupun kering. Namun penyulingan yang menggunakan daun nilam kering akan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibanding dengan yang menggunakan daun nilam basah. Rendemen dari basah ke kering adalah sebesar 25 persen.

Berdasarkan data BPS tahun 2003-2006, ekspor minyak nilam mengalami peningkatan dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$ 19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000. Peningkatan ekspor minyak nilam dapat disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri parfum, kosmetika, dan farmasi, peningkatan tren mode, serta belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum maupun kosmetik. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan agroindustri nilam di Indonesia sangat terbuka lebar. Beberapa negara tujuan ekspor minyak nilam Indonesia yang terbesar, antara lain AS, Inggris, Perancis, Swiss, Jerman, Belanda, Singapura, dan India.

Tabel 3. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006

Tahun Volume (Ton) Nilai (US$ 000)

2003 1.127 19.165

2004 2.074 27.137

2005 2.679 43.894

2006 2.832 43.984

Rata-rata Pertumbuhan

2003-2006 (%) 40 35

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2003-2006

Menurut Ketua The Indonesian Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R. Manurung, pangsa pasar nilam ke AS sebesar 20 persen, Eropa 40 persen, India 10 persen, China 8 persen dan sisanya sebesar 22 persen ke negara lain.7 Sebagai komoditas ekspor, kualitas minyak nilam merupakan salah

7

Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-harian/perdagangan/1id99645.html. [22 Februari 2009]


(30)

5

satu faktor penting yang harus diperhatikan. Kualitas minyak nilam dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan aromanya. Ordinary dan medium

merupakan minyak nilam hasil sulingan dari Indonesia dan Singapura. Special dan

extra special merupakan minyak nilam hasil sulingan Prancis dan Inggris yang dilakukan secara tidak langsung. Maksudnya, sebelum penyulingan, diadakan pemilihan daun terlebih dulu.8

Terkait dengan kualitas minyak nilam, Dewan Standardisasi Nasional telah menetapkan standar produk dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-1991, meliputi syarat mutu, pengujian mutu dan pengemasan, definisi, jenis mutu, pengambilan contoh, serta rekomendasi. Dalam SNI tersebut, minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan dari tanaman pogostemon cablin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu, yaitu patchouli oil. Minyak nilam yang hendak diekspor harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain (1) minyak dikemas dalam drum aluminium atau drum dari pelat timah putih atau drum besi galvanis atau drum dilapisi timah putih atau drum besi dilapisi cat enamel, (2) setiap drum berisi 50 kilogram netto atau 170 kilogram netto. Drum tersebut tidak boleh diisi penuh, tetapi harus diberi rongga 5 persen- 10 persen dari volume drum. Selanjutnya pada bagian luar drum harus dicantumkan merek (dalam bahasa Inggris) dengan cat, misal product of Indonesia, nama barang, negara tujuan, serta berat netto dan bruto, (3) sebelum dikapalkan, isi setiap drum wajib diambil sedikit sebagai contoh untuk diperiksa petugas pengujian mutu. 9

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan data BPS tahun 2003-2006, ekspor minyak nilam mengalami peningkatan dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$ 19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000. Rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 40 persen dan 35 persen per tahun. Peningkatan ekspor minyak nilam dapat disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh

8

Bexi. Pasar Ekspor Minyak Nilam Seharum Aromanya.

http://www.bexi.co.id/images/_res/BN33_KomoditasPasarEkspor.pdf. [11Januari 2009]

9


(31)

6

industri parfum, kosmetik, dan farmasi. Seiring dengan peningkatan tersebut, maka prospek agribisnis dan agroindustri nilam di Indonesia sangat terbuka lebar. Pasar dunia membutuhkan 1.200-1.400 ton minyak nilam setiap tahun dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.10 Pada tahun 2003-2008 produksi nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhannya, produksi nilam mengalami penurunan sebesar 0,5 persen per tahun. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi petani dan produsen minyak nilam Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu eksportir minyak nilam terbanyak dengan pangsa pasar 85 persen dari pasar dunia. Adanya peningkatan produksi nilam dengan luas areal yang tetap maka akan meningkatkan produktivitas nilam. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah luas areal nilam mengalami peningkatan sedangkan produksi nilam menurun sehingga produktivitas dari nilam menurun.

Produksi nilam yang mengalami penurunan menyebabkan bahan baku untuk penyulingan minyak nilam berkurang sehingga produksi minyak nilam juga berkurang. Selain itu, teknologi yang digunakan dalam penyulingan nilam masih sederhana sehingga mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar.

