Analisis Perilaku Dinamika Struktur Jembatan Box Girder Menerus dengan Variasi Bentang.

ANALISIS PERILAKU DINAMIKA STRUKTUR JEMBATAN
BOX GIRDER MENERUS DENGAN VARIASI BENTANG

DEVIANA MATUDILIFA YUSUF

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perilaku
Dinamika Struktur Jembatan Box Girder Menerus dengan Variasi Bentang adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Deviana Matudilifa Yusuf
NIM F44110008

ii

ABSTRAK
DEVIANA MATUDILIFA YUSUF. Analisis Perilaku Dinamika Struktur
Jembatan Box Girder Menerus dengan Variasi Bentang. Dibimbing oleh
MUHAMMAD FAUZAN.
Jembatan box girder banyak dijumpai pada jembatan bentang panjang.
Struktur atas jembatan bentang panjang perlu dibagi menjadi beberapa kelompok
span untuk mengurangi defleksi. Perhitungan pengaruh gempa pada jembatan
diperlukan karena Indonesia terletak pada zona tektonik yang sangat aktif. Tujuan
penelitian ini yaitu menganalisis besarnya periode getar dan kekakuan jembatan,
menganalisis pengaruh variasi panjang bentang terhadap perilaku dinamika
struktur, serta membandingkan pengaruh penggunaan spektrum respon terhadap

gaya geser dasar. Preliminary design mengacu pada AASHTO 2012 dan SNI T12-2004. Pembebanan yang digunakan yaitu beban mati. Grafik spektrum respon
berdasarkan akselerogram gempa dibuat dengan menggunakan program
SeismoMatch v 1.3. Analisis perilaku dinamika struktur dihitung dengan bantuan
program MIDAS Civil. Jembatan 4 span, 5 span, dan 6 span memiliki nilai
periode getar alami yang sama. Jembatan 6 span memiliki nilai massa dan
kekakuan terbesar dibandingkan jembatan lainnya. Mode getar yang dialami
ketiga jembatan memiliki keseragaman. Pada arah x, jembatan 4 span dan 5 span
memperoleh partisipasi massa >90% pada mode ke-6 sementara jembatan 6 span
pada mode ke-7. Pada arah y, ketiga jembatan memperoleh partisipasi massa
>90% pada mode ke-1. Jembatan 4 span, 5 span, dan 6 span dapat dianalisis
dengan menggunakan metode statik ekuivalen. Grafik spektrum respon
berdasarkan akselerogram gempa lebih sesuai untuk digunakan dalam perhitungan
gaya geser dasar dibandingkan dengan berdasarkan RSNI 2833:2013.
Kata kunci: akselerogram, box girder, dinamika struktur, spektrum respon, variasi
bentang

ABSTRACT
DEVIANA MATUDILIFA YUSUF. Structure Dynamics Analysis of Continuous
Box Girder Bridge with Length Variation. Supervised by MUHAMMAD
FAUZAN.

Box girder bridges are often found on long span bridges. Long span bridge
needs to be divided into several groups of span to reduce deflection. Earthquake
effect needs to be observed because Indonesia is located in a highly active tectonic
zone. The purposes of this study are analyzing period and stiffness value,
analyzing length variation effects on structure dynamics, as well as comparing the
use effect of response spectrum on the base shear. Preliminary design had done
based on AASHTO 2012 and SNI T-12-2004. The used load is dead load.
Response spectrum based on earthquake accelerogram created using
SeismoMatch v 1.3 program. Analysis of the structure dynamics were calculated
with the help of MIDAS Civil program. The 4 span, 5 span, and 6 span bridges
have a same natural period. Mass and stiffness of 6 span bridge has the greatest

value compared to the others. Mode shapes of 4 span, 5 span, and 6 span bridges
are similar. In the x direction, 4 span and 5 span bridges obtaining >90% mass
participation in the 6th mode while 6 span bridge on the 7th mode. In the y
direction, all bridges obtaining >90% mass participation in the 1st mode. Those
bridges can be analyzed using equivalent static method. The use of response
spectrum graphs based on earthquake accelerogram is more suitable for base shear
calculation compared with response spectrum graphs based on RSNI 2833:2013.
Keywords: accelerogram, box girder, length variation, response spectrum,

structure dynamics

iv

ANALISIS PERILAKU DINAMIKA STRUKTUR JEMBATAN
BOX GIRDER MENERUS DENGAN VARIASI BENTAN

DEVIANA MATUDILIFA YUSUF

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


vi

viii

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
mulai dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Mei 2015 ini berjudul Analisis
Perilaku Dinamika Struktur Jembatan Box Girder Menerus dengan Variasi
Bentang.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Bapak Muhammad Fauzan, ST MT selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi, memberikan
banyak ilmu, serta memberikan masukan yang sangat bermanfaat.
2. Dr Ir Nora H. Pandjaitan, DEA serta Dr Ir Meiske Widyarti, MEng selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan bermanfaat dalam penyelesaian
skripsi ini.
3. Staf Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang telah memberikan

informasi terkait akselerogram gempa Padang, 30 September 2009.
4. Orang tua, kakak-kakak, serta keluarga atas dukungan dan doanya.
5. Staf Tata Usaha Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Staf Tata Usaha
Fakultas Teknologi Pertanian atas bantuan administrasi yang diberikan.
6. Teman-teman satu bimbingan Sisca Rizki Utami dan Three Yunarietti Bakara
atas dukungan dan bantuannya dalam penyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
Bogor angkatan 48 (SIL 48) serta sahabat-sahabat lainnya untuk setiap
semangat dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil dan
Lingkungan.

