Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi ( Studi Kasus : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan )

(1)

(

Studi Kasus : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan )

SKRIPSI

ADE SILVANA SARI 110304032 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU

MENJADI TAPE UBI

(

Studi Kasus : Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan )

SKRIPSI

ADE SILVANA SARI 110304032 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Lily Fauzia, M.Si.) (Emalisa, SP., M.Si.) NIP:196308221988032003 NIP:197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Ade Silvana Sari (110304032/AGRIBISNIS) dengan judul skrispsi “ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TAPE UBI” penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2015 dengan bimbingan oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Emalisa SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya pendapatan usaha tape ubi, dan untuk mengetahui masalah-masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi.

Lokasi Penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan daerah tersebut memiliki banyak pengusaha tape ubi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pengambilan sabjek penelitian menggunakan Metode Sensus, dengan besarnya subjek penelitian sebanyak 28 pengusaha. Untuk menghitung dan menganalisis nilai tambah digunakan metode nilai tambah netto.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian terdiri dari 7 tahapan, yaitu: 1. pengupasan, 2. pengerokkan, pemotongan, dan pencucian, 3. perebusan dan penyaringan, 4. pendinginan, 5. peragian, 6. pembungkusan, dan 7. pemeraman. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 3 hari. Nilai Tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian tergolong tinggi dengan rasio nilai tambah > 50% (58,82%) untuk satu kali proses produksi atau perharinya. Rata-rata pendapatan pengusaha tape ubi di daerah penelitian sebesar Rp.3.753.601,06 per bulan lebih besar dari upah minimum Kota Medan (UMK) sebesar Rp 2.037.000 per bulan. Masalah – masalah yang diperoleh dalam menjalankan usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian terdiri dari 3, yaitu : 1. penyediaan bahan baku, 2. keterbatasan modal, 3. biaya pemasaran.


(4)

ADE SILVANA SARI, lahir di Medan pada tanggal 13 September 1991. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, seorang putri dari Bapak Drs.Muchtar dan Ibu Rosdiana Br.Sitorus.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Medan tamat tahun 1997

2. SD Impres 064024 Medan tamat tahun 2004 3. SMP Dharma Pancasila Medan tamat tahun 2007 4. SMA Dharma Pancasila Medan tamat tahun 2010

5. Diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2011 melalui Jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Anggota IMASEP, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2. Bulan Agustus - September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat

3. Bulan Juni 2015 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.


(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah AWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TAPE UBI (Studi Kasus: Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan)”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda tercinta Drs. Muchtar dan Ibunda tercinta Rosdiana Br. Sitorus, dan juga saudara tersayang Suriany Sahfitri S,Psi, dr. Khairany Agustin, Jhony Hidayat S.T, dan Satria Hendra Sahputra S.E yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, S.P,. M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU.


(6)

USU.

5. Seluruh masyarakat di Kelurahan Baru Ladang Bambu yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Eka Handayani Sembiring Amd, dan Dara Anggita S.Psi, yang telah meluangkan waktu menemani dan mendukung penulis dalam melakukan penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan penulis di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 khususnya Ade Rezkika Nasution SP, Dwi Utari , Risa Januarti, Mutiara Sani SP, Annisa Azzahra SP, Maya Anggraini, Denti Juli Irawati SP, Yuli Hariani Siregar SP, Syari Syafrina SP, Ayu W Saragih, yang telah memberi dukungan dan bantuan. 8. Seluruh teman-teman agribisnis angkatan 2011 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, semangat dan bantuan yang telah kalian berikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015


(7)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka... 6

2.1.1 Tanaman Ubi Kayu ... 6

2.1.2 Tape ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Nilai Tambah ... 9

2.2.2 Upah Minimum ... 10

2.2.3 Produksi ... 11

2.2.4 Pendapatan dan Biaya ... 12

2.3 Penelitian Terdahulu ... 14

2.4 Kerangka Pemikiran ... 16

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel... 20

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK SAMPEL ... 25


(8)

4.2 Karakteristik Responden ... 28

4.2.1 Umur... 28

4.2.2 Pengalaman Usaha... 29

4.2.3 Pendidikan... 29

4.2.4 Jumlah Tanggungan (Orang) ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1 Proses Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi ... 31

5.1.1 Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi ... 31

5.1.1.1 Penggunaan Bahan Baku ... 31

5.1.1.2 Penggunaan Modal Investasi ... 32

5.1.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja ... 32

5.1.2 Proses Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi ... 33

5.1.2.1 Tahapan Pengupasan... 35

5.1.2.2 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian... 35

5.1.2.3 Tahapan Perebusan dan Penyaringan ... 36

5.1.2.4 Tahapan Pendinginan... 37

5.1.2.5 Tahapan Peragian ... 37

5.1.2.6 Tahapan Pembungkusan ... 38

5.1.2.7 Tahapan Pemeraman ... 39

5.2 Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolah Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi ... 40

5.2.1 Input dan Output ... 41

5.2.2 Biaya Bahan Penunjang (Sumbangan Input Lain) ... 42

5.2.3 Nilai Penyusutan Peralatan (Biaya Penyusutan) ... 43

5.2.4 Nilai Tambah ... 44

5.3 Pendapatan Yang Diperoleh Dari Pengolahan Tape Ubi ... 45

5.4 Berbagai Kendala Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi Menjadi Tape Ubi Di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel Judul Tabel Hal 1.1 Jumlah Produksi Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman

(Ton) 2009-2013

3 2.1 Komposisi Gizi Tape Singkong, Tape Ketan Putih Dan Tape

Ketan Hitam (Dalam 100 Gram Bahan)

8 3.1 Data Populasi dan Subjek Penelitian di Kelurahan Baru

Ladang Bambu

20 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu,

Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

25 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Baru

Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

26

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

27

4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

28

4.5 Keadaan Kelompok Umur Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

28

4.6 Tingkat Pengalaman Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan,

Tahun 2015

29

4.7 Tingkat Pendidikan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

30

4.8 Jumlah Tanggungan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

30

5.1 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Ubi Kayu Dalam Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)

31

5.2 Modal Investasi Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan

32

5.3 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)

33

5.4 Penggunaan Input Dan Output Yang Dihasilkan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)


(10)

produksi)

5.6 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)

43

5.7 Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Penunjang dan Pemasaran, Nilai Penyusutan, Nilai Produk, Dan Nilai Tambah Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (per kg bahan baku)

44

5.8 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 Kali Produksi)

46

5.9 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 Bulan)

49

5.10 Pendapatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 Bulan) (per 800 kg Bahan Baku Ubi Kayu)


(11)

Gambar Judul Gambar Hal 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah

Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi

18 5.1 Alur Tahapan Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi 34

5.2 Tahapan Pengupasan 35

5.3 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian 36

5.4 Tahapan Perebusan dan Penyaringan 36

5.5 Tahapan Pendinginan 37

5.6 Tahapan Peragian 38

5.7 Tahapan Pembungkusan 39


(12)

Lampiran Judul Lampiran

1 Data Karakteristik Sosial Sampel

2 Data Penggunaan Input Produksi Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

3 Data Penggunaan Peralatan Pengolahan Tape Ubi 4 Data Penggunaan Tenaga Kerja (1 Kali Produksi)

5 Data Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan ( 1 Kali Produksi ) 6 Data Biaya Lainnya dan Biaya Pemasaran (1 Kali Produksi)

7 Data Biaya Penyusutan Peralatan Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

8 Data Jumlah Penerimaan dan Biaya Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

9 Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

10 Data Jumlah Bahan Baku (Input) Dan Output Pada Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

11 Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Bulan)

12 Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Bulan) Dengan Satuan Kg Bahan Baku Yang Sama


(13)

Ade Silvana Sari (110304032/AGRIBISNIS) dengan judul skrispsi “ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TAPE UBI” penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2015 dengan bimbingan oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Emalisa SP, M.Si.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi, menghitung dan menganalisis besarnya pendapatan usaha tape ubi, dan untuk mengetahui masalah-masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi.

Lokasi Penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan daerah tersebut memiliki banyak pengusaha tape ubi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pengambilan sabjek penelitian menggunakan Metode Sensus, dengan besarnya subjek penelitian sebanyak 28 pengusaha. Untuk menghitung dan menganalisis nilai tambah digunakan metode nilai tambah netto.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian terdiri dari 7 tahapan, yaitu: 1. pengupasan, 2. pengerokkan, pemotongan, dan pencucian, 3. perebusan dan penyaringan, 4. pendinginan, 5. peragian, 6. pembungkusan, dan 7. pemeraman. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 3 hari. Nilai Tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian tergolong tinggi dengan rasio nilai tambah > 50% (58,82%) untuk satu kali proses produksi atau perharinya. Rata-rata pendapatan pengusaha tape ubi di daerah penelitian sebesar Rp.3.753.601,06 per bulan lebih besar dari upah minimum Kota Medan (UMK) sebesar Rp 2.037.000 per bulan. Masalah – masalah yang diperoleh dalam menjalankan usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian terdiri dari 3, yaitu : 1. penyediaan bahan baku, 2. keterbatasan modal, 3. biaya pemasaran.


