Interaction between Capture Fishery and Marine Protected Area in Ciamis Regency and It’s Impact on Sustainable Fisheries

INTERAKSI ANTARA USAHA PERIKANAN TANGKAP
DENGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN KABUPATEN
CIAMIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PERIKANAN BERKELANJUTAN

ENDRATNO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Interaksi antara Usaha
Perikanan Tangkap dengan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis dan
Dampaknya terhadap Perikanan Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Endratno
C452110131

RINGKASAN
ENDRATNO. Interaksi antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Kawasan
Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis dan Dampaknya Terhadap Perikanan
Berkelanjutan. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON, BUDY WIRYAWAN, dan
ROZA YUSFIANDAYANI.
Kawasan konservasi perairan merupakan “marine reserve” yang cukup
penting dan dapat digunakan sebagai fisheries management toll untuk menjamin
pengelolaan perikanan berkelanjutan. Interaksi pemanfaatan antara yang satu
dengan lainnya akan menimbulkan pergesekan jika tidak ada koordinasi, seperti
pengelolaan perikanan tangkap dengan penerapan kawasan konservasi perairan.
Pengelolaan perikanan tangkap identik dengan “produksi dan kesejahteraan
masyarakat” sedangkan penerapan kawasan konservasi perairan identik dengan

“perlindungan sumber daya dan non profit”.
Interaksi yang kompleks dalam pengembangan perikanan tangkap dan
kawasan konservasi perairan yang ditandai dengan adanya berbagai permasalahan,
seperti terjadinya tekanan dari berbagai kegiatan penangkapan ikan yang belum
berwawasan lingkungan dan belum dimanfaatkannya sumber daya ikan secara
optimal. Permasalahan tersebut menjadi penghambat dalam pengelolaan
perikanan berkelanjutan.
Selain berpotensi untuk dikembangkan, ekosistem dan sumber daya ikan
yang terdapat di Kabupaten Ciamis juga berpotensi mendapatkan tekanan dari
berbagai kegiatan penangkapan ikan yang belum berwawasan lingkungan.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah akibat belum dimanfaatkannya
sumber daya ikan secara optimal dan belum seimbangnya penerapan kaidah
pengelolaan perikanan berkelanjutan. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian
mengenai “interaksi antara usaha perikanan tangkap dengan kawasan konservasi
perairan dan dampaknya terhadap perikanan berkelanjutan”.
Perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis dapat diidentifikasi melalui
elemen-elemen yang terkait dengan kawasan konservasi perairan. Penelitian ini
menelaah beberapa hal yang berkaitan dengan : (i) kondisi perairan dan
masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan, (ii) karakteristik pemanfaatan
sumber daya ikan, pemilihan teknologi penangkapan ikan, alokasi optimum alat

tangkap, dan (iii) pola pemanfaatan kawasan perikanan tangkap. Dalam penelitian
ini pendekatan sistem informasi geografis digunakan untuk mengetahui interaksi
antara perikanan tangkap dan kawasan konservasi perairan di Kabupaten Ciamis.
Penelitian ini bertujuan :(1) menganalisis kondisi kawasan konservasi
perairan kaitannya dengan keberlanjutan usaha perikanan tangkap; (2)
menganalisis karakteristik sumber daya ikan dan teknologi penangkapan ikan
yang ramah lingkungan; dan (3) membuat pola pemanfaatan kawasan perikanan
tangkap secara spasial.
Hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis dapat menopang usaha
perikanan tangkap tradisional/skala kecil secara berkelanjutan sejalan dengan
kesadaran masyarakatnya yang semakin meningkat akan kelestarian
ekosistem pesisir dan manfaat adanya kawasan konservasi perairan secara
perlahan dapat dirasakan oleh nelayan.

2.

3.

Usaha penangkapan ikan masih dapat dioptimalkan dengan penambahan

jumlah unit penangkapan ikan dengan memperhatikan aspek pendukung
Teknologi penangkapan ikan yang dipilih untuk komoditas unggulan
berdasarkan kriteria ramah lingkungan dan dapat dioperasikan pada kawasan
konservasi perairan adalah alat tangkap yang bersifat pasif yaitu gillnet,
pancing rawai tetap dan semi aktif yaitu trammel net.
Pola aktivitas penangkapan ikan telah sesuai pada zona pemanfaatan dan zona
perikanan berkelanjutan, namun masih terdapat alat dan teknologi yang
belum sesuai dengan mekanisme pemanfaatan berkelanjutan seperti pukat
pantai, bagan tancap dan jaring dogol serta konflik sosial akibat fishing
ground yang sama.

Kata kunci: berkelanjutan, kawasan konservasi perairan, perikanan tangkap,
sistem informasi geografis.