Harga minyak nilam yang berfluktuatif juga merupakan permasalan yang dihadapi produsen minyak nilam Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2003-2006, harga minyak nilam berada pada kisaran US$13,08-US$17,01/kg atau Rp130.000-Rp170.000/kg. Akibatnya para produsen minyak menekan harga beli bahan baku dari para petani. Kondisi tersebut membuat petani tidak bergairah lagi dalam membudidayakan nilam sehingga terjadi kelangkaan terhadap nilam. Kelangkaan bahan baku (nilam) tersebut mengakibatkan pada akhir 2007 harga minyak nilam meningkat hingga mencapai Rp 1 juta per kg.11 Hal tersebut menyebabkan banyak para petani yang membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke titik normal dan apabila petani yang membudidayakan nilam terus

10

Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta. http://www.kapanlagi.com/h

/0000199284.html- 19k. [11 Januari 2009]

11

Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod= Publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=1481. [22 Februari 2009]


(32)

7

bertambah sementara teknologi pengolahan yang digunakan masih sederhana maka akan terjadi kelebihan bahan baku sehingga harga minyak nilam menjadi rendah. Produksi dan mutu minyak nilam yang tidak stabil karena teknologi pengolahan yang digunakan masih belum berkembang dengan baik (masih sederhana) juga merupakan salah satu faktor harga minyak nilam berfluktuatif. Menurut Ketua The Indonesian Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R. Manurung, harga normal minyak nilam adalah sebesar Rp 250.000 per kg. Selama tahun 2008 harga minyak nilam terus berfluktuasi hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp1,2 juta per kg dan level terendah sebesar Rp250.000 per kg. Selain ketersediaan bahan baku serta mutu dan minyak nilam yang tidak stabil, harga minyak nilam yang berfluktuatif juga dapat disebabkan oleh pengaruh kurs rupiah terhadap dollar karena pasar minyak nilam terbesar adalah untuk ekspor.

Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra produksi nilam yang terdapat di Sumatera Utara. Keadaan iklim dan tanahnya sangat mendukung untuk ditanami nilam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menanami lahannya dengan tanaman nilam. Selama ini pengusahaan nilam di Kabupaten Mandailing Natal masih dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas areal tanam yang relatif kecil. Selain itu, penyulingan nilam yang dilakukan juga masih tradisional yaitu dengan menggunakan mesin yang sederhana. Akibatnya mutu minyak yang dihasilkan rendah sehingga harga yang diterima petani juga rendah.

Melihat prospek pasar minyak nilam yang cerah dan potensi yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, maka ada keinginan dari PT. Perkasa Primatama Mandiri untuk membuka usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan dan penyulingan minyak nilam di kabupaten tersebut. PT. Perkasa Primatama Mandiri merupakan perusahaan baru dan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern di Sumatera Utara. Mengingat dalam pembukaan usaha penyulingan minyak nilam yang menggunakan teknologi modern membutuhkan investasi yang besar, maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan perusahaan menguntungkan atau tidak. Analisis kelayakan yang dilakukan dilihat dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis aspek non finansial dilihat dari beberapa aspek, diantaranya aspek pasar,


(33)

8

aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Sedangkan dalam menganalisis aspek finansial dilakukan dua skenario. Pemilihan skenario ditentukan berdasarkan kapsitas produksi (kapasitas mesin). Skenario pertama merupakan usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan adalah 30 kg. Sedangkan skenario kedua merupakan rencana perusahaan ke depan, dimana perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering (bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan?

2) Bagaimana kelayakan finansial usaha penyulingan nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario yaitu skenario pertama penyulingan dengan kapasitas mesin 30 kg (tanpa penambahan ketel suling) dan skenario kedua penyulingan dengan kapasitas mesin 130 kg (adanya penambahan ketel suling 100 kg)?

3) Bagaimana sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value?

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Menganalisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek social ekonomi lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan finansial usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri, apabila usaha ini dilakukan dalam dua skenario.


(34)

9

3) Menganalisis sensitivitas usaha penyulingan minyak nilam PT. Perkasa Primatama Mandiri apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1) Bagi perusahaan, penelitian ini diharapakan dapat memberikan tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha penyulingan minyak nilam.

2) Bagi kalangan akademis lainnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

3) Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis kelayakan usaha berdasarkan konsep studi kelayakan usaha.


