Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

ANALISIS NILAI TAMBAH TOMAT RASA KURMA PADA
TORAKUR BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG, JAWA
TENGAH

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah
Tomat Rasa Kurma pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Bintang Andherta Muhamad
NRP H34100104

ABSTRAK
BINTANG ANDHERTA MUHAMAD. Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa
Kurma Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dibimbing
oleh ANNA FARIYANTI.
Torakur merupakan manisan tomat memiliki rasa seperti kurma sehingga
termasuk dalam produk turunan pertanian yang bernilai tambah.Penelitian ini
menganalisis nilai tambah beserta uraian rantai nilai dari Torakur Bandungan
yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian adalah
untuk menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sistem rantai
dari Torakur Bandungan serta menganalisis besarnya nilai tambah dan
pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang
dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat menjadi torakur. Penelitian ini
menggunakan alat analisis dari Porter untuk rantai nilai dan metode Hayami untuk
alat analisis nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha memiliki

berbagai aktivitas utama maupun aktivitas pendukung dan nilai tambah yang
dihasilkan oleh torakur relatif besar.
Kata kunci: Nilai Tambah, Rantai Nilai, Tomat Rasa Kurma

ABSTRACT
BINTANG ANDHERTA MUHAMAD Added Value Analysis of Torakur Candy
On Torakur Bandungan, Semarang District, Central Java. Supervised by ANNA
FARIYANTI
Torakur are tomato candy that have flavor like date fruit.that belong to one
of agricultural derivative product. The research study analyzes the value-added
along with value chain descriptions of Torakur Bandungan in the Semarang
district, Central Java. The objection of research study are to outline the major
activities and support activities in the system chain of Torakur Bandungan and
analyze the value-added and distribution of added value to the owners of the
production factors that generated through the processing of tomatoes into torakur
effort. This research study using Porter's analysis for the value chain and Hayami
method for value-added analysis tools. The results showed that businesses have
major activities and support activities and the added value produced by torakur are
relatively high.
Keyword: Added Value, Tomat Rasa Kurma, Value Chain


ANALISIS NILAI TAMBAH TOMAT RASA KURMA PADA
TORAKUR BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG, JAWA
TENGAH

BINTANG ANDHERTA MUHAMAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma pada Torakur

Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Nama
: Bintang Andherta Muhamad
NIM
: H34100104

Disetujui oleh

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan November 2014 ini adalah
analisis nilai tambah, dengan judul Analisis Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma
Pada Torakur Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku
dosen pembimbing skripsi; Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama
dan Anita Primaswari Widhiani, SP, M.Si sebagai penguji komisi pendidikan atas
segala masukan, perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh civitas Departemen Agribisnis
dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Sri Ngestiwati dan Pak Hadiarso atas informasi yang telah
diberikan terkait penelitian penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga atas segala kesabaran, doa dan
kasih sayang sehingga skripsi dapat selesai. Terakhir penulis sampaikan salam
semangat kepada teman-teman seperjuangan di Agribisnis IPB Angkatan 47.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua elemen yang ada di dunia
pendidikan dan riset yang ada di Indonesia..

Bogor, Juni 2015
Bintang Andherta Muhamad


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Tomat
Rantai Nilai
Nilai Tambah
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Rantai Nilai
Konsep Nilai Tambah
Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Rantai Nilai
Analisis Nilai Tambah
GAMBARAN UMUM UNIT USAHA
Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha
Lokasi Perusahaan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sarana dan Prasarana Produksi
Penyediaan Bahan Baku
Mesin dan Peralatan
Proses Produksi Tomat Rasa Kurma
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rantai Nilai Korporasi
Aktivitas Utama
Logistik Ke Dalam
Operasi

Logistik Ke Luar
Pemasaran dan Penjualan
Pelayanan
Aktivitas Pendukung
Infrastruktur
Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengembangan Teknologi

vi
vi
vi
1
1
4
6
6
6
7
7
7

8
9
9
9
11
13
15
15
16
16
16
16
17
19
19
20
20
21
21
21

22
22
22
22
23
23
24
25
26
27
27
27
28

Pembelian
Analisis Nilai Tambah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

28
29
34
34
34
35
36
41

DAFTAR TABEL
1. Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar (UB) terhadap

PDBNasional tahun 2010-2011 Menurut Harga Berlaku
2. Produksi Tomat di Indonesia Tahun 2009 - 2013 (dalam ton)

3. Produksi Tomat di 5 Besar Provinsi Produsen Tomat di Indonesia
Tahun 2009 – 2013 (dalam ton)
4. Perkembangan Produksi Tomat Rasa Kurma Pada Torakur
Bandungan Tahun 2008-2014
5. Cara Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Berdasarkan
Metode Hayami
6. Perhitungan Nilai Tambah Tomat Rasa Kurma Tahun 2014
7. Sumbangan Input Lain Per Kilogram Tomat Rasa Kurma

1
2
3
5
17
30
31

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Rantai Nilai
2. Kerangka Pemikiran Operasional

3. Distribusi Nilai Tambah Pengolahan Tomat Rasa Kurma
Terhadap Imbalan Tenaga Kerja dan Keuntungan Perusahaan
4. Besarnya Distribusi Marjin Tomat rasa Kurma Terhadap Imbalan
Tenaga Kerja, Sumbangan Input Lain, dan Keuntungan

10
13
31
32

DAFTAR LAMPIRAN
1. Produksi Tomat di Indonesia Menurut Provinsi, 2009 – 2013a

2. Perhitungan Hari Orang Kerja
3. Perhitungan Sumbangan Input Lain

36
37
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling
banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5
miliar.1
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu
sektor yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia. Menurut Statistik Depkop tahun 2011, kontribusi UMKM
terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp 3 466,4 triliun
atau 57,12 persen meningkat menjadi Rp 4 303,6 triliun atau 57,94 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terus meningkat terhadap kinerja
perekonomian. Kontribusi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala
usaha tahun 2010-2011 atas harga dasar berlaku dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar (UB) terhadap PDB
Nasional tahun 2010-2011 Menurut Harga Berlaku (dalam triliun)
No.