SUMMARY
ENDRATNO. Interaction between Capture Fishery and Marine Protected
Area in Ciamis Regency and It’s Impact on Sustainable Fisheries. Supervised by
DOMU SIMBOLON, BUDY WIRYAWAN, and ROZA YUSFIANDAYANI.
Marine protected area is a "marine reserve" which is quite important and can
be used as a toll fisheries management to ensure sustainable fisheries

management. The interaction between the use of one and the other will cause
friction if there is no coordination, such as fisheries management with the
implementation of marine protected areas. Fishery management is synonymous
with " production and the welfare of society" while the implementation of marine
protected areas is identical to the " protection of resources and the non-profit ".
Interactions in the development of fisheries and marine protected areas are
marked by a variety of problems, such as the pressure of fishing activities that
have not been exploited yet environmentally and fish resources optimally. The
problem is the bottleneck in sustainable fisheries management .
In addition to the potential for development, ecosystems and fish resources
contained also has the potential to get pressure from a variety of fishing activities
that have not environmentally. Such activities include the result has not been
exploited fish resources optimally and not unbalance the application of principles
of sustainable fisheries management. For it is necessary to study the "interaction
between the capture fishery with marine protected area and its impact on
sustainable fisheries".
Capture fisheries can be identified through the elements related to marine
protected area. This research will studied some issues that related to: (i) the
condition of people in the surrounding waters and marine protected areas, (ii) the
characteristics of fish resources, fishing technology selection, optimum allocation

of fishing gear, and (iii) the pattern of utilization of fisheries areas. In this
research, geographic information system approach is used to determine the
interactions between fisheries and marine protected areas.
This research objective are: (1) to analyze the condition of marine protected
areas to do with the sustainability of fishing effort, (2) to analyze the
characteristics of fish resources and fishing technologies that are environmentally
friendly, and (3) to make use patterns in the spatial region fisheries.
Results of research could be concluded:
1. Marine protected areas can sustain efforts Ciamis traditional fisheries and
sustainable communities in line with the increasing awareness about the
preservation of coastal ecosystems and the benefits of the marine protected
areas slowly felt by the fishermen.
2. Fishing effort still can be optimized by the addition of the number of fishing
units by considering aspects of fishing technology support selected for primary
commodity criteria environmentally friendly and can be operated on marine
protected areas is passive fishing gear that are gillnet, set longlines and semi
active fishing gear like trammel net.
3. Patterns of fishing activity in the zone was appropriate utilization and
sustainable fisheries zone, but still there are tools and technologies that have


not been in accordance with sustainable utilization mechanisms such as beach
seines, shore-operated stationary lift nets and danish seines, and social conflict
due to the same fishing ground.
Keywords: sustainable, marine protected areas, fisheries, geographic
information systems.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INTERAKSI ANTARA USAHA PERIKANAN TANGKAP
DENGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN KABUPATEN
CIAMIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP

PERIKANAN BERKELANJUTAN

ENDRATNO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Zulkarnaen, MSi

Judul Tesis

Nama

NIM·

Interaksi antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Kawasan
Konservasi Laut Kabupaten Ciamis dan Dampaknya terhadap .
Perikanan Berkelanjutan
. Endratno
C4521l0131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi
Ketua

Dr Roza Yusfiandayani, ·SPi.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Sistern dan Pernodelan
Perikanan Tangkap

Dekan Sekolah Pascasarjana·.

Syah, MscAgr

Tanggal Ujian: 14 Februari 2014

TanggalLulus:

.'1 1 APR

_ ョセサ@

ᄋ@

Judul Tesis

Nama

NIM

: Interaksi antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Kawasan
Konservasi Laut Kabupaten Ciamis dan Dampaknya terhadap
Perikanan Berkelanjutan
: Endratno
: C452110131

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi
Ketua

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Anggota

Dr Roza Yusfiandayani, SPi.
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan
Perikanan Tangkap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc.

Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr

Tanggal Ujian: 14 Februari 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penulis
meyakini bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kesalahan atau kekeliruan yang
disebabkan oleh keterbatasan wawasan dan pengetahuan. Oleh karena diharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan yang tinggi kepada:
1. Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan, saran,
bimbingan dan motivasi sejak penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian
hingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.
2. Dr Ir Budy Wiryawan, MSc dan Dr Roza Yusfiandayani, SPi sebagai anggota
komisi pembimbing atas segala arahan, masukan, saran, bimbingan serta
motivasi yang diberikan.
3. Dr Ir Zulkarnaen, MSi selaku penguji luar komisi yang telah memberikan
masukan, saran dan pertanyaan yang sangat bermanfaat untuk
penyempurnaan tesis ini.
4. Ketua Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap Prof Dr Ir
Mulyono Baskoro, MSc; dan Ketua Departemen PSP Dr Ir Budy Wiryawan,
MSc beserta seluruh staf pengajar dan administrasi atas semua bantuan dan
fasilitas yang disediakan sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan
dengan baik dan lancar.
5. Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kementerian Kelautan
dan Perikanan (BPSDMKP) yang telah memberikan beasiswa tugas belajar
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di IPB
6. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K), Sekretaris
Direktorat Jenderal KP3K, Kepala Bagian Kepegawaian KP3K, Kepala
Bagian Monev dan Pelaporan-Setditjen KP3K, yang telah memberikan izin
dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di IPB.
7. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, dan Bapak Atang
Kuncara atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya selama penulis
melaksanakan penelitian.
8. Keluarga besar Bagian Monev dan Pelaporan-Setditjen KP3K atas dukungan,
bantuan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.
9. Ibunda tercinta dan keluargaku yang tak pernah berhenti berdoa untuk
keberhasilan dan kebahagian penulis.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, April 2014

Endratno

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

DAFTAR ISTILAH

iii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
3
3

2 KONDISI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN KABUPATEN CIAMIS
DAN KEBERLANJUTAN USAHA PERIKANAN TANGKAP
5
Pendahuluan
5
Metode Penelitian
6
Hasil Penelitian
7
Pembahasan
14
Simpulan
16
3 KARAKTERISTIK PEMANFAATAN
SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Simpulan