(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Deskripsi dan Pemanfaatan Minyak Nilam

Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dari daun, batang dan cabang nilam dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alcohol, patchoulen, kariofilen

dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat.12 Menurut Romansyah (2002), minyak nilam yang terdapat pada daun adalah yang terbaik, oleh karena itu daun nilam merupakan bagian terpenting dan berharga dari tanaman nilam. Bila daunnya diremas/dihaluskan, maka akan keluar bau harum dan khas. Ini yang menyebabkan banyak masyarakat desa secara tradisonal memanfaatkannya sebagai bahan pewangi ketika mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun.

Minyak nilam dapat digunakan secara langsung sebagai parfum, pada selendang, tenunan, pakaian, karpet, industri sabun, kosmetik, dupa, dan lainnya sebagai pewangi. Selain itu, fraksi minyak nilam nilam juga banyak digunakan sebagai zat pengikat (fiksatif) zat pewangi lainnya karena minyak nilam memiliki titik didih yang tinggi sehingga tidak mudah menguap. Industri yang menggunakan fraksi minyak nilam diantaranya industri parfum (pewangi ruangan,

rosephix, cologne, spray fixative, dan lain-lain); industri kosmetik (kosmetik untuk mandi, kosmetik wangi-wangian, kosmetik tradisional, dan lain-lain); industri obat-obatan (obat kulit, obat anti bau badan, dan lainnya); industri makanan dan minuman (permen, minuman, dan lainnya); serta industri sabun (sabun cuci, sabun mandi, sabun cuci piring, dan lainnya).13

Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas 30 persen, berwarna kuning jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Minyak nilam jenis ini diperoleh dengan menggunakan teknik penyulingan uap

12

Manoi F.Perkembangan Teknologi Pengolahan dan penggunaan Minyak Nilam serta Pemanfaatan Limbahnya.http://balittro.litbang.deptan.go.id/ index.php ?option=com_ content&task=view&id=94&Itemid=44. [18 Januari 2009]

13


(36)

11

kering yang dihasilkan mesin penghasil uap (boiler) yang diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam.14

Produksi minyak nilam banyak terdapat di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa seperti Purwokerto, Madiun, Malang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya. Lebih dari 80 persen minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya di ekspor ke negara-negara industri.15

2.1.2. Kriteria Kandungan Minyak Nilam

Pada prinsipnya, kualitas minyak nilam produksi Indonesia secara umum sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Essential Oils Association of USA (EOA). Essential Oils Association of USA (EOA) menetapkan standar kualitas internasional untuk menggolongkan minyak nilam berdasarkan kategori wujud, warna, dan aroma. Berdasarkan bentuk, minyak nilam berwujud cairan kental, sedangkan warnanya kuning muda dan bernuansa hijau hingga merah yang menjurus ke coklat tua. Aroma spesifik nilam mirip jeruk nipis atau kamfer. Minyak ini mengandung coerulein, persenyawaan biru terang yang terdapat dalam

matricaria, worm wood, dan minyak lainnya. Minyak nilam mengandung beberapa senyawa antara lain benzaldehid 2,34 persen, kariofilen 17,29 persen,

patchoulien 28,28 persen, buenesen 11,76 persen, dan PA content 40,04 persen (Mangun, 2005).

14

Wikipedia. Nilam dan Minyak Nilam. http://id.wikipedia.org/wiki/Nilam. [11 Januari 2009]

15

Petani Indonesia. 2009. Minyak Nilam. http://www.petaniindonesia.com/2009/01/06/minyak-nilam. [18 Januari 2009]


(37)

12

Sementara kriteria kandungan minyak nilam menurut ISO 3757 (2002), dan yang selama ini dapat diterima oleh eksportir dan pihak pabrikan di luar negeri (pihak importir) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Kandungan Minyak Nilam Menurut ISO 3757 (2002)

Parameter Mutu Persyaratan

Warna Kuning – coklat kemerahan

Bobot Jenis 25oC/25oC 0,9485 – 0,9715 Indeks Bias 25oC 1,5030 – 1,5130 Putaran Optik (-40o) – (-60o)

Kelarutan dalam etanol 90persen Larutan jernih perbandingan 1:10

Bilangan Asam Maksimum 5,0

Bilangan Ester Maksimum 10,0

Analisis kromatografi gas 27 persen – 35 persen

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2007

2.1.3. Proses Penyulingan Minyak Nilam

Menurut Manoi (2007), dalam www.balittro.litbang.deptan.go.id pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses penyulingan. Proses penyulingan adalah suatu proses perubahan minyak yang terikat di dalam

perenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.