1.

Skala Usaha

Tahun 2010
Nilai
Pangsa
(Rp)
(%)
3 466,4
57,12

Tahun 2011
Nilai
Pangsa
(Rp)
(%)
4 303,6
57,94

Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM)
Usaha Mikro
2 051,9
33,81 2 579,4
Usaha Kecil
597,8
9,85
722,0
Usaha Menengah
816,7
13,46 1 002,2
2 602,4
42,88 3 123,5
2.
Usaha Besar
Total (1+2)
6 068,8
100 7 427.1
Sumber : Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011)

34,73
9,72
13,49
42,06
100

Kenaikan
Nilai
Pangs
(Rp)
a (%)
837,2 24,15
527,5
124,2
185,5
521,1
1 358,3

25,71
20,78
22,71
20,02
22,38

Agroindustri merupakan kegiatan yang meningkatkan nilai tambah,
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan,
meningkatkan daya simpan dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen
(Hicks 1995). Pembangunan agroindustri di Indonesia merupakan salah satu
agenda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pengembangan UMKM diharapkan
dapat menyerap kesempatan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan bagi
pelaku UMKM.

1

[DEPKOP]. Departemen Koperasi. 2013. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2010 2011.
[Internet]. [diunduh 2014 Feb 15]. Tersedia pada : http//:www.depkop.go.id//. Jakarta (ID) :
Departemen Koperasi.

2
Pengertian Agroindustri menurut Soekartawi (2005) adalah industri yang
berbahan baku utama dari produk pertanian. Konteks pada pengertian agroindustri
adalah berupa penekanan pada manajemen pemrosesan makanan dalam suatu
perusahaan produk olahan yang bahan baku utama berupa produk pertanian. Salah
satu peran agroindustri dalam perekonomian nasional suatu negara adalah mampu
menciptakan industri yang baru atau yang bersifat kreatif. Keadaan krisis atau
kendala yang sering dihadapi di suatu daerah dapat menjadi jalan menuju
terciptanya produk agroindustri. Melalui ide dan usaha seseorang dapat
mengkonversi masalah menjadi peluang bisnis produk hasil turunan pertanian
yang berdaya saing, bahkan dapat menjadi salah satu ikon daerah. Sebagai bagian
dari agroindustri, industri kecil merupakan salah satu bagian yang sangat berperan
penting.
Tingkat konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih jauh dari
angka ideal yang ditetapkan badan pangan dunia (FAO). FAO mensyaratkan
konsumsi buah dan sayur idealnya 65,75 kilogram per kapita per tahun. Orang
Indonesia baru 40 kilogram per kapita per tahun sehingga tingkat konsumsi sayur
di Indonesia masih di bawah standar yang ditetapkan oleh FAO2
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah
tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan,
dari Meksiko sampai Peru. Secara umum tomat dikenal berdasarkan dari manfaat
untuk dimasak atau orang-orang lebih mengenalnya sebagai tomat sayur, dan juga
jenis-jenis lain yaitu tomat buah dan tomat lalapan. Produksi tomat di Indonesia
dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa produksi tomat di Indonesia
berfluktuasi karena mengalami naik dan turun dalam hal produksi. Diawali dari
produksi tomat pada tahun 2009 sebesar 853 061 ton dan pada tahun 2010 naik
sebesar 38 555 ton atau 4,52 persen menjadi 891 616 ton. Pada tahun 2011
produksi tomat meningkat lagi sebesar 7,00 persen menjadi 954 046 ton. Tahun
2012 menurun sebesar 6,35 persen menjadi 893.463 ton dan pada tahun 2013
produksi tomat mengalami kenaikan sebesar 11,16 persen menjadi 992 780 ton.
Selama lima tahun terakhir perkembangan produksi tomat di Indonesia naik
sebesar 3,23 persen. Produksi Tomat di Indonesia pada tahun 2009-2013 dapat
Tabel 2 Produksi Tomat di Indonesia Tahun 2009 – 2013 (dalam ton)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Produksi (ton)
853 061
891 616
954 046
893.463
992 780

Kenaikan (%)
-4,52
7,00
-6,53
11,16

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013)

dilihat pada Tabel 2.
Tomat bisa juga dijadikan sebagai cemilan segar yaitu dengan
mengolahnya menjadi manisan sehingga dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang
2

Lukihardiyati, Ari. 2014. Konsumsi Buah dan Sayur Masyarakat Masih Rendah [Internet]
tersedia pada http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/14/06/15/n772fe-konsumsibuah-dan-sayur-masyarakat-masih-rendah

3
tidak begitu suka mengkonsumsi buah tomat secara langsung. Selain itu
pengolahan tomat menjadi manisan dapat meningkatkan nilai tambah dari tomat
tersebut. Sebagai salah satu jenis buah sudah pasti tomat yang sudah diolah juga
memiliki banyak manfaat diantaranya dapat mengatasi gusi berdarah dan
sariawan, sembelit, melawan stroke dan penyakit jantung, mencegah kanker,
memulihkan fungsi lever, dan sebagai sumber antioksidan alami.3
Tren fluktuasi pada produksi tomat juga terjadi di tingkat provinsi yang
ada di Indonesia. Berdasarkan data produksi tomat yang dirilis oleh Badan Pusat
Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, terdapat lima provinsi yang
memiliki produksi tomat tertinggi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 2009 - 2013, tingkat
produksi di dua provinsi sentra produksi yang berada di wilayah Sumatera, yaitu
Sumatera Utara dan Sumatra Barat terus naik, sedangkan provinsi sentra produksi
yang berada di wilayah Jawa mengalami tren serupa dengan yang dialami oleh
Indonesia. Hal demikian terjadi karena produksi tomat terbanyak lebih didominasi
oleh provinsi yang ada di wilayah Jawa. Mengenai penjalasan yang lebih detail
dapat dilihat di Tabel 3. Untuk data lengkap mengenai produksi tomat di semua
provinsi di Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 3 Produksi Tomat di 5 Besar Provinsi Produsen Tomat di Indonesia Tahun
2009 – 2013 (dalam ton)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013 a

