Ketersediaan Pakan antar Kelompok Simakobu (Simias concolor) di Hutan Peleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai

KETERSEDIAAN PAKAN ANTAR KELOMPOK SIMAKOBU
(Simias concolor) DI HUTAN PELEONAN, SIBERUT UTARA,
KEPULAUAN MENTAWAI

UNI SUTIAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan Pakan
antar Kelompok Simakobu (Simias concolor) di Hutan Peleonan, Siberut Utara,
Kepulauan Mentawai adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Uni Sutiah
NIM G34090007

ABSTRAK
UNI SUTIAH. Ketersediaan Pakan antar Kelompok Simakobu (Simias concolor)
di Hutan Peleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai. Dibimbing oleh IBNUL
QAYIM dan HILDA AKMAL.
Simakobu (Simias concolor) merupakan primata endemik di Kepulauan
Mentawai dan terancam punah akibat habitatnya berkurang. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui kondisi ketersediaan pohon pakan di wilayah jelajah dua
kelompok simakobu yang memiliki jumlah anggota berbeda. Wilayah jelajah
kelompok Aldo lebih besar dari kelompok Aldran yang memiliki jumlah individu
lebih banyak. Selisih luas wilayah jelajah diantara dua kelompok tersebut adalah
0.4 ha, namun ketersediaan pohon pakan yang bervariasi di wilayah Aldran lebih
besar dengan selisih 11.8% dari Aldo. Terdapat 113 jenis pohon yang
terinventarisasi dan 53 jenis diantaranya merupakan pohon pakan simakobu.
Coccoseras borneensis merupakan pohon pakan utama yang ketersediaannya

cukup melimpah di wilayah dua kelompok simakobu ini. Daun muda dan buah
merupakan bagian dari pohon pakan yang sering dipilih simakobu. Ketersediaan
pakan masih cukup terpenuhi dan bervariasi di dua kelompok tersebut. Rendahnya
variasi pohon pakan di wilayah Aldo dan komposisi grupnya dapat menjadi
penyebab daerah jelajahnya menjadi lebih luas.
Kata kunci : Kepulauan Mentawai, ketersediaan pakan, Siberut, simakobu, Simias

ABSTRACT
UNI SUTIAH. The Availability of Food Trees inter Simakobu Group (Simias
concolor) in Peleonan Forest, North Siberut, Mentawai Islands. Supervised by
IBNUL QAYIM and HILDA AKMAL.
The endemic primate Simakobu (Simias concolor) in Mentawai is
endangered due to habitat decreases. The purpose of this study was to discover the
availability of food trees in the home ranges of two groups of Simakobu, Aldran
group and Aldo group. Each of them consists of a different number of group
members. Although Aldran group has more group members, Aldo group’s home
ranges is 0,4 Ha wider than Aldran’s. However, the variety of food trees in
Aldran’s home range is 11.8 % higher than Aldo’s. There are 113 species of trees
inventoried in Peleonan forest and 53 types of which are food sources of
Simakobu. Coccoseras borneensis is the most dominant food tree available in the

both regions. Simakobu’s preferences are the young leaves and fruits. In general,
the food abundance and variety in both home ranges are still adequate. The less
varied food trees available in Aldo’s area and the group composition are expected
to be the driving factors that made Aldo group explores more and eventually has a
wider home range.
Key words: Mentawai Islands, Siberut, simakobu, Simias, the availability of food
tree

KETERSEDIAAN PAKAN ANTAR KELOMPOK SIMAKOBU
(Simias concolor) DI HUTAN PELEONAN, SIBERUT UTARA,
KEPULAUAN MENTAWAI

UNI SUTIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Ketersediaan Pakan antar Kelompok Simakobu (Simias concolor)
di Hutan Peleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai
Nama
: Uni Sutiah
NIM
: G34090007

Disetujui oleh

Dr Ir Ibnul Qayim
Pembimbing I

Dra Hilda Akmal, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian ini adalah Ketersediaan Pakan antar Kelompok Simakobu (Simias
concolor) di Hutan Peleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ibnul Qayim dan Dra Hilda
Akmal, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Terima kasih
kepada Dr Kanthi Arum Widayati, MSi selaku penguji. Penghargaan penulis
sampaikan kepada Dr Susilo Hadi, Agung Imansyah SHut dan segenap staf SCP
kantor dan lapangan yang telah banyak memberi kemudahan selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan ketiga
kakak tercinta, yang tak pernah berhenti mendoakan dan mendukung penulis,

serta angkatan Manusela, keluarga besar Lawalata IPB, sahabat Ponpes Tebuireng
– Al-Ma’soem, sahabat Gemus, dan teman-teman Biologi 46, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Uni Sutiah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