Daun + batang + cabang nilam

Tanpa dijemur Dengan dijemur (4 jam) Pengeringan di dalam ruangan (6 hari)

Penyulingan (8 jam) Pemisahan minyak

Pengemasan

Minyak nilam siap dipasarkan

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam


(38)

13

Menurut Mangun (2005), mutu minyak nilam serta rendemen yang sesuai kriteria sangat dipengaruhi oleh jenis mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu, sanitasi lingkungan tempat penyulingan, gudang tempat penyimpanan daun, dan kedekatan lokasi penyulingan dengan lahan perkebunan juga berpengaruh. Oleh sebab itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang tinggi. Adapun tata cara penyulingan berdasarkan jenis mesin penyuling yang sering digunakan adalah sebagai berikut.

1) Penyulingan Dengan air

Penyulingan dengan air termasuk cara yang paling sederhana dibandingkan dengan cara penyulingan lain. Bahkan, bahan ketel yang digunakan oleh penyuling berasal dari bekas drum aspal atau oli. Pengolahan dilakukan dengan memasak daun kering dalam air hingga menidih dalam satu tangki atau ketel penyuling. Komposisi air dan daun nilam dibuat hampir berimbang, tergantung kapasitas muat ketel tersebut. Uap perebusan mengalami proses kondensasi hingga menjadi air dan minyak. Air dan minyak kemudian ditampung pada bak pemisah melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan tabung pendingin untuk memilah antara minyak dan air. Proses penyulingan dengan cara ini sangat membutuhkan waktu lama karena bahan yang disuling tercampur menjadi satu dengan air sehingga proses pergerakan bahan menjadi uap air juga bergerak lambat. Cara ini kurang disukai karena minyak yang dihasilkan kurang banyak dan mutunya kurang baik.

2) Penyulingan Dengan Uap Langsung (Uap dan Air)

Penyulingan dengan uap langsung banyak digunakan oleh para petani penyuling dan tersebar hampir di seluruh wilayah yang memiliki lahan nilam, baik Sumatera, Jawa, maupun Kalimantan. Proses pengolahan dengan cara ini mudah dan sangat sederhana. Prinsip dasar dari cara penyulingan sistem ini yaitu menggunakan tekanan uap rendah. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu bahan yang akan disuling dikukus/di-steam dengan tekanan rendah dalam satu ketel atau tabung. Namun penempatan air dan daun yang disuling dilakukan secara terpisah atau tidak berhubungan langsung dengan air. Selanjutnya,


(39)

14

kandungan minyak dalam daun akan terbawa bersama uap air melalui pipa dan selanjutnya masuk ke ketel pendingin.

Penggunaan cara penyulingan dengan sistem ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu uap air yang dihasilkan selalu dalam kondisi jernih. Selain itu, suhu yang dihasilkan tidak terlalu panas sehingga tingkat kegosongan minyak lebih terkendali. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kelemahan, yaitu tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah sehingga belum bisa menghasilkan minyak dengan waktu yang cepat. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang banyak serta tingkat persentase patchouli alkohol tinggi diperlukan waktu cukup panjang, yaitu lebih dari 8 jam dalam setiap sekali suling.

3) Penyulingan Dengan Uap Tidak Langsung

Prinsip dasar sistem penyulingan dengan uap tidak langsung adalah penggunaan uap bertekanan tinggi. Tabung pendidih dipisahkan dari tabung penyulingan. Artinya, tabung air tersendiri dan tabung tempat bahan yang disuling juga tersendiri. Jumlah tabung bahan dapat ditempatkan beberapa buah secara terpisah, sesuai kapasitas dari ketel/tabung air dengan kapasitas ketel tempat bahan atau daun kering. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi. Selain itu, proses penyulingan berjalan relatif lebih cepat. Untuk menghasilkan jumlah minyak lebih banyak, pembuatan mesin suling dapat dilakukan dengan melakukan pemisahan beberapa tabung bahan (dua atau tiga buah) dengan kapasitas yang sesuai dengan kemampuan tabung atau ketel uap.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha nilam. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Romansyah (2002), tentang Studi Pengembangan Agroindustri Minyak Nilam Skala Kecil di Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian yaitu identifikasi profil agroindustri minyak nilam pada tingkat pedesaan di Kabupaten Asahan; menentukan tipe dan operasionalisasi pengembangan agroindustri minyak nilam tingkat pedesaan Kabupaten Asahan; dan menganalisis kelayakan finansial pengembangan agroindustri minyak nilam tingkat pedesaan di Kabupaten Asahan. Metode yang digunakan adalah metode AHP (Analisis Hierarki Proses), metode komparasi, dan analisis finansial.