Sumatera
Utara
90 147
84 353
93 386
112 390
114 168

Provinsi
Sumatera Jawa Barat
Barat
33 842
309 653
49 712
304 774
58 078
354 832
65 313
294 009
78 187
349 653

Jawa
Tengah
61 303
76 462
73 009
65 170
66 873

Jawa
Timur
56 626
56 342
67 646
62 018
63 390

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013);
a
Status angka : angka sementara

Pada tahun 2013 meski masih diasumsikan sebagai angka produksi
sementara di tiap provinsi sentra produksi tomat terjadi kenaikan hasil produksi
pada komoditas tomat. Agar produk tomat yang melimpah tidak cepat busuk,
maka upaya untuk membuat produk turunan tomat yang lebih tahan lama dan
bernilai tambah dapat diupayakan sehingga harga tomat yang semula turun karena
efek surplus produksi dapat naik kembali. Di wilayah Jawa Tengah jumlah
produksi tomat juga mengalami kenaikan. Jawa Tengah memiliki beberapa daerah
sentra penanaman tomat. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian
Pertanian sentra pertanian di Jawa Tengah terdapat di banyak wilayah, yaitu
Magelang, Temanggung, Wonosobo, Blora, Semarang, Boyolali, Rembang, dan

3

Zulvia, Viona. 2011. Manisan Tomat [Internet] [diunduh 2015 Feb 05] tersedia pada
http://riau.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/component/content/article/88-info-teknologi/535manisan-tomat

4
Tegal 4 . Daerah sentra produksi tomat sering mengalami permasalahan berupa
surplus produksi pada saat terjadi panen raya sehingga mengakibatkan harga
tomat menjadi turun.
Salah satu sentra produksi tomat yang menghadapi permasalahan
mengenai surplus produksi pada saat panen raya adalah daerah Kabupaten
Semarang. Daerah yang menghasilkan 115 144 kuintal tomat dari total produksi di
Jawa Tengah yang sebesar 651 698 kuintal. Wilayah Kabupaten Semarang secara
persentase berkontribusi sebanyak 17 persen pada produksi tomat di Jawa Tengah
dan hanya dapat diungguli oleh Kabupaten Magelang yang menyumbang sebesar
136 757 kuintal atau sebesar 20 persen. Kabupaten Semarang, khususnya di
wilayah Kecamatan Bandungan, memiliki cara untuk menanggulangi surplus
produksi tomat yang terjadi pada saat panen raya. Cara yang dilaksanakan di
daerah Bandungan adalah dengan cara membuat harga tomat yang semula rendah
menjadi bertambah akibat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah
dengan cara diolah menjadi manisan tomat yang biasa disebut dengan tomat rasa
kurma (Torakur). Harga tomat dapat naik kembali dan juga menjadi lebih awet
akibat proses pengolahan serta pengepakan yang juga berpengaruh pada kondisi
tomat. Selain itu, dalam proses pengolahan tomat menjadi tomat rasa kurma
melalui aktivitas-aktivitas yang membentuk rantai nilai dan perlu diuraikan agar
dapat diketahui lebih dalam proses pembentukan rantai nilainya. Maka dari itu,
penelitian mengenai analisis nilai tambah pada usaha tomat rasa kurma sebagai
produk turunan dari tomat penting untuk diteliti.

Perumusan Masalah
Torakur Bandungan merupakan usaha kecil yang memproduksi oleh-oleh
khas obyek wisata Bandungan, Kabupaten Semarang berupa manisan tomat yang
diolah sedemikian rupa sehingga memiliki rasa seperti buah kurma atau yang
lebih dikenal dengan nama Torakur. Kabupaten Semarang yang merupakan salah
satu sentra produksi tomat di Jawa Tengah yang merupakan bahan baku
pembuatan Torakur. Asal mula torakur berawal dari terjadinya surplus produksi
tomat di daerah Bandungan. Tomat yang menjadi bahan baku pembuatan Torakur
memiliki harga jual rendah, dengan bekal keuletan, ketelitian dan pengetahuan
dasar dalam mengolah manisan, Torakur berhasil diciptakan sebagai produk
turunan tomat bernilai tambah dan berdaya saing yang berupa manisan tomat.
Melalui merk Torakur Bandungan sekarang telah menjadi oleh-oleh khas dan
salah satu identitas di kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang.
Torakur Bandungan sebagai sebuah usaha dapat dijadikan sebagai contoh
bagaimana pemrosesan produk pertanian berjalan melalui aktivitas-aktivitas yang
terjadi baik pada aktivitas utama maupun pada aktivitas pendukung. Hal ini
didasarkan dengan fakta bahwa Torakur Bandungan merupakan usaha yang
bergerak di bidang pembuatan Torakur di wilayah Bandungan. Sistem pengolahan
Torakur Bandungan yang sudah tertata sedemikian hingga telah membuat Torakur

4

[DEPTAN]. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Daerah Sentra Tomat [Internet] [diunduh
2014 Feb 05]. Tersedia pada http://hortikultura.pertanian.go.id// Jakarta (ID) : Departemen
Pertanian

5
Bandungan dapat berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimal selama tiga
tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan Produksi Tomat Rasa Kurma Pada Torakur Bandungan
Tahun 2008-2014
No.
1
2
3
4
5
6
7

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Produksi (kg)
9 750
10 000
11 500
12 000
14 400
14 400
14 400

Harga /kg (Rp)
30 000
35 000
38 000
40 000
45 000
47 500
50 000

Omzet (Rp)
292 500 000
350 000 000
437 000 000
480 000 000
648 000 000
684 000 000
720 000 000