Bogor, Juli 2015
Deviana Matudilifa Yusuf

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

DAFTAR NOTASI

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3


Jembatan Box Girder

3

Standar Pembebanan

4

Sistem Derajat Kebebasan Tunggal

5

Parameter Dinamik

6

Metode Analisis Perilaku Dinamika Struktur

7


METODE

10

Waktu dan Tempat

10

Alat dan Bahan

10

Tahapan Penelitian

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

13


Perencanaan Struktur Jembatan

13

Input Pembebanan

16

Periode Getar Alami

16

Mode Getar dan Partisipasi Massa

19

Gaya Geser Dasar (Base Shear)

21

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

31

x

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berat isi untuk beban mati
Penentuan kelas situs tanah
Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0.2 detik (FPGA/Fa)
Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik (Fv)
Perilaku dinamika struktur
Massa, kekakuan, dan periode getar alami jembatan 4 span, 5 span, dan
6 span
Hasil perhitungan spektrum respon
Partisipasi massa arah x
Partisipasi massa arah y
Perbandingan nilai gaya geser dasar

4
8
9
9
17
17
18
20
21
23

DAFTAR GAMBAR
Jembatan box girder
Modelisasi SDOF
Modelisasi kesetimbangan dinamik SDOF
Tipikal spektrum respon gempa rencana
Diagram alir penelitian
Penampang box girder
Dimensi box girder
Dimensi kolom
Penampang melintang jembatan
Jembatan bentang 160 m (4 span)
Jembatan bentang 200 m (5 span)
Jembatan bentang 240 m (6 span)
Hubungan antara kekakuan (kN/m) dan jumlah span
Spektrum respon gempa rencana
Mode getar jembatan 4 span
Mode getar jembatan 5 span
Mode getar jembatan 6 span
Spektrum respon gempa berdasarkan RSNI 2833:2013 dan
akselerogram gempa Padang
19 Gaya geser dasar jembatan dengan menggunakan spektrum respon
gempa berdasarkan RSNI 2833:2013
20 Gaya geser dasar jembatan dengan menggunakan spektrum respon
gempa berdasarkan akselerogram gempa Padang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

3
5
6
9
12
13
14
15
15
15
15
16
17
18
19
19
20
21
22
22

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Peta Hazard Gempa Indonesia untuk nilai PGA
Peta Hazard Gempa Indonesia untuk nilai RSP 0.2 detik
Peta Hazard Gempa Indonesia untuk nilai RSP 1.0 detik
Diagram alir penentuan grafik spektrum respon gempa rencana
berdasarkan RSNI 2833:2013
6 Diagram alir penentuan grafik spektrum respon gempa berdasarkan
akselerogram gempa Padang 30 September 2009
7 Skema jembatan box girder menerus

25
26
27
28
29
30

DAFTAR NOTASI
A
c
f

g
k
L
m

T
W
wc
ω
y

luas penampang (m2)
koefisien percepatan puncak muka tanah (g)
peredam (N det/m)
koefisien gempa
frekuensi getaran (Hz)
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode
0.2 detik
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode
0 detik
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode
1 detik
percepatan gravitasi (m/det2)
kekakuan (kN/m)
bentang jembatan (m)
massa (kg)
beban dinamis (kN)
percepatan puncak batuan dasar (g)
nilai spektrum permukaan tanah pada periode 0.2 detik (g)
nilai spektrum permukaan tanah pada periode 1 detik (g)
nilai spektrum percepatan untuk periode pendek 0.2 detik di batuan
dasar (g)
nilai spektrum percepatan untuk periode 1.0 detik di batuan dasar (g)
periode getar (det)
gaya geser dasar (kN)
berat sendiri struktur (N)
berat komponen persatuan volume (kN/m3)
frekuensi alami (rad/det)
perpindahan (m)
kecepatan gerakan (m/det)
percepatan gerakan (m/det2)

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk serta peningkatan aktivitas perekonomian yang
terjadi dewasa ini menuntut tersedianya prasarana transportasi yang memadai.
Prasarana transportasi yang baik dapat mendukung proses mobilitas penduduk
serta pergerakan arus barang dan jasa. Untuk itu, berbagai prasarana transportasi
perlu tersedia dengan baik, termasuk di antaranya jembatan.
Jembatan merupakan konstruksi yang menghubungkan rute transportasi
yang terpisah oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur
sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang
tidak sebidang, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu infrastruktur dalam
jaringan transportasi, keberadaan jembatan menjadi hal yang signifikan dalam
mendukung kegiatan pembangunan nasional. Oleh sebab itu, kegiatan
perencanaan, pembangunan, maupun pemeliharaan jembatan perlu dilakukan
secara matang.
Penentuan jenis jembatan merupakan upaya yang penting dalam
perencanaan jembatan. Dewasa ini, jembatan gelagar dengan profil box girder
banyak dijumpai di area perkotaan sebagai jalan layang bebas hambatan (tol).
Jembatan box girder memiliki nilai estetika yang tinggi, ketahanan torsi yang
lebih baik, serta bersifat ekonomis terutama untuk jembatan dengan bentang
panjang. Tetapi, jembatan dengan bentang yang panjang dapat menyebabkan
terjadinya defleksi yang besar. Untuk itu, struktur atas jembatan perlu dibagi ke
dalam beberapa kelompok span yang dihubungkan oleh expansion joints.
Perhitungan beban gempa sebagai aksi lingkungan juga menjadi salah satu
elemen penting dalam perencanaan jembatan karena Indonesia merupakan salah
satu negara yang terletak pada zona tektonik yang sangat aktif. Keberadaan
interaksi antarlempeng di wilayah Indonesia menempatkan Indonesia sebagai
wilayah rawan gempa.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Analisis besarnya periode getar dan kekakuan yang dialami jembatan box
girder menerus.
2. Pengaruh variasi panjang bentang terhadap perilaku dinamika struktur
jembatan box girder menerus.
3. Pengaruh penggunaan spektrum respon gempa berdasarkan RSNI 2833:2013
dan berdasarkan akselerogram gempa terhadap gaya geser dasar.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis besarnya periode getar dan kekakuan yang dialami jembatan box
girder menerus.
2. Menganalisis pengaruh variasi panjang bentang terhadap perilaku dinamika
struktur jembatan box girder menerus.
3. Membandingkan pengaruh penggunaan spektrum respon gempa berdasarkan
RSNI 2833:2013 dan berdasarkan akselerogram gempa terhadap gaya geser
dasar.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah mengaplikasikan ilmu pengetahuan di
bidang Teknik Sipil dan Lingkungan. Selain itu, hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan atau alternatif pemilihan panjang bentang
(variasi span) dalam teknik perencanaan jembatan menerus dengan profil box
girder.