(14)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness) yang merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan sarana dan prasarana produksi (input factors) untuk menghasilkan produk pertanian primer: kedua, pilar pertanian sekunder (down-stream agriculture/agribusiness) sebagai kegiatan meningkatan nilai tambah produk pertanian primer melalui pengolahan (agroindustri) beserta distribusi dan perdagangannya (Baroh, 2007).

Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat penting di dunia. Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Di samping itu, ubi kayu sangat berarti dalam usaha penganekaragaman pangan penduduk, dan berfungsi sebagai bahan baku industri makanan serta bahan pakan ternak (Rukmana danYuniarsih, 2001).

Komoditi ubi kayu merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan sangat strategis karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk meliputi bahan pangan, pakan, energi, farmasi dan kosmetik. Berbagai produk olahan dari ubi kayu antara lain cemilan/kripik, mocaff, gula cair, bahan bakar Bio-ethanol, bahan dasar obat, campuran industri kosmetik, zat perangsang tumbuh tumbuhan, plastic stirofoarm yang ramah lingkungan, dan aneka produk lainnya. Ubi kayu juga memiliki keunggulan lain dibanding dengan komiditi tanaman pangan


(15)

lainnya yaitu dapat tumbuh dilahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap hama penyakit tinggi, masa panennya lama tidak diburu waktu, sehingga dapat dijadikan pemenuhan kebutuhan hidup dan banyak keunggulan lainnya (Suherman, 2014).

Pada umumnya, ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, cepat busuk, dan meruah. Ubi yang telah rusak, menyebabkan warnanya berubah, rasa menjadi kurang enak, dan bahkan kadang-kadang pahit karena adanya asam sianida (HCN) yang bersifat toksik (racun). Pengolahan ubi kayu secara tepat akan mengurangi resiko terjadinya kerusakkan dan pembusukkan, dapat memperpanjang umur simpannya, serta dapat meningkatakan nilai jualnya (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).

Ubi kayu atau ketela pohon dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioka dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (<50mg per kg umbi basah). Sementara itu, umbi kayu untuk bahan baku industry sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dan kandungan HCN yang tinggi (Purwono dan Purnamawati, 2007).


(16)

Berikut data produksi tanaman palawija menurut jenis tanamannya pada tahun 2009-2013 di Kota Medan.

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman (Ton) 2009-2013

Tahun

Jenis Tanaman Jagung Ketela

Pohon

Ketela Rambut

Kacang Tanah

Kacang Kedelai

Kacang Hijau

2009 1.435 4.364 2.274 183 - 129

2010 1.397 3.870 1.791 168 - 94

2011 1.200 4.046 1.935 187 - 59

2012 836 2.108 798 71 - 29

2013 759 1.857 761 69 - 35

Sumber: Medan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa setiap tahunnya produksi tanaman palawija di Kota Medan mengalami fluktuasi. Salah satu tanaman palawija yang mencapai jumlah produksi tertinggi pada tahun 2009-2013 adalah Tanaman Ketela Pohon (singkong). Tanaman ketela pohon mengalami penurunan jumlah produksi setiap tahun 2009-2013, tetapi tanaman ketela pohon tetap mencapai jumlah produksi tertinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya.

Menurut Suprapti (2005), singkong dapat diproses menjadi berbagai macam

produk jadi yang dapat langsung dikonsumsi dan produk setengah jadi yang merupakan produk antara. Produk antara tersebut perlu diproses lanjut terlebih dahulu menjadi produk-produk tertentu baru kemudian dapat dikonsumsi.

1) Produk jadi, berupa makanan olahan/jajanan dari singkong, antara lain adalah gethuk, sawut, utri (lemet), singkong rebus atau goreng, kerupuk, tape dan kue bolu (cake).


(17)

2) Produk setengah jadi, yaitu gaplek, ship, tepung gaplek, tepung kasava (tepung singkong), tepung tapioka (kanji), dan onggok (ampas tapioka).

Berbagai upaya maupun teknologi pengolahan telah dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah, nilai gizi, dan mengangkat citra produk ubi kayu. Ubi kayu mempunyai kandungan gizi yang baik sebagai sumber karbohidrat, namun juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kandungan proteinnya rendah, rasa dan aromanya kurang enak, serta tidak tahan lama disimpan. Untuk memperbaiki produk dari ubi kayu, berbagai teknologi pengolahan telah dihasilkan dalam rangka meningkatkan mutu produk dan penerimaannya oleh konsumen (Herawati, 2006).

Tape ubi merupakan makanan tradisional hasil olahan dari ubi kayu, tape ubi juga merupakan salah satu produk olahan ubi kayu yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, produk olahan ubi kayu yang sering dijadikan penelitian adalah kripik ubi kayu, tepung tapioka, dan tepung mocaf.

Berdasarkan latar belakang ataupun alasan-alasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang bagaimana proses pembuatan tape ubi dan seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan, serta seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari adanya pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :


(18)

2. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian?

3. Berapa besar pendapatan usaha tape ubi di daerah penelitian?

4. Apa saja masalah-masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian.

2. Untuk menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian.

3. Untuk menghitung dan menganalisis besarnya pendapatan usaha tape ubi di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pelaku yang sedang atau akan melakukan usaha tape ubi.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pemerintah sebagai badan pengambil keputusan dan kebijakan.


(19)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Ubi Kayu

Ketela pohon atau ubi kayu merupakan tanaman perdu. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Mandagaskar, India, dan Tiongkok. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ketela pohon berkembang di Negara -negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Ubi kayu merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu beradaptasi dan tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman ini merupakan

sumber pangan (karbohidrat) ketiga setelah beras dan jagung (Djaafar dan Rahayu, 2003).

Ketela pohon atau ubi kayu, sampai saat ini masih digunakan sebagai makanan pokok penduduk Indonesia. Ubi kayu dapat dikembangkan menjadi berbagai produk olahan melalui agroindustri. Pengembangan agroindustri ubi kayu diharapkan akan memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan petani. Ubi kayu dapat diolah menjadi berbagai produk makanan maupun produk olahan bahan kimia. Produk olahan ubi kayu jadi ada tiga macam, yaitu : (1) makanan tradisional seperti tiwul, gogik, gatot, growol, dan tape; (2) makanan popok seperti liwet singkong dan nasi singkong; (3) makanan jajanan seperti kue kacamata, lemet, getuk, kripik, kerupuk dan lain sebagainya.


(20)

Sedangkan produk olahan ubi kayu setengah jadi yaitu tapioka, gaplek dan tepung kasava (Sudarwati, 2012).

Singkong atau ubi kayu mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2.5%, kadar protein 0,5% dan kadar abu 1%, karena merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan, namun sedikit kandungan zat gizi seperti protein. Singkong segar mengandung senyawa glokosida sianogenik dan bila terjadi proses oksidasi oleh enzim linamarase maka akan dihasilkan glukosa dan asam sianida (HCN) yang di tandai dengan bercak warna biru, akan menjadi toxin (racun) bila dikonsumsi pada kadar HCN dari 50ppm (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Menurut Anggoro (2012), Ubikayu mempunyai nilai gizi sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber karbohidrat. Beberapa keunggulan ubi kayu adalah sebagai berikut:

1) Kadar gizi makro (kecuali protein) dan mikro tinggi, sehingga sejumlah penderita anemia dan kekurangan vitamin A dan C di tengah masyarakat yang pangan pokoknya ubikayu relatif sedikit,

2) Daun mudanya sebagai bahan sayuran berkadar gizi makro dan mikro paling tinggi dan proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran lainnya,

3) Kadar glikemik dalam darah rendah, 4) Kadar serat pangan larut tinggi,


(21)

6) Secara agronomis mampu beradaptasi terhadap lingkungan marginal sehingga merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang didominasi oleh lahan marginal dan iklim kering

2.1.2 Tape

Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum (Purwono dan Purnamawati. 2007).

Tape singkong diperoleh sebagai hasil fermentasi dari ubi kayu / singkong segar dengan waku simpan selama kurang lebih 2-3 hari dengan menggunakan ragi atau starter, dan dari hasil olahan ini akan meningkatkan cita rasa, aroma, nilai gizi dan palatabilitas (Wirakartakusumah, 1992).