17
17
17
18
21
33
38

4 POLA PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN OLEH
KEGIATAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN CIAMIS
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Pembahasan
Simpulan

39
39
39
41
44
47

PEMBAHASAN UMUM

48

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

52
52
52

DAFTAR PUSTAKA

53

RIWAYAT HIDUP

70

ii

DAFTAR TABEL
Hasil analisis pressure, state, response
Jumlah sampel alat tangkap yang diambil
Produksi per kelompok ikan laut Kabupaten Ciamis
Spesifikasi unit penangkapan pancing rawai
Spesifikasi unit penangkapan gillnet monofilament
Spesifikasi unit penangkapan jaring insang (gillnet multifilament)
Spesifikasi unit penangkapan jaring trammel net
Spesifikasi unit penangkapan pukat pantai
Spesifikasi unit penangkapan bagan tancap
Spesifikasi unit penangkapan jaring dogol
Pemilihan alat tangkap ramah lingkungan pada KKP
Optimasi jumlah unit penangkapan terpilih
Jumlah sampel alat tangkap yang diambil di tiap kecamatan
Estimasi luasan area daerah penangkapan ikan di perairan Ciamis
Pola ruang kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis
Jenis alat tangkap dan estimasi luasan fishing ground pada zonasi
yang ada di perairan Ciamis
Tabel 17 Jenis armada pada setiap zona penangkapan di KKP
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16

11
19
22
25
26
28
29
30
30
31
32
33
40
42
42
43
46

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19

Kerangka pemikiran penelitian
Persepsi masyarakat terhadap perubahan jumlah ikan hasil
tangkapan
Persepsi masyarakat terhadap kondisi perairan
Evaluasi kondisi terumbu karang dan mangrove di KKP Ciamis
Evaluasi kondisi ukuran dan jenis ikan di KKP Ciamis
Response terhadap perubahan dengan adanya KKP di Ciamis
Evaluasi ukuran, jumlah jenis, pendapatan dan harga jual ikan
Evaluasi terhadap pengaruh adanya kawasan konservasi perairan
Jumlah alat tangkap (unit/tahun) dan prosentase (%) alat tangkap
dalam periode 2008 - 2012
Pemanfaatan sumber daya ikan di Kabupaten Ciamis
Produksi (ton) dan nilai produksi (juta rupiah) dari pemanfaatan
sumber daya ikan di Kabupaten Ciamis
Produktivitas per alat tangkap di KKP
Sketsa alat tangkap pancing rawai
Sketsa alat tangkap gillnet monofilament
Sketsa alat tangkap gillnet multifilament
Sketsa alat tangkap trammel net
Sketsa alat tangkap jaring dogol
Area fishing ground
Lokasi fishing ground pada kawasan konservasi perairan

4
8
8
9
10
10
12
13
21
22
23
24
25
27
28
29
31
41
43

iii

Gambar 20

Identifikasi potensi konflik berdasarkan area fishing ground

46

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Persepsi nelayan terhadap jumlah ikan yang ditangkap selama
tahun 2008-2012
Lampiran 2 Persepsi nelayan terhadap ukuran ikan yang ditangkap selama
tahun 2008-2012
Lampiran 3 Potensi lestari 5 (lima) jenis komoditas unggulan di Kabupaten
Ciamis tahun 2012
Lampiran 4 Jumlah alat tangkap menurut jenisnya di KKP Kabupaten
Ciamis tahun 2008 - 2012
Lampiran 5 Jenis ikan yang didaratkan di kawasan konservasi perairan
Kabupaten Ciamis
Lampiran 6 Produksi dan prosentase produksi komoditas unggulan
perikanan laut Kabupaten Ciamis 2008-2012
Lampiran 7 Nilai dan prosentase nilai produksi komoditas unggulan
perikanan laut Kabupaten Ciamis 2008-2012
Lampiran 8 Produktivitas per alat tangkap
Lampiran 9 Optimasi jumlah alat penangkapan ikan
Lampiran 10 Hasil output optimasi dengan menggunakan program LINDO

57
59
61
62
63
64
65
66
67
69

DAFTAR ISTILAH
Alat Penangkap
Ikan

: Sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang
dipergunakan untuk menangkap ikan

Alokasi

: Jumlah kapal perikanan yang diizinkan untuk beroperasi di
wilayah perairan, pelabuhan pangkalan, dan/atau pelabuhan
muat/singgah
tertentu
berdasarkan
pertimbangan
ketersediaan dan kelestarian sumber daya ikan

Berkelanjutan

: Pemanfaatan sumber daya secara lestari, yaitu di mana laju
pemanfaatan harus lebih kecil atau sama dengan laju
pemulihan sumber daya tersebut

Catch per Unit
Effort (CPUE)

: Jumlah hasil tangkapan per upaya penangkapan

Code of Conduct
for Responsible
Fisheries (CCRF)

: Merupakan tatalaksanana atau ketentuan untuk perikanan
yang bertanggung jawab

Ekosistem

: Komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan dan hewan,
bersama habitatnya dan saling berinteraksi

iv

Kawasan
Konservasi
Perairan

: Kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem
zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan
dan lingkungannya secara berkelanjutan

Konflik

: Interaksi yang tidak kompatibel antara dua sistem atau lebih

Maximum
Suistainable Yield
(MSY)

: Jumlah maksimal ikan yang dapat dimanfaatkan dalam
kondisi lestari

Open Access
(OA)

: Pemanfaatan SDI secara bebas, tidak ada larangan bagi
pengguna SDI untuk ikut memanfaatkan dan meningkatkan
jumlah kapal atau upaya penangkapan (effort).