Ruang Lingkup Penelitian
1.
2.

3.
4.
5.

6.
7.

Penelitian dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut:
Struktur jembatan yang ditinjau adalah pier dan box girder.
Perhitungan dan analisis perilaku dinamika struktur dilakukan dengan
menggunakan beban permanen (berat sendiri dan beban mati tambahan)
berdasarkan peraturan Pembebanan untuk Jembatan (SNI T-02-2005)
Pada perhitungan perilaku dinamika struktur, kabel prategang diasumsikan
telah terpasang pada jembatan box girder menerus.
Perencanaan jembatan dilakukan dengan acuan AASHTO 2012, serta
Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004).
Analisis perilaku dinamika struktur dilakukan berdasarkan Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (SNI 2833:2008 dan RSNI
2833:2013) serta Peta Hazard Gempa Indonesia 2010.
Analisis perilaku dinamika struktur pada jembatan box girder menerus
dilakukan dengan bantuan program MIDAS Civil.
Analisis perilaku dinamika struktur dilakukan pada 3 variasi jembatan yaitu
jembatan 4 span (160 m), 5 span (200 m), dan 6 span (240 m). Pengambilan
variasi jembatan dilakukan berdasarkan kategori jembatan beraturan sesuai
dengan ketentuan RSNI 2833:2013. Jembatan 4 span, 5 span, dan 6 span
merupakan variasi yang banyak digunakan pada kegiatan di lapangan.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan Box Girder
Jembatan box girder adalah sebuah jembatan dimana struktur atas jembatan
terdiri dari balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Box
girder biasanya terdiri dari elemen beton pratekan, baja struktural atau komposit
baja, dan beton bertulang (Murjanto 2011). Penggunaan jembatan box girder
mulai banyak dijumpai karena box girder memiliki beberapa kelebihan. Murjanto
(2011) mengemukakan salah satu keuntungan dari jembatan box girder yaitu
memiliki ketahanan torsi yang lebih baik, yang sangat bermanfaat untuk aplikasi
jembatan yang melengkung. Tinggi elemen box girder dapat dibuat konstan
maupun bervariasi. Siallagan dan Tarigan (2013) mengemukakan bahwa jembatan
box girder bersifat lebih ekonomis untuk bentang yang panjang dan besar,
interiornya dapat digunakan untuk penggunaan lain (jalur pipa gas/air) selain
untuk menopang beban luar, dan memiliki nilai estetika yang dapat menambah
keindahan struktur itu sendiri.

Sumber: Veronica (2013)

Gambar 1 Jembatan box girder
Mengacu pada Manual Konstruksi dan Bangunan, Pemeliharaan Jembatan
Box Girder Beton, jembatan ini dilengkapi dengan bagian-bagian seperti kepala
jembatan (abutment), kolom (pier), gelagar kotak (box girder), lock up device,
modular expansion joint, dan mechanical bearing. Abutment merupakan
bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan yang
berfungsi memikul reaksi beban pada ujung jembatan dan sebagai dinding
penahan tanah. Kolom (pier) adalah bagian jembatan yang akan menerima gaya
yang diakibatkan bentang jembatan serta berat box girder itu sendiri. Gelagar
yang digunakan pada jembatan memiliki profil box girder yang penampangnya
dapat berbentuk persegi ataupun trapesium.
Lock up device merupakan bagian dari jembatan yang berfungsi untuk
memberikan hubungan yang kaku (rigid link) antara dek jembatan dengan
abutment atau kolom jembatan. Oleh karena adanya lock up device, akibat dari
beban yang cepat dengan durasi yang pendek seperti gempa dan tabrakan rem
akan disalurkan ke perletakan. Modular expansion joint berfungsi untuk
mengakomodasi pergerakan yang relatif besar. Umumnya, pada jembatan bentang
panjang, pergerakan pada dek jembatan akan selalu terjadi dan harus diakomodasi

4
dengan baik. Tipe perletakan yang umumnya digunakan pada jembatan bentang
panjang adalah perletakan yang mempunyai kemampuan menahan gaya yang
besar seperti point bearing dan spherical bearing (Murjanto 2011).
Jembatan box girder merupakan salah satu jenis jembatan gelagar. Box
girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan. Jenis gelagar ini biasanya
dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental yang kemudian disatukan oleh
sistem prategang post-tensioning (Arubilla dan Krisniawati 2008). Beton
prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan
terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan sistem kesetimbangan pada
tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan
kemampuan beton menahan beban luar (Supriyadi dan Muntohar 2007). Karena
beton cukup kuat dan daktail terhadap tekanan dan sebaliknya lemah serta rapuh
terhadap tarikan, maka kemampuan menahan beban luar dapat ditingkatkan
dengan pemberian pratekanan (Collins dan Mitchel 1953).

Standar Pembebanan
Jenis-jenis beban yang perlu diperhitungkan dalam merancang suatu
jembatan ditentukan berdasarkan SNI T-02-2005 tentang Standar Pembebanan
untuk Jembatan. Analisis perilaku dinamika struktur hanya memperhitungkan
beban mati sebagai masukan. Beban mati terdiri dari berat sendiri dan beban mati
tambahan.
Berat Sendiri
Berat sendiri struktur, merupakan semua beban tetap yang berasal dari berat
bangunan dan elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam
hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural
ditambah dengan elemen nonstruktural yang dianggap tetap. Perhitungan berat
sendiri dapat dilakukan menggunakan Persamaan (1).
a

……………………………………………………………….
Sumber: SNI T-02-2005.

