Fishing Interaction of Tuna and Skipjack Fisheries Landed on National Fishing Port Ternate North Mollucas

INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN AKALANG
YANG BERPANGKALAN DI PPN TERNATE
MALUKU UTARA

TITIEN SOFIATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Interaksi Usaha
Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan di PPN Ternate Maluku
Utara adalah \ karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Titien Sofiati
NIM C452110041

RINGKASAN
TITIEN SOFIATI. Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang
Berpangkalan di PPN Ternate Maluku Utara. Dibimbing oleh DOMU
SIMBOLON, TRI WIJI NURANI dan EKO SRI WIYONO.
Program revitalisasi tuna yang dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Ternate mengindikasikan adanya perubahan dan ekspansi
pengelolaan sumberdaya ikan unggulan tidak hanya fokus pada cakalang tetapi
juga pada sumberdaya ikan tuna. Namun hal ini tidak mudah untuk direalisasikan,
karena para pelaku yang berkecimpung didalamnya maupun masyarakat tidak
akan mudah untuk menerima. Merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
sangatlah sulit, apalagi tiap pelaku memiliki persepsi tersendiri terhadap kebijakan
yang akan dibuat. Persepsi para stakeholder memiliki peran penting dan cukup
mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang

akan diterapkan. Pemanfaatan sumberdaya tuna dan cakalang secara bersamasama antara hand line, pumpboat, dan pole and line mempunyai dampak
tersendiri terhadap keberlanjutan usaha penangkapan setiap unit penangkapan.
Interaksi yang terjadi antara ketiga usaha penangkapan sangat erat, karena
terdapat kesamaan sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menilai persepsi stakeholder terhadap
sumberdaya ikan tuna dan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, (2)
menentukan interaksi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN
Ternate. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan
perikanan tuna dan cakalang di PPN Ternate dan menjadi sumber informasi bagi
pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan tuna.
Sebagai masukan kepada para pelaku usaha penangkapan ikan dalam rangka
peningkatan efisiensi operasi penangkapan tuna, serta menambah khasanah
keilmuan bagi para peneliti.
Penelitian dilakukan selama dua bulan dari Januari sampai Februari 2013
dengan metode wawancara dan survei. Analisis persepsi dilakukan secara
deskriptif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di
PPN Ternate, pengujian menggunakan persamaan deskriminan berganda untuk
memperoleh suatu peta perseptual (perceptual map). Interaksi antara usaha
penangkapan tuna dan cakalang dilihat dengan menghitung produktivitas dari
hand line, pumpboat, dan pole and line. Pola interaksi antara usaha penangkapan

hand line, pumpboat, dan pole and line dilihat secara deskriptif dan pengujian
statistik korelasi. Analisis deskriptif dilakukan terhadap produktivitas time series
dari hand line, pumpboat, dan pole and line. Uji korelasi dilakukan untuk
memperkuat analisis deskriptif sebelumnya mengenai ada tidaknya interaksi yang
terjadi.

Persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate dilihat
berdasarkan faktor-faktor volume produksi, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, dan
permintaan pasar. Hasil analisis deskriminan menunjukan bahwa persepsi
stakeholder cenderung sama yakni faktor-faktor atau atribut yang bersangkutan
dengan sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate merupakan faktor penting yang
mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Faktor-faktor ini telah
berkembang dengan baik dan harus ditingkatkan.
Persepsi stakeholder terhadap teknologi usaha penangkapan tuna di PPN
Ternate dilihat berdasarkan faktor-faktor perkembangan jumlah armada
penangkapan tuna, peningkatan teknologi penangkapan, dan daerah penangkapan
ikan. Hasil analisis deskriminan menunjukan bahwa persepsi stakeholder tentang
perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate adalah sama,
yaitu faktor-faktor yang bersangkutan dengan teknologi usaha penangkapan tuna
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi usaha

penangkapan tuna di PPN Ternate. Ketiga faktor ini sudah berkembang dengan
baik dan harus tetap ditingkatkan.
Hasil perhitungan produktivitas hand line, pumpboat, dan pole and line
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu berdasarkan volume produksi per trip per
unit dan berdasarkan pendapatan per trip per unit. Produktivitas berdasarkan
kedua pendekatan tersebut menunjukan bahwa pumpboat merupakan alat tangkap
yang paling produktif, kemudian dilanjutkan oleh pole and line dan hand line.
Interaksi yang terjadi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN
Ternate yakni hand line, pumpboat, dan pole and line memiliki pola tersendiri.
Pola interaksi dilihat berdasarkan uji statistik korelasi. Hasil uji korelasi
menunjukan bahwa produktivitas antara hand line dengan pumpboat serta
produktivitas antara pumpboat dengan pole and line memiliki hubungan korelasi
positif yang kuat. Produktivitas antara hand line dan pole and line memiliki
hubungan korelasi negatif yang kuat.
Kata Kunci : Interaksi, persepsi, produktivitas, tuna

SUMMARY
TITIEN SOFIATI. Fishing Interaction of Tuna and Skipjack Fisheries Landed
on National Fishing Port Ternate North Mollucas. Supervised by DOMU
SIMBOLON, TRI WIJI NURANI and EKO SRI WIYONO.

Tuna revitalization program undertaken by National Fishing Port (PPN)
Ternate indicate a change in the management of fish resources and the expansion
of seed not only focus on skipjack but also on tuna resources. However it is not
easy to be realized, because the actors who are involved in it and the public will
not be easy to accept. To change something that has become a habit is hard, let
alone each actor has its own perception of the policy will be made. Perceptions of
stakeholders have an important role and is affecting their engagement towards
fisheries management system that will be applied. Resource use tuna and skipjack
together between the hand line, pumpboat, and pole and line has its own impact
on the sustainability of fishing effort per fishing unit. Interactions between third
fishing effort is very close, because there are similarities fish resources are being
targeted arrests.
The purpose of this study is: (1) assess the stakeholders perceptions of the
fishery tuna resources and tuna fishing effort technology in PPN Ternate, (2)
determine the interaction between fishing effort tuna and skipjack in PPN Ternate.
This study is expected to be a reference in the development of tuna and skipjack
fisheries in PPN Ternate and become resources for local government development
policy in the determination of the tuna fisheries. As input to the perpetrators of
fishing effort in order to improve the efficiency of tuna fishing operations, as well
as add to their repertoire of knowledge for researchers.