Tabel 2.1 Komposisi Gizi Tape Singkong, Tape Ketan Putih Dan Tape Ketan Hitam (Dalam 100 Gram Bahan)

Zat gizi Tape Singkong Tape Ketan Putih Tape Ketan Hitam

Energi (k kal) 173 172 166

Protein (g) 0.5 3.0 3.8

Lemak (g) 0.1 0.5 1.0

Karbohidrat (g) 42.5 37.5 34.4

Kalsium (mg) 30 6 8.0

Fosfor (mg) 30 35 106.0

Besi (mg) 0 0.5 1.6

Vitamin B(mg) 0.07 0.04 0.02

Air (g) 56.1 58.9 50.2

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)

Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada dasarnya semua bahan pangan


(22)

yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi tape. Berdasarkan bahan bakunya, dikenal berbagai jenis tape yaitu tape ketan, tape singkong, tape beras, tape sorgum, tape pisang, tape ubi jalar dan tape sukun, akan tetapi dewasa ini yang paling populer adalah tape singkong dan tape ketan (Astawan, 2004).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Nilai Tambah

Menurut hayami et al (1987) dalam buku Pemasaran Pertanian Sudiyono (2004), nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk pengelolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat di katagorikan menjadi dua yaitu: faktor teknis dan faktor pasar.

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tambah adalah penyusutan, yaitu biaya penggantian untuk keausan dan kelapukan modal dalam produksi, penyusutan dalam arti ini yaitu konsumsi modal dan pemakaian modal. Dengan memperhatikan penyusutan tersebut, ada 2 konsep nilai tambah netto dan nilai tambah brutto. Nilai tambah netto adalah nilai yang memperhitungkan penyusutan yang terjadi, sedangkan nilai tambah brutto adalah nilai yang tidak memperhatikan penyusutan (sicat dan Arndt, 1991).

Menurut suryana (1990), Adapun rumus untuk menghitung nilai tambah brutto yaitu :

NT = NP – ( NBB + NBP )

Sedangkan rumus untuk menghitung nilai tambah netto yaitu : NT = NP – ( NBB + NBP + NPP )


(23)

Keterangan :

NT = Nilai Tambah NP = Nilai Produk NBB = Nilai Bahan Baku

NBP = Nilai Bahan Penunjang Lainnya NPP = Nilai Penyusutan Peralatan

Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen). Karena itu, untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993).

2.2.2 Upah Minimum

Menurut Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) (2007), Upah minimum adalah upah yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usulan Dewan Pengupahan, berdasarkan perhitungan minimum kebutuhan hidup minimum per-bulan. Upah minimum dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Upah minimum Kota/Kabupaten (UMK) atau Provinsi (UMP) adalah upah yang besarnya ditentukan oleh Dewan Pengupahan di masing-masing Kota, atau Kabupaten atau Provinsi berdasarkan perhitungan kebutuhan minimum. 2. Upah minimum Kota/Kabupaten sektoral (UMKS) dan upah minimum

Provinsi sektoral (UMPS) adalah upah yang besarnya ditentukan oleh Dewan Pengupahan di masing-masing Kota, atau Kabupaten atau Provinsi.


(24)

Penghitungannya menitikberatkan pada perkembangan industri sektoral yang bersangkutan.

Pemprov Sumut Menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 sebesar Rp.1.625.000/Bulan. UMP di Sumut tertuang dalam SK Gubernur Nomor 188.44/0972/KPTS/2014. Sedangkan Besaran Upah Minimum Kota Medan (UMK) tahun 2015 sudah ditetapkan sebesar Rp 2.037.000 per bulan. Penetapan UMK Kota Medan ini tertuang dalam SK Gubernur nomor 188.44/1055/KPTS/2014 (Wahyuni, 2014).

2.2.3 Produksi

Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melalukan terobosan-terobosan dan penemuan-penemuan baru ( Gaspersz, 1997).

Dalam proses produksi, perusahaan akan mengubah input menjadi output atau produk. Input yang juga disebut sebagai faktor produksi adalah faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Sebagaimana diketahui, dapat menggolongkan input dalam beberapa kategori seperti tenaga kerja, bahan baku, dan modal dimana masing-masing dapat digolongkan lebih rinci. Input tenaga kerja termasuk pula pekerja terampil (pekerja panen) dan juga kewirausahawan para manajer perusahaan. Bahan-bahan produksi termasuk baja, plastik, listrik, air, dan barang-barang lain yang dibeli untuk diubah menjadi output atau produk


(25)

akhir. Sementara itu, modal meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin dan peralatan lainnya. Perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai cara, dengan menggunakan variasi tenaga kerja, bahan-bahan produksi dan modal (Pindyck dan Rubinfeld, 2009).

2.2.4 Pendapatan dan Biaya

Menurut Dyckman (2000), pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”. Sedangkan menurut suratiyah (2006), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya dengan satuan (Rp).

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu sektor pertanian dan bukan pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat dirinci lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh pengrajin, menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor bukan pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh bukan pertanian serta buruh subsektor non pertanian lainnya (Sajogyo, 1992).

Biaya dalam ekonomi manajerial mencerminkan efisiensi sistem produksi, sehingga konsep biaya juga mengacu pada konsep produksi, tetapi apabila pada konsep produksi kita membicarakan penggunaan input secara fisik dalam


(26)

menghasilkan output produksi, maka dalam konsep biaya kita menghitung penggunaan input itu dalam nilai ekonomi yang disebut biaya (Gaspersz, 2003).

Menurut Kuswadi (2006), biaya dapat digolongkan dalam berbagai kelompok, bergantung pada kebutuhan, yaitu:

1) Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk. Contohnya biaya bahan baku (bahan langsung), upah pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi, dan ongkos.

2) Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya. Contohnya biaya overhead, dan biaya penjualan

3) Biaya tunai

Biaya tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian akan timbul dan diikut sebagai biaya yang akan dikeluarakan secara tunai. Contohnya biaya bahan baku, dan tenaga kerja.

4) Biaya tidak tunai

Biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian tidak akan dan tidak pernah dikeluarkan secara tunai. Contohnya biaya penyusutan


(27)

5) Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dalam rentang waktu tertentu jumlahnya tidak berubah berapa pun besarnya penjualan atau produksi. Contohnya biaya sewa gedung.

6) Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dalam rentang waktu tertentu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah secara proporsional.

7) Biaya semi variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang sulit secara mutlak digolongkan ke dalam kedua jenis biaya tersebut (biaya variabel atau tetap).

2.3 Penelitian Terdahulu

Yanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai”. Dalam penelitian ini diperoleh hasil penelitian: Besar pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf sebesar 0,06 juta/ minggu, 0,26 juta/ bulan, 3,1 juta/ tahun lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar 58,57 juta/ minggu, 234,3 juta/ bulan, 2811,6 juta/ tahun. Sedangkan Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka sebesar Rp.1.506,2/ kg, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf sebesar Rp.570/ kg. Zulkifli (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah pada Agroindustri Keripik Ubi di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten


(28)

Aceh Utara”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa agroindustri pengolahan

keripik ubi kayu memberikan keuntungan yang diterima adalah sebesar Rp.4.340.625 per lima kali proses produksi selama satu bulan. Nilai tambah yang

dinikmati pengusaha dari agroindustri sebesar Rp.5.495,00 per kilogram bahan baku yang dimanfaatkan. Nilai tambah ini merupakan keuntungan yang didapatkan oleh agroindustri keripik Ubi kayu dalam 1 kilogram penggunaan bahan baku.

Valentina (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan, efisiensi, dan besarnya nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik singkong di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa keuntungan yang diterima pada kripik singkong ½ jadi sebesar Rp.10.375,61. Sedangkan pada keripik singkong matang sebesar Rp.1.610.418,99. Efisiensi usaha pengolahan kripik singkong ½ jadi adalah sebesar 1,11. Sedangkan pada usaha pengolahan keripik singkong matang sebesar sebesar 1,68. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan keripik singkong pada KUB Wanita Tani Makmur di Kabupaten Karanganyar efisien. Pengolahan dari kripik singkong ½ jadi memberikan nilai tambah bruto sebesar Rp.52.043,74 nilai tambah netto sebesar Rp.50.558,25 nilai tambah per bahan baku sebesar Rp.979,55 /kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar Rp.3.097,84 /JKO. Sedangkan pengolahan keripik singkong matang memberikan nilai tambah bruto sebesar Rp.1.690.750,00 nilai tambah netto sebesar Rp.1.686.461,45 nilai tambah


(29)

per bahan baku sebesar Rp.7.773,56 /kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar Rp.37.572,22 /JKO.

2.4 Kerangka Pemikiran

Indonesia adalah Negara nomor lima di dunia dalam hal produksi ubi kayu dan merupakan produsen kedua setelah Thailand yang memproduksi 17,7 juta ton ubi basah. Di beberapa daerah Indonesia yang kondisi tanahnya sangat marjinal.