Kapasitas produksi pada data diatas dapat terus stabil mencapai produksi
maksimal dikarenakan sistem rantai nilai telah berjalan dengan baik sehingga
pantas apabila dijadikan sebagai acuan untuk digali lebih dalam lagi, khususnya
bagi petani yang berada di sentra produksi tomat sehingga dapat menangani
masalah yang sering terjadi akibat panen raya yaitu berupa penurunan harga
karena jumlah tomat yang berlimpah. Proses-proses produksi torakur dari Torakur
Bandungan yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas utama serta aktivitasaktivitas pendukung yang berperan dalam setiap aktivitas utama agar tetap
optimal. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Torakur Bandungan merupakan
pioner dalam hal pembuatan tomat rasa kurma atau torakur sehingga berbagai
dinamika dalam memproduksi torakur telah dialami secara langsung sehingga
telah mengalami berbagai perubahan yang bersifat positif.
Tujuan dari pemrosesan produk primer berupa tomat menjadi produk
turunan berupa torakur dalam kegiatan pengolahan torakur adalah untuk
mendapatkan nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan melalui proses
perubahan dari produk primer menjadi produk turunan harus sesuai dengan
kuantitas yang diharapkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, kegiatan yang
berorientasi pada nilai tambah pada Torakur Bandungan harus memperhatikan
aspek efisiensi dan efektifitas agar mampu memberikan keuntungan maksimal.
Penciptaan nilai tambah sering diasosiakan dengan keberhasilan produk turunan di
pasar. Dalam pencarian nilai tambah juga dapat ditemui nilai marjin produk.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disusun menjadi perumusan masalah
antara lain::
1. Bagaimana deskripsi pada setiap aktivitas atama maupun aktivitas
pendukung dalam rantai nilai pada Torakur Bandungan berlangsung?

6
2. Bagaimana menaikkan nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah
terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha
pengolahan tomat menjadi torakur?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
tujuan dari penelitian adalah:
1. Menguraikan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pada sistem rantai
dari Torakur Bandungan.
2. Menganalisis besarnya nilai tambah dan pendistribusian nilai tambah
terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang dihasilkan melalui usaha
pengolahan tomat menjadi torakur.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang berguna dan membangun bagi:
1. Peneliti, sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana dan sebagai
sarana latihan untuk mempertajam sistematika berpikir.
2. Petani, untuk mempertimbangkan dan menentukan apakah akan
melakukan produksi torakur apabila terjadi panen raya yang
mengakibatkan harga tomat turun
3. Pembaca, sebagai referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi mengenai
analisis nilai tambah dan pemasaran produk turunan tomat dan sebagai
masukan bagi penelitian yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis rantai nilai produksi yang terdiri atas
aktivitas utama maupun aktivitas pendukung dan nilai tambah produk Torakur
Bandungan beserta pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik fakor-faktor
produksi yang dihasilkan oleh Torakur Bandungan di Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Komoditas yang diteliti adalah tomat yang telah diolah menjadi tomat
rasa kurma oleh Torakaur Bandungan. Responden penelitian adalah pemilik usaha
dari Torakur Bandungan. Data yang digunakan berasal dari wawancara kepada
pemilik usaha pada bulan November 2014.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Tomat
Tomat yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah tomato memiliki
nama ilmiah (Lycopersicum esculentum). Tomat merupakan tanaman asli Benua
Amerika yang tersebar dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Beberapa
negara di belahan dunia menamai tomat dengan beberapa istilah unik. Perancis
menamai tomat dengan apel cinta sedangkan Jerman menamainya dengan apel
surga. Penyebaran tomat di Indonesia dimulai dari Filipina dan negara-negara
Asia lainnya pada abad ke-18. Beberapa varietas tomat dikembangkan di
Indonesia dalam upaya pengembangan komoditas sayuran unggulan. Salah satu
varietas unggul tomat adalah tomat hibrida yang merupakan hasil persilangan 2
induk tomat galur murni dengan sifat unggulan mampu beradaptasi pada berbagai
kondisi agroklimat mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (Cahyono
2008).
Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) menyebutkan bahwa tomat
merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia yang dilihat dari
nilai ekonomis dan strategisnya. Tomat menghasilkan nilai ekonomis terutama
dalam menyumbang kontribusi produk domestik bruto (PDB) sebagai upaya
pembangunan pertanian nasional. Tomat tidak hanya diperdagangkan di dalam
negeri tetapi juga di luar negeri. Tomat dengan varietas unggul didukung oleh
kondisi agroklimat Indonesia yang cocok untuk pengembangan komoditas tomat
membuat tomat memiliki nilai strategis. Hal ini menjadikan tomat sebagai
komoditas yang dibudidayakan oleh petani untuk dijadikan mata pencaharian
yang mendatangkan nilai ekonomi berupa pendapatan
.
Studi Empiris Rantai Nilai
Kajian mengenai analisis rantai nilai merupakan salah satu topik penelitian
yang sering dilakukan. Latar belakang dilakukan penelitian bereaneka ragam,
dapat dikarenakan peningkatan nilai produk maupun penurunan biaya produksi.
Ngabalin (2013) pada penelitiannya membahas mengenai analisis value chain
system dan strategi pemasaran rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara.
Pengolahan data menggunakan value chain system dari proses hulu ke hilir. Hal
ini dilakukan karena dalam setiap proses pada aktivitas utama maupun aktivitas
pendukung pada pasar rumput laut di Maluku Tenggara karena dalam tiap proses
memiliki kemungkinan untuk menghasilkan nilai tambah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas utama adalah proses pembibitan, operasional,
logistik keluar, serta tahap pemasaran dan penjualan serta aktivitas pendukung
berupa infrastruktur, manajemen sumberdaya manusia, serta pengembangan
teknologi rumput laut.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2014) mengenai analisis rantai
nilai cabai di sentra produksi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Alat analisis
menggunakan analisis deskriptif rantai nilai yang telah dimodifikasi oleh Van der
Vorst (2006). Hal ini disebabkan agar peneliti dapat memahami kondisi rantai nilai
cabai di Kabupaten Majalengka yang meliputi pelaku rantai, proses, produk, sumber