The study was conducted during the two months of January and February
2013 with interviews and surveys. Analysis was done descriptively perception of
the factors influencing the tuna fishing effort in PPN Ternate, deskriminan
multiple testing using the equation to obtain a perceptual map. Interactions
between tuna and skipjack fishing effort seen by calculating the productivity of
the hand line, pumpboat, and pole and line. Pattern of interaction between hand
line, pumpboat, and pole and line fishing effort be viewed the descriptive statistics
and correlation testing. Descriptive analyzes were undertaken on time series
productivity of hand line, pumpboat, and pole and line. Correlation test is done to
strengthen the previous descriptive analysis of the presence or absence interaction
that occurs.
Stakeholder perceptions of the tuna resources in PPN Ternate be based on
the factors of production volume, the catch size, selling, and market demand.
Deskriminan analysis results showed that the perception of stakeholders tend to
be the same, that the factors or attributes related to tuna resources in PPN Ternate
is an important factor affecting the tuna fishing effort in PPN Ternate . These
factors are well-developed and should be improved
Stakeholder perceptions toward technology tuna fishing effort in PPN
Ternate based on development factors tuna fishing fleet, increase capture
technology, and fishing grounds. Deskriminan analysis results showed that the

perception of stakeholders on the development of technology tuna fishing effort in

PPN Ternate is the same, the factors related to the tuna fishing business
technology are factors that influence the development tuna fishing effort
technology in PPN Ternate. These three factors are already well developed and
should be increased.
The results of calculations produktivity hand line, pumpboat, and pole and
line made by the two approaches are based on the volume of production per trip
per unit and based on revenue per trip per unit. Productivity based on both
approaches show that pumpboat is the most productive fishing gear, followed by
pole and line and hand line. Interactions between fishing effort tuna and skipjack
in PPN Ternate hand line, pumpboat, and pole and line has its own pattern.
Pattern of interaction seen by statistical correlation test. Correlation test result
showed that productivity between hand line with pumpboat and pumpboat with
pole and line has a strong prositive correlation. Productivity between the hand
line and pole and line has a strong negative correlation.

Keywords: Interaction, perception, productivity, tuna

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN AKALANG
YANG BERPANGKALAN DI PPN TERNATE
MALUKU UTARA

TITIEN SOFIATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Mustaruddin, STP

Judul Tesis

: Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang
Berpangkalan di PPN Ternate Maluku Utara

Nama

: Titien Sofiati

NIM

: C452110041


Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi
Ketua

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi
Anggota

Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sistem dan Pemodelan
Perikanan Tangkap

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 23 Desember 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan
hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Februari
2013 ini ialah Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang
Berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ternate Maluku Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Domu Simbolon,
Msi; Ibu Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi; dan Bapak Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi
selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan
tulisan ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Rustardi, APi, MSi dari PPN Ternate; Bapak Yudi Ibrahim, SPi dari Shahbandar
PPN Ternate; dan Bapak Ridwan dari UD. Carlic Era Pranata, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, kakak dan adik-adikku, atas doa dan kasih sayangnya. Tak lupa
pula penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan
Pascasarjana (Magister) PSP 2011 serta teman-teman yang berasal dari Ternate
atas kebersamaan dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Titien Sofiati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

xiii
xiii
xiv
xv
1
1
2
4
4

2 PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN TERNATE
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan

5
5
6
9
16
18

3 INTERAKSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG
DI PPN TERNATE
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan

18
18
20
21
29
31

4 PEMBAHASAN UMUM

31

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

36
36
36

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

39

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL

2.1
2.2
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5

Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor
Produksi dan nilai produksi tuna di PPN Ternate tahun 2009-2011
Produksi ikan tuna dan cakalang di PPN Ternate tahun 2007-2011
Perkembangan pancing ulur (hand line) dan huhate (pole and line)
Di PPN Ternate tahun 2007-2011
Interval koefisien korelasi dan hubungan antar variabel
Perkembangan produksi dan nilai produksi tuna dan cakalang
Di PPN Ternate
Nilai produksi tuna di PPN Ternate periode tahun 2009-2012

8
16
19
19
21
23
28

DAFTAR GAMBAR

Diagram Kartesius perceptual map
Persepsi kelompok aktor terhadap volume hasil tangkapan tuna di
PPN Ternate
2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna di
PPN Ternate
2.4 Persepsi kelompok aktor terhadap nilai jual ikan tuna di PPN Ternate
2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di
PPN Ternate
2.6 Perceptual map sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate
2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada penangkapan
tuna di PPN Ternate
2.8 Persepsi kelompok aktor terhada peningkatan teknologi penangkapan
tuna di PPN Ternate
2.9 Persepsi kelompok aktor terhadap kondisi daerah penangkapan tuna di
PPN Ternate
2.10 Perceptual map perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna
Di PPN Ternate
3.1 Produktivitas alat tangkap tuna dan cakalang berdasarkan produksi
per trip per unit (A), dan berdasarkan π per trip per unit (B)
3.2 Perbandingan hasil tangkapan tuna di PPN Ternate
3.3 Perbandingan produktivitas berdasarkan jumlah trip per unit per bulan
tahun 2009-2012 di PPN Ternate
3.4 Daerah penangkapan ikan tuna dan cakalang untuk hand line,
pumpboat, dan pole and line
2.1
2.2

8
10
10
11
12
12
13
14
15
15
22
23
24
26

3.5

Perbandingan pendapatan dari hand line, pumpboat, dan pole and line
dalam menangkap tuna tahun 2009-2012 di PPN Ternate

28

DAFTAR LAMPIRAN

1

Peta Lokasi Penelitian

39

2

Hasil uji korelasi antara hand line, pumpboat, dan pole and line

40

3

Unit penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate

42

4

Hasil Tangkapan dan Proses Pengolahan tuna di PPN Ternate

43

5

Sarana dan Prasarana PPN Ternate

44

DAFTAR ISTILAH
CCRF

:

Code of Conduct for Responsible Fisheries merupakan
tatalaksanana atau ketentuan untuk perikanan yang
bertanggung jawab

CPUE

:

Jumlah hasil tangkapan per upaya penangkapan

Baby tuna

:

Tuna berukuran kecil berada dibawah ukuran tuna dewasa
yang telah ditetapkan (< 150-239 cm)

By-cacth

:

Hasil tangkapan yang ditangkap selain dari ikan target
penangkapan.