Ubi kayu merupakan bahan pangan sumber karbohidrat penting di dunia. Ubi kayu mempunyai sifat mudah rusak, sehingga ubi kayu harus segera diolah sehingga dapat mengurangi resiko terjadi kerusakan. Ubi kayu dapat diolah menjadi berbagai produk makanan maupun produk olahan bahan kimia. Salah satu produk olahan ubi kayu yang merupakan makanan tradisional adalah tape ubi.

Dalam proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi harus memperhatikan berbagai komponen penting dalam pengolahan yaitu : biaya bahan baku, dan biaya penunjang lainnya yang menjadi penentu keberhasilan proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi. Dan dalam proses ini juga ditemukan beberapa masalah atau kendala seperti kondisi bahan baku (ubi kayu) yang gampang rusak, teknologi yang sederhana, kurangnya modal, dan pemasarannya sulit karena tidak semua orang makan tape ubi setiap hari.

Dari hasil olahan, kemudian dihitung besarnya penerimaan yang diperoleh usaha tape ubi tersebut dengan mengkali besarnya hasil olahan dengan harga jualnya. Besarnya penerimaan usaha tape ubi tersebut berhubungan dengan besarnya nilai


(30)

tambah dari output dengan memperhatikan berbagai komponen penting dalam pengolahan yaitu : biaya bahan baku, dan biaya penunjang lainnya yang menjadi penentu besarnya nilai tambah yang dihasilkan.

Hasil perhitungan nilai tambah yang didapat kemudian dianalisis dengan metode Nilai Tambah Netto untuk menentukan apakah tergolong tinggi atau rendah. Hasil perhitungan nilai tambah yang diperoleh dengan metode Nilai Tambah Netto tersebut juga akan berhubungan dengan hasil pendapatan yang diperoleh usaha tape ubi. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.


(31)

Keterangan :

Menyatakan Hubungan Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi

Ubi Kayu

Proses Produksi

Tape Ubi

Kendala - Kendala dalam Proses Produksi Tape ubi

Nilai Tambah yang diperoleh Menggunakan Metode

Nilai Tambah Netto

Pendapatan Usaha Tape Ubi Biaya-biaya yang

harus dihitung : o Biaya Bahan Baku o Biaya Penunjang

lainnya

Tinggi / Rendah Penerimaan


(32)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian masih rendah.

2. Pendapatan usaha tape ubi di daerah penelitian lebih besar dari Upah Minimum Kota Medan.


(33)

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki banyak pengusaha tape ubi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Populasi dalam penentuan subjek penelitian adalah pengusaha tape ubi yang terdapat di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan sebanyak 28 pengusaha. Dengan menggunakan metode sensus seluruh pengusaha tape ubi menjadi subjek penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto, 2009) yang menyatakan jika subjek penelitiannya sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Table 3.1 Data Populasi dan Subjek Penelitian di Kelurahan Baru Ladang

Bambu

No. Lingkungan Populasi

(Pengusaha)

Subjek Penelitian (Pengusaha)

1 Lingkungan III 24 24

2 Lingkungan IV 2 2

3 Lingkungan V 2 2

Jumlah 28 28

Sumber: Prasurvei, 2015.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan mengunakan daftar pertanyaan (Kuisioner) yang telah dibuat


(34)

terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari Kantor Lurah, Kantor Badan Pusat Stastistik kota Medan, dan berbagai instansi yang terkait dalam penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis yang pertama yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian diselesaikan dengan analisis deskriptif yaitu menjelaskan dari awal pengolahan ubi kayu sampai menjadi tape ubi.

Untuk hipotesis yang kedua yaitu untuk menganalisis berapa besar nilai tambah dari proses pengolahan ubi kayu sampai menjadi tape ubi di daerah penelitian maka digunakan rumus perhitungan nilai tambah. Nilai tambah yang dihitung dalam penelitian ini yaitu nilai tambah netto, sehingga biaya penyusutan peralatannya dihitung juga. Maka menurut suryana (1990), rumus perhitungan nilai tambah netto yaitu :

NT = NP – ( NBB + NBP + NPP ) Dimana:

NT = Nilai Tambah NP = Nilai Produk NBB = Nilai Bahan Baku

NBP = Nilai Bahan Penunjang Lainnya NPP = Nilai Penyusutan Peralatan

Menurut Sudiyono (2004), Kriteria ujinya yaitu:

Jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah tergolong tinggi Jika rasio nilai tambah ≤ 50% maka nilai tambah tergolong rendah


(35)

Untuk masalah penelitian yang ketiga, yaitu untuk menganalisis berapa besar pendapatan usaha tape ubi di daerah penelitian maka digunakan rumus perhitungan pendapatan, yang kemudian hasil perhitungan pendapatannya akan dibandingkan dengan upah minimum Kota Medan.

Menurut Hakim (2008), pendapatan akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC TR = P ∙ Q

TC = TFC + TVC Dimana:

π = Pendapatan/keuntungan (Rp) TR = Penerimaan (Rp)

TC = Biaya total (Rp)

P = Harga produksi (Rp/Kg) Q = Jumlah Produksi (Kg)

TFC = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp)

TVC = Total Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) (Rp)

Untuk masalah penelitian yang keempat, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang terdapat dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi di daerah penelitian diselesaikan dengan analisis deskriptif.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, maka dibuatlah beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(36)

3.5.1 Definisi

1. Pengusaha tape ubi adalah setiap orang atau perseorangan (orang pribadi) atau persekutuan yang menjalankan suatu usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

2. Tape ubi merupakan hasil fermentasi dari ubi kayu / singkong segar dengan waktu simpan selama kurang lebih 2-3 hari dengan menggunakan ragi.

3. Analisis nilai tambah merupakan tambahan keuntungan yang diperoleh para pembuat tape ubi dengan penjualan ubi kayu olahan (tape ubi) bila di bandingkan dengan penjualan ubi kayu bukan olahan. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output (tape ubi) dengan harga bahan baku (ubi kayu) dan sumbangan input lain dengan satuan (Rp/Kg).

4. Pendapatan / keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya dengan satuan (Rp).

5. Rasio nilai tambah adalah persentase nilai tambah dari nilai output (tape ubi) dalam %.

6. Input (bahan baku) adalah masukan atau bahan utama (ubi kayu) dalam pengolahan tape ubi (Kg).

7. Harga bahan baku adalah harga ubi kayu / kg untuk diolah (Rp/Kg). 8. Bahan penunjang adalah semua bahan selain bahan baku dan tenaga kerja

langsung yang digunakan selama proses produksi pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi (Rp/Kg).

9. Output (tape ubi) adalah hasil dari kegiatan pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi (Kg).


(37)

10. Nilai produk (nilai output) menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan (Rp/Kg).

11. Penerimaan adalah total produksi tape ubi dikalikan dengan harga jual tape ubi (Rp).

12. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yang diperoleh dari jumlah biaya tetap dan tidak tetap (Rp).

13. Biaya tetap (fixed cost) adalah semua pengeluaran yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi (Rp).

14. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah semua pengeluaran yang jumlahnya tidak tetap dan dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi (Rp).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan.

2. Subjek penelitian ini adalah pengusaha yang memproduksi tape ubi. 3. Skala usaha dalam penelitian ini adalah skala Rumah Tangga. 4. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.


(38)

KARATERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Geografis

Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki luas wilayah sekitar 135 Ha yang terletak di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki 5 Lingkungan. Secara administratif Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu pada tahun 2014 tercatat 4.420 jiwa yang terdiri berbagai suku. Suku dominan di Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah suku Jawa. Secara rinci, jumlah penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

Laki-Laki 2.128 48,14 %

Perempuan 2.292 51,86 %

Jumlah 4.420 100 %


(39)

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak besar, yaitu sekitar 3,72 % atau 164 jiwa.

Dari sisi keagamaan, diketahui bahwa penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu menganut 3 agama yaitu agama Islam, Kristen, dan Katolik. Secara rinci, komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di Kelurahan Baru Ladang Bambu dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

Agama Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

Islam 3.073 69,53 %

Kristen 1.213 27,44 %

Katolik 134 3,03 %

Jumlah 4.420 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu beragama Islam dengan jumlah 3.073 jiwa dengan presentasi 69.53 %.

Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki mata pencaharian yang beragam. Pada Tabel 4.3 ini disajikan komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Baru Ladang Bambu.


(40)

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

PNS 105 4,93 %

Pegawai Swasta 977 45,87 %

ABRI 15 0,7 %

POLISI 9 0,42 %

Pedagang 429 20,14 %

Petani 190 8,92 %

Lain-Lain 405 19,02 %

Jumlah 2.130 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah Pegawai Swasta yaitu sebanyak 977 jiwa dengan persentasi sebesar 45,87 %. Dan mata pencaharian sebagai polisi berada pada jumlah terendah yaitu sebanyak 9 jiwa dengan persentasi sebesar 0,42 %.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan den kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:


(41)

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2014

Sarana dan Prasarana Jumlah ( Unit )

Kantor Lurah 1

Pustu 1

Posyandu 4

PAUD 3

TK 1

SD 2

SMP Sederajat 1

Mesjid 3

Mushollah 1

Gereja 1

Terminal Angkot 1

Jumlah 19

Sumber: Kantor Kelurahan Baru Ladang Bambu 4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam pengusaha pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, dan jumlah tanggungan keluarga.