Pengelolaan
Perikanan

: Proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan,
alokasi SDA, dan implementasi serta penegakan hukum dari
peraturan perundangan-undangan di bidang perikanan, yang
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain untuk mencapai
kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan
tujuan yang telah disepakati

Perikanan
Tangkap

: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/atau mengawetkannya

Sistem Informasi
Geografis (SIG)

: Sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Sejenis
perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan,
penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran
informasi geografis berikut atribut-atributnya

Spill over

: Efek penyebaran larva atau juvenil ikan dari suatu wilayah
yang dilindungi

Unit Penangkapan
Ikan

: Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan
yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan

Wilayah Pesisir

: Daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut

Zona

: Wilayah yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi
ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

Zona Inti
(core zone)

: Zona yang mutlak dilindungi, karena di dalamnya tidak
diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas
manusia

Zona
pemanfaatan

: Zona yang masih memiliki nilai konservasi tertentu, tetapi
dapat mentolerir berbagai tipe pemanfaatan oleh manusia,
dan layak bagi beragam kegiatan eksploitasi yang diijinkan
dalam suatu kawasan konservasi

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berkembangnya konsep pengelolaan perikanan berkelanjutan dengan
kebijakan pengembangan kawasan konservasi perairan atau lebih populer Marine
Protected Area (MPA), merupakan salah satu alternatif kebijakan yaitu sebagai
instrumen untuk mewujudkan perikanan berkelanjutan yang mulai bergema pada
tahun 1990-an. Pengembangan kawasan konservasi perairan di Indonesia dimulai
dengan telah dimandatkan perlunya upaya konservasi untuk pengelolaan
perikanan berkelanjutan dalam Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan, khususnya pada pasal 1 angka (8) dan pasal 13 ayat (1) dan (2);
dimana undang-undang tersebut diubah menjadi Undang-undang No. 45 tahun
2009 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang
Perikanan. Pengaturan lebih lanjut tentang kawasan konservasi perairan dalam
Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumber daya Ikan.
Definisi kawasan konservasi perairan menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun
2007 tentang Konservasi Sumber daya Ikan adalah kawasan perairan yang
dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber
daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
Pengembangan kawasan konservasi perairan secara ekologis dirasa cukup
tepat pada kondisi beberapa perairan laut di Indonesia, yang diduga telah
mengalami kerusakan cukup parah akibat adanya praktek penangkapan ikan yang
merusak, yang mengancam keberlanjutan keanekaragaman sumber daya ikan.
Pengembangan kawasan konservasi perairan merupakan upaya yang mulai banyak
diterapkan dalam mengurangi dampak degradasi sumber daya ikan dan dipandang
sebagai cara yang efektif untuk melindungi keanekaragaman hayati laut beserta
nilai ekonomis yang terkandung didalamnya. Kawasan konservasi perairan
dibentuk dalam suatu wilayah pesisir dan laut dengan batas geografis yang tegas
dan jelas, ditetapkan untuk dilindungi melalui perangkat hukum atau aturan
mengikat lainnya, dengan tujuan konservasi sumber daya hayati dan kegiatan
perikanan yang berkelanjutan di sekitar (luar) wilayah kawasan konservasi
perairan. Zonasi sebagai perencanaan terintegrasi yang menggunakan informasi
spasial dapat menjadi kunci kesuksesan pengelolaan suatu kawasan apabila
didukung sepenuhnya oleh partisipasi masyarakat, artinya data dan informasi
spasial tidak semata dipandang sebagai hal yang bersifat fisik saja, namun lebih
jauh, pemerintah daerah dapat melibatkan partisipasi masyarakat (Sumampaouw
dalam Rais et al. 2004).
Kebijakan mengenai kawasan konservasi perairan disambut baik oleh
Kabupaten Ciamis dengan ditetapkannya Kawasan Konservasi Perairan
Kabupaten Ciamis dengan dasar hukum Peraturan Bupati Ciamis Nomor: 15
Tahun 2008 tanggal 28 Februari 2008. Kawasan konservasi laut daerah
Kabupaten Ciamis telah diinisiasi oleh Kementerian Kehutanan pada tahun 1990
yaitu Cagar Alam Laut (CAL) Pananjung Pangandaran seluas 470 Ha, sedangkan
melalui inisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Pemerintah Daerah
pada tahun 2008 yaitu Kawasan Konservasi Perairan seluas 29.823,99 Ha dengan
potensi yang dimiliki berupa perikanan berkelanjutan, wisata bahari, penelitian