(40)

15

Proses pengembangan agroindustri skala kecil di Kabupaten Asahan harus diikuti dengan perubahan teknik dari teknologi suling uap langsung (uap dan air) menjadi teknologi suling uap tidak langsung . Pengembangan agroindustri skala kecil tersebut layak untuk dilakukan. Sedangkan dari analisis finansialnya diperoleh besaran-besaran yang sesuai untuk kriteria usaha yang layak antara lain: IRR sebesar 64,97 persen, NPV sebesar Rp 189.146.239,39, PBP selama 2,91 tahun, dan Net B/C sebesar 1,342. Modal keseluruhan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha tersebut sebesar Rp 21.154.520 dan biaya variabel sebesar Rp 147.360.000. Peningkatan biaya sampai 50 persen secara agregat masih memberikan hasil yang layak bagi pengembangan usaha kecil ini. Hasil perhitungan marjin keuntungan petani menunjukkan usaha pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil di Kabupaten Asahan lebih menjanjikan dibandingkan kondisi sekarang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan yang didapat petani dari kegiatan usaha sebesar Rp 735.861,67 per bulan, disamping komponen biayan tenaga kerja sebesar Rp 250.000 sehingga total yang diterima petani per bulannya sebesar 985.861 atau jika dilihat dari hasil kumulatif tahun ke-6 masing-masing akan memperoleh dana sebesar Rp 63.554.652,44 atau rata-rata Rp 10.592.442,02 per tahunnya.

Wijaya (2002), melakukan penelitian tentang rekayasa model sistem penunjang keputusan investasi perkebunan inti rakyat komoditi minyak atsiri. Hasil penelitian memberikan keputusan bahwa komoditi yang diunggulkan adalah minyak nilam. Hasil estimasi menunjukkan bahwa rata-rata permintaan ekspor 1.237.036 kg setiap tahun dengan persentase target produksi 0,6 persen dan diperoleh produksi minyak nilam adalah 453 kg/tahun. Usaha kebun tanaman nilam menggunakan SKIM KKPA dengan investasi Rp 12.453.248, IDC 16 persen selama satu tahun masa tenggang, bunga 18 persen selama lima tahun masa perlunasan, dan harga jual produk Rp 5.000/kg menghasilkan NPV Rp 5.229,199, IRR 27,88 persen, PBP 7,15 tahun dan Net B/C Ratio 1,38. Kelayakan minimum biaya panen Rp 93,78/kg, biaya angkut Rp 108,30/kg, harga jual daun kering Rp 5.000/kg dan biaya pengeringan daun Rp 83,3/kg.

Usaha penyulingan nilam menggunakan SKIM kredit umum dengan tingkat suku bunga 24 persen per tahun selama satu tahun masa tenggang dan


(41)

16

empat tahu masa pelunasan, harga bahan baku Rp 5.000/kg , harga jual minyak nilam rata-rata Rp 190.000/kg dan 25 persen modal sendiri (investasi Rp 461.424.409) diperoleh NPV Rp 924.828.165, IRR 65,97 persen, Net B/C 1,42 dan PBP 2,42 tahun. Kelayakan minimum berada pada posisi bahan baku Rp 8.660/kg dan harga jual Rp 189.865/kg. Atas dasar nilai B/C ratio harga daun kering tanaman nilam masih dapat ditingkatkan hingga Rp 5.000/kg dan pada kondisi ini nilai B/C rasio kedua pola usaha sebesar 1,40.

Encep (2002), penelitian mengenai sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu mengkaji sistem agribisnis nilam dan prospeknya mencakup subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem usahatani, dan subsistem pemasaran nilam; menganalisis tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi usahatani nilam; menganalisis marjin pemasaran dan share harga yang diterima petani pada tiap pola pemasaran terna nilam; dan mengetahui struktur pasar terna nilam yang terbentuk. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan keuntungan usahatani; analisis marjin pemasaran dan

share harga petani; dan analisis struktur dan perilaku pasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem agribisnis nilam di Kabupaten Sukabumi tatanannya masih baru dan pemasarannya pun masih dilakukan secara sederhana. Dalam hal pengadaan sarana produksi, petani nilam di Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi dua kelompok yaitu petani nilam yang memperoleh sarana produksi dengan melakukan kemitraan dengan eksportir.

Dalam upaya pengembangan nilam sebaiknya disertai dengan upaya pemasyarakatan tanaman nilam melalui bantuan penyediaan sarana produksi maupun permodalan dan faktor lainnya kepada petani sehingga upaya peningkatan produksi nilam untuk peningkatan pendapatan daerah disertai peningkatan pendapatan dan kesjahteraan petani dapat dicapai.