HACCP

:

Hazard Analysis Critical Control Point merupakan sistem
pengawasan mutu dimana pengawasan mutu dilakukan
secara sistematis, terpadu sejak awal sampai produk siap
dilonsumsi.

Hand line

:

Alat tangkap yang terdiri dari tali pancing, pancing, dan
umpan serta dioperasikan oleh satu orang dengan tali
pancing langsung ke tangan

Pole and line

:

Pancing yang digunakan khusus untuk menangkap
cakalang, tuna dan tongkol, terdiri dari joran, tali pancing,
dan umpan serta dioperasikan secara bersama-sama diatas
kapal.

Pumpboat

:

alat tangkap hand line yang dioperasikan dengan sistem
armada.

Standing stock

:

Ketersediaan sumberdaya lingkungan perairan.

Under exploited ;

Tingkat pemanfaatan sumberdaya yang nilainya dibawah
65%

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya hayati laut Indonesia tidak hanya menjadi komponen
lingkungan yang penting, tetapi juga sebagai warisan yang sangat berharga.
Perikanan memberikan kontribusi yang cukup nyata tidak saja dalam
menyediakan pangan tetapi juga dalam hal ekonomi lokal maupun nasional.
Seperti halnya perikanan dunia yang tengah menghadapi berbagai isu mendasar
yang cukup mempunyai dampak terhadap kelestarian jangka panjang sektor
perikanan, demikian pula yang terjadi terhadap perikanan Indonesia.
Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis
membawa konsekuensi akan jenis ikan maupun potensi sumberdaya ikan yang
melimpah. Secara umum sumberdaya ikan laut berdasarkan spesies dibagi
menjadi delapan kelompok yaitu ikan pelagis besar seperti ikan tongkol
(Euthynnus affinis), tuna (Thunus spp) dan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan
pelagis kecil seperti ikan layang (Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan
teri (Stelophorus spp), kelompok ikan demersal besar, ikan demersal kecil, ikan
hias, mamalia, moluska, dan sumberdaya perikanan lainnya (PIPP. 2013)
Kota Ternate yang merupakan salah satu kota di Provinsi Maluku Utara
dengan luas sebesar 5.795,40 Km2 terdiri dari luas perairan 5.544,55 Km2 (95,60
%) dan daratan 250,85 Km2 (4,4 %). Wilayah Kota Ternate terletak antara 2° LU 3° LS dan 126° - 128° BT berbatasan sebelah utara dengan Laut Maluku, sebelah
selatan dengan Laut Maluku, sebelah timur dengan Laut Halmahera, dan sebelah
barat dengan Laut Maluku (Bappeda Kota Ternate, 2006).
Potensi perikanan lestari Kota Ternate sebesar 47.838,25 ton/tahun dari
standing stok yang dimiliki sebesar 71.757,38 ton. Pada tahun 2010 produksi
baru mencapai 15.439,65 ton atau 32,27 %. Produksi perikanan yang dihasilkan
pada tahun 2010 menunjukan tingkat pemanfaatan yang masih under exploited.
Khusus untuk tuna dan cakalang tingkat pemanfaatannya baru mencapai 21,07 %,
padahal perairan ini merupakan alur migrasi ikan tuna dan cakalang. Hal ini
menunjukan bahwa sangat besar peluang investasi di sektor kelautan dan
perikanan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate, 2010).
Cakalang adalah salah satu sumberdaya ikan yang paling banyak didaratkan
di PPN Ternate. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar nelayan yang
mendaratkan ikan di PPN Ternate adalah nelayan cakalang dengan menggunakan
alat tangkap huhate (Pole and Line). Meskipun demikian belum bisa dikatakan
bahwa cakalang merupakan sumberdaya ikan yang sangat melimpah. Sofiati
(2011) mengemukakan bahwa produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan
ikan cakalang di perairan Kota Ternate pada tahun 2005-2009 justru memiliki tren
menurun.
Selain cakalang, tuna juga merupakan ikan yang bernilai ekonomis penting
dengan tujuan utama ekspor. Sumberdaya ikan ini merupakan salah satu
komoditas perikanan utama Indonesia yang memiliki wilayah terluas di ASEAN.
Indonesia sendiri diperhitungkan sebagai produsen utama tuna dunia. Hal ini bisa
dilihat dengan meningkatnya jumlah ekspor tuna Indonesia, dari 122.450 ton pada
tahun 2010 menjadi 141.774 ton pada tahun 2011 (KKP. 2012). Sementara

2

produksi ikan madidihang yang tercatat pada tahun 2011 di PPN Ternate sebesar
436,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 7.971.468 yang ditangkap dengan alat
tangkap hand line, pumpboat maupun pole and line.
Program revitalisasi tuna yang dilakukan oleh PPN Ternate
mengindikasikan adanya perubahan dan ekspansi pengelolaan sumberdaya ikan
unggulan tidak hanya fokus pada cakalang tetapi juga pada sumberdaya ikan tuna.
Merealisasikan program ini bukan hal yang mudah, karena para pelaku yang
berkecimpung didalamnya maupun masyarakat tidak akan mudah untuk
menerima. Mengubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangatlah susah,
apalagi tiap pelaku memiliki persepsi tersendiri terhadap kebijakan yang akan
dibuat. Persepsi para stakeholder memiliki peran penting dan cukup
mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap sistem pengelolaan perikanan yang
akan diterapkan
Pemanfaatan sumberdaya tuna dan cakalang secara bersama-sama antara
hand line, pumpboat, dan pole and line mempunyai dampak tersendiri terhadap
keberlanjutan usaha penangkapan setiap unit penangkapan. Interaksi yang terjadi
antara ketiga usaha penangkapan sangat erat, karena terdapat kesamaan
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan. Tuna merupakan target
penangkapan hand line dan pumpboat, sementara pole and line target
penangkapannya adalah cakalang. Target penangkapan hand line dan pumpboat
yang sama memberikan dampak yang besar antara satu dan lainnya. Asumsi
daerah penangkapan yang tidak terlalu berbeda akan mempengaruhi hasil
tangkapan yang diperoleh dan keberlangsungan usaha penangkapan. Pole and line
dengan target penangkapan cakalang, menangkap tuna sebagai hasil tangkapan
sampingan (by-catch). Tuna yang ditangkap oleh pole and line adalah by-catch,
namun umumnya merupakan tuna dengan ukuran belum layak tangkap secara
biologis. Jika hal ini terjadi terus menerus sudah pasti akan berpengaruh terhadap
hasil tangkapan hand line dan pumpboat.
Berdasarkan uraian di atas, usaha penangkapan tuna dan cakalang yang
berbasis di PPN Ternate perlu dikelola secara optimal dan rasional agar usaha
penangkapan tuna dan cakalang berkembang secara bersama dan berkelanjutan.
Untuk itu, perlu dilakukan pengkajian ilmiah yang lebih mendalam dan sistimatis
mengenai “Interaksi Usaha Penangkapan Tuna dan Cakalang yang Berpangkalan
di PPN Ternate Maluku Utara”.
Perumusan Masalah
Konsep perikanan berkelanjutan mengharuskan adanya keseimbangan
antara aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Keberlanjutan sosial memiliki peran
penting yang dapat mempengaruhi keberlanjutan kedua aspek lainnya. Proses
pemanfaatan sumberdaya dan kegiatan ekonomi tidak akan optimal tanpa adanya
keberlanjutan sosial para stakeholder khususnya pelaku perikanan tuna dan
cakalang. Keberlanjutan sosial disini berkaitan dengan presepsi para stakeholder
yang berkecimpung dalam usaha penangkapan tuna-cakalang di PPN Ternate.
Permasalahan yang timbul di lapangan adalah semakin menurunnya
produksi hasil tangkapan cakalang meskipun upaya penangkapan ditingkatkan
Sofiati (2011). Dinas Perikanan dan Kelautan (2010) melaporkan bahwa tingkat