2

dan pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan pemanfaatan sumber daya laut
secara lestari (terumbu karang dan mangrove). Wilayah perairan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis telah
ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah pada tahun 2008 namun
pengembangannya sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan belumlah
optimal dikarenakan perangkat pengelolaannya sampai saat ini belum ada atau
masih dalam tahap penyusunan (DKP-KC 2012).
Kawasan konservasi perairan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
nelayan dan kesejahteraan nelayan. Kawasan konservasi perairan sebagai
perwakilan tipe ekosistem dan keanekaragaman jenis biota laut, keutuhan sumber
plasma nutfah, keseimbangan ekosistem telah memberikan kontribusi yang jelas
bagi kehidupan manusia dalam bentuk kepentingan ekonomi, ekologis, estetika,
pendidikan, penelitian, biologi dan jaminan masa depan. Kawasan konservasi
seyogyanya didesain dalam kerangka pengelolaan sumber daya perikanan yang
berkelanjutan (Dermawan 2007). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
adalah mengembangkan kawasan konservasi perairan karena memberikan asas
manfaat dan keadilan bagi masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya ikan
melalui kegiatan penangkapan di zona perikanan berkelanjutan dalam kawasan
konservasi perairan. Konservasi kawasan perairan memiliki makna yang
kompleks dan kontribusi positif bagi kelestarian sumber daya alam dan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan (Supriharyono 2007).
Konsep perikanan berkelanjutan mengharuskan adanya keseimbangan
antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Kegiatan perikanan tangkap di kawasan
konservasi dipengaruhi beberapa aspek, yakni, (1) aspek biologi, yang
berhubungan dengan ketersediaan sumber daya ikan, penyebarannya, komposisi
ukuran hasil tangkapan dan jenis ikan, (2) aspek teknis, antara lain yang
berhubungan dengan unit penangkapan, dan jumlah kapal, (3) aspek sosial, yang
berhubungan dengan kelembagaan, ketenagaan kerja serta dampak usaha terhadap
nelayan, (4) aspek ekonomi, yang berkaitan dengan hasil produksi dan pemasaran
serta efisiensi biaya operasional yang berdampak kepada pendapatan bagi
stakeholders (Charles 2001).
Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi yang mencakup
penangkapan/pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut secara
bebas. Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan
manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus
meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik
(Hamdan 2007). Kawasan konservasi perairan memiliki batasan dan zona yang
dapat diakses melalui kegiatan penangkapan ikan terutama di zona perikanan
berkelanjutan. Namun demikian, semua kegiatan penangkapan di zona ini harus
memiliki batasan upaya tangkap, kapasitasnya, dan bersifat ramah lingkungan.
Dalam memberikan akses penangkapan ikan di kawasan konservasi perairan,
pengelola harus mempertimbangkan daya dukung yang dimiliki kawasan dan
jenis teknologi penangkapan ikan tepat guna dan jumlah unit penangkapan yang
optimum.
Selain berpotensi untuk dikembangkan, ekosistem dan sumber daya ikan
yang terdapat di Kabupaten Ciamis juga berpotensi mendapatkan tekanan dari
berbagai kegiatan penangkapan ikan yang belum berwawasan lingkungan.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah akibat belum dimanfaatkannya

3

sumber daya ikan secara optimal dan belum seimbangnya penerapan kaidah
pengelolaan perikanan berkelanjutan. Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian
mengenai “interaksi antara usaha perikanan tangkap dengan kawasan konservasi
perairan dan dampaknya terhadap perikanan berkelanjutan”.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah: (1) menganalisis kondisi kawasan konservasi
perairan kaitannya dengan keberlanjutan usaha perikanan tangkap; (2)
menganalisis karakteristik sumber daya ikan dan teknologi penangkapan ikan
yang ramah lingkungan; dan (3) menyusun pola pemanfaatan kawasan perikanan
tangkap secara spasial.
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat bagi pengelolaan perikanan berkelanjutan pada kawasan konservasi
perairan Kabupaten Ciamis.

Kerangka Pemikiran
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) merupakan “marine reserve” yang
cukup penting dan dapat digunakan sebagai fisheries management toll untuk
menjamin pengelolaan perikanan berkelanjutan (Cote and Finney 2006). Interaksi
pemanfaatan antara yang satu dengan lainnya akan menimbulkan pergesekan jika
tidak ada koordinasi, seperti pengelolaan perikanan tangkap dengan penerapan
kawasan konservasi perairan. Pengelolaan perikanan tangkap identik dengan
“produksi dan kesejahteraan masyarakat” sedangkan penerapan kawasan
konservasi perairan identik dengan “perlindungan sumber daya dan non profit”.
Interaksi yang kompleks dalam pengembangan perikanan tangkap dan
kawasan konservasi perairan yang ditandai dengan adanya berbagai permasalahan,
seperti terjadinya tekanan dari berbagai kegiatan penangkapan ikan yang belum
berwawasan lingkungan dan belum dimanfaatkannya sumber daya ikan secara
optimal. Permasalahan tersebut menjadi penghambat dalam pengelolaan
perikanan berkelanjutan.
Identifikasi kondisi perairan dan persepsi masyarakat di sekitar kawasan
konservasi perairan dan karakteristik pemanfaatan sumber daya ikan, pemilihan
teknologi penangkapan ikan, alokasi optimum alat tangkap serta pola pemanfaatan
kawasan perikanan tangkap merupakan bagian yang digunakan untuk melihat
implikasi kegiatan perikanan tangkap dalam perikanan tangkap yang
berkelanjutan (Gambar 1).