4.2.1 Umur

Umur adalah usia pengusaha yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Adapun umur pengusaha merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha pengolahan. Keadaan umur pengusaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Keadaan Kelompok Umur Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

Kelompok Umur Jumlah (Pengusaha)

20-39 12

40-59 13

≥60 3

Jumlah 28


(42)

Dari Tabel 4.5 keadaan kelompok umur pengusaha dapat dilihat bahwa pengusaha pengolahan tape ubi sebagian besar berada dalam rentang usia produktif (20-59 tahun) sebanyak 25 orang dengan presentase 89,29 %.

4.2.2 Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan pengolahan dalam produktivitas usahanya. Pada umumnya semakin tinggi pengalaman usahanya maka semakin efektif dan efisien pula kegiatan usahanya. Tingkat pengalaman pengusaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Tingkat Pengalaman Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

Tingkat Pengalaman Jumlah (Pengusaha)

1-9 7

10-19 12

20-29 8

30-32 1

Jumlah 28

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.6 tentang tingkat pengalaman pengusaha dapat dilihat bahwa rata-rata pengalaman pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu berada pada jenjang 1-29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha di daerah penelitian terlihat sudah berpengalaman dalam mengelolah tape ubi.

4.2.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan dari pengusaha pengolahan tape ubi merupakan salah satu penunjang dalam pengembangan usaha tape ubi. Adapun tingkat pendidikan pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu sangat


(43)

bervariasi mulai dari SD, SMP, dan SMA. Tingkat pendidikan pengusaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

Tingkat Pendidikan Jumlah (Pengusaha)

SD 8

SMP 8

SMA 12

Jumlah 28

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.7 tentang tingkat pendidikan pengusaha dapat dilihat bahwa pendidikan yang paling banyak di tempuh pengusaha pengolah tape ubi di kelurahan baru ladang bambu adalah tingkat SMA sebanyak 12 orang dengan tingkat persentasi sebesar 42,86 %.

4.2.4 Jumlah Tanggungan (Orang)

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh pengusaha pengolahan tape ubi dari hasil pendapatan pengolahan. Jumlah tanggungan pengusaha pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Jumlah Tanggungan Pengusaha Pengolah Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Tahun 2015

Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Pengusaha)

≤ 3 22

> 3 6

Jumlah 28

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.8 tentang jumlah tanggungan pengusaha dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah tanggungan pengusaha pengolahan tape ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu perorangnya adalah 2.71 atau 3 orang.


(44)

5.1 Proses Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi 5.1.1 Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi

Dalam melakukan pengolahan tape ubi, ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain: penggunaan bahan baku, penggunaan modal investasi, dan penggunaan tenaga kerja.

5.1.1.1 Penggunaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat tape ubi adalah ubi kayu. Namun, tidak semua ubi kayu dapat dijadikan bahan baku pembuatan tape ubi, di daerah penelitan ubi kayu yang menjadi bahan baku pembuatan tape ubi adalah ubi kayu jenis : 1) ubi kayu mentega atau sering disebut ubi kayu kuning, 2) ubi kayu mantri, 3) ubi kayu gunting sogo. Dan ubi kayu yang menjadi bahan baku pembuatan tape ubi tidak boleh ubi kayu yang di pupuk, karena ubi kayu yang menggunakan pupuk dapat merubah cita rasa tape ubi.

Secara rinci, mengenai jumlah penggunaan bahan baku ubi kayu dalam pengolahan tape ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Ubi Kayu Dalam Pengolahan

Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan ( 1 Kali Produksi )

Uraian Total (Kg) Rata-rata (Kg)

Penggunaan Ubi Kayu 765 27,32


(45)

Dari Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa rata-rata penggunaan bahan baku setiap 1 kali produksi adalah 27,32 kg. Dengan frekuensi pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yang dilakukan responden di daerah penelitian adalah setiap hari.

5.1.1.2 Penggunaan Modal Investasi

Setiap kegiatan dalam proses pengolahan, mutlak membutuhkan modal. Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Dalam menjalankan usaha pengolahan tape ubi untuk skala rumah tangga, investasi yang diperlukan pada saat awal bervariasi mulai dari Rp.275.000 sampai Rp.1.636.000. Investasi tersebut digunakan untuk membeli peralatan dalam pengolahan tape ubi. Dengan Secara rinci, modal investasi dalam usaha pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Modal Investasi Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan

Investasi Jumlah Nilai (Rp)

Range Total Rata-rata

Dandang 28 200.000 - 1.500.000 11.540.000 412.143

Baskom 28 15.000 - 144.000 1.777.000 63.464

Pisau 28 10.000 - 75.000 765.000 27.321

Kompor Gas 19 200.000 - 500.000 4.725.000 248.684

Tungku 9 7.500 - 20.000 103.500 11.500

Penyaring 28 10.000 - 30.000 455.000 16.250

Total 19.365.500

Rata-rata 779.362

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 3 5.1.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses pengolahan. Tenaga kerja dalam usaha pengolahan tape ubi di daerah penelitian


(46)

diperlukan untuk mengerjakan berbagai tahapan proses pengolahan seperti pengupasan, pengerokkan, pemotongan, dan pencucian, perebusan dan penyaringan, pendinginan, peragian, pembungkusan, dan pemeraman. Secara rinci, penggunaan tenaga kerja dalam usaha pengolahan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan ( 1 Kali Produksi )

Uraian Total (HOK) Rata-rata (HOK)

Penggunaan Tenaga Kerja 17,625 0,63 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 4

Dalam proses pembuatan tape ubi di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Untuk satu kali produksi per harinya dibutuhkan tenaga kerja sebesar 0,63 HOK.

5.1.2 Proses Pengolah Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi

Untuk mendapatkan tape ubi yang sesuai keinginan konsumen, di butuhkan tahapan proses pengolahan. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 3 hari. Tahapan yang penting dalam pembuatan tape ubi adalah pada bagian perebusan dan peragian. Kegiatan ini perlu ketelitian, bila ubi kayu terlalu lama direbus ubi kayu akan mudah hancur sehingga susah dalam melanjutkan proses selanjutnya. Sedangkan dalam proses peragian juga membutuhkan ketelitian dalam pengukuran bahan baku.

Pengolahan tape ubi di daerah penelitian membutuhkan proses yang relatif panjang, yang terdiri dari 7 tahapan, yaitu: 1) pengupasan, 2) pengerokkan,


(47)

pemotongan, dan pencucian, 3) perebusan dan penyaringan, 4) pendinginan, 5) peragian, 6) pembungkusan, dan 7) pemeraman. Pada gambar 5.1 disajikan alur tahapan pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi.

Gambar 5.1 Alur Tahapan Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi Uraian Kegiatan

1) Pengupasan

2) Pengerokkan, pemotongan, dan Pencucian

3) Perebusan dan Penyaringan

4) Pendinginan

5) Peragian

6) Pembungkusan

7) Pemeraman


(48)

5.1.2.1 Tahapan Pengupasan

Pengupasan ubi kayu merupakan tahap pertama pengolahan tape ubi. Pengupasan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kulit ubi kayu sehingga diperoleh daging ubi kayu. Kagiatan ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1 setengah jam tergantung pada banyaknya jumlah ubi kayu yang digunakan.

Gambar 5.2 Tahapan Pengupasan 5.1.2.2 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian

Ubi kayu yang sudah dikupas kemudian dikerok, hal ini dilakukan untuk menghilangkan lendir yang menempel pada permukaan daging ubi kayu, setelah lendir yang menempel pada ubi kayu hilang. Ubi kayu di potong kecil-kecil, kemudian ubi kayu yang telah dipotong kecil-kecil dicuci menggunakan air supaya daging ubi kayu bersih. Kagiatan ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam tergantung pada banyaknya jumlah ubi kayu yang digunakan.


(49)

Gambar 5.3 Tahapan Pengerokkan, Pemotongan, dan Pencucian 5.1.2.3 Tahapan Perebusan dan Penyaringan

Ubi kayu yang telah dicuci kemudian direbus dengan menggunakan air secukupnya sampai ubi kayu terendam di dalam air, kegiatan perebusan ini merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan ketelitian. Dimana ubi kayu yang direbus tersebut tidak boleh terlalu matang karena ubi kayu yang terlalu matang akan mudah hancur. Perebusan ubi kayu biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 1 setengah jam. Setelah ubi kayu selesai direbus, ubi kayu tersebut disaring menggunakan wadah saringan.