8
daya dana manajemen, hubungan antara atribut sehingga memungkinkan untuk dapat
memahami satu sama lain secara jelas. Hasil penelitian menunjukkan Rantai nilai
yang dilakukan di lima kecamatan tidak semuanya memiliki sistem yang sama dan
permasalahan pemasaran yang berbeda.
Perbandingan dengan penelitian terdahulu, penelitian rantai nilai pada Torakur
Bandungan memiliki tujuan untuk menguraikan aktivitas utama dan aktivitas
pendukung pada sistem rantai dari Torakur Bandungan agar dapat lebih detail. Hal ini
dikarenakan sistem rantai nilai pada usaha yang dapat dijadikan sebagai contoh
tentang bagaimana proses pengolahan produk turunan pertanian dilakukan.
Responden dalam penelitian hanya berfokus pada satu usaha karena pada daerah
Bandungan hanya terdapat satu produsen torakur sehingga penelitian dapat lebih
fokus untuk meneliti sistem usaha yang berjalan pada Torakur Bandungan..

Studi Empiris Nilai Tambah
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai nilai tambah.
Pertiwi (2013) melakukan penelitian mengenai analisis nilai tambah dan
pemasaran minyak gaharu dengan studi kasus di CV Aromindo. Alat analisis yang
digunakan berupa nilai tambah dengan metode yang dipopulerkan oleh Hayami.
Alasan menggunakan metode Hayami karena pada metode Hayami merupakan
metode nilai tambah yang paling cocok untuk digunakan dalam menghitung
karena banyak penelitian tentang nilai tambah yang menggunakan metode ini.
Kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat
digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui
produktivitas produksinya (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja),
(3) dapat diketahui balas jasa bagi pemilik faktor produksinya, dan (4) dapat
dimodifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan. Hasil
penelitian dari Pertiwi (2013) adalah pada subyek penelitian memiliki nilai
tambah yang relatif besar sehingga dalam menjalankan aktivitas usaha,
perusahaan cenderung lebih padat modal karena balas jasa terhadap keuntungan
perusahaan memberikan kontribusi lebih banyak dalam pembentukan marjin.
Penelitian mengenai nilai tambah juga dilakukan oleh Aulia (2012) dengan
penelitian berupa analisis nilai tambah dan strategi pemasaran usaha industri tahu
di Kota Medan. Metode yang digunakan dalam meneliti nilai tambah juga
menggunakan metode Hayami. Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah
yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai segar menjadi tahu. Hasil analisis
nilai tambah juga dapat menunjukkan marjin dari bahan baku kacang kedelai
menjadi tahu cina, tahu sumedang mentah, atau tahu sumedang goring yang
didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan
keuntungan perusahaan.
Perbandingan dengan penelitian terdahulu, penelitian nilai tambah pada
Torakur Bandungan memiliki tujuan untuk menganalisis besarnya nilai tambah
dan pendistribusian nilai tambah terhadap pemilik faktor-faktor produksi yang
dihasilkan melalui usaha pengolahan tomat menjadi torakur.

9

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Aktivitas nilai merupakan balok pembangunan pada keunggulan bersaing,
rantai nilai merupakan aktivitas dalam usaha yang pada setiap proses memiliki
saling keterkaitan. Aktivitas nilai dihubungkan dengan keterkaitan di dalam rantai
nilai. Keterkaitan adalah hubungan antara cara satu aktivitas nilai dilaksanakan
dan biaya atau kinerja aktifitas lain.
Sebagai usaha yang memiliki berbagai aktivitas usaha beserta dinamika
yang dapat terjadi maka sangat dibutuhkan kajian maupun analisis terhadap setiap
kegiatan yang ada dalam proses pengolahan tomat menjadi manisan tomat. Rantai
nilai korporasi torakur sangat perlu untuk di pelajari tiap-tiap unsur yang terdapat
dalam aktivitas utama maupun aktivitas pendukung karena dalam setiap proses
memiliki kemungkinan untuk menghasilkan nilai tambah yang dapat dijadikan
sebagai kelebihan maupun proses yang tidak menghasilkan nilai tambah dapat
dilihat sebagai kekurangan maka analisis rantai nilai ini pun dapat menjawab
permasalahan yang ada dalam proses pengolahan tomat yang ada.
Uraian lebih lanjut akan dijelaskan melalui konsep kerangka pemikiran
teoritis yang mencakup teori mengenai rantai nilai dan konsep nilai tambah.
Konsep Rantai Nilai
Menurut Pietrobelli dan Rabelloti (2006), rantai nilai mencakup semua
kegiatan yang diperlukan untuk membuat produk, mulai dari konsepsi hingga
produk tersebut dipasarkan. Kegiatan tersebut meliputi pengembangan produk,
tahap produksi yang berbeda-beda antar produk, ekstraksi bahan mentah, bahan
setengah jadi, produksi komponen dan perakitan, distribusi, pemasaran, bahkan
hingga daur ulang produk. Sedangkan Shank dan Govindarajan (1992),
mendefinisikan analisis rantai nilai, merupakan alat untuk memahami rantai nilai
yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang
dilakukan, mulai dari bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga
pelayanan purna jual.
Porter (1990) menjelaskan, analisis rantai nilai merupakan alat analisis
stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan
kompetitif, untuk mengidentifikasi dimana nilai pelanggan dapat ditingkatkan atau
penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan
dengan pemasok, pelanggan dan perusahaan lain dalam industri. Sifat rantai nilai
tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur,
perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba.
Analisis rantai nilai merupakan analisis aktivitas-aktivitas yang
menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Konsep
rantai nilai memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai nilai industri.
Analisis rantai nilai membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai yang
membentuk produk tersebut. Nilai yang berawal dari bahan mentah sampai
dengan penanganan produk setelah dijual kepada konsumen. Menurut Porter
(1998), setiap korporasi memiliki rantai nilai internal yang berbeda dengan contoh
dari perusahaan manufaktur atau penghasil barang produksi memiliki .sumbangan