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada interaksi usaha perikanan tangkap dengan
kawasan konservasi perairan. Bahasan tentang kawasan konservasi perairan di
lokasi penelitian hanya melihat analisis persepsi masyarakat nelayan dan kondisi
existing wilayah penelitian melalui pola pemanfaatan kawasan, khususnya untuk

4

kegiatan perikanan tangkap. Hasil analisis kemudian dielaborasi sebagai present
status untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan perikanan di wilayah
penelitian. Lingkup bahasan tentang usaha perikanan tangkap mencakup
pendekatan karakteristik pemanfaatan sumber daya ikan melalui produktivitas
penangkapan (CPUE) ikan yang dominan ditangkap di wilayah kawasan
konservasi perairan, fishing ground area, penentuan jenis teknologi penangkapan
ikan yang ramah lingkungan dan alokasi jumlah unit penangkapan yang optimum.
Interaksi Perikanan Tangkap dan
Kawasan Konservasi Perairan
Kondisi kawasan
konservasi
perairan

Karakteristik SDI dan
perikanan tangkap

Pola pemanfaatan
kawasan perikanan
tangkap

Analisis Pressure
State Response thd
kondisi bio-sos-ek
di sekitar KKP

- Produktivitas
(CPUE)
- Jenis teknologi
penangkapan ramah
lingkungan
- Alokasi optimum
alat tangkap

Analisis spasial
fishing ground

Implikasi keberadaan KKP
dalam pengelolaan perikanan
tangkap berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tahapan proses penelitian dilakukan dengan analisis data menggunakan
beberapa metode pendekatan, yaitu: persepsi masyarakat terhadap kondisi umum
perairan, kawasan konservasi perairan dan masyarakat; pemanfaatan sumber daya
ikan dan teknologi penangkapan ikan serta identifikasi pola pemanfaatan kawasan
untuk perikanan tangkap. Data yang telah dianalisis, kemudian menghasilkan: (i)
persepsi masyarakat terkait present status sumber daya ikan, kawasan konservasi
perairan dan masyarakat nelayan; (ii) aspek pemanfaatan sumber daya ikan,
teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan optimasi level input
perikanan tangkap; (iii) pola pemanfaatan kawasan untuk perikanan tangkap serta
dampak kawasan konservasi perairan terhadap perikanan berkelanjutan.
Fokus analisis pada penelitian ini adalah interaksi usaha perikanan tangkap
di kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis melalui pendekatan kondisi
umum ekologi, sosial dan ekonomi, karakteristik pemanfaatan sumber daya ikan,
penentuan jenis teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, jumlah unit
penangkapan terpilih yang optimum dan pola pemanfaatan kawasan untuk
perikanan tangkap di wilayah kawasan konservasi perairan.

2 KONDISI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
KABUPATEN CIAMIS DAN KEBERLANJUTAN USAHA
PERIKANAN TANGKAP
Pendahuluan
Penetapan pencadangan kawasan konservasi perairan di Kabupaten Ciamis
dilakukan dengan pendekatan bahwa perairan laut di Kabupaten Ciamis memiliki
potensi sumber daya hayati laut dan non hayati dalam kondisi sedang hingga baik
sehingga perlu dilakukan suatu perlindungan dalam rangka keberlanjutannya dan
meminimalisir terjadinya degradasi lingkungan dan kerusakan terumbu karang
yang dipicu kompleksitas kegiatan yang ada di kawasan konservasi perairan
seperti penangkapan ikan.
Pengembangan kawasan konservasi perairan secara ekologis memang dirasa
cukup tepat pada perairan laut yang diduga telah mengalami kerusakan cukup
parah akibat adanya praktek penangkapan ikan yang merusak, yang mengancam
keberlanjutan keanekaragaman sumber daya ikan. Di sisi lain dampak sosioekonomi pengembangan kawasan konservasi perairan bagi masyarakat masih
diragukan, terutama nelayan skala kecil yang memang kelompok dominan, yang
biasanya mata pencahariannya hanya mengandalkan sumber daya ikan di laut.
kawasan konservasi perairan telah digunakan untuk melindungi daerah-daerah
khusus untuk berbagai tujuan antara lain melindungi spesies terancam punah atau
langka, daerah konservasi keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis lainnya,
tempat rekreasi, serta dapat digunakan sebagai alat manajemen perikanan (Wenzel
et al. 2013).
The Code of Conduct for Responsible Fisheries menyatakan bahwa
konservasi dan keputusan manajemen untuk perikanan harus didasarkan pada
bukti ilmiah terbaik yang tersedia, maupun pengetahuan tradisional tentang
kondisi perikanan berupa sumber daya dan habitatnya, maupun kondisi
lingkungan yang relevan, faktor sosial dan ekonomi. Ketidaktersediaan informasi
yang memadai seharusnya bukanlah alasan gagalnya melindungi sumber daya
perikanan dan lingkungan (FAO 1995).
Pengetahuan tradisional dimaksud dilihat dari persepsi masyarakat lokal
khususnya nelayan setempat terhadap perubahan kondisi perairan di kawasan
konservasi berupa kondisi sumber daya serta aktivitas perikanan tangkap yang
dipengaruhinya. Persepsi terhadap lingkungan tidak hanya sekedar proses indera
yang menangkap stimuli (informasi) semata, namun persepsi juga merupakan
proses “menamai” stimuli, melukiskan, menggambarkan serta memberikan arti
bagi stimuli/dunia di sekitarnya (Veitch dan Arkkelin diacu dalam Yavanica
2009). Persepsi masyarakat nelayan dianggap cukup mempengaruhi keterlibatan
mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan.
Sebagai kawasan konservasi peraran yang bertujuan untuk melestarikan
sumber daya alam, seharusnya dilakukan pengelolaan secara terpadu untuk
menjamin keberlanjutan sumber daya alam dengan tetap memelihara dan
mempertahankan keanekaragaman. Sampai saat ini informasi mengenai
pemanfaatan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan di Kabupaten Ciamis
masih sangat sedikit yang dimonitor.