Triwagia (2003), melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan dan Peranan pemerintah dalam usaha agroindustri penyulingan nilam di Pabrik Mitra Usaha Jaya, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat. Tujuan penelitian yaitu: menganalisis kelayakan pabrik nilam Mitra Usaha Jaya berdasarkan aspek-aspek kelayakan usaha mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan (finansial); mengukur kepekaan atau


(42)

17

sensitivitas usaha terhadap perubahan tingkat harga hasil produksi, biaya produksi, dan produktivitas nilam; dan mengetahui peranan pemerintah Kabupaten Tasik terhadap pengembangan agroindustri penyulingan nilam. Metode dan analisis data yang digunakan adalah analisis pasar, teknis, manajemen dan keuangan; harga pokok produk (HPP); ROI; NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, analisis sensitivitas dan switching value.

Return on investment yang dihasilkan perusahaan terus meningkat yang berarti investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. ROI rata-rata yang dihasilkan adalah 0,4701 yang berarti setiap Rp 100 dari total aktiva yang diinvestasikan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 47,01. Adanya peningkatan ROI disebabkan oleh peningkatan laba bersih berkaitan dengan nilai penjualan pabrik.

Berdasarkan perhitungan NPV bahwa selama 10 tahun berturut-turut usaha penyulingan minyak nilam memberikan keuntungan sebesar Rp 763.880.851 menurut nilai waktu sekarang. Sedangkan hasil NBCR menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp 1,7086. Kemudian nilai IRR 28 persen sehingga proyek usaha penyulingan nilam dinyatakan layak dilaksanakan. Maka lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk melaksanakan usaha penyulingan nilam tersebut dibandingkan bila modal yang diinvestasikan tersebut di depositokan di bank.

Periode pengembalian investasi akan diperoleh setelah 3 tahun 11 bulan, kurang dari umur proyek yang ditentukan yaitu 10 tahun, maka investasi pada penyulingan minyak nilam ini layak untuk dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2005) dengan judul Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Nilam (Kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut). Penelitian ini betujuan untuk mempelajari kergaan usahatani nilam di Desa Jatiwangi; menganalisa tingkat kelayakan ekonomi usahatani nilam; dan menganalisa tingkat kepekaan (sensitivitas) dalam kelayakan ekonomi usahatani nilam terhadap perubahan tingkat harga output dan perubahan biaya produksi secara bersamaan serta perubahan tingkat suku bunga. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif untuk menggambarkan secara deskriptif mengenai teknik budidaya usahatani nilam. Kriteria yang


(1)

112

Lampiran 12.

Cashflow Skenario II, Penyulingan Dengan Kapasitas Mesin 130 Kg (Adanya Penambahan Ketel Suling 100 kg)

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Inflow

1. Penjualan minyak nilam 292.032.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 1.168.128.000 2. Penjualan daun nilam

kering 437.800.000 501.200.000 250.600.000 126.800.000 501.200.000 250.600.000 126.800.000 501.200.000 250.600.000 126.800.000

3. Nilai Sisa 6.847.428

Total Inflow 729.832.000 1.669.328.000 1.418.728.000 1.294.928.000 1.669.328.000 1.418.728.000 1.294.928.000 1.669.328.000 1.418.728.000 1.301.775.428

Outflow

1. Biaya Investasi

Bibit 48.000.000

Sewa lahan 100.000.000

Bangunan 50.000.000

Kolam air 1.200.000

Pipa paralon 3.800.000 3.800.000

Rak pengeringan 2.000.000

Cangkul 150.000 150.000 150.000

Gergaji mesin 5.500.000 5.500.000 5.500.000

Gunting 314.500 314.500 314.500

Linggis 100.000 100.000 100.000

Kapak 150.000 150.000 150.000

Pompa hama 207.500 207.500 207.500

Alat siram 80.000 80.000 80.000

Terpal 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Kereta sorong 1.400.000 1.400.000 1.400.000

Mesin generator 1.450.000 1.450.000 1.450.000

Timbangan gantung 200.000 200.000

Timbangan duduk 1.100.000 1.100.000

Alat ukur PA 900.000 900.000

Mesin suling 173.112.500

Mesin genset Ps 130 38.500.000

Mobil pick up 40.000.000

Motor 42.000.000

Komputer 12.000.000 12.000.000

Meja dan kursi 10.000.000


(2)

113

Stabilizer 1.000.000 1.000.000

Total Biaya Investasi 534.964.500 0 600.000 0 9.952.000 16.400.000 600.000 3.800.000 9.952.000 0