Berat isi untuk berbagai jenis bahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Berat isi untuk beban mati
No

Bahan

Berat/Satuan isi
(kN/m3)

Kerapatan massa
(kg/m3)

26.27

2720

1

Campuran aluminium

2

Lapisan permukaan beraspal

22

2240

3

Besi tuang

71

7200

4

Timbunan tanah dipadatkan

17.2

1760

5

Kerikil dipadatkan

18.8-22.7

1920-2320

6

Aspal beton

7

Beton ringan

8

22

2240

12.25-19.6

1250-2000

Beton

22-25

2240-2560

9

Beton prategang

25-26

2560-2640

10

Beton bertulang

23.5-25.5

2400-2600

(1)

5
No

a

Bahan

Berat/Satuan isi
(kN/m3)

Kerapatan massa
(kg/m3)

11

Timbal

111

11400

12

Lempung lepas

12.5

1280

13

Batu pasang

23.5

2400

14

Neoprin

11.3

1150

15

Pasir kering

15.7-17.2

1600-1760

16

Pasir basah

18-18.8

1840-1920

17

Lumpur lunak

17.2

1760

18

Baja

77

7850

19

Kayu (ringan)

7.8

800

20

Kayu (keras)

11

1120

21

Air murni

9.8

1000

22

Air garam

10

1025

75.5

7860

23 Besi tempa
Sumber: SNI T-02-2005.

Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan. Beban mati tambahan dapat berupa utilitas pada
saat pengerjaan jembatan, berat pelapisan kembali permukaan jembatan, parapet,
trotoar, lampu jembatan, pipa air serta sarana lainnya yang dipikul langsung oleh
jembatan.

Sistem Derajat Kebebasan Tunggal
Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat impedensi yang
diperlukan untuk menyatakan posisi suatu sistem pada setiap saat. Derajat
kebebasan juga dapat diartikan sebagai jumlah koordinat yang diperlukan untuk
menyatakan posisi suatu massa pada saat tertentu. Sistem derajat kebebasan
tunggal atau Single Degree of Freedom (SDOF) hanya akan mempunyai satu
koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu yang
ditinjau. Jembatan adalah salah satu contoh struktur dengan derajat kebebasan
tunggal. Model sistem SDOF terdiri dari massa, kekakuan, dan redaman seperti
terlihat pada Gambar 2.

Sumber: Paz (1993)

Gambar 2 Modelisasi SDOF

6
Pemodelan pada Gambar 2 dapat memperlihatkan gaya-gaya yang
dialami struktur. Massa keseluruhan sistem (m) dari sistem ini dicakup dalam
balok tegar terhadap percepatan gerakan ( ). Tahanan elastik terhadap
perpindahan diberikan oleh pegas tanpa bobot dengan kekakuan (k) terhadap
perpindahan gerakan (y), sedangkan mekanisme kehilangan energi
digambarkan oleh peredam (c) terhadap kecepatan gerakan ( ). Mekanisme
pembebanan luar yang menimbulkan respon dinamik pada sistem dengan
berbentuk beban p(t) yang berubah menurut waktu, dapat dinyatakan sebagai
Persamaan (2).
a

………………………………………………........

(2)

Sumber: Paz (1993).

Sumber: Rifki (2011)

Gambar 3 Modelisasi kesetimbangan dinamik SDOF

Parameter Dinamik
Periode Getar
Periode getar alami struktur merupakan besarnya waktu yang diperlukan
struktur untuk bergetar satu siklus tanpa adanya gaya luar. Periode getar
dinyatakan dalam satuan detik. Nilai periode getar alami struktur menentukan
besarnya faktor respon gempa terhadap struktur. Periode getar alami merupakan
fungsi massa (m) dan kekakuan (k) seperti terlihat pada Persamaan (3).

a





…………………….…………………………........

(3)

Sumber: RSNI 2833:2013.

Resonansi merupakan suatu keadaan pada saat frekuensi gaya luar sama
dengan salah satu frekuensi alami pada struktur yang dapat menyebabkan getaran
yang besar dan berbahaya. Oleh sebab itu, nilai periode getar alami struktur perlu
diketahui untuk menghindari peristiwa resonansi tersebut. Hubungan antara
periode getar dengan frekuensi dapat dinyatakan dengan hubungan seperti pada
Persamaan (4).
………….…………………….………………………….......... (4)
a

Sumber: Rifki (2011).

7
Besarnya periode getar alami struktur akan mempengaruhi nilai faktor
respon gempanya. Faktor respon gempa dalam hal ini ditunjukkan melalui nilai
koefisien gempa. Koefisien gempa (C) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (5), Persamaan (6), dan Persamaan (7).
………………………… untuk T < T0

(5)

………………………… untuk T0 ≤ T ≤ TS

(6)

………………………… untuk T >TS

(7)

dimana
………….…………………….…………………………....

(8)

………….…………………….………………………….... (9)
………….…………………….………………………….... (10)
………….…………………….………………………….... (11)
………….…………………….………………………….... (12)
a

Sumber: RSNI 2833:2013.

Gaya Geser Dasar
Gaya geser dasar nominal statik ekuivalen V yang terjadi di tingkat dasar
dihitung menurut Persamaan (13).
………….…………………….………………………….... (13)
a

Sumber: RSNI 2833:2013.

dimana C adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari spektrum respon
gempa untuk waktu getar alami fundamental, faktor modifikasi respon R, dan W
adalah berat total jembatan.