3

pemanfaatan tuna dan cakalang di perairan Kota Ternate baru mencapai 21,07 %,
hal ini bisa diindikasikan adanya overfishing. Langkah yang diambil oleh
pemerintah adalah merubah atau memperluas fokus pengelolaan SDI ke perikanan
tuna yang potensinya diduga cukup tinggi di perairan Maluku Utara. Kendala
yang harus dihadapi adalah tuna merupakan sumberdaya yang justru kurang
disukai oleh sebagian besar masyarakat setempat.
Tuna yang merupakan komoditas ekspor dengan nilai jual yang tinggi justru
kurang disukai oleh masyarakat kota Ternate. Persepsi masyarakat yang tidak
menyukai tuna memberikan pengaruh yang besar terhadap para pelaku usaha
penangkapan. Oleh karena dianggap tuna tidak memiliki daya jual di masyarakat
mengakibatkan nelayan pun enggan menangkap sumberdaya ikan ini.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh PPN Ternate mengenai revitalisasi tuna
tidak membuat tuna menjadi unggulan. Usaha penangkapan tuna yang ada di PPN
Ternate umumnya usaha penangkapan berskala kecil dengan fasilitas yang
terbatas. Tuna yang didaratkan di PPN Ternate ditangkap dengan menggunakan
pancing ulur (hand line), huhate (pole and line), dan pumboat, namun alat tangkap
yang paling dominan adalah pancing ulur (hand line) yang merupakan alat
tangkap yang paling sederhana dengan kapal penangkapan yang tergolong kecil
dan jangkauan daerah penangkapan yang tidak terlalu jauh dari fishing base.
Hal berbeda terjadi pada alat tangkap pole and line yang target utama
penangkapan adalah cakalang, sementara tuna yang ditangkap merupakan hasil
tangkapan sampingan (by-catch). Tuna yang tertangkap dengan alat tangkap ini
memiliki ukuran yang kecil (baby tuna). Hal ini menunjukan bahwa, tuna yang
tertangkap dengan huhate (pole and line) merupakan tuna yang tidak layak
tangkap secara biologis. Pada sisi lain, dengan timbulnya presepsi bahwa tuna
tidak disukai/diminati masyarakat maka pemilik kapal menghibahkan tangkapan
tuna tersebut sebagai bonus untuk menambah penghasilan anak buah kapal
(ABK). Kondisi ini yang demikian mengakibatkan ABK tetap melakukan
penangkapan baby tuna. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka akan
mengganggu keseimbangan ekologi, terutama sumberdaya ikan tuna. Interaksi
yang terjadi antara usaha penangkapan cakalang dan tuna pun akan menjadi tidak
harmonis.
Pumpboat yang merupakan bentuk dari upaya meningkatkan hasil produksi
tuna oleh PPN Ternate diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih baik.
Peningkatan upaya penangkapan pumpboat belum tentu dapat meningkatkan
produksi tuna apabila stok semakin terbatas akibat adanya penangkapan baby tuna
dengan pole and line.
Eksploitasi sumberdaya tuna dengan menggunakan tiga unit penangkapan
berbeda dapat mempengaruhi upaya pengelolaan usaha penangkapan tuna di PPN
Ternate. Hal ini karena, interaksi antara ketiga alat tangkap memberikan dampak
tersendiri dalam keberlanjutan usah penangkapan tuna. Hasil tangkapan baby tuna
secara terus menerus oleh pole and line terindikasi akan berdampak negatif
terhadap jumlah hasil tangkapan pumpboat dan hand line. Peluang ini menjadi
semakin besar karena daerah penangkapan dari ketiga alat penangkapan tidak
terlalu berbeda. Selain itu juga peluang terjadinya konflik antar pelaku usaha
penangkapan menjadi lebih besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dihadapi untuk
mengoptimalkan usaha penangkapan tuna di PPN Ternate yaitu menghadapi

4

persepsi pelaku usaha penangkapan terhadap sumberdaya ikan (tuna dan
cakalang) dan bagaimana mengetahui interaksi yang terjadi dalam ruang lingkup
usaha penangkapan tuna dan cakalang.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menilai persepsi stakeholder terhadap
sumberdaya ikan tuna dan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate, (2)
Menentukan interaksi antara usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN
Ternate. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan
perikanan tuna dan cakalang di PPN Ternate dan menjadi sumber informasi bagi
pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan perikanan tuna.
Sebagai masukan kepada para pelaku usaha penangkapan ikan dalam rangka
peningkatan efisiensi operasi penangkapan tuna, serta menambah khasanah
keilmuan bagi para peneliti.