(50)

5.1.2.4 Tahapan Pendinginan

Tahapan pendinginan merupakan tahapan dimana ubi kayu yang telah disaring diletakkan secara merata di atas lantai yang telah dialaskan dengan plastik terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar ubi kayu tersebut dingin secara merata. Pendinginan ubi kayu yang telah direbus tersebut biasanya membutuhkan waktu 1 jam. Selama menunggu dingin biasanya responden melakukan kegiatan lain seperti membentuk daun pisang sesuai ukuran yang akan digunakan untuk membungkus tape, dan juga memotong lidi menjadi ukuran kecil.

Gambar 5.5 Tahapan Pendinginan 5.1.2.5 Tahapan Peragian

Setelah ubi kayu dingin di masukkan ke dalam wadah dan di taburkan ragi secara merata. Banyaknya ragi tergantung banyaknya penggunaan ubi kayu, pemberian ragi disini berfungsi dalam proses fermentasi, serta memberi aroma (alkohol). Pemberian ragi memerlukan ketelitian dimana perbandingan antara banyaknya ragi yang diberikan seimbang dengan banyaknya ubi kayu yang akan diolah menjadi tape ubi, kebutuhan ragi dalam kegiatan ini biasanya memiliki perbandingan 5 bungkus ragi untuk 10 kg ubi kayu. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata penggunaan ragi dalam satu kali produksi adalah 15,54 Bungkus.


(51)

Gambar 5.6 Tahapan Peragian 5.1.2.6 Tahapan Pembungkusan

Kegiatan pembungkusan ini dilakukan sebelum tahapan akhir yaitu tahapan pemeraman. Hal ini dikarenakan, ubi kayu masik keras dan tidak mudah rusak pada saat pembungkusan dilakukan. Bila pembungkusan dilakukan setelah diperam, ubi kayu tersebut sudah lunak dan mudah hancur sehingga susah buat di bungkus.

Pada tahapan pembungkusan biasanya memerlukan waktu 1 sampai 3 setengah jam tergantung banyaknya ubi kayu yang digunakan. Banyaknya isi setiap bungkus tape ubi tergantung pada jumlah harga per bungkus yang akan dijual. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil produksi tape ubi di daerah penelitian selama satu kali produksi sebesar 228,57 bungkus, dengan rata-rata harga jual sebesar Rp.1.071,43.


(52)

Gambar 5.7 Tahapan Pembungkusan 5.1.2.7 Tahapan Pemeraman

Pemeraman merupakan kegiatan akhir dari seluruh tahapan yang ada. Pemeraman merupakan kegiatan dimana ubi kayu yang telah dibungkus di letakkan kedalam wadah. Sebelum diletakkan ke dalam wadah, seluruh permukaan dalam wadah dilapisi daun pisang terlebih dahulu.

Setelah ubi kayu yang telah dibungkus diletakkan kedalam wadah, wadah di tutup menggunakan daun pisang dan kain diatasnya. Hal ini dilakukan agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Dalam tahapan pemeraman ubi kayu biasanya dilakukan selama 2 malam, tidak boleh terlalu lama karena jika proses fermentasi terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam asetat sehingga dapat menghasilkan tape ubi yang terasa masam. Setelah 2 malam diperam maka ubi kayu telah menjadi tape ubi yang siap untuk dipasarkan.


(53)

Gambar 5.8 Tahapan Pemeraman

5.2 Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tape Ubi

Pembuatan tape ubi dilokasi penelitian berlangsung sudah cukup lama, kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kerja dalam keluarga. Proses pembuatan tape ubi dapat dikatakan cukup sederhana. Karena, saat ini proses pembuatan tape ubi masih menggunakan teknologi yang sederhana. Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatannya yang masih mengandalkan tenaga kerja manusia.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dalam penelitian ini adalah metode perhitungan nilai tambah netto yaitu nilai produk dikurang dengan nilai bahan baku dan nilai bahan penunjang lainnya serta biaya penyusutan peralatan. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang


(54)

terjadi akibat adanya proses pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yang siap dipasarkan.

Nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu sampai menjadi produk olahan. Output (produk olahan) yang dihasilkan pada proses ini adalah tape ubi. Hasil yang didapat di daerah penelitian berupa tape ubi yang dibungkus dengan menggunakan daun pisang dan ada juga yang sebagian menggunakan plastik.

5.2.1 Input dan Output

Input adalah bahan baku ubi kayu yang digunakan selama satu kali produksi untuk diproses sampai menjadi tape ubi dan diukur dengan satuan kg. Output adalah produk dan penerimaan yang dihasilkan selama satu kali produksi yang diukur dalam satuan bungkus dan Rp. penggunaan bahan baku ubi kayu (input) dan output (tape ubi) yang dihasilkan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Penggunaan Input Dan Output Yang Dihasilkan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan ( 1 Kali Produksi ) Uraian Penggunaan Bahan

Baku (Input)(kg)

Output

Produk (Bungkus) Penerimaan (Rp) Per satu kali

produksi

27,32 228,57 224.464

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 10

Dari Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa output produk yang dihasilkan selama satu kali produksi (per hari) adalah sebesar 228,57 bungkus tape ubi, dengan mengelolah ubi kayu sebanyak 27,32 kg. Sehingga faktor konversi yang didapat adalah sebesar 8,37. Nilai konversi ini menunjukan bahwa setiap 1 kg ubi kayu akan menghasilkan 8,37 bungkus tape ubi.


(55)

Sedangkan output penerimaan yang dihasilkan adalah sebesar Rp.224.464, dengan mengelolah ubi kayu sebanyak 27,23 kg. sehingga faktor konversi yang didapat adalah sebesar 8.216. Nilai konversi ini menunjukan bahwa setiap 1 kg ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.8.216. Faktor konversi merupakan perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan (konversi antara input dan output).

5.2.2 Biaya Bahan Penunjang (Sumbangan Input Lain)

Dalam proses pembuatan tape ubi bahan bakunya adalah ubi kayu. Selain bahan baku, proses pembuatan tape ubi juga membutuhkan bahan-bahan penunjang (input lain) seperti ragi, daun pisang, lidi, plastik, karet, kayu bakar, dan gas. Dalam hal ini biaya air tidak di hitung karena para pengelolah tape di daerah penelitian menggunakan air sumur sehingga biayanya masuk ke biaya kehidupan sehari-hari. Secara rinci biaya bahan penunjang (sumbangan input lain) pada pembuatan tape ubi dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5 Biaya Bahan Penunjang dan Pemasaran Yang Digunakan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)

No Uraian Biaya (Rp) Persentase

(%)

1 Ragi 7.767,86 21,15

2 Daun pisang 13.214,29 36,00

3 Lidi 2.247,46 6,12

4 Plastik 2.160,71 5,90

5 Karet 660,71 1,80

6 Kayu bakar 4.049,75 11,03

7 Gas 6.607,14 18,00

Total Biaya Bahan Penunjang ( Rp ) 36.707,92 100

Penggunaan Bahan Baku ( Kg ) 27,32

Biaya Bahan Penunjang dan Pemasaran ( Rp/Kg ) 1.343,63 Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 5,6


(56)

Dari Tabel 5.5 menunjukkan bahwa biaya bahan penunjang dan pemasaran dalam pengolahan ubi kayu menjadi tape ubi yaitu sebesar Rp. 1.343,63/kg. Biaya yang paling tinggi adalah biaya daun pisang sebesar 36,00%, sedangkan biaya yang paling rendah adalah biaya karet sebesar 1,80%.

5.2.3 Nilai Penyusutan Peralatan ( Biaya Penyusutan)

Biaya penyusutan merupakan biaya keausan pada alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Tujuan dari adanya biaya penyusutan ini adalah untuk biaya pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Adapun biaya penyusutan dari peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan tape ubi di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6 Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usaha Pengolahan Tape Ubi di Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan (1 kali produksi)

Peralatan Biaya Penyusutan (Rp)

Dandang 168,11

Baskom 158,46

Pisau 74,85

Kompor 83,72

Tungku 10,13

Penyaring 44,52

Jumlah 539,79

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 7

Dari Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa jumlah biaya penyusutan peralatan dalam pengolahan tape ubi di daerah penelitian adalah Rp.539,79. Biaya penyusutan yang paling tinggi yaitu dandang sebesar Rp.168,11, sedangkan biaya penyusutan yang paling rendah yaitu tungku sebesar 10,13.


(1)

Lampiran 7. Data Biaya Penyusutan Peralatan Pengolahan Tape Ubi (1 Kali produksi) (Lanjutan)

No.