Metode Analisis Perilaku Dinamika Struktur
Perencanaan jembatan akan ketahanan gempa dapat dilakukan melalui
beragam metode. Secara umum analisis struktur terhadap beban gempa terbagi ke
dalam dua macam metode, yaitu analisis beban statik ekuivalen dan analisis
dinamik. Analisis beban statik ekuivalen adalah suatu cara analisis struktur
dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal
yang diperoleh dengan hanya memperhitungkan respon ragam getar yang pertama.
Analisis dinamik adalah analisis struktur dimana pembagian gaya geser gempa di
seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamis gerakan
tanah terhadap struktur. Salah satu metode analisis dinamis yang dapat digunakan
dalam menghitung ketahanan gempa yaitu analisis ragam spektrum respon.
Pengaruh gerakan tanah pada struktur disajikan melalui spektrum respon.
Mario Paz (1993) dalam bukunya mengemukakan bahwa spektrum respon adalah
plat respon maksimum (perpindahan, kecepatan, percepatan maksimum ataupun

8
besaran yang diinginkan) dari fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan
sistem berderajat kebebasan tunggal. Absis dari spektrum adalah frekuensi natural
(periode) dari sistem dan ordinat adalah respon maksimum. Spektrum respon yang
digunakan dalam perhitungan respon dinamik struktur dapat berupa spektrum
respon gempa rencana (Gambar 4) dan spektrum respon berdasarkan
akselerogram gempa yang sudah berlangsung.
Perencanaan suatu struktur tahan gempa melalui spektrum gempa rencana
perlu mempertimbangkan faktor percepatan puncak (PGA) serta spektrum respon
percepatan di batuan dasar untuk periode pendek 0.2 detik (Ss) dan untuk periode
1.0 detik (S1). Ketiga nilai tersebut dapat diperoleh menggunakan Peta Hazard
Gempa Indonesia 2010. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 dapat dilihat pada
Lampiran 2, Lampiran 3, dan Lampiran 4. Penentuan kelas situs tanah (klasifikasi
site) merupakan tahapan awal dalam perencanaan beban gempa. Kelas situs tanah
dapat ditentukan berdasarkan Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 yang tercantum
pada Tabel 2.
Tabel 2 Penentuan kelas situs tanah
Kelas situs
Vs (m/detik)
SA (batuan keras)
>1500
SB (batuan)
750-1500
SC (tanah keras)
350-750
SD (tanah sedang)
175-350
SE (tanah lunak)
50
15-50
100
50-100
3m tanah dengan karakteristik sebagai
berikut:
1. Indeks plastis PI > 20
2. Kadar air w ≥ 40%
3. Kadar geser niralir Su < 25kPa
SF (tanah khusus) setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu/lebih dari
karakteristik berikut:
1. Rawan dan berpotensi gagal/runtuh akibat beban gempa mudah likuifikasi,
lempung sangat sensitif, tanah tersegmentasi rendah
2. Lempung sangat organik/gambut H > 3m
3. Lempung berplatisitas sangat tinggi H > 7.5m dengan PI > 7.5
4. Lapisan lempung lunak/medium kaku H > 35m dengan Su < 50kPa
Akselerasi spektrum respon puncak dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (10), Persamaan (11), dan Persamaan (12). Nilai Fa dan Fv untuk
berbagai kelas situs disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

9
Tabel 3 Faktor amplifikasi untuk PGA dan 0.2 detik (FPGA/Fa)
PGA ≤ 0.1
Ss ≤ 0.25
0.8
1.0
1.2
1.6
2.5

Kelas situs

PGA = 0.2
Ss = 0. 5
0.8
1.0
1.2
1.4
1.7

PGA = 0.3
Ss = 0.75
0.8
1.0
1.1
1.2
1.2
SS

PGA = 0.4
Ss = 1.0
0.8
1.0
1.0
1.1
0.9

PGA > 0.5
Ss ≥ 1.25
0.8
1.0
1.0
1.0
0.9

SA (batuan keras)
SB (batuan)
SC (tanah keras)
SD (tanah sedang)
SE (tanah lunak)
SF (tanah khusus)
a
Sumber: RSNI 2833:2013.
b
PGA: percepatan puncak batuan dasar.
c
SS: nilai spektrum percepatan untuk periode pendek 0.2 detik di batuan dasar.
d
SS: lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respons dinamik spesifik.

Tabel 4 Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik (Fv)
Kelas situs
S1 ≤ 0.1
S1 = 0. 2
S1 = 0.3
S1 = 0.4
S1 ≥ 0. 5
SA (batuan keras)
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
SB (batuan)
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
SC (tanah keras)
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
SD (tanah sedang)
2.4
2.0
1.8
1.6
1.5
SE (tanah lunak)
3.5
3.2
2.8
2.4
2.4
SF (tanah khusus)
SS
a
Sumber: RSNI 2833:2013.
b
S1: nilai spektrum percepatan untuk periode 1.0 detik di batuan dasar.
c
SS: lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respons dinamik spesifik.

Pembuatan spektrum respon gempa dihitung melalui Persamaan (5), Persamaan
(6), dan Persamaan (7) sehingga diperoleh Gambar 4.

Sumber: RSNI 2833:2013

Gambar 4 Tipikal spektrum respon gempa rencana
Akselerogram gempa sebagai gerakan tanah masukan dimodifikasi
berdasarkan wilayah frekuensi (frequency zone) sehingga sesuai dengan akselerasi
standar spektrum respon gempa rencana. Gempa tipikal harus dipilih berdasarkan

10
kondisi tanah dan topografi yang serupa dengan lokasi jembatan, sehingga dapat
dilakukan modifikasi amplitudo.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian “Analisis Perilaku Dinamika Struktur Jembatan Box Girder
Menerus dengan Variasi Bentang” dilaksanakan selama enam bulan, dari bulan
Februari – Juli 2015. Penelitian dilakukan di laboratorium komputer Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan.

Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Laptop
2. Program MIDAS Civil
3. Program AutoCAD 2010
4. Program SeismoMatch v 1.3
5. Program Ms.Office 2013
6. Akselerogram gempa Padang 30 September 2009
7. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
a. SNI T-02-2005 tentang Standar Pembebanan Struktur Jembatan
b. SNI T-12-2004 tentang Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
c. SNI-1726-2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung
d. SNI 2833:2008 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Jembatan
e. RSNI 2833:2013 tentang Standar Perancangan Jembatan terhadap Beban
Gempa
f. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
g. AASHTO (The American Association of State Highway and Transportation
Official) 2012

Tahapan Penelitian
Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 5. Penelitian ini dilakukan
melalui beberapa tahapan, antara lain:
1. Studi literatur dan pengumpulan data
Pengumpulan berbagai literatur termasuk buku, jurnal, karya tulis, beserta data
berupa peraturan-peraturan terkait perencanaan jembatan dan akselerogram
gempa Padang 30 September 2009.
2. Desain awal (Preliminary design)
Dimensi penampang jembatan baik box girder maupun pier ditentukan dengan
mengacu pada AASHTO 2012 dan SNI T-12-2004.

11
3. Pemodelan jembatan
Pemodelan jembatan dilakukan dengan bantuan program MIDAS Civil.
Jembatan yang dimodelkan memiliki 3 variasi berbeda yaitu jembatan box
girder menerus 4 span, 5 span, dan 6 span yang masing-masing memiliki
bentang 160 m, 200 m, dan 240 m.
4. Pembebanan pada model jembatan
Beban yang diperhitungkan dalam analisis yaitu beban mati mencakup berat
sendiri dan beban mati tambahan. Setelah diperhitungkan nilainya, besaran
beban mati diinput ke dalam program MIDAS Civil
5. Pembuatan grafik spektrum respon gempa rencana
Pembuatan grafik spektrum respon gempa rencana dilakukan berdasarkan
RSNI 2833:2013 lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
6. Pembuatan grafik spektrum respon berdasarkan akselerogram gempa
Akselerogram gempa sebagai gerakan tanah masukan dimodifikasi berdasarkan
wilayah frekuensi (frequency zone) sehingga sesuai dengan akselerasi standar
spektrum respon gempa rencana. Gempa tipikal harus dipilih berdasarkan
kondisi tanah dan topografi yang serupa dengan lokasi jembatan, sehingga
dapat dilakukan modifikasi amplitudo. Tahap ini dilakukan dengan bantuan
program SeismoMatch v 1.3. Rekaman gempa (akselerogram) Padang 30
September 2009 digunakan sebagai gempa masukan karena daerah Padang
memiliki parameter gempa (PGA, SS, S1) yang besar dan bersesuaian dengan
asumsi yang dibuat. Informasi akselerogram gempa Padang, 30 September
2009 diperoleh dari BMKG. Pembuatan grafik spektrum respon berdasarkan
akselerogram gempa dapat dilihat pada Lampiran 5.
7. Analisis perilaku dinamika struktur
Periode getar dan kekakuan struktur dianalisis. Pengaruh variasi panjang
bentang dilihat pada mode getar dan partisipasi massanya. Metode analisis
spektrum respon gempa rencana berdasarkan RSNI 2833:2013 dan spektrum
respon berdasarkan akselerogram gempa dilihat pengaruhnya terhadap gaya
geser dasar yang dialami jembatan box girder menerus.
Tahapan penelitian selengkapnya dijelaskan dengan diagram alir pada Gambar 5.
Tahapan-tahapan tersebut dilakukan pada penelitian dengan bantuan beberapa
asumsi yang telah dibuat, di antaranya:
1. Kategori jembatan adalah sangat penting.
2. Jembatan memiliki umur rencana 75 tahun dengan periode ulang gempa 1000
tahun.
3. Tipe jembatan adalah frame bridge monolite structure.
4. Jembatan dimodelkan dengan 3 variasi bentang mencakup 160 m, 200 m, dan
240 m yang masing-masing memiliki 4 span, 5 span, dan 6 span.
5. Struktur atas jembatan menggunakan box girder.
6. Struktur bawah jembatan menggunakan kolom “I”.
7. Material box girder menggunakan beton mutu K600, fc’ 50 MPa.
8. Material kolom menggunakan beton mutu K350, fc’ 30 MPa.
9. Lebar jembatan 10 m, lebar lajur aktif 7 m.
10. Masing-masing bentang memiliki bentang seragam yaitu 40 m.
11. Tendon longitudinal telah terpasang pada jembatan.
12. Jembatan dibangun pada jenis tanah lunak.

12
13. Parameter gempa yang dipakai yaitu PGA sebesar 1.0g, SS sebesar 2.0g, dan
S1 sebesar 1.0g.

Gambar 5 Diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Struktur Jembatan
Preliminary design jembatan box girder menerus dilakukan berdasarkan
AASHTO 2012 dan SNI T-12-2004. Keputusan tambahan terkait dimensi
jembatan box girder menerus mengacu pada beberapa referensi studi kasus di
lapangan. Perhitungan dimensi box girder dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Ketebalan top flange
Jarak antarweb, = 4785.44 mm
Ketebalan top flange minimum =
=
= 159.51 mm
Ketebalan top flange = 250 mm (OK) (a)
Ketebalan top flange minimum pada zona angkur = 228.6 mm
Ketebalan top flange = 450 mm (OK) (b)
2. Ketebalan bottom flange
Jarak antarweb, = 4021.01 mm
Ketebalan bottom flange minimum =
=
= 134.03 mm
Ketebalan bottom flange = 250 mm (OK) (c)
Ketebalan bottom flange minimum pada zona angkur = 228.6 mm
Ketebalan bottom flange = 450 mm (OK) (d)
3. Ketebalan web
Ketebalan web minimum
= 304 mm (12.0 in)
Ketebelan web = 400 mm (OK) (e)
4. Kedalaman box girder
Kedalaman box girder optimum
Panjang bentang, L = 40 m
Kedalaman box girder
= 2.2 m (f)