Ruang Lingkup Penelitian
Kajian tentang pengelolaan perikanan bertujuan untuk mengatur segala
kegiatan dalam mengoptimalkan usaha penangkapan yang memberikan
keuntungan bagi semua pelaku yang terlibat di dalamnya. Presepsi nelayan
tentang sumberdaya sangat mempengaruhi bentuk keterlibatan nelayan dalam
sistem pengelolaan yang akan diterapkan, oleh karena itu pemahaman tentang
presepsi nelayan sangat diperlukan. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh
perikanan tuna dan cakalang Maluku Utara adalah presepsi masyarakat yang
cenderung menyukai cakalang dari pada tuna untuk dikonsumsi.
Tuna dan cakalang merupakan sumberdaya yang potensial di Maluku Utara,
namun optimalisasi pengelolaan belum terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan menurunya tren produksi tangkapan cakalang dan pemanfaatan tuna yang
belum optimal. Berdasarkan fakta ini, maka perlu dilakukan pengembangan dan
pemanfaatan kedua sumberdaya ikan ini secara bersama-sama dan berkelanjutan.
Permasalahan yang kemudian timbul adalah bagaimana interaksi tiga jenis
usaha penangkapan ikan yang menangkap tuna dan cakalang di PPN Ternate,
yaitu pancing ulur (hand line), huhate (pole and line), dan pumpboat. Interaksi
antara ketiga usaha penangkapan tersebut harus dipahami dengan baik. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah upaya penangkapan yang dilakukan oleh satu
jenis alat tangkap, akan mempengaruhi produksi alat tangkap yang lain atau tidak
ada pengaruhnya.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa
mengetahui persepsi nelayan terhadap sumberdaya tuna demi meningkatkan
jumlah produksi maupun berkembangannya usaha penangkapan tuna dan
cakalang secara berkelanjutan di PPN Ternate adalah penting. Disamping itu,
penting juga diketahui bagaimana interaksi antara dari masing-masing alat
tangkap.
Persepsi masyarakat terhadap tuna dapat diketahui dengan pengumpulan
data/informasi yang terkait dengan produksi hasil tangkapan, metode operasi,

5

komposisi ukuran, dan daerah penangkapan. Interaksi yang dimaksud dalam
penelitian ini meliputi interaksi antar unit penangkapkan hand line, pumpboat, dan
pole and line, interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan cakalang, dan interaksi
antara daerah penangkapan. Data/informasi yang terkait dengan interaksi tersebut
antara lain produksi hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan.
Persepsi nelayan dianalisis secara deskriptif dengan memetakan kondisi unit
penangkapan ikan, hasil tangkapan, ukuran hasil tangkapan, metode operasi dan
daerah penangkapan ikan dalam bentuk perceptual map. Dengan demikian
gambaran persepsi masyarakat nelayan terhadap perikanan tuna dapat diketahui
secara detail, dan hal ini dapat bermanfaat untuk mengintroduksi teknologi
penangkapan tepat guna.
Interaksi antara perikanan tuna dan cakalang dianalisis dengan menghitung
produktivitas hand line, pumpboat, dan pole and line untuk melihat alat tangkap
produktif, serta analisis statistik korelasi untuk mendiskripsikan interaksi yang
terjadi antar usaha penangkapan dan interaksi antara sumberdaya ikan tuna dan
cakalang. Hasil kajian interaksi ini sangat bermanfaat untuk daerah setempat,
sebagai alat kontrol bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan tentang alokasi
optimum upaya penangkapan ikan dan daerah penangkapan ikan,
Kajian tentang persepsi dan interaksi ini juga dapat digunakan untuk
memprediksi keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan sosial nelayan dalam rangka
meningkatkan optimalisasi usaha penangkapan tuna dan cakalang di PPN Ternate,

2 PERSEPSI USAHA PENANGKAPAN TUNA DI PPN
TERNATE
Pendahuluan
Pengelolaan perikanan berbasis masyarakat adalah sistem pengelolaan yang
memanfaatkan keberadaan masyarakat nelayan untuk membantu pelaksanaan
sistem pengelolaan. Namun, sistem pengelolaan ini memerlukan beberapa kajian
pendahuluan untuk melihat dan menganalisis kelompok masyarakat nelayan
dengan pengaruh, keterlibatan, dan kemampuannya untuk mendukung dan
melaksanakan program pengelolaan perikanan yang ingin dijalankan oleh
pemerintah. Salah satu kajian yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis
persepsi masyarakat nelayan.
Jumlah nelayan dan tenaga kerja yang beraktivitas di PPN Ternate pada
tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan rata-rata 9,10% per tahun,
yaitu dari 2.307 orang pada tahun 2007 menjadi 3.246 orang pada tahun 2011.
Pada periode ini jumlah nelayan meningkat dari 1.731 orang pada tahun 2007
menjadi 2.451 orang pada tahun 2011. Nelayan dan tenaga kerja yang beraktifitas
di PPN Ternate meliputi nelayan ABK, tenaga unit pengolahan ikan (UPI), buruh
bongkar muat ikan, dan pegawai pelabuhan, dengan prosentase dominan adalah
ABK/nelayan. Persepsi dari masing-masing aktor atau stakeholder terhadap usaha
penangkapan tuna dan cakalang berbeda antara satu dan lainnya.
Persepsi itu sendiri adalah suatu proses memaknai dan memahami
lingkungan oleh individu melalui stimulus yang masuk dan melibatkan proses

6

fisik (pengindraan), fisiologi pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris dan psikologi (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak)
(Saptorini 1989). Veitch dan Arkkelin (1995) dalam Yavanica (2009) melanjutkan
bahwa persepsi terhadap lingkungan tidak hanya sekedar proses indera yang
menangkap stimuli (informasi) semata, namun persepsi juga merupakan proses
“menamai” stimuli, melukiskan, menggambarkan serta memberikan arti bagi
stimuli/dunia di sekitarnya. Oleh karena itu setiap individu memberikan arti yang
berbeda terhadap stimulus meskipun berasal dari objek yang sama. Persepsi
masyarakat nelayan dianggap cukup mempengaruhi keterlibatan mereka terhadap
sistem pengelolaan perikanan yang akan diterapkan.
Persepsi terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh usaha penangkapan tersebut terhadap
masyarakat nelayan yang ada di PPN Ternate. Telah diuraikan pada bab
sebelumnya, usaha penangkapan tuna belum terlalu berkembang di PPN Ternate
sementara dari segi sumberdaya memungkinkan untuk dikembangkan. Persepsi
yang baik terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate akan mempermudah
pemerintah dalan merancang kebijakan yang tepat untuk pengelolaan sumberdaya
ini.
Menurut Sarwono (1999) persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang terdapat dalam individu (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan di luar (eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi presepsi
seseorang seperti jenis kelamin, umur, motif, tingkat pendidikan. Faktor eksternal
seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan media komunikasi
dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu. Persepsi usaha
penangkapan tuna di PPN Ternate melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan
bidang tersebut antara lain nelayan/ABK unit penangkapan dengan hasil
tangkapan tuna, pedagang, dan pemerintah.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menilai persepsi
stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate dan persepsi terhadap
perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate,