2. Biaya Operasional

a. Biaya Variabel

Polibag 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000

Karung 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

Jerigen 2.520.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000

Solar 26.006.400 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 Bensin 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 Total Biaya Variabel 49.048.400 124.865.600 124.865.600 134.537.600 124.865.600 124.865.600 134.537.600 124.865.600 124.865.600 134.537.600

b. Biaya Tetap

Gaji kepala bagian 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 Gaji kepala mandor 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 Gaji staf administrasi 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 Gaji TK budidaya 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 Gaji TK penyulingan 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 Biaya pemeliharaan

bangunan 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Biaya pemeliharaan mesin 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Biaya pemeliharaan alat

transportasi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Biaya pemeliharaan alat

kantor 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

PBB 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000

Total Biaya Tetap 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 3. Pajak penghasilan 11.729.824 270.063.288 194.883.288 154.841.688 270.063.288 194.883.288 154.841.688 270.063.288 194.883.288 156.895.916 Total Outflow 1.134.718.724 933.904.888 859.324.888 828.355.288 943.856.888 875.124.888 828.955.288 937.704.888 868.676.888 830.409.516 Net Benefit -404.886.724 735.423.112 559.403.112 466.572.712 725.471.112 543.603.112 465.972.712 731.623.112 550.051.112 471.365.912

DF 33,3 % 0,750 0,563 0,422 0,317 0,238 0,178 0,134 0,100 0,075 0,056

PV DF 33,3 % -303.740.978 413.882.416 236.175.275 147.774.241 172.373.054 96.894.927 62.308.807 73.391.577 41.393.457 26.610.723

PV Negatif -303.740.978

PV Positif 1.270.804.478

NPV 967.063.500 729.832.000

NET B/C 4,184 547.510.878

IRR 164,424%


(3)

114

Lampiran 13.

Switching Value Skenario 1, Penurunan Harga atau Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun kering sebesar 18,93986593 persen

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Inflow

1. Penjualan minyak nilam 54.628.046 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 218.512.182 2. Penjualan daun nilam

kering 471.607.860 873.179.764 873.179.764 366.553.926 873.179.764 873.179.764 366.553.926 873.179.764 873.179.764 366.553.926

3. Nilai Sisa 6.847.428

Total Inflow 526.235.906 1.091.691.946 1.091.691.946 585.066.108 1.091.691.946 1.091.691.946 585.066.108 1.091.691.946 1.091.691.946 591.913.536

Outflow

1. Biaya Investasi

Bibit 48.000.000

Sewa lahan 100.000.000

Bangunan 50.000.000

Kolam air 1.200.000

Pipa paralon 3.800.000 3.800.000

Rak pengeringan 2.000.000

Cangkul 150.000 150.000 150.000

Gergaji mesin 5.500.000 5.500.000 5.500.000

Gunting 314.500 314.500 314.500

Linggis 100.000 100.000 100.000

Kapak 150.000 150.000 150.000

Pompa hama 207.500 207.500 207.500

Alat siram 80.000 80.000 80.000

Terpal 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Kereta sorong 1.400.000 1.400.000 1.400.000

Mesin generator 1.450.000 1.450.000 1.450.000

Timbangan gantung 200.000 200.000

Timbangan duduk 1.100.000 1.100.000

Alat ukur PA 900.000 900.000

Mesin suling 92.675.000

Mesin genset Ps 130 38.500.000

Mobil pick up 40.000.000

Motor 42.000.000

Komputer 12.000.000 12.000.000

Meja dan kursi 10.000.000

Printer 1.200.000 1.200.000

Stabilizer 1.000.000 1.000.000


(4)

115

2. Biaya Operasional

a. Biaya Variabel

Polibag 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000

Karung 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

Jerigen 600.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000 2.310.000

Solar 21.672.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 86.688.000 Bensin 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 Total Biaya Variabel 42.794.000 99.848.000 99.848.000 109.520.000 99.848.000 99.848.000 109.520.000 99.848.000 99.848.000 109.520.000

b. Biaya Tetap

Gaji kepala bagian 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 Gaji kepala mandor 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 Gaji staf administrasi 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 Gaji TK budidaya 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 Gaji TK penyulingan 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 Biaya pemeliharaan

bangunan 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Biaya pemeliharaan

mesin 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000

Biaya pemeliharaan alat

transportasi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Biaya pemeliharaan alat

kantor 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

PBB 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000

Total Biaya Tetap 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 3. Pajak penghasilan 2.852.364 183.213.693 183.213.693 3.437.364 183.213.693 183.213.693 3.437.364 183.213.693 183.213.693 4.122.107 Total Outflow 1.039.149.364 822.037.693 822.637.693 651.933.364 831.989.693 838.437.693 652.533.364 825.837.693 831.989.693 652.618.107 Net Benefit -512.913.458 269.654.253 269.054.253 -66.867.256 259.702.253 253.254.253 -67.467.256 265.854.253 259.702.253 -60.704.571