6

Kondisi kawasan konservasi perlu dikaji sebagai dasar pengambilan
kebijakan dalam implementasi penerapan kawasan konservasi perairan terutama
dalam keberlanjutan pengelolaan kawasan dan menopang perikanan
berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi kawasan
konservasi perairan kaitannya dengan keberlanjutan usaha perikanan tangkap.
Dengan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan
dalam implementasi pengelolaan kawasan konservasi perairan terutama dalam
keberlanjutan pengelolaan kawasan dan menopang perikanan berkelanjutan.
Kondisi kawasan konservasi perairan didekati melalui pengetahuan tradisional
yaitu persepsi masyarakat lokal khususnya nelayan setempat terhadap perubahan
kondisi sumber daya, interaksi yang terjadi dalam ruang lingkup usaha
penangkapan ikan dan kaitannya dengan konsep perikanan berkelanjutan
mengharuskan adanya keseimbangan antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis,
Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan selama 2
bulan, yakni pada bulan Januari-Februari 2013. Data yang diperoleh terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer berupa persepsi nelayan, sedangkan
data sekunder berupa kondisi ekosistem, perikanan tangkap dan kebijakan
diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis.
Persepsi nelayan dimaksud yaitu terhadap perubahan kondisi sumber daya
perikanan dan nilai ekonomi sumber daya perikanan dengan adanya keberadaan
kawasan konservasi perairan, khususnya ditinjau dari aspek mengapa
dikembangkan kawasan konservasi perairan, apakah kawasan konservasi perairan
menguntungkan dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap tingkat
keberlanjutan sumber daya ikan diperoleh melalui pengisian kuesioner dan
wawancara terstruktur dengan menilai karakteristik yang telah ditentukan
terhadap responden. Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (proposive
sampling) dan snowball sampling. Metode purposive sampling adalah suatu
teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan
pertimbangan tertentu sedangkan snowball sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar dengan
pertimbangan melengkapi data dan mencari orang yang dipandang lebih tahu
(Sugiyono 2007).
Responden berjumlah 75 orang yang terdiri dari 9 orang ketua kelompok
masyarakat pengawas (pokmaswas) yang tersebar di pesisir Kabupaten Ciamis
dan sisanya digunakan teknik snowball sampling sebanyak 64 responden nelayan
dengan pertimbangan informan merupakan nelayan yang melakukan aktivitas
penangkapan ikan di kawasan konservasi perairan.
Kondisi kawasan konservasi perairan secara kualitatif dilakukan analisis
berkaitan dengan Driving, Force, Pressure, State, Response (DPISR) atau
kemudian diringkas menjadi Pressure, State, Response (PSR) (Pinter et al. 1999
diacu dalam Fauzi 2004). Driving force mengandung makna berbagai aktivitas
manusia, proses dan pola di wilayah pesisir dan laut yang berbatasan dan
berdampak terhadap pembangunan KKP Kabupaten Ciamis. Sementara

7

pressure diklasifikasikan sebagai faktor utama atau forces seperti pertumbuhan
penduduk, konsumsi atau kemiskinan.
Pressure pada lingkungan pesisir dan laut yang berbatasan dengan kawasan
konservasi perairan dilihat dari perspektif kebijakan dianggap sebagai starting
point untuk melemparkan issue lingkungan, dan dari sudut pandang indikator,
pressure ini menjadi lebih mudah dianalisis jika diperoleh dari monitoring sosioekonomi, lingkungan dan database lainnya. State adalah kondisi lingkungan yang
disebabkan oleh pressure di atas, seperti tingkat pencemaran, degradasi perairan
pesisir dan lain-lain. State dari lingkungan ini pada akhirnya akan berdampak
pada kesehatan dan kesejahteraan manusia. Response adalah komponen
framework PSR yang berhubungan dengan berbagai tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat, baik individual maupun secara kolektif untuk mengatasi dampak
lingkungan, mengoreksi kerusakan yang ada atau mengkonservasi sumber daya
alam. Response ini meliputi penetapan peraturan, pengeluaran biaya penelitian,
pendapat masyarakat dan preferensi konsumen, perubahan strategi manajemen
dan lain-lain (Anna dan Fauzi 2007).