10
tehadap pembentukan marjin perusahaan ke dua kelompok kegiatan, yaitu
aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Dengan meneliti tiap cakupan pada
aktivitas utama antara lain logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran
dan penjualan serta pelayanan. Aktivitas pendukung perusahaan meliputi
infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan
teknologi, dan pembelian alat dan mesin produksi. Dengan menganalisis ke semua
aktivitas maka dapat ditemukan faktor-faktor yang dapat meningkatkan marjin
perusahaan (Solihin 2012).
Perusahaan harus mampu mengenali posisi pada rantai nilai yang
membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting untuk
mengidentifikasi kesempatan dari persaingan. Setelah mengidentifikasi posisi,
maka unit usaha dapat mengenali aktivitas-aktivitas yang membentuk nilai.
Aktivitas-aktivitas dikaji untuk mengidentifikasi apakah memberikan nilai bagi
produk atau tidak. Jika aktivitas tersebut memberikan nilai, maka akan terus
digunakan dan diperbaiki untuk memaksimalkan nilai. Sebaliknya, jika aktivitas
tersebut tidak memberikan nilai tambah maka harus dihapus.
Schmitz (2005) menyampaikan alasan dilakukan analisis rantai nilai:
1. Kegiatan dalam rantai nilai sering dilakukan dalam bagian atau divisi yang
berbeda sehingga bersifat global.
2. Beberapa kegiatan penambahan nilai dalam rantai nilai bersifat menguntungkan.
3. Beberapa pelaku (aktor) dalam rantai nilai memiliki kekuasaan atas pelaku
yang lain (lead firm).
Sementara itu, parameter kunci dalam analisis rantai nilai ialah sebagai berikut:
1. Produk jasa atau apa saja yang akan dihasilkan, termasuk desain produk dan
spesifikasinya.
2. Bagaimana barang atau jasa tersebut dihasilkan. Hal ini melibatkan definisi
proses produksi yang mencakup unsur-unsur seperti teknologi yang akan
digunakan, sistem kualitas, standar tenaga kerja serta standar lingkungan.
3. Berapa banyak jumlah yang harus diproduksi serta kapan produk tersebut di
produksi. Hal ini mengacu kepada penjadwalan produksi dan logistik.
Porter (1990) menyatakan bahwa rantai nilai merupakan cara sistematik
untuk menganalisis sumber keunggulan bersaing dengan memeriksa semua
aktifitas yang dilakukan dan bagaimana semua aktivitas itu berinteraksi satu sama
lainnya. Rantai nilai terdiri atas sembilan kategori generik aktivitas yang dikaitan
menjadi satu dengan cara yang khas.
Aktivitas nilai dibagi menjadi dua yaitu aktivitas utama (primary activities)
dan aktivitas pendukung (supporting activities). Porter menjelaskan bahwa
aktivitas primer adalah aktivitas yang terlibat dalam penciptaan fisik produk dan
penjualan ke pembeli. Dibagi menjadi kategori generik yang diperlukan dalam
bersaing di berbagai industri, yaitu : input, operasi, output, pemasaran dan
penjualan, dan jasa. Kemudian Porter menjelaskan yang dimaksud dengan
aktivitas pendukung adalah aktivitas yang mendukung aktivitas primer dan
mendukung satu sama lainnya. Dibagi menjadi empat kategori generik, yaitu
pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia, dan
infrastruktur perusahaan.
Uraian dalam bagan rantai nilai yang di kemukakan oleh Porter adalah
sebagai berikut:

11
1. Profil usaha dai Torakur Bandungan mencakup sejarah dan perkembangan
usaha, lokasi perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana dan
prasarana produksi, penyediaan bahan baku, mesin dan peralatan, serta proses
produksi.
2. Aktvitas utama dari komoditi unggulan yang terdiri dari : hal-hal logistik ke
dalam dan keluar, operasional, pemasaran, penjualan dan pelayanan yang telah
disarikan sesuai poin-poin yang telah ditentukan melalui asumsi pada
prapenelitian hingga penelitian berlangsung.
3. Kegiatan-kegiatan pendukung secara tidak langsung berkontribusi pada
kegiatan operasional di kegiatan hulu-hilir komoditi tersebut. Hal-hal yang
tercakup di dalamnya adalah infrastruktur di dalam organisasi, manajemen
sumber daya manusia, serta pembangunan dan penerapan teknologi.
Seluruh kegiatan-kegiatan ini saling berkaitan dan bekerja sama dalam suatu
proses yang dapat digambarkan dalam sebuah diagram rantai nilai seperti dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram Rantai Nilai (Porter 1990)
Rekomendasi strategi dan setiap tahapan kegiatan dalam rantai nilai
komoditi: logistik ke dalam, operasional (produksi), logistik ke luar, pemasaran
dan penjualan, pelayanan purna jual.

Konsep Nilai Tambah
Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dan imbalan bagi tenaga kerja
dapat digambarkan dengan besar persentase terhadap nilai tambah. Tujuan analisis
nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku usaha dan
kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditi tersebut. Metode
yang lumrah digunakan dalam mengukur nilai tambah adalah Metode Hayami.