(b)

(a)

(f)
(c)
(d)
(e)

Gambar 6 Penampang box girder

14

Gambar 7 Dimensi box girder
Spesifikasi material box girder meliputi:
1. Kuat tekan beton (fc’)
: 50 MPa
2. Modulus elastisitas
: 3.3167 x 107 kN/m2
3. Poisson’s Ratio
: 0.2
4. Koefisien muai suhu
: 1.10-5/oC
5. Berat spesifik
: 25 kN/m3
Perhitungan dimensi kolom (pier) yang digunakan dapat dilihat pada uraian
berikut.
1. Luas penampang kolom minimum (Ag minimum)
Ag minimum =
Ag minimum =

= 3.92 m2

Sehingga diambil dimensi kolom sebesar 2 m x 2 m. Spesifikasi material yang
digunakan untuk kolom meliputi:
1. Kuat tekan beton (fc’)
: 30 MPa
2. Modulus elastisitas
: 2.5332 x 107 kN/m2
3. Poisson’s Ratio
: 0.2
4. Koefisien muai suhu
: 1.10-5/oC
5. Berat spesifik
: 25 kN/m3

15

Gambar 8 Dimensi kolom

Gambar 9 Penampang melintang jembatan
Tendon longitudinal jembatan dipasang pada struktur jembatan. Spesifikasi
material tendon yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. d tendon : 12.7 mm dan 15.2 mm
2. Ast
: 0.0000987 m2 dan 0.000014 m2
3. fu
: 1860000 kN/m2
4. P
: 110.4 kN
5. σtizin
: 3000 kN/m2
Pemodelan jembatan pada program MIDAS Civil dapat dilihat pada Gambar
10, Gambar 11, dan Gambar 12. Skema jembatan box girder menerus dapat dilihat
pada Lampiran 6.

Gambar 10 Jembatan bentang 160 m (4 span)

Gambar 11 Jembatan bentang 200 m (5 span)

16

Gambar 12 Jembatan bentang 240 m (6 span)
Input Pembebanan
Perilaku dinamika struktur jembatan box girder menerus 4 span, 5 span, dan
6 span dianalisis melalui program MIDAS Civil. Pembebanan yang
diperhitungkan untuk memperoleh nilai dinamika struktur jembatan meliputi berat
sendiri dan beban mati tambahan sebagaimana dijabarkan pada contoh
perhitungan berikut.
1. Berat sendiri
a. Box girder
Ag
= 13.31 m2 – 7.14 m2
Ag
= 6.17 m2
Berat box girder
= Ag x Wc x panjang bentang
Berat box girder
= 6.17 m2 x 25 kN/m3 x 152 m = 23446 kN
b. Pier head
Ag
= 13.31 m2
Berat pier head
= Ag x Wc x panjang bentang
Berat pier head
= 13.31 m2 x 25 kN/m3 x 8 m = 2662 kN
c. Pier
Ag
= 4 m2
Berat pier
= Ag x Wc x panjang bentang x jumlah pier
Berat pier
= 4 m2 x 25 kN/m3 x 7.8 m x 3 = 2340 kN
Berat sendiri
= 23446 kN + 2662 kN + 2340 kN = 28448 kN
2. Beban mati tambahan
a. Aspal
Berat aspal
= Wc x tebal aspal x lebar jalan
Berat aspal
= 22 kN/m3 x 0.05 m x 10 m = 11 kN/m
b. Railing
Berat railing
= Ag x Wc
Berat railing
= 0.375 m2 x 24 kN/m3 = 9 kN/m

Periode Getar Alami
Perilaku dinamika struktur jembatan box girder menerus 4 span, 5 span, dan
6 span dianalisis melalui program MIDAS Civil. Perilaku dinamika struktur
masing-masing model jembatan dapat dilihat pada Tabel 5.

17
Tabel 5 Perilaku dinamika struktur
Mode
1
2
3
4
5
6
7

4 span
0.22
0.15
0.14
0.12
0.11
0.09
0.09

Periode (det)
5 span 6 span
0.22
0.22
0.17
0.19
0.13
0.14
0.12
0.13
0.12
0.12
0.10
0.11
0.10
0.10

4 span
28.83
41.74
45.77
52.65
58.87
67.47
70.39

Frekuensi (rad/det)
5 span
6 span
28.86
28.87
35.98
33.30
47.59
45.25
51.40
48.41
53.98
51.77
60.56
58.91
62.55
62.48

Salah satu perilaku dinamis yang ditunjukkan oleh struktur yaitu berupa nilai
periode getar alami. Periode getar alami adalah waktu yang dibutuhkan struktur
untuk bergetar satu kali bolak-balik tanpa adanya gaya luar. Periode getar alami
adalah periode getar struktur untuk mode pertama. Mode merupakan ragam/pola
goyangan struktur saat menerima beban dinamik. Mode pertama biasanya telah
cukup mewakili dari keseluruhan mode yang terjadi pada struktur akibat suatu
beban dinamik (Wijaya dan Teruan 2013).
Ketiga jenis jembatan menunjukkan nilai periode getar alami yang sama.
Frekuensi pada mode getar pertama yang dialami ketiga jenis jembatan pun tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Periode getar alami merupakan fungsi
dari massa dan kekakuan seperti pada Persamaan (3). Besarnya massa, kekakuan,
dan periode getar alami masing-masing jembatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Massa, kekakuan, dan periode getar alami jembatan 4 span, 5 span, dan 6
span
Jenis jembatan
Jembatan 4 span
Jembatan 5 span
Jembatan 6 span

Massa (ton)
2899.90
3644.75
4389.60

Kekakuan (kN/m)
2555876.19
3407834.92
4259793.65

Periode getar alami (det)
0.22
0.22
0.22

Kekakuan (kN/m)