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate
Provinsi Maluku Utara. Studi pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada bulan
September 2012. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan selama 2 bulan,
yakni pada bulan Januari-Februari 2013.
Persepsi nelayan terhadap usaha penangkapan tuna di PPN Ternate
diperoleh dengan menilai karakteristik yang telah ditentukan terhadap kelompokkelompok responden melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Kelompok atau
aktor yang menjadi responden antara lain unit penangkapan ikan dengan hasil
tangkapan tuna yang terdapat di PPN Ternate, dalam hal ini hand line, pumpboat,
dan pole and line; pedagang; dan pemerintah setempat.
Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (proposive sampling) yang
mewakili setiap kelompok atau aktor. Responden terdiri nelayan hand line
berjumlah 20 orang, nelayan pumpboat berjumlah 20 orang, nelayan pole and line

7

berjumlah 20 orang, pedagang dan pengumpul berjumlah 20 orang, dan
pemerintah setempat berjumlah 6 orang.
Data yang diperoleh dari responden antara lain jumlah hasil tangkapan,
jumlah ABK, daerah penangkapan ikan, nilai jual, dan lama hari operasi. Selain
melalui pengisian kuesioner dan wawancara, data dalam penelitian ini juga
diperoleh melalui survei dan pengamatan langsung di lapangan. Survei dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi lebih detail mengenai potensi sumberdaya
ikan dan perkembangan usaha penangkapan tuna dan cakalang di lokasi
penelitian. Survei kepada ketiga jenis upaya penangkapan ikan tuna dan cakalang
yakni hand line, pumpboat, dan pole and line. Selain data survei juga diperoleh
data statistik PPN Ternate yang terdiri dari data times series produksi dan data
unit penangkapan tuna dan cakalang.
Persepsi nelayan di PPN Ternate dianalisis secara deskriptif dengan
memetakan kondisi unit penangkapan ikan, volume hasil tangkapan, ukuran hasil
tangkapan, armada penangkapan ikan, teknologi penangkapan yang merupakan
alat bantu nelayan dalam proses penangkapan seperti fish finder dan sonar, nilai
jual hasil tangkapan, permintaan pasar dan daerah penangkapan ikan dalam
bentuk perceptual map. Perceptual map merupakan salah satu peubah ganda yang
dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek relatif terhadap obyek
lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. Perceptual map disebut juga
Multidimensional Scalling (MDS). MDS berhubungan dengan pembuatan map
untuk menggambarkan posisi obyek dengan obyek lain berdasarkan kemiripan
obyek-obyek tersebut.
Ross (2011) mengemukakan bahwa perceptual map digunakan untuk
mengelompokkan stakeholder apakah memiliki persepsi yang sama atau berbeda.
Keunggulan pendekatan berdasar atribut yang digunakan pada perceptual map
adalah lebih mudah membuat penamaan dimensi. Pendekatan berdasar atribut
meminta responden untuk memeringkatkan jawaban. Analisis yang digunakan
untuk perceptual map adalah analisis diskriminan. Analisis diskriminan adalah
suatu teknik statistik yang digunakan untuk memprediksi probabilitas obyekobyek yang menjadi milik dua atau lebih kategori yang benar-benar berbeda yang
terdapat dalam satu variabel tergantung (dependen) didasarkan pada beberapa
variabel bebas (independen). Simamora (2005) mengemukakan bahwa analisis
diskriminan merupakan teknik yang akurat untuk memprediksi seseorang
termasuk dalam kategori apa, dengan catatan data yang dilibatkan terjamin
akurasinya. Analisis diskriminan digunakan dengan variabel dependen kategoris
(skala ordinal atau nominal) dan variabel independen skala metrik (interval dan
rasio). Churchill (2005) melanjutkan bahwa variabel dependen yang digunakan
adalah pertanyaan yang diajukan dan variabel independen adalah jawaban dari
pertanyaan.
Pengujian menggunakan analisis diskriminan berganda dibantu dengan
menggunakan software SPSS 16.0. Hasil analisis atau output dari SPSS tersebut
kemudian dianalisis secara deskriptif. Adapun langkah-langkah analisis dengan
menggunakan SPSS 16.0 adalah:
1) Menentukan skala likert (1-3) untuk setiap variabel sumberdaya ikan dan
teknologi penangkapan ikan tuna di PPN Ternate seperti pada Tabel 2.1.

8

Tabel 2.1 Variabel dan skala likert dalam menentukan persepsi aktor.
N0
Variabel
1 Sumberdaya ikan tuna
- Volume hasil tangkapan

Skala
1. Berkurang
2. Tetap
3. Meningkat
1. Lebih kecil
2. Tetap
3. Lebih besar
1. Menurun
2. Tetap
3. Meningkat
1. Menurun
2. Tetap
3. Meningkat

- Ukuran hasil tangkapan

- Nilai jual

- Permintaan Pasar

2 Teknologi usaha penangkapan tuna
- Peningkatan jumlah armada
penangkapan tuna

1. Tidak
2. Tetap
3. Ya
- Peningkatan teknologi penangkapan tuna 1. Tidak
2. Tetap
3. Ya
- Kondisi daerah penangkapan tuna
1. Semakin dekat
2. Tetap
3. Semakin jauh

2) Menentukan persamaan deskriminan dengan menggunakan SPSS 16 untuk
menghasilkan perceptual map yang terdiri dari empat kuadran kartesius.
Bentuk dan makna dari kuadran dapat dilihat sebagai berikut (Hadiwijaya.
2011)
Kepentingan
Y
=
Y

Kuadran A

Kuadran B

Kuadran C

Kuadran D

=
X

X

Pelaksanaan

Gambar 2.1 Diagram kartesius perceptual map

9

Keterangan:
A. Menunjukan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi usaha penangkapan tuna
di PPN Ternate, dimana faktor tersebut dianggap penting tetapi belum dilaksanakan
sebagaimana kehendak para aktor.
B. Menunjukan faktor-faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di
PPN Ternate, dan sudah dilaksanakan sesuai dengan keinginan para aktor, maka wajib
dipertahankan.
C. Menunjukan faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna di PPN
Ternate, maka lembaga tidak perlu menfokuskan diri untuk melaksanakannya.
D. Menunjukan faktor-faktor yang kurang berpengaruh terhadap usaha penangkapan tuna
di PPN Ternate, tetapi telah dilaksanakan sesuai keinginan para aktor, maka hal ini
dianggap berlebihan.