12
Hayami menerapkan analisis nilai tambah pada subsistem pengolahan (produksi
sekunder). Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi yang mengubah
bentuk produk primer menjadi produk turunan. Menurut Hayami et al. (1987)
nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input
fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional
tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat
(place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah
menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen
Menurut Hayami et al (1987) nilai tambah merupakan pertambahan nilai
suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komiditi
yang bersangkutan Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan
bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), perubahan waktu (time
utility) dan
kepemilikkan (possession utility) Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah
yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran
Menurut Sudiyono (2002) pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis
yang sering digunakan adalah analisis nilai tambah. Analisis nilai tambah yang
paling sering digunakan merupakan analisis metode nilai tambah Hayami.
Kelebihan dari analisis metode nilai tambah Hayami adalah:
1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian
2. Dapat diketahui produktivitas produksi (rendemen dan efisiensi tenaga
kerja)
3. Dapat mengetahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi
4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan
Kelemahan dari Metode Hayami yaitu :
1. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang
menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku
2. Tidak dapat menjelaskan nilai output atau produk sampingan
3. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk mengatakan
apakan balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak
Selain itu, analisis nilai tambah dengan metode Hayami juga menghasilkan
beberapa informasi penting yaitu :
1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah)
2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi (dalam persen)
3. Imbalan jasa tenaga kerja (dalam rupiah)
4. Bagian tenaga kerja (dalam persen)
5. Keuntungan yang diterima perusahaan (dalam rupiah)
6. Tingkat keuntungan perusahaan (dalam persen)
Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk
pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tambah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar.
Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku
yang digunakan, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga
output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan harga input lain. Hayami et al.
(1987) menjelaskan dalam analisis nilai tambah terdapat tiga komponen
pendukung, yaitu: (1) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang
dihasilkan dari satu satuan input, (2) Faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan
banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan

13
(3) Nilai produk, menunjukkan nilai output per satuan input. Kelebihan analisis
nilai tambah yang dikemukakan Hayami adalah: (1) lebih tepat digunakan untuk
proses pengolahan produk-produk pertanian, (2) dapat diketahui produktivitas dari
produksi (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja), (3) dapat diketahui
balas jasa bagi pemilik faktor produksi, dan (4) dapat dimodifikasi untuk
menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.
Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan
dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan,
serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya,
maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi
bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat
modal maka besar proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi
bagian tenaga kerja.

Kerangka Pemikiran Operasional
Torakur Bandungan merupakan usaha yang mengolah tomat menjadi
torakur. Tomat merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di
daerah Bandungan, Jawa Tengah. Tomat di daerah Bandungan sering mengalami
surplus produksi pada saat panen raya sehingga harga jual tomat menjadi menurun.
Torakur Bandungan merupakan unit usaha yang menangkap fenomena
panen raya tomat sebagai peluang usaha karena tomat yang diproduksi memiliki
nilai tambah akibat proses pengolahan yang dilakukan. Subsistem pengolahan
dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang
memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang layak digunakan,
kemudahan dalam distribusi dan pemasaran serta peningkatan pendapatan melalui
nilai tambah.
Torakur Bandungan merupakan pemain tunggal dalam produksi torakur di
daerah Bandungan. Sebagai pemain tunggal dalam usaha torakur di daerah
Bandungan. Torakur Bandungan tentu memiliki sistem usaha beserta sistem rantai
nilai yang telah dijalankan selama ini sehingga layak untuk dievaluasi secara
mendalam. Kedalaman evaluasi sistem rantai nilai Torakur Bandungan dapat
dianalisa dalam setiap aktivitas utama maupun aktivitas pendukung. Aktivitas
utama meliputi logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan
penjualan, serta pelayanan. Aktivitas pendukung meliputi infrastruktur,
manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan pembelian. Di
dalam setiap aktivitas baik aktivitas utama maupun aktivitas pendukung. Dapat
diteliti mengenai adanya kendala dan cara penanggulangannya.
Dalam hal ini penulis ingin mengetahui seberapa besarkah proses nilai
tambah produk tomat menjadi torakur tersebut menguntungkan bagi Torakur
Bandungan. Sistem rantai nilai pada Torakur Bandungan diharapkan mampu
mengevaluasi segala aktivitas utama dan aktivitas pendukung yang dilakukan oleh
Torakur Bandungan sehingga usaha dapat berjalan lebih optimal. Oleh sebab itu,
penelitian ini diarahkan kepada analisis nilai tambah dan sistem rantai nilai pada
Torakur Bandungan sebagai produk turunan tomat. Pendekatan yang digunakan
untuk memahami nilai tambah dan sistem rantai nilai korporasi pada Torakur
Bandungan yaitu melalui analisis nilai tambah yang akan dilakukan menggunakan

14
metode Hayami, sedangkan analisis sistem rantai nilai menggunakan analisis
aktivitas utama dan aktivitas penunjang pada kegiatan yang berlangsung di
Torakur Bandungan yang dilangsungkan dalam tahap uraian setiap kegiatan yang
berlangsung pada Torakur Bandungan.
Pada aktivitas utama dapat diuraikan menjadi kegiatan-kegiatan berupa
penyimpanan bahan baku, perencanaan produksi, pengolahan bahan baku,
pengawasan proses produksi, penyimpanan hasil produksi, pengepakan produk,
distribusi produk, penetapan harga, promosi, kemitraan dan umpan balik.
Sedangkan pada aktivitas pendukung terdapat aktivitas berupa tempat produksi,
sarana transportasi, modal usaha, manajemen perusahaan, kualitas tenaga kerja,
alat dan mesin produksi, serta pembelian bahan baku dan alat produksi. Semua
kegiatan yang ada dapat menunjang margin pada Torakur Bandungan sehingga
dapat menghasilkan nilai tambah. Dari nilai tambah yang dihasilkan oleh Torakur
Bandungan dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh dari proses
produksi torakur pada Torakur Bandungan sekaligus dapat menjadi pertimbangan
pada petani di daerah Bandungan bilamana tertarik untuk menjalankan bisnis
torakur.