1

Waktu dan Lokasi

1


Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

2

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Penelitian

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5


Demografi Dua Kelompok Simakobu

5

Luas Wilayah Jelajah Dua Kelompok Simakobu

6

Inventarisasi Vegetasi di Habitat Dua Kelompok Simakobu

7

Inventarisasi Pohon Pakan di Dua Kelompok Simakobu

10

SIMPULAN

12


DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
Demografi kelompok Aldran dan Aldo selama September 2012-Maret
2013
Jumlah jenis tumbuhan setiap tingkat pertumbuhan pada wilayah Aldran
dan Aldo
Kerapatan individu tumbuhan di wilayah Aldran-Aldo pada setiap tingkat
pertumbuhan

Daftar jenis tumbuhan dengan kerapatan tertinggi di wilayah AldranAldo

5
7
7
8

DAFTAR GAMBAR
Peletakan plot di wilayah jelajah kelompok Aldran (a) Aldo (b)
Lokasi transek di pulau Siberut (a) Wilayah jelajah kelompok Aldran
(merah) dan Aldo (biru) selama September 2012-Mei 2013 (b)
Indeks nilai penting pohon pakan Aldran
Indeks nilai penting pohon pakan Aldo
Persentase 10 pohon pakan teratas kelompok Aldran (kiri) dan Aldo
(kanan)
Persentase pohon pakan di area kelompok Aldran dan Aldo di Hutan
Peleonan, Siberut Utara

4
6
8
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
Daftar tiga jenis tumbuhan dengan INP tertinggi di area Aldran-Aldo
dalam setiap tingkat pertumbuhan
Pejantan dewasa Aldran (a) dan Aldo (b)
Daftar pohon pakan di wilayah Aldran dan Aldo dan bagian tumbuhan
yang dimakan

14
14
15

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepulauan Mentawai memiliki empat gugus pulau di lepas pantai
Sumatera Barat. Siberut merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai
dengan luas 4030 km2 (TNS 2003). Pulau ini memiliki kekayaan biodiversitas
yang cukup tinggi, diantaranya merupakan flora dan fauna yang endemik. Siberut
Conservation Program (SCP) adalah upaya penyelamatan biodiversitas, terutama
jenis endemik di pulau Siberut.
Siberut Conservation Program (SCP) merupakan program kolaborasi
German Primate Center dengan Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan dari
tahun 2002-2013. SCP mengelola hutan Peleonan yang merupakan lahan konsesi
(Hak Pengelolaan Hutan) PT. Salaki Suma Sejahtera menjadi daerah konservasi
biodiversitas. Hutan Peleonan ini menjadi habitat salah satu dari 25 primata yang
paling terancam punah di seluruh dunia, simakobu (Simias concolor) (Mittermeier
et al. 2007). Simakobu juga termasuk dalam daftar Appendix I Cites dan dilindungi
berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 No 266, serta SK Menteri
Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 (Whittaker & Mittermeier 2008 ; Supriatna &
Wahyono 2000).
Simakobu merupakan primata dari subfamili Colobinae (dunia lama) yang
memiliki ciri-ciri: ekor pendek menyerupai ekor babi (pig tailed) (Supriatna
&Wahyono 2000). Simakobu di Siberut memiliki anggota kelompok sebanyak 8.7
individu, dengan panjang dan berat tubuh pejantan dewasa mencapai 52 cm dan
7.75 kg (Hadi et al. 2009). Primata yang sekerabat dengan genus Nasalis, monyet
hidung panjang di Kalimantan ini memiliki ukuran wilayah jelajah 4 kali lebih
kecil dari joja (Presbytis potenziani) (Whittaker 2006 ; Hadi et al. 2012).
Simakobu yang berada di hutan yang terganggu memiliki wilayah jelajah yang lebih
besar (Tilson 1977). Terdapat keterkaitan antara luas wilayah jelajah, densitas
individu dengan sifat mating simakobu yang monandrus (Tenaza & Fuentes 1995).
Besarnya luas wilayah jelajah tersebut didukung oleh aktivitas dan kualitas pohon
pakan di habitatnya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ketersediaan pohon pakan
simakobu serta mengukur luas wilayah jelajah dari dua kelompok simakobu yang
berbeda jumlah anggotanya, di Hutan Peleonan area Siberut Conservation
Program (SCP), Siberut Utara, Kepulauan Mentawai.

METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2013 sampai dengan
September 2013 di Stasiun Riset Pungut, Hutan Peleonan, Area Siberut

2

Conservation Program (SCP), Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera
Barat dan Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Kepulauan Mentawai telah terisolasi dari zaman Pleistocene Tengah (±
500.000 tahun lalu) dari Pulau Sumatera. Pemisahan tersebut membuat Kepulauan
Mentawai tidak terpengaruh kedinamisan evolusi geografis bahkan sebelum
Sumatera dan Jawa terpisah. Hal tersebut menjadikan biodiversitas asli (endemik)
Kepulauan Mentawai tetap terpelihara, salah satunya di Pulau Siberut (WWF dan
Whitten 2008). Siberut terletak di antara koordinat 0o 80’ sampai 2o 00’ Lintang
Selatan dan 98o 60’ sampai 99o 40’ Bujur Timur (TNS 2003). Mulai tahun 1999,
Siberut memiliki dua kecamatan yaitu Siberut Utara dan Siberut Selatan (TNS
2003).
Proses pembentukan Pulau Siberut melalui sedimentasi menyebabkan
sedikitnya variasi topografi. Variasi topografinya meliputi daratan rendah, berawa
sampai berbukit dan berlereng curam. Kemiringan lereng di dataran rendah
sebesar 0-15% dan di wilayah perbukitan sebesar 40-75% dengan titik tertinggi
mencapai 384 mdpl. Tanah yang non-resisten dan minim hara di Siberut
menyebabkan rentan terjadi erosi yang dipengaruhi aliran sungai dan struktur
tanahnya, sehingga terbentuk pola drainase yang kompleks. Siberut memiliki
curah hujan yang tinggi (3320 mm/tahun) dan termasuk klasifikasi iklim A sangat
basah (Schmidt Ferguson). Tidak adanya musim kemarau yang berkepanjangan di
Siberut didukung oleh suhu yang berkisar 22-31 oC dan kelembapan 81-85%.
Hutan hujan tropik Siberut menyangga tujuh tipe ekosistem, yaitu hutan
primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, hutan Dipterocarpaceae bekas
tebangan, hutan payau air tawar, hutan bakau, hutan rawa sagu, dan hutan
Barringtonia. Pada hutan primer campuran biasanya dijumpai famili
Euphorbiaceae, Myristicaceae, Dipterocarpaceae, Dilleniaceae, dan Fabaceae.
Ketinggian kanopi pohon dapat mencapai 25-30 m dengan epifit merambat hingga
puncak, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan ekosistem hutan primer
Dipterocarpaceae. Beberapa tumbuhan endemik yang telah teridentifikasi
meliputi: Mesua cathairinae (Clusiaceae), Diospyros brevicalyx (Ebenaceae),
Horsfieldia macrothyrsa (Myristicaceae), dan dari famili Euphorbiaceae: Aporusa
quadrangularis, Baccaurea dulcis, Drypetes subsymmetrica. Menurut WCME
(1998), tingkat gangguan masih tergolong rendah (low risk threatened) terhadap
Horsfieldia macrothyrsa.
Adanya vegetasi sangat mendukung keberadaan fauna yang hidup di
Siberut yang banyak memiliki jenis endemik. Terdapat 28 jenis mamalia, 65%
diantaranya bersifat endemik. Endemik hingga tingkat jenis dan subjenis terdapat
pada beberapa mamalia endemik, diantaranya musang (Paradoxurus
hermaphroditus siberu), tikus (Chiropodomys karlkoopmani), dan kalong
(Macroglossus sobrinus fraternus). Dari mamalia endemik yang ada, terdapat
empat primata endemik, yaitu bokkoi (Macaca pagensis), bilou (Hylobates
klossii), joja (Presbytis potenziani) dan simakobu (Simias concolor). Simakobu
merupakan satu-satunya anggota dari genus Simias dan endemik di Kepulauan
Mentawai.

3

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinat GPS (Global
Positioning System) wilayah jelajah kelompok Aldran dan Aldo September 2012-Mei
2013, organ vegetatif dan generatif tumbuhan, serta alkohol 90%.

Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta transek kawasan,
Garmin GPS map 60CSx, tallysheet analisis vegetasi, parang, kompas, meteran 30 m,
pita ukur, tonggak bambu, tali tambang plastik, kamera digital, dan alat tulis. Alat
pembuatan herbarium meliputi label, kertas koran, sprayer, sasak bambu, gunting,
penggaris 30 cm.

Prosedur Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan di area SCP. Data primer meliputi:
1. Koordinat GPS wilayah jelajah dari aktivitas harian kelompok
simakobu Aldran dan Aldo
2. Jenis dan jumlah permudaan pohon (semai, pancang, tiang dan pohon)
serta liana/epifitnya.
3. Pemanfaatan jenis dan bagian pakan
Data koordinat GPS aktivitas harian simakobu bersumber dari SCP.
Pendataan jenis dan jumlah permudaan pohon digunakan untuk mengetahui
komposisi, penyebaran, dan ketersediaan pohon pakan yang ada saat ini dan masa
mendatang.
Data sekunder yang dikumpulkan mencakup kondisi umum kawasan dan
data penelitian simakobu yang pernah dilakukan. Data kondisi umum meliputi:
letak dan luas kawasan, iklim, topografi, geologi dan tanah, eksposisi terhadap
matahari, komponen-komponen biotik, dan sejarah pengelolaan kawasan.
Teknik Pengumpulan Data. Data primer mengenai komposisi struktur
vegetasi dikumpulkan dengan menggunakan analisis vegetasi metode jalur
berpetak. Beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu: a) penggabungan seluruh
koordinat GPS dari September 2012– Mei 2013 untuk masing-masing kelompok
simakobu, b) pembuatan petak contoh, c) jumlah unit contoh, d) peletakan unit
contoh, e) pembuatan herbarium, f) observasi langsung dan wawancara dengan
pemandu lokal mengenai pakan simakobu. Data sekunder mengenai kondisi
umum kawasan diperoleh melalui wawancara langsung dengan beberapa staf SCP
serta kajian literatur.
Penggabungan Koordinat GPS. Data SCP yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jelajah harian kelompok simakobu Aldran dan Aldo yang
terdata selama September 2012 sampai Mei 2013. Jelajah harian simakobu dapat
dilihat dari koordinat GPS yang terekam. Koordinat GPS tersebut selanjutnya
digunakan untuk menentukan luas wilayah jelajah dari masing-masing kelompok.
Pembuatan Petak Contoh. Petak contoh yang digunakan untuk mendata
tingkat permudaan pohon (semai, pancang, tiang, pohon) adalah metode petak
kuadrat (Soerianegara & Indrawan 1998). Ukuran yang dibuat dan digunakan
adalah sebagai berikut:

4

1. Semai: permudaan dengan tinggi

Dokumen yang terkait

Studi Ko-Habitasi Antara Simakoru (Simias concolor) dan Joja (Presbytis potenziani) di Area Siberut Conservation Program (SCP), Pulau Siberut-Kepulauan Mentawai Sumatera Barat

1 9 90

Studi Perilaku Simakobu (Simias concolor Miller, 1903) dan Pola Penggunaan Habitat di Area Siberut Conservation Programme, Sumatera Barat

1 5 39

GEOGRAFI DIALEK BAHASA MENTAWAI DI KECAMATAN SIBERUT SELATAN.

0 5 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA SIBERUT KECAMATAN SIBERUT SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2012.

0 0 14

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA SIBERUT KECAMATAN SIBERUT SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2012.

0 2 13

NEGARA VS MASYARAKAT DALAM POLITIK AGRARIA (STUDI KASUS EKSISTENSI KEPEMILIKAN MASYARAKAT ADAT ATAS HUTAN DALAM AREAL TAMAN NASIONAL SIBERUT DI DESA BOJAKAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI).

0 0 16

NEGARA vs MASYARAKAT DALAM POLITIK AGRARIA (Studi Kasus Eksistensi Kepemilikan Masyarakat Adat Atas Hutan Dalam Areal Taman Nasional Siberut Di Desa Bojakan Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai).

0 1 2

Analisis Kebijakan Pengelolaan Cagar Biosfer Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat.

0 1 6

Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga: Penyebaran Agama Katolik di Muara Siberut Selatan Kepulauan Mentawai 1954-l988.

0 0 7

Profil Sekolah Dasar di Kecamatan Siberut Utara Kepulauan Mentawai - Universitas Negeri Padang Repository

0 4 67