3) Mengiterpretasikan hasil dari perceptual map

Hasil
Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Tuna di PPN Ternate
Persepsi terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate meliputi volume hasil
tangkapan, ukuran hasil tangkapan, nilai jual, dan permintaan pasar. Persepsi
terhadap sumberdaya tuna di PPN Ternate dilakukan terhadap 86 responden yang
dibagi dalam 5 grup atau biasa disebut dengan aktor berdasarkan profesi yaitu
grup 1 terdiri dari nelayan pancing ulur (hand line) berjumlah 20 responden, grup
2 terdiri dari nelayan pancing ulur dengan sistem perahu katir (pumpboat)
berjumlah 20 responden, grup 3 terdiri dari nelayan huhate (pole and line) dengan
jumlah 20 responden, grup 4 terdiri dari pedangang berjumlah 20 responden, dan
grup 5 yang terdiri dari pegawai dinas-dinas terkait berjumlah 6 responden.
Mengenai volume hasil tangkapan, nelayan hand line dan pemda
berpendapat bahwa volume hasil tangkapan tuna di PPN Ternate untuk 5 tahun
terakhir meningkat. Responden nelayan pumpboat sebanyak 75% dan pedagang
sebesar 85% berpandapat bahwa produksi tuna mengalami peningkatan dalam 5
tahun terakhir, sisanya berpendapat bahwa hasil produksi tuna tetap tiap tahunnya
selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk nelayan pole and line 35%
berpendapat hasil tangkapan tuna yang didaratkan tetap, 60% berpendapat
semakin sedikit volume tuna, dan hanya 5% yang berpendapat hasil tangkapan
tuna mengalami peningkatan pada 5 tahun terakhir.
Hal yang menarik terkait dengan persepsi stakeholder terhadap volume
prosuksi tuna dalam penelitian ini adalah persepsi nelayan hand line, nelayan
pumpboat, pedagang dan pemda memiliki pola yang sama terhadap volume
produksi, yaitu terjadi peningkatan produksi tuna dalam 5 tahun terakhir.
Sementara itu, persepsi nelayan pole and line terhadap volume produksi tuna
justru menurun, berbeda dengan persepsi stakeholder lainnya (nelayan hand line,
nelayan pumpboat, pedagang, dan pemda) yang menyatakan bahwa volume
produksi tuna di PPN Ternate dalam 5 tahun terakhir meningkat. Persepsi para
aktor dapat dilihat lebih jelas pada grafik yang terdapat pada Gambar 2.2.

10

Persentase (%)

120
100
80
60

Berkurang

40

Tetap

20

Meningkat

0
N. Handline

N. Pumpboat

N. Pole and
line

Pedagang

Pemerintah

Kelompok Aktor

Gambar 2.2 Persepsi kelompok aktor terhadap volume hasil tangkapan tuna
di PPN Ternate
Mengenai ukuran hasil tangkapan, seluruh nelayan hand line (100%)
berpendapat ukuran tuna yang didaratkan di PPN Ternate tetap selama 5 tahun
terakhir. Sebanyak 70% nelayan pumpboat menjawab ukuran tuna yang ditangkap
semakin besar dan 30% berpendapat ukurannya tetap. Nelayan pole and line
sebanyak 50% menjelaskan bahwa tuna hasil tangkapan yang didaratkan di PPN
Ternate selama 5 tahun terakhir tetap, 45% berukuran semakin kecil, dan 5%
memberikan pendapat bahwa ukuran tuna semakin semakin besar. Untuk
pedagang, 25% resonden menjawab bahwa ukurannya lebih besar dan 75%
responden menjawab ukuran tuna yang didaratkan tetap. Pemda memiliki 83%
pendapat bahwa tuna hasil tangkapan berukuran lebih besar dan hanya 17% yang
berpendapat ukurannya tetap.
Hal menarik yang diperoleh adalah hanya kelompok nelayan pole and line
yang menyatakan bahwa ukuran hasil tangkapan tuna di PPN Ternate selama 5
tahun terakhir semakin kecil. Sebagian besar nelayan hand line, nelayan
pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa ukuran hasil tangkapan tuna semakin
besar. Sementara itu persepsi berbeda juga dinyatakan dari kelompok nelayan
pumpboat, pole and line dan pedagang yang menyebutkan bahwa ukuran hasil
tangkapan tuna tetap selama 5 tahun terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

120
Persentase (%)

100
80

Lebih Kecil

60

Tetap

40

Lebih besar

20
0
N. Handline

N. Pumpboat N. Pole and line

Pedagang

Pemerintah

Kelompok Aktor

Gambar 2.3 Persepsi kelompok aktor terhadap ukuran hasil tangkapan tuna
di PPN Ternate

11

Persentase (%)

Persepsi nilai jual dari tiap aktor dari masing-masing grup tidak terlalu jauh
berbeda, seluruhnya (100%) kelompok nelayan hand line, pumpboat, pedagang
dan pemda mengungkapkan bahwa nilai jual tuna yang didaratkan di PPN Ternate
5 tahun terakhir yakni periode 2007-2011 meningkat. Sedangkan di kelompok
nelayan pole and line sebanyak 65% responden menjawab nilai jual tuna
meningkat, 30% memberi pendapat bahwa nilai jual tuna tetap, dan 5% menjawab
nilai jual tuna menurun. Dari hasil ini bisa dilihat bahwa kelompok nelayan hand
line, nelayan pumpboat, sebagian besar nelayan pole and line, pedagang dan
pemda memiliki persepsi yang sama yaitu nilai jual tuna di PPN Ternate
meningkat dalam 5 tahun terakhir. Meskipun untuk kelompok nelayan pole and
line juga berpendapat bahwa nilai jual tuna tetap dan sebagian kecil menyatakan
nilai jual tuna menurun. Persepsi stakeholder lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.4.