Sampel

Jenis Peralatan

Total Biaya Kompor Gas

(buah)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan (Rp)

Tungku (Buah)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan (Rp)

Penyaring (buah)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Biaya Penyusutan (Rp)

1 1 5 273,97 0 0 0 2 1 82,19 840,18

2 1 5 136,99 0 0 0 2 1 54,79 580,82

3 0 0 0 2 1 41,10 1 1 27,40 410,96

4 1 6 102,74 0 0 0 1 1 27,40 750,49

5 0 0 0 1 1 27,40 1 1 41,10 470,32

6 0 0 0 2 1 43,84 1 1 54,79 695,89

7 1 5 109,59 0 0 0 1 1 41,10 468,49

8 1 7 97,85 0 0 0 1 1 35,62 744,42

9 1 5 117,81 0 0 0 1 1 54,79 633,79

10 0 0 0 1 1 20,55 1 1 32,88 461,64

11 0 0 0 1 1 20,55 1 1 41,10 526,22

12 1 5 123,29 0 0 0 1 1 27,40 380,14

13 0 0 0 2 1 54,79 1 1 41,10 328,77

14 1 5 128,77 0 0 0 1 1 41,10 635,62

15 0 0 0 1 1 27,40 1 1 54,79 339,73

16 1 7 109,59 0 0 0 1 1 27,40 465,07

17 1 6 114,16 0 0 0 2 1 82,19 518,26

18 1 7 88,06 0 0 0 1 1 41,10 523,68

19 1 5 128,77 0 0 0 1 1 41,10 580,82

20 1 6 114,16 0 0 0 1 1 41,10 404,83

21 1 5 128,77 0 0 0 1 1 54,79 1.630,14

22 0 0 0 1 1 20,55 1 1 27,40 264,84

23 1 5 123,29 0 0 0 1 1 82,19 454,34

24 0 0 0 1 1 27,40 1 1 27,40 265,41

25 1 7 97,85 0 0 0 2 1 82,19 486,89

26 1 5 117,81 0 0 0 1 1 27,40 380,82

27 1 6 107,31 0 0 0 1 1 41,10 390,87

28 1 5 123,29 0 0 0 1 1 54,79 483,56

Jumlah 19 107 2.344,03 12 9 283,58 32 28 1.246,58 15.114,01


(2)

Lampiran 8. Data Jumlah Penerimaan dan Biaya Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

No.

Sampel

Nama Jumlah Bahan Baku Ubi Kayu (kg)

Jumlah Biaya Bahan Baku

(Rp)

Jumlah Biaya Bahan Tambahan (Rp)

Jumlah Biaya Lainnya dan

Pemasaran (Rp)

Jumlah Biaya Penyusutan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

Produksi Tape Ubi (Bungkus)

Harga Jual (Rp/Bungkus)

Penerimaan (Rp)

1 Suparni 20 30.000 5.000 41.500 840,18 77.340,18 150 1.000 150.000

2 Eka Susanti 20 30.000 5.000 57.500 580,82 93.080,.82 300 500 150.000

3 Muntini 35 52.500 10.000 72.500 410,96 135.410,96 120 2.000 240.000

4 Leni 40 60.000 10.000 71.500 750,49 142.250,49 150 2.000 300.000

5 Imat 30 45.000 10.000 52.500 470,32 107.970,32 300 1.000 300.000

6 Suati 40 60.000 15.000 84.107 695,89 159.802,89 350 1.000 350.000

7 Yuni 20 30.000 5.000 47.500 468,49 82.968,49 200 1.000 200.000

8 Marsiti 70 105.000 20.000 81.500 744,42 207.244,42 300 2.000 600.000

9 Minarsih 40 60.000 15.000 68.000 633,79 143.633,79 350 1.000 350.000

10 Waginem 10 15.000 5.000 14.500 461,64 34.961,64 120 500 60.000

11 Sarilah 20 30.000 2.500 37.143 526,22 70.169,22 200 1.000 200.000

12 Aisyah 20 30.000 5.000 20.857 380,14 56.237,14 300 500 150.000

13 Murni 40 60.000 10.000 36.815 328,77 107.143,77 120 2.000 240.000

14 Rosmini 25 37.500 5.000 47.250 635,62 90.385,62 110 2.000 220.000

15 Sumariati 30 45.000 10.000 52.100 339,73 107.439,07 250 1.000 250.000

16 Muryanti 15 22.500 5.000 17.000 465,07 44.965,07 180 500 90.000

17 Siti Marida 20 30.000 10.000 52.000 518,26 92.518,26 320 500 160.000

18 Sarmini 40 60.000 10.000 62.500 523,68 133.023,68 350 1.000 350.000

19 Arni Sutrisno 20 30.000 5.000 51.500 580,82 87.080,82 180 1.000 180.000

20 Siti 40 60.000 5.000 54.500 404,83 119.904,83 180 2.000 360.000

21 Ummi 30 45.000 15.000 67.500 1.630,14 129.130,14 200 1.000 200.000

22 Rita 20 30.000 5.000 72.500 264,84 107.764,84 320 500 160.000

23 Minong 20 30.000 5.000 46.500 454,34 81.954,34 200 1.000 200.000

24 Rani Astuti 15 22.500 5.000 17.500 265,41 45.265,41 100 1.000 100.000

25 Yunar 25 37.500 7.500 26.750 486,89 72.236,89 350 500 175.000

26 Elyanti 20 30.000 5.000 47.000 380,82 82.380,82 200 1.000 200.000

27 Diah 20 30.000 2.500 44.500 390,87 77.390,87 200 1.000 200.000

28 Munir 20 30.000 5.000 56.500 483,56 91.983,56 300 500 150.000

Jumlah 765 1.147.500 217.500 1.401.522 15.114,01 2.781.639,01 6.400 30.000 6.285.000


(3)

Lampiran 9. Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

No.

Sampel

Jumlah Bahan Baku Ubi Kayu (kg)

Jumlah Biaya Variabel (Rp)

Jumlah Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya (Rp)

Produksi Tape Ubi (Bungkus)

Harga Jual (Rp/Bungkus)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 20 76.500 840,18 77.340,18 150 1.000 150.000 72.660

2 20 92.500 580,82 93.080,82 300 500 150.000 56.919

3 35 135.000 410,96 135.410,96 120 2.000 240.000 104.589

4 40 141.500 750,49 142.250,49 150 2.000 300.000 157.750

5 30 107.500 470,32 107.970,32 300 1.000 300.000 192.030

6 40 159.107 695,89 159.802,89 350 1.000 350.000 190.197

7 20 82.500 468,49 82.968,49 200 1.000 200.000 117.032

8 70 206.500 744,42 207.244,42 300 2.000 600.000 392.756

9 40 143.000 633,79 143.633,79 350 1.000 350.000 206.366

10 10 34.500 461,64 34.961,64 120 500 60.000 25.038

11 20 69.643 526,22 70.169,22 200 1.000 200.000 129.831

12 20 55.857 380,14 56.237,14 300 500 150.000 93.763

13 40 106.815 328,77 107.143,77 120 2.000 240.000 132.856

14 25 89.750 635,62 90.385,62 110 2.000 220.000 129.614

15 30 107.100 339,73 107.439,07 250 1.000 250.000 142.560

16 15 44.500 465,07 44.965,07 180 500 90.000 45.035

17 20 92.000 518,26 92.518,26 320 500 160.000 67.482

18 40 132.500 523,68 133.023,68 350 1.000 350.000 216.976

19 20 86.500 580,82 87.080,82 180 1.000 180.000 92.919

20 40 119.500 404,83 119.904,83 180 2.000 360.000 240.098

21 30 127.500 1.630,14 129.130,14 200 1.000 200.000 70.870

22 20 107.500 264,84 107.764,84 320 500 160.000 52.235

23 20 81.500 454,34 81.954,34 200 1.000 200.000 118.046

24 15 45.000 265,41 45.265,41 100 1.000 100.000 54.735

25 25 71.750 486,89 72.236,89 350 500 175.000 102.763

26 20 82.000 380,82 82.380,82 200 1.000 200.000 117.619

27 20 77.000 390,87 77.390,87 200 1.000 200.000 122.609

28 20 91.500 483,56 91.983,56 300 500 150.000 58.016

Jumlah 765 2.766.522 15.114,01 2.781.636,01 6.400 30.000 6.285.000 3.503.360.99 Rataan 27.32 98.804,36 539,79 99.344,15 228,57 1.071.43 224.464 125.120.04


(4)

Lampiran 10. Data Jumlah Bahan Baku (Input) dan Output Pada Pengolahan Tape Ubi (1 Kali Produksi)

No. Sampel Nama Input (kg) Output

Produk (Bungkus) Penerimaan (Rp)

1 Suparni 20 150 150.000

2 Eka Susanti 20 300 150.000

3 Muntini 35 120 240.000

4 Leni 40 150 300.000

5 Imat 30 300 300.000

6 Suati 40 350 350.000

7 Yuni 20 200 200.000

8 Marsiti 70 300 600.000

9 Minarsih 40 350 350.000

10 Waginem 10 120 60.000

11 Sarilah 20 200 200.000

12 Aisyah 20 300 150.000

13 Murni 40 120 240.000

14 Rosmini 25 110 220.000

15 Sumariati 30 250 250.000

16 Muryanti 15 180 90.000

17 Siti Marida 20 320 160.000

18 Sarmini 40 350 350.000

19 Arni Sutrisno 20 180 180.000

20 Siti 40 180 360.000

21 Ummi 30 200 200.000

22 Rita 20 320 160.000

23 Minong 20 200 200.000

24 Rani Astuti 15 100 100.000

25 Yunar 25 350 175.000

26 Elyanti 20 200 200.000

27 Diah 20 200 200.000

28 Munir 20 300 150.000

Jumlah 765 6400 6.285.000


(5)

Lampiran 11. Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Bulan)

No.