DF 33,3 % 0,750 0,563 0,422 0,317 0,238 0,178 0,134 0,100 0,075 0,056

PV DF 33,3 % -384.781.289 151.756.386 113.592.436 -21.178.388 61.705.656 45.141.486 -9.021.567 26.668.735 19.543.591 -3.427.046

PV Negatif -384.781.289

PV Positif 384.781.289

NPV 0,261

NET B/C 1,000

IRR 33,300%

Payback Periode 10,000

-384.781.289


(5)

116

Lampiran 14.

Switching Value Skenario 2, Penurunan Harga Jual atau Jumlah Produksi Minyak Nilam dan Daun kering sebesar 26,37865886 persen

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Inflow

1. Penjualan minyak nilam 214.997.875 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 859.991.500 2. Penjualan daun nilam

kering 322.314.232 368.990.162 184.495.081 93.351.861 368.990.162 184.495.081 93.351.861 368.990.162 184.495.081 93.351.861

3. Nilai Sisa 6.847.428

Total Inflow 537.312.106 1.228.981.662 1.044.486.581 953.343.360 1.228.981.662 1.044.486.581 953.343.360 1.228.981.662 1.044.486.581 960.190.788

Outflow

1. Biaya Investasi

Bibit 48.000.000

Sewa lahan 100.000.000

Bangunan 50.000.000

Kolam air 1.200.000

Pipa paralon 3.800.000 3.800.000

Rak pengeringan 2.000.000

Cangkul 150.000 150.000 150.000

Gergaji mesin 5.500.000 5.500.000 5.500.000

Gunting 314.500 314.500 314.500

Linggis 100.000 100.000 100.000

Kapak 150.000 150.000 150.000

Pompa hama 207.500 207.500 207.500

Alat siram 80.000 80.000 80.000

Terpal 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Kereta sorong 1.400.000 1.400.000 1.400.000

Mesin generator 1.450.000 1.450.000 1.450.000

Timbangan gantung 200.000 200.000

Timbangan duduk 1.100.000 1.100.000

Alat ukur PA 900.000 900.000

Mesin suling 173.112.500

Mesin genset Ps 130 38.500.000

Mobil pick up 40.000.000

Motor 42.000.000

Komputer 12.000.000 12.000.000

Meja dan kursi 10.000.000


(6)

117

Stabilizer 1.000.000 1.000.000

Total Biaya Investasi 534.964.500 0 600.000 0 9.952.000 16.400.000 600.000 3.800.000 9.952.000 0

2. Biaya Operasional

a. Biaya Variabel

Polibag 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000 0 0 9.672.000

Karung 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

Jerigen 2.520.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000 9.990.000

Solar 26.006.400 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 104.025.600 Bensin 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 Total Biaya Variabel 49.048.400 124.865.600 124.865.600 134.537.600 124.865.600 124.865.600 134.537.600 124.865.600 124.865.600 134.537.600

b. Biaya Tetap

Gaji kepala bagian 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 Gaji kepala mandor 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 Gaji staf administrasi 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 Gaji TK budidaya 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 420.000.000 Gaji TK penyulingan 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 Biaya pemeliharaan

bangunan 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Biaya pemeliharaan

mesin 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000

Biaya pemeliharaan alat

transportasi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Biaya pemeliharaan alat

kantor 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

PBB 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000 276.000

Total Biaya Tetap 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 538.976.000 3. Pajak penghasilan 11.729.824 270.063.288 194.883.288 154.841.688 270.063.288 194.883.288 154.841.688 270.063.288 194.883.288 156.895.916 Total Outflow 1.134.718.724 933.904.888 859.324.888 828.355.288 943.856.888 875.124.888 828.955.288 937.704.888 868.676.888 830.409.516 Net Benefit -597.406.618 295.076.774 185.161.693 124.988.072 285.124.774 169.361.693 124.388.072 291.276.774 175.809.693 129.781.272

DF 33,3 % 0,750 0,563 0,422 0,317 0,238 0,178 0,134 0,100 0,075 0,056

PV DF 33,3 % -448.167.005 166.063.707 78.173.705 39.586.579 67.746.086 30.187.996 16.632.889 29.218.954 13.230.354 7.326.736

PV Negatif -448.167.005

PV Positif 448.167.005

NPV 0,256

NET B/C 1,000

IRR 33,300%