15
Torakur Bandungan

Sistem Rantai Nilai Usaha

Aktivitas Utama:
1.Logistik ke dalam
Penyimpanan bahan baku,
perencanaan produksi
2.Operasi
Pengolahan bahan baku,
pengawasan proses produksi
3.Logistik ke luar
Penyimpanan hasil
produksi, pengepakan
produk, distribusi produk
4.Pemasaran dan
Penjualan
Penetapan harga, promosi,
kemitraan
5.Pelayanan
Umpan Balik

Aktivitas Pendukung:
1.Infrastruktur
Tempat produksi, sarana
transportasi, modal usaha
2.Manajemen Sumber
Daya Manusia
Manajemen
perusahaan,
kualitas tenaga kerja,
3.Pengembangan
Teknologi
Alat dan mesin produksi
4.Pembelian
Pembelian bahan baku dan
alat produksi

Nilai Tambah
Evaluasi Perusahaan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan pada penelitian ini adalah Torakur Bandungan yang
berlokasi di Jalan Sukorini KM 1,7 Bandungan-Sumowono, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa daerah Bandungan merupakan salah satu sentra tomat di
Jawa Tengah dan Torakur Bandungan merupakan satu-satunya industri rumah
tangga yang bergerak pada pembuatan torakur di daerah Bandungan yang sudah
berdiri sejak tahun 2002. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan mulai bulan
April 2014 sampai pertengahan Desember 2014

16

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi),
wawancara, sekaligus pengisian kuisioner dengan pemilik usaha. Data primer
yang diperoleh dari perusahaan adalah mengenai aktivitas primer dan aktivitas
pendukung yang ada pada Torakur Bandungan..
Data sekunder meliputi informasi mengenai keadaan umum wilayah
penelitian, letak geografis dan informasi lain yang berhubungan dengan usaha
tomat rasa kurma. Data sekunder diperoleh dari laporan yang telah dilakukan oleh
usaha. Sebagai data penunjang, dikumpulkan informasi dari instansi-instansi
terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, literatur
pendukung atau beberapa model penelitian terdahulu yang memiliki hubungan
dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dalam waktu satu bulan, terhitung dari awal
Desember 2014 sampai akhir Desember 2014. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah berupa observasi, wawancara dan pengisian kuesioner.
Penentuan responden dilakukan secara purposive. Responden yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah dua orang pemilik usaha. Pemilihan responden
tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa para pemilik usaha
mengetahui kegiatan usaha dengan baik pada bagian aktivitas primer dan aktivitas
pendukung.

Metode Pengolahan Data
Penelitian rantai nilai dalam penelitian ini menggunakan analisis rantai nilai
yang dipopulerkan oleh Porter serta penelitian nilai tambah menggunakan metode
Hayami. Analisis rantai nilai korporasi digunakan untuk meneliti kemampuan
sumber daya internal organisasi untuk menghasilkan margin yang diperoleh dan
nilai tambah dilakukan untuk menghitung nilai tambah pengolahan tomat rasa
kurma, nilai output, keuntungan dan imbalan tenaga kerja.

Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai digunakan untuk mengetahui berbagai macam aktivitas
dan kondisi rantai nilai produk torakur. Rantai nilai produk torakur yang ada pada
Torakur Bandungan dapat di bagi menjadi aktivitas utama dan aktivitas
pendukung. Dalam aktivitas utama dapat dikaji dari penyimpanan bahan baku,
jadwal transportasi, dan perencanaan produksi yang masuk pada logistik kedalam.
Pada aktivitas utama bagian operasi terdapat pengolahan bahan baku dan
pengawasan proses produksi agar hasil produksi torakur mampu menjadi
maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas. Penyimpanan hasil produksi,

17
pengepakan dan pelabelan produk, serta distribusi ke pedagang kecil dan
konsumen masuk pada bagian logistik ke luar untuk menjamin bahwa tomat rasa
kurma dari Torakur Bandungan mampu berpindah ke pihak lain secara aman.
Pada pemasaran dan penjualan terdapat penetapan harga, promosi, iklan, dan
bentuk kemitraan serta Evaluasi layanan konsumen pada aktivitas servis yang
menunjukkan layanan purna jual Torakur Bandungan untuk senantiasa
meningkatkan performa perusahaan sehingga mampu memuaskan konsumen.
Pada aktivitas pendukung yang ada pada Torakur Bandungan meliputi
infrastruktur yang terdiri atas pabrik, sarana transportasi, akses jalan dan modal.
Manajemen Sumber Daya Manusia meliputi manajemen perusahaan bagi para
pemilik dan pengelola usaha dan kualitas tenaga kerja bagi para tenaga kerja
sehingga perusahaan mampu meraih tujuan perusahaan secara jangka panjang
ataupun jangka pendek. Pengembangan Teknologi meliputi alat dan mesin
produksi sebagai tingkat teknologi yang dikuasai perusahaan dan riset pasar
sebagai bentuk usaha dalam penguasaan terhadap riset. Pembelian meliputi
pembelian bahan baku dan alat produksi.

Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah dilakukan pada subsistem produksi sampai
pengemasan yang bertujuan untuk menentukan besaran nilai tambah akibat
pengolahan tomat menjadi torakur. Kegiatan pengolahan tomat menjadi torakur
mengakibatkan pertambahan nilai komoditas. Peningkatan nilai tambah
pengolahan tomat dapat diketahui dengan metode nilai tambah Hayami. Data yang
akan digunakan adalah data perusahaan terbaru. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam menganalisis nilai tambah, yaitu: (1) membuat arus komoditas, (2)
mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi, (3) memilih dasar perhitungan.
Perhitungan nilai tambah torakur dapat dilihat pada Tabel 4.
Analisis nilai tambah, pada proses pengolahan akan menghasilkan informasi
atau keluaran antara lain:
1. Nilai tambah (Rp)
2. Rasio nilai tambah (%) yang menunjukkan persentase nilai tambah dari
produk.
3. Balas jasa tenaga kerja (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja
langsung untuk memperoleh satu satuan bahan baku.
4. Bagian ten