120
100
80
60
40
20
0

Menurun
Tetap
Meningkat

N. Handline

N. Pumpboat N. Pole and line

Pedagang

Pemerintah

Kelompok Aktor

.
Gambar 2.4 Persepsi kelompok aktor terhadap nilai jual ikan tuna di PPN
Ternate
Permintaan pasar akan sumberdaya ikan tuna yang didaratkan di PPN
Ternate selama 5 tahun terakhir menurut para aktor yang barasal dari kelompok
nelayan hand line, pumpboat, dan pemda 100% meningkat. Untuk kelompok
nelayan pole and line 80% aktor berpendapat permintaan pasar tuna meningkat,
15% tetap, dan 5% menurun. Sedangkan untuk kelompok pedagang, 95%
responden berpendapat permintaan pasar terhadap tuna meningkat dan 5% tetap
sama untuk periode 5 tahun terakhir. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kelompok
nelayan hand line, nelayan pumpboat, dan pemda berpendapat bahwa terjadi
peningkatan permintaan pasar tuna. Sebagian besar kelompok nelayan pole and
line dan pedagang juga berpendapat permintaan pasar tuna meningkat. Namun
terdapat sebagian kecil nelayan pole and line yang berpendapat permintaan pasar
tuna tetap dan menurun. Begitu pun untuk pedagang, terdapat sebagian kecil
pedagang yang berpendapat bahwa permintaan pasar tuna tetap untuk 5 tahun
terakhir. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5.

12

120
Persentase (%)

100
80
Menurun

60

Tetap

40

meningkat

20
0
N. Handline

N. Pumpboat N. Pole and line

Pedagang

Pemerintah

Kelompok Aktor

Gambar 2.5 Persepsi kelompok aktor terhadap permintaan pasar ikan tuna di
PPN Ternate
Hasil dari persepsi para aktor yang telah diuraikan di atas, dapat dipetakan
dalam perseptual map sebagaimana disajikan pada Gambar 2.6. Perceptual map
pada Gambar 2.6 menunjukan bahwa terjadi persamaan persepsi dari para aktor
usaha penangkapan tuna di PPN Ternate. Persepsi stakeholder cenderung sama
dan terletak di kuadran B. Hal ini berarti faktor-faktor atau atribut yang
bersangkutan dengan sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate yakni volume
produksi, ukuran hasil tangkapan, nilai jual dan permintaan pasar merupakan
faktor penting yang mempengaruhi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate.
Faktor-faktor ini telah berkembang dengan baik dan harus ditingkatkan. Meskipun
begitu ada beberapa aktor yang mempunyai persepsi yang berbeda, yaitu beberapa
faktor penting belum dilaksanakan sesuai dengan kehendak aktor. Hal ini dilihat
dari adanya persepsi stakeholder yang terletak di kuadran A.

5
4
3
2
1
0
-2

-1

-1

0

1

2

3

4

-2
-3
Handline

pumpboat

Pole and line

Pemerintah

Gambar 2.6 Perceptual map sumberdaya ikan tuna di PPN Ternate

5

13

Persentese (%)

Persepsi terhadap Perkembangan Teknologi Usaha Penangkapan Tuna di
PPN Ternate
Persepsi terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN
Ternate meliputi peningkatan jumlah armada penangkapan tuna, perningkatan
teknologi penangkapan, dan daerah penangkapan ikan. Persepsi stakeholder
terhadap perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di PPN Ternate
dilakukan pada 66 responden yang dibagi pada 4 grup. Grup 1 terdiri nelayan
pancing ulur (hand line) kapasitas 3 GT berjumlah 20 responden, grup 2 terdiri
dari nelayan pancing ulur (hand line) dengan sistem perahu katir (pumpboat)
berjumlah 20 responden, grup 3 terdiri dari nelayan huhate (pole and line)
berjumlah 20 responden, grup 4 yang terdiri dari pegawai dinas-dinas terkait
berjumlah 6 responden.
Persepsi stakeholder mengenai peningkatan jumlah armada penangkapan
tuna yang ada di PPN Ternate sangat beragam. Kelompok nelayan hand line
dengan %tase 100% berpendapat jumlah armada tuna semakin meningkat.
Nelayan pumpboat yang berpendapat jumlah armada tuna di PPN Ternate
meningkat hanya sebanyak 40% responden sisanya 60% berpendapat jumlahnya
tetap. Sebanyak 35% responden yang berasal dari kelompok nelayan pole and line
berpendapat bahwa jumlah armada meningkat, dan 65% berpendapat jumlahnya
tetap. Responden yang berasal dari kelompok pemda berjumlah 33% berpendapat
jumlah armada meningkat dan 67% jumlahnya tetap.
Kondisi umum yang ditemukan terkait dengan persepsi stakeholder
terhadap armada penangkapan adalah seluruh nelayan handline berpendapat
bahwa armada penangkapan tuna meningkat. Sebagian besar nelayan pumpboat,
nelayan pole and line dan pemda justru berpendapat bahwa jumlah armada
penangkapan tuna cenderung tetap dan hanya sebagian kecil yang berpendapat
meningkat. Persentase persepsi para aktor terhadap peningkatan jumlah armada
penangkapan tuna di PPN Ternate dapat dilihat pada gambar 2.7.
120
100
80
60
40
20
0

Menurun
Tetap
Meningkat
N. Handline

N. Pumpboat

N. Pole and line

Pemerintah

Kelompok Aktor

Gambar 2.7 Persepsi kelompok aktor terhadap peningkatan armada
penangkapan tuna di PPN Ternate
Teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh masing-masing unit
penangkapan ikan berbeda-beda begitu pun persepsi para aktor. Seluruh (100%)
aktor yang berasal dari kelompok nelayan hand line memiliki pendapat terjadi
peningkatan teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate untuk 5 tahun terakhir.
Sebanyak 45% persepsi aktor dari kelompok nelayan pumpboat berpendapat
terjadi peningkatan teknologi penangkapan ikan dan 55% aktor berpendapat tidak

14

terjadi peningkatan teknologi atau tetap. Sebanyak 35% responden dari kelompok
nelayan pole and line berpendapat bahwa teknologi penangkapan mengalami
peningkatan, 55% tidak terjadi peningkatan atau tetap selama 5 tahun terakhir dan
10% responden berpendapat teknologi penangkapan ikan di PPN Ternate justru
menurun. Persepsi aktor dari kelompok pemda sebanyak 83