Hasil Penelitian
Pressure Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis
Kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis pada dasarnya telah
mengalami pressure yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena lokasi
kawasan konservasi perairan meliputi seluruh wilayah pesisir yang juga menjadi
tempat bermukim sebagian besar penduduk. Dengan kondisi tersebut wilayah
pesisir merupakan pusat dari segala kegiatan ekonomi melalui kegiatan seperti:
perikanan laut, perdagangan, budidaya perikanan, transportasi laut, pariwisata dan
lain-lain. Beberapa masalah sosio-ekonomi tertentu telah memberikan pressure
cukup signifikan, seperti rendahnya kesejahteraan masyarakat pesisir dan
penangkapan ikan sebagai tumpuan mata pencaharian penduduk pesisir.
Masyarakat berfikiran sederhana, bahwa sumber daya yang ada disekitarnya akan
digunakan untuk memenui kebutuhan hidupnya. Sehingga bila dibandingkan
dengan dekade masa lalu, pada saat ini masyarakat mulai melakukan aktivitas
negatif yang walaupun belum berskala besar, namun dilakukan secara terus
menerus sehingga mulai terlihat terjadinya degradasi sumber daya pesisir dan laut
yang mempengaruhi kawasan konservasi perairan. Rencana eksploitasi
pertambangan di wilayah perairan laut dapat menyebabkan pressure bagi
pengembangan kawasan konservasi perairan yang cukup membahayakan
ekosistem pesisir.
Sumber daya ikan di kawasan ini belum mengalami pressure yang luar
biasa, akibat tingkat input yang ada untuk mengeksploitasi ikan dan produk laut
lainnya masih dalam skala efisien. Potensi sumber daya alam berupa sumber daya
kelautan dan perikanan secara umum yang dimiliki Kabupaten Ciamis cukup
besar, untuk itu perlu adanya upaya untuk pemanfaatan potensi tersebut secara
optimal guna mempercepat pengembangan dan pembangunan di sektor kelautan
dan perikanan.

8

State Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis
Hasil analisis persepsi masyarakat menunjukkan kondisi perikanan tangkap
di wilayah kawasan konservasi perairan Kabupaten Ciamis relatif baik. Sebanyak
35% responden menyatakan jumlah ikan yang ditangkap bertambah dan
didominasi nelayan yang menggunakan alat tangkap trammel net dan gillnet, 40%
menyatakan jumlah ikan yang ditangkap menjadi berkurang seperti nelayan
bagan, dogol dan pukat pantai sedangkan lainnya 25% (Gambar 2) menyatakan
jumlah ikan yang ditangkap tetap yang didominasi oleh nelayan pancing rawai
tetap (Lampiran 1).
Jumlah
tangkapan
tetap,
25%

Jumlah
tangkapan
> ;35%

Jumlah
tangkapan
< ; 40%

Gambar 2 Persepsi masyarakat terhadap perubahan jumlah ikan hasil tangkapan
Persepsi masyarakat juga memperlihatkan bahwa sebanyak 5% responden,
menyatakan kondisi perairan semakin baik dan 47% menyatakan kondisi perairan
tetap, belum mengalami pencemaran yang cukup signifikan, baik akibat limbah
domestik maupun dari aktivitas pariwisata. Hanya sebanyak 48% responden
menyatakan kondisi perairan semakin buruk (Gambar 3).
Kondisi
perairan
semakin
baik, 5%

Kondisi
perairan
semakin
buruk,
48%

Kondisi
perairan
sama, 47%

Gambar 3 Persepsi masyarakat terhadap kondisi perairan
Secara umum perairan Ciamis juga mengalami degradasi sumber daya alam
yang cukup signifikan terutama pada terumbu karang dan mangrove. Hasil
persepsi responden terhadap kondisi perairan yang ada menyatakan bahwa 8%
responden menyatakan kondisi terumbu karang semakin baik, 62% menyatakan
kondisi terumbu karang semakin jelek dan 30% menyatakan kondisi terumbu
karang tetap. Sedangkan berkaitan dengan luas terumbu karang, 8% responden

9

menyatakan luas terumbu karang bertambah, 54% responden menyatakan luas
terumbu karang berkurang, dan 38% responden menyatakan luas terumbu karang
tetap (Gambar 4).
Persepsi terhadap luasan ekosistem mangrove 10% responden menyatakan
bahwa luas mangrove bertambah, 77% responden menyatakan luas mangrove
berkurang dan 13% responden menyatakan luas ekosistem mangrove tetap.
Mengenai kondisi ekosistem mangrove, 10% menyatakan kondisi ekosistem
mangrove dalam keadaan semakin baik, 81% responden menyatakan kondisi
ekosistem mangrove semakin jelek, dan 9% responden menyatakan kondisi
ekosistem mangrove tetap (Gambar 4).
Terumbu
karang
semakin
baik; 8%

Terumbu
karang
sama;
30%

Terumbu
karang
semakin
buruk;
62%

Kondisi
mangrove
makin
baik ;10%

Kondisi
mangrove
berkurang;
81%

Luas
terumbu
karang >
; 8%

Luas
terumbu
karang < ;
54%

Luas
terumbu
karang
tetap
; 38%

Luas
mangrove
> ; 10%

Kondisi
mangrove
tetap, 9%

Luas
mangrove
tetap ;
13%

Luas
mangrove
< ; 77%

Gambar 4 Evaluasi kondisi terumbu karang dan mangrove di KKP Ciamis
Kondisi ikan yang ada di perairan Ciamis ukurannya semakin kecil, yang
dinyatakan oleh 48% responden yang didominasi oleh nelayan bagan tancap dan
gillnet. Responden yang menyatakan ukuran ikan semakin besar hanya 8% yaitu
nelayan trammel net dan yang menyatakan ukuran ikan tetap 44% yaitu nelayan
pancing rawai tetap, dogol dan pukat pantai (Lampiran 2). Jenis ikan dinyatakan
semakin banyak oleh 9% responden, semakin berkurang oleh 7% responden dan
sisanya 84% responden menyatakan jenis ikan tetap (Gambar 5).

10

Ukuran
hasil
tangkapan
>; 8%

Jenis hasil
tangkapan
; 9%

Ukuran
hasil
tangkapan