Sampel

Jumlah Bahan Baku Ubi Kayu (kg)

Jumlah Biaya Variabel (Rp)

Jumlah Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya (Rp)

Produksi Tape Ubi (Bungkus)

Harga Jual (Rp/Bungkus)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 600 2.295.000 25.205,40 2.320.205,40 4.500 1.000 4.500.000 2.179.794,60

2 600 2.775.000 17.424,60 2.792.424,60 9.000 500 4.500.000 1.707.575,40

3 1.050 4.050.000 12.328,80 4,062,328.80 3.600 2.000 7.200.000 3.137.671,20 4 1.200 4.245.000 22.514,70 4.267.514,70 4.500 2.000 9.000.000 4.732.485,30

5 900 3.225.000 14.109,60 3.239.109,60 9.000 1.000 9.000.000 5.760.890,40

6 1.200 4.732.210 20.876,70 4.794.086,70 10.500 1.000 10.500.000 5.705.913,30

7 600 2.475.000 14.054,70 2.489.054,70 6.000 1.000 6.000.000 3.510.945,30

8 2.100 6.195.000 22.332,60 6.217.332,60 9.000 2.000 18.000.000 11.782.667,40 9 1.200 4.290.000 19.013,70 4.309.013,70 10.500 1.000 10.500.000 6.190.986,30

10 300 1.035.000 13.849,20 1.048.849,20 3.600 500 1.800.000 751.150,80

11 600 2.089.290 15.786,60 2.105.076,60 6.000 1.000 6.000.000 3.894.923,40

12 600 1.675.710 11.404,20 1.687.114,20 9.000 500 4.500.000 2.812.885,80

13 1.200 3.204.450 9.863,10 3.214.313,10 3.600 2.000 7.200.000 3.985.686,90

14 750 2.692.500 19.068,60 2.711.568,60 3.300 2.000 6.600.000 3.888.431,40

15 900 3.213.000 10.191,90 3.223.191.90 7.500 1.000 7.500.000 4.276.808,10

16 450 1.335.000 13.952,10 1.348.952,10 5.400 500 2.700.000 1.351.047,90

17 600 2.760.000 15.547,80 2.775.547,80 9.600 500 4.800.000 2.024.452,20

18 1.200 3.975.000 15.710,40 3.990.710,40 10.500 1.000 10.500.000 6.509.289,60

19 600 2.595.000 17.424,60 2.612.424,60 5.400 1.000 5.400.000 2.787.575,40

20 1.200 3.585.000 12.144,90 3.597.144,90 5.400 2.000 10.800.000 7.202.855,10

21 900 3.825.000 48.904,20 3.873.904,20 6.000 1.000 6.000.000 2.126.095,80

22 600 3.225.000 7.945,20 3.232.945,20 9.600 500 4.800.000 1.567.054,80

23 600 2.445.000 13.630,20 2.458.630,20 6.000 1.000 6.000.000 3.541.369,80

24 450 1.350.000 7.962,30 1.357.962,30 3.000 1.000 3.000.000 1.642.037,70

25 750 2.152.500 14.606,70 2.167.106,70 10.500 500 5.250.000 3.082.893,30

26 600 2.460.000 11.424,60 2.471.424,60 6.000 1.000 6.000.000 3.528.575,40

27 600 2.310.000 11.726,10 2.321.726,10 6.000 1.000 6.000.000 3.678.273,90

28 600 2.745.000 14.506,80 2.759.506,80 9.000 500 4.500.000 1.740.493,20

Jumlah 22.950 82.995.660 453.510,3 83.449.170,30 192.000 30.000 188.550.000,00 105.100.829,70 Rataan 819.64 2.964.130,71 16.196,8 2.980.327,51 6.857,14 1.071,43 6.733.928,57 3.753.601,06


(6)

Lampiran 12. Data Pendapatan Pengolahan Tape Ubi (1 Bulan) Dengan Satuan Kg Bahan Baku Yang Sama

No.

Sampel

Jumlah Bahan Baku Ubi Kayu (kg)

Jumlah Biaya Variabel (Rp)

Jumlah Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya (Rp)

Produksi Tape Ubi (Bungkus)

Harga Jual (Rp/Bungkus)

Penerimaan (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 800 3.060.000,00 25.205,40 3.085.205,40 6.000,00 1.000 6.000.000,00 2.914.794,60 2 800 3.700.000,00 17.424,60 3.717.424,60 12.000,00 500 6.000.000,00 2.282.575,40 3 800 3.085.714,29 12.328,80 3.098.043,09 2.742,86 2.000 5.485.714,29 2.387.671,20 4 800 2.830.000,00 22.514,70 2.853.514,70 3.000,00 2.000 6.000.000,00 3.147.485,30 5 800 2.866.666,67 14.109,60 2.880.776,70 8.000,00 1.000 8.000.000,00 5.119.223,73 6 800 3.182.140,00 20.876,70 3.203.016,70 7.000,00 1.000 7.000.000,00 3.796.983,30 7 800 3.300.000,00 14.054,70 3.314.054,70 8.000,00 1.000 8.000.000,00 4.685.945,30 8 800 2.360.000,00 22.332,60 2.382.332,60 3.428,57 2.000 6.857.142,86 4.474.810,26 9 800 2.860.000,00 19.013,70 2.879.013,70 7.000,00 1.000 7.000.000,00 4.120.986,30 10 800 2.760.000,00 13.849,20 2.773.849,20 9.600,00 500 4.800.000,00 2.026.150,80 11 800 2.785.720,00 15.786,60 2.801.506,60 8.000,00 1.000 8.000.000,00 5.198.493,40 12 800 2.234.280,00 11.404,20 2.245.684,20 12.000,00 500 6.000.000,00 3.754.315,80 13 800 2.136.300,00 9.863,10 2.146.163,10 2.400,00 2.000 4.800.000,00 2.653.836,90 14 800 2.872.000,00 19.068,60 2.891.068,60 3.520,00 2.000 7.040.000,00 4.148.931,40 15 800 2.856.000,00 10.191,90 2.866.191,90 6.666,67 1.000 6.666.666,67 3.800.474,77 16 800 2.373.333,33 13.952,10 2.387.285,43 9.600,00 500 4.800.000,00 2.412.714,57 17 800 3.680.000,00 15.547,80 3.695.547,80 12.800,00 500 6.400.000,00 2.704.452,20 18 800 2.650.000,00 15.710,40 2.665.710,40 7.000,00 1.000 7.000.000,00 4.334.289,60 19 800 3.460.000,00 17.424,60 3.477.424,60 7.200,00 1.000 7.200.000,00 3.722.575,40 20 800 2.390.000,00 12.144,90 2.402.144,90 3.600,00 2.000 7.200.000,00 4.797.855,10 21 800 3.400.000,00 48.904,20 3.448.904,20 5.333,33 1.000 5.333.333,33 1.884.429,13 22 800 4.300.000,00 7.945,20 4.307.945,20 12.800,00 500 6.400.000,00 2.092.054,80 23 800 3.260.000,00 13.630,20 3.273.630,20 8.000,00 1.000 8.000.000,00 4.726.369,80 24 800 2.400.000,00 7.962,30 2.407.962,30 5.333,33 1.000 5.333.333,33 2.925.371,03 25 800 2.296.000,00 14.606,70 2.310.606,70 11.200,00 500 5.600.000,00 3.289.393,30 26 800 3.280.000,00 11.424,60 3.291.424,60 8.000,00 1.000 8.000.000,00 4.708.575,40 27 800 3.080.000,00 11.726,10 3.091.726,10 8.000,00 1.000 8.000.000,00 4.808.273,90 28 800 3.660.000,00 14.506,80 3.674.506,80 12.000,00 500 6.000.000,00 2.325.493,20 Jumlah 22.400 83.118.154,29 453.510,3 83.571.664,59 210.224,76 30.000 182.916.190,48 99.344.525,89 Rataan 800,00 2.968.505,51 16.196,8 2.984.702,31 7.508,03 1.071,43 6.532.721,09 3.548.018,78