Walaupun memiliki periode getar alami yang sama, nilai massa dan
kekakuan ketiga jenis jembatan menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Kekakuan struktur adalah gaya yang diperlukan oleh struktur untuk mengalami
deformasi sebesar satu satuan. Jembatan 6 span merupakan struktur yang paling
kaku di antara dua jembatan lainnya, maka dibutuhkan gaya yang lebih besar
untuk dapat berdeformasi.
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
0

1

2

3
4
Jumlah span

5

6

7

Gambar 13 Hubungan antara kekakuan (kN/m) dan jumlah span

18
Periode getar alami sebagai salah satu sifat dinamis struktur tidak hanya
menunjukkan kekakuan pada struktur, parameter ini juga mempengaruhi faktor
respon beban gempa terhadap sistem struktur (koefisien gempa). Kurva hubungan
keduanya ditampilkan dalam spektrum respon gempa rencana seperti terlihat pada
Gambar 13. Parameter gempa yang dipakai yaitu PGA sebesar 1.0g, SS sebesar
2.0g, dan S1 sebesar 1.0g sehingga faktor amplifikasi yang digunakan yaitu FPGA
sebesar 0.9, Fa sebesar 0.9, dan Fv sebesar 2.4. Spektral akselerasi hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7. Langkah pembuatan grafik spektrum
respon gempa rencana berdasarkan RSNI 2833:2013 dapat dilihat pada Lampiran
4.
Akselerasi, Csm(g)

2,000
1,500
1,000
0,500
0,000
0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500
Periode, T(det)

Gambar 14 Spektrum respon gempa rencana
Tabel 7 Hasil perhitungan spektrum respon
Periode (det)

Spektral Akselerasi (g)

0.000

0.900

0.267

1.800

1.300

1.800

1.400

1.714

1.500

1.600

1.600

1.500

1.700

1.412

1.800

1.333

1.900

1.263

2.000

1.200

2.100

1.143

2.200

1.091

2.300

1.043

2.400

1.000

2.500

0.960

2.600

0.923

2.700

0.889

2.800

0.857

2.900

0.828

3.000

0.800

19

Grafik desain spektrum respon gempa rencana memiliki tiga zona yang
berbeda meliputi zona peralihan (T90% pada mode ke-6 sementara jembatan 6 span
memperoleh partisipasi massa >90% pada mode ke-7. Untuk beban gempa
transversal (arah y), jembatan 4 span, 5 span, dan 6 span memperoleh
partisipasi massa >90% pada mode ke-1. Berdasarkan nilai partisipasi
massanya, jembatan 4 span, 5 span, dan 6 span dapat dianalisis dengan
menggunakan metode statik ekuivalen.
3. Penggunaan grafik spektrum respon berdasarkan akselerogram gempa lebih
sesuai untuk digunakan dalam perhitungan gaya geser dasar jembatan karena
menggambarkan kondisi aktual lokasi, dibandingkan dengan berdasarkan RSNI
2833:2013.

24
Saran
Pemahaman mengenai program MIDAS Civil perlu dilakukan lebih lanjut,
salah satunya melalui kajian dokumen manual maupun verifikasi pada program
MIDAS Civil. Penggunaan program lainnya beserta perhitungan manual perlu
dilakukan dalam memverifikasi pembuatan spektrum respon berdasarkan
akselerogram gempa.

DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway and Transportation Officials. 2004.
LRFD Bridge Design Specifications, SI Units, Third Edition. Washington DC
(US): AASHTO
Arubilla, A.M. dan Krisniawati, N. 2008. Perencanaan Jembatan Layang
Perlintasan Kereta Api Kaligawe dengan U Girder. [skripsi]. Semarang (ID):
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
[BPPDPU] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
2002. SNI-1726-2002. Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
[BPPDPU] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
2004. Standar Nasional Indonesia (SNI) T-12-2004. Perencanaan struktur
beton untuk jembatan. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
[BPPDPU] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) T-02-2005. Standar pembebanan
untuk jembatan. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 2833:2008. Standar perencanaan
ketahanan gempa untuk jembatan. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Barker, R. M. and Puckett, J. A. 2007. Design of Highway Engineering: An LRFD
Approach. New York (US): John Wiley and Sons Inc.
Collins, M.P. and Mitchel, D. 1953. Prestressed Concrete Structure. New Jersey
(US): Prentice Hall
Murjanto, D. 2011. Manual Konstruksi dan Bangunan, Pemeliharaan Jembatan
Box Girder Beton. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Bina Marga.
Rifki, M. 2011. Analisis Periode Getar dan Redaman Struktur Jembatan Teksas
Berdasarkan Data Pengukuran Vibrasi. [skripsi]. Depok (ID): Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Paz, M. 1993. Dinamika Struktur, Teori dan Perhitungan. Jakarta (ID): Erlangga.
Siallagan, R.D. dan Tarigan, J. 2013. Desain Jembatan dengan Menggunakan
Profil Single Twin Cellular Box Girder Prestress. [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Supriyadi, B. dan Muntohar, A.S. 2007. Jembatan. Yogyakarta (ID): Beta Offset.
Veronica, S. 2013. Analisis dan Desain Jembatan Frame, Kolom “V” Box Girder
dengan Mempertimbangkan Beban Gempa. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

25
Lampiran 1 Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 untuk nilai PGA

26
Lampiran 2 Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 untuk nilai RSP 0.2 detik

27
Lampiran 3 Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 untuk nilai RSP 1.0 detik

Lampiran 4 Diagram alir penentuan grafik spektrum respon gempa rencana
berdasarkan RSNI 2833:2013

29
Lampiran 5 Diagram alir penentuan grafik spektrum respon gempa berdasarkan
akselerogram gempa Padang 30 September 2009

Lampiran 6 Skema jembatan box girder menerus
m

m

m

m

a

d

b

c
e

Keterangan:
a
: expansion joint
b
: bearing (tumpuan